You are on page 1of 7

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

SEBAGAI WUJUD PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB


PEMERINTAHAN DAERAH
(Studi pada Pengelolaan dan Pelestarian Situs Majapahit
Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)

Khalid Rosyadi, Mochamad Rozikin, Trisnawati


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: khalid.rosyadi1991@gmail.com

Abstract: An Analysis of The Management and Preservation on Cultural Heritage as The


Implementation of Compulsory of The Local Government ( A Study of Management and
Preservation of Majapahit Site, Trowulan Mojokerto). One of Local Government compulsory is
cultural affairs which includes the management and preservation of Trowulan Majapahit Site.
However, practically they often overlap, it’s also about the Trowulan Majapahit Site as national
heritage which is also the authority of the central government in Ministry of Education and
Cultural Environment, Directorate of Culture. This study aims to analyze the management and
preservation of Trowulan Majapahit Site as a Local Government compulsory, Mojokerto Regency,
and the actors involvement. This study is qualitative descriptive. The management based on five
regulations as a legality, but there’s no specific regulation governing this case. The budgets are
from the State, Provincial, and District Budget. While, in its preservation consist of rescue,
security, zoning, maintenance, and restoration, but also not optimal cause of shortage of resources
and budgets. The main actors involved are Disporabudpar Mojokerto and BPCB Mojokerto.

Keywords: management and preservation, Trowulan Majapahit site, compulsory, local


government

Abstrak: Analisis Pengelolaan dan Pelestarian Cagar Budaya sebagai Wujud


Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah (Stuidi pada Pengelolaan dan
Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto). Salah satu urusan
wajib Pemerintahan Daerah adalah urusan kebudayaan, di dalamnya termasuk pengelolaan dan
pelestarian situs Majapahit Trowulan. Namun, pelaksanaannya masih terjadi tumpang tindih, hal
ini juga dikarenakan Situs Majapahit Trowulan sebagai Cagar Budaya Nasional yang juga
merupakan wewenang Pemerintah Pusat di Lingkungan Kemendikbud, Ditjen Kebudayaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit Trowulan
sebagai urusan wajib Pemerintahan Daerah Kabupaten Mojokerto, serta aktor-aktor yang terlibat.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengelolaan Situs Majapahit Trowulan
berdasarkan pada lima regulasi sebagai payung hukumnya, namun belum ada regulasi khusus yang
mengatur hal ini. Terkait anggaran, sudah terdapat sharing yang bersumber dari APBN, ABPD
Provinsi dan Kabupaten. Sedangkan, dalam pelestariannya dilakukan penyelamatan, pengamanan,
zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran, namun belum optimal karena terkendala kurangnya sumber
daya dan anggaran. Aktor utama yang terlibat adalah Disporabudpar Kabupaten Mojokerto dan
BPCB Mojokerto.

Kata kunci: pengelolaan dan pelestarian, situs Majapahit Trowulan, urusan wajib, pemerintahan
daerah

Pendahuluan keleluasaan mengelola kepemerintahan secara


Posisi daerah di Indonesia sangat krusial lokal dan mandiri (tidak berdaulat). Selain itu,
karena memiliki posisi yang tunggal dan clear, dapat menggunakan kewenangan dan mengambil
yaitu sebagai local-self govern-ment, atau yang keputusan secara lokal (Rozaki dkk, 2005, h.30).
sering dikenal dengan daerah otonom dan Desentralisasi di Indonesia telah
menggunakan asas penyelenggaraan malahirkan daerah otonom, sehingga disebut
pemerintahan desen-tralisasi. Sebagai local-self dengan otonomi daerah dan telah berjalan lebih
government, daerah mempunyai kewenangan dan dari satu dasawarsa yang diatur dalam UU No 32

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 830


tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah pelestarian cagar budaya. Indonesia memiliki
telah memberikan peluang kepada daerah untuk berbagai peninggalan-peninggalan besar yang
melakukan inovasi dan terobosan dalam salah satunya adalah peninggalan Kerajaan
menjawab tantangan yang dihadapinya. Tetapi Majapahit yang berada di Kecamatan Trowulan,
kebijakan itu juga dipersepsikan sebagai Kabupaten Mojokerto. Peninggalan tersebut
momentum guna memenuhi keinginan dan merupakan salah satu cagar budaya yang harus
mempercepat pembangunan di daerahnya sendiri dilindungi. Berdasarkan Undang-undang No.11
tanpa memperhatikan kepentingan negara. tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pengelolaan
Sementara, juga muncul ego kedaerahan, Cagar Budaya dilakukan oleh badan pengelola
sehingga dapat mempengaruhi disintegrasi yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah
bangsa akibat ketidakmerataan dan ketimpangan Daerah, dan/atau masyarakat hukum adat.
pembangunan daerah. Tentunya kondisi ini Sehingga, dapat dikatakan pengelolaan dan
dipastikan akan terjadi mengingat setiap daerah pelestarian cagar budaya dalam hal ini situs
memiliki potensi lokal yang berbeda (Fatimah, peninggalan Kerajaan Majapahit juga merupakan
2009). tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah
Pembahasan tentang otonomi daerah tidak Daerah Kabupaten Mojokerto. Pengelolaan situs
terlepas pada kewenangan yang diberikan kepada Kerajaan Majapahit ini menjadi salah satu misi
daerah, yang berupa urusan pemerintahan pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto,
daerah. Terjadi perubahan dalam cara penentuan yang tertuang dalam Perda Kabupaten Mojokerto
urusan daerah otonom di Indonesia seperti di- Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
paparkan pada UU No 32 Tahun 2004 tentang Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Mojokerto
Pemerintahan Daerah. Kewenangan daerah kini Tahun 2012-2032.
mencakup seluruh urusan pemerintahan kecuali Menurut World Monument Fund (WMF),
urusan yang telah ditetapkan menjadi organisasi dunia yang bergerak di bidang
kewenangan pemerintah pusat yang meliputi: pengelolaan dan pelestarian warisan budaya,
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, Trowulan termasuk dalam situs yang terancam di
yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. dunia (tempo.com). Kondisi ini membuat
Pembagian urusan antar susunan pemerintahan Kementerian Pen-didikan dan Kebudayaan
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria (Kemendikbud) melakukan berbagai upaya untuk
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan me-lindungi bekas peradaban Majapahit pada
memperhatikan keserasian hubungan antar abad ke-14 dan 15 itu. Dalam hal ini, secara
susunan pemerintahan. umum pengelolaan dan pelestarian situs
Atas dasar pembagian urusan tersebut, kini peninggalan Majapahit menjadi tanggung jawab
setiap daerah otonom memiliki hak dan pemerintah pusat melalui kementerian terkait
kewajiban masing-masing berupa urusan, yakni yakni Kemendikbud. Namun, berdasarkan asas
urusan waiib dan urusan pilihan. penyelenggaraan peme-rintahan desentralisasi,
(1) Urusan pilihan, merupakan urusan pe- pengelolaan dan pelestarian situs majapahit juga
merintahan yang secara nyata ada dan berpotensi menjadi hal yang wajib bagi pemerintah daerah,
untuk meningkatkan ke-sejahteraan masyarakat sebagai wujud penyelenggaraan urusannya.
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi Selain itu, Situs Majapahit Trowulan ini
unggulan daerah yang bersangkutan; (2) Urusan juga merupakan Cagar Budaya Nasional, yang
wajib, merupakan urusan yang harus dijalankan telah ditetapkan pada tanggal 30 Desember 2013.
oleh daerah otonom sebagai bentuk Penetapan Trowulan sebagai Cagar Budaya
kewajibannya untuk memberikan pelayanan Nasional ini tertuang dalam Keputusan Menteri
dasar dan menciptakan standardisasi pelayanan Pendidikan dan Kebudayaan No.260 tahun 2013
publik di seluruh Indonesia (Muluk, 2009, tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis
h.201). Trowulan sebagai Kawasan Cagar Budaya
Perjalanan penyelenggaraan urusan Tingkat Nasional. Sehingga, pengelolaan dan
pemerintahan daerah juga mengalami berbagai pelestariannya juga merupakan tanggung jawab
dinamika, termasuk permasalahan-permasalahan Pemerintah Pusat.
yang terjadi selama pe-laksanaannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
Permasalahan tersebut dapat terjadi pada urusan penulis membatasi permasalahan penelitian ini
pilihan maupun yang wajib. Hal ini terkait dengan dua rumusan masalah yaitu (1)
dengan kemampuan daerah masing-masing yang Pengelolaan dan pelestarian cagar budaya situs
berbeda dalam mengelola urusan tersebut. Majapahit Trowulan, (2) Aktor-aktor yang
Salah satu kondisi permasalahan khususnya terlibat dalam pengelolaan dan pelestarian cagar
dalam urusan wajib yakni dalam urusan budaya situs Majapahit Trowulan.
kebudayaan adalah mengenai pe-ngelolaan dan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 831


Tinjauan Pustaka merupakan urusan wajib yang harus
Manan (1994, h.24) mengemukakan bahwa diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
yang disebut desentralisasi adalah bentuk dari Sehingga, pengelolaan dan pelestarian cagar
susunan organisasi negara yang terdiri dari budaya Situs Majapahit Trowulan meru-pakan
satuan-satuan Pemerintahan Pusat dan satuan urusan wajib Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
pemerintahan yang lebih rendah yang terbentuk UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar
baik berdasarkan teritorial ataupun fungsi Budaya menjelaskan bahwa cagar budaya
pemerintahan tertentu. Desentralisasi memiliki merupakan warisan budaya bersifat kebendaan
prinsip-prinsip, berikut prinsip-prinsip desen- berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
tralisasi khususnya di dalam negara kesatuan Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
menurut Bagir Manan: Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
a. Prinsip negara hukum: desentralisasi dan/atau di air yang perlu dilestarikan
sebagai sarana yang tepat untuk keberadaannya karena memiliki nilai penting
melaksanakan pemencaran kekuasaan. bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
b. Prinsip demokrasi: kebutuhan akan agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
partisipasi rakyat dalam berbagai aspek penetapan. Kemudian, dijelaskan pula bahwa pe-
penyelenggaraan pemerintahan. ngelolaan cagar budaya merupakan upaya
c. Prinsip welfare state: fungsi negara adalah terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan
sebagai pelayan masyarakat demi memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan
terwujudnya kesejahteraan umum. pengaturan perencanaan, pe-laksanaan, dan
d. Prinsip kebhinekaan: Karakteristik dan pengawasan untuk ke-sejahteraan rakyat.
kehendak masing-masing daerah yang Sedangkan, pelestarian cagar budaya adalah
berbeda-beda haruslah menjadi bahan upaya dinamis untuk mempertahankan
pertimbangan utama. keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan
Urusan pemerintahan dibagi atas urusan cara melindungi, mengembangkan, dan me-
pemerintah pusat dan urusan pemerintah daerah. manfaatkannya.
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Pengelolaan cagar budaya tidak hanya
Daerah menjelaskan mengenai urusan didasarkan pada regulasi ini, namun pemerintah
pemerintah pusat meliputi politik luar negeri, daerah dengan kewenangannya dalam
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan menyelenggarakan urusan pe-merintahan berhak
fiskal nasional, serta urusan agama. Pemerintah membuat regulasi khusus sebagai aturan dalam
daerah menye-lenggarakan urusan di luar dari pengelolaan cagar budaya. Kemudian, dalam
pada urusan pemerintah pusat tersebut. Urusan penyelenggaraan urusan pemerintahan
Pemerintahan daerah terdiri dari urusan pilihan khususnya mengenai pengelolaan cagar budaya
dan urusan wajib.Urusan pilihan meliputi: tentunya pendanaan atau anggaran menjadi hal
kelautan dan perikanan, pertanian, kehutanan, yang sangat krusial. Sehingga pengelolaan cagar
energi dan sumber daya mineral, pariwisata, budaya menyangkut dua aspek yaitu regulasi,
industri, perdagangan, serta urusan dan anggaran.
ketransmigrasian. Selain pengelolaan cagar budaya, juga
Sedangkan, urusan wajib meliputi: Urusan dilakukan pelestarian. Untuk melakukan
pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pelestarian terhadap cagar budaya maka perlu
pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan adanya perlindungan terhadap cagar budaya.
pembangunan, perumahan, kepemudaan dan Menurut UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar
olahraga, penanaman modal, koperasi dan usaha Budaya perlindungan terdiri dari penyelamatan,
kecil dan menengah, kependudukan dan catatan pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan
sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, pemugaran.
pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, Metode Penelitian
perhubungan, komunikasi dan informatika, Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus
negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, penelitian ini adalah
administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, (1) Pengelolaan dan pelestarian situs Majapahit
kepegawaian, dan persandian, pemberdayaan Trowulan, pengelolaan me-liputi regulasi dan
masyarakat dan desa,sosial, kebudayaan, anggaran, sedangkan pelestarian meliputi
statistik, kearsipan, serta urusan perpustakaan. penyelamatan dan pengamanan, zonasi, serta
Salah satu urusan wajib tersebut adalah pemeliharaan dan pemugaran, (2) Aktor-aktor
urusan kebudayaan. Hal ini mempertegas bahwa yang ter-libat serta peran dan hubungannya
pengelolaan dan pelestarian cagar budaya dalam pengelolaan dan pelestarian cagar budaya

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 832


situs Majapahit Trowulan. Situs Penelitian ini menerangkan bahwasanya anggaran pengelolaan
yaitu Bappeda Kabupaten Mojokerto, Dinas cagar budaya berasal dari APBN dan APBD.
Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Namun, realitanya anggaran masih menjadi
(Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto, dan kendala dalam berbagai program. Anggaran hasil
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) pemanfaatan situs pun tidak dikelola kembali
Mojokerto. Hal ini dikarenakan melalui situs untuk pengelolaan dan pelestarian situs, hanya
penelitian tersebut peneliti bisa mendapatkan sebatas masuk dalam Pen-dapatan Asli Daerah
data primer dan skunder yang mendukung (PAD). Sehingga, untuk anggaran, harus lebih
penelitian ini. dioptimalkan lagi dan dipenuhi sesuai kebutuhan
Peneliti menggunakan teknik pe-ngumpulan pengelolaan Situs Majapahit Trowulan.
data wawancara, observasi dan dokumentasi. Selain pengelolaan dilakukan pula
Data hasil penelitian ini dianalisa dengan pelestarian sebagai upaya dinamis untuk
menggunakan metode analisa interaktif. Metode mempertahankan keberadaan Situs Majapahit
ini terdiri dari empat tahap yaitu pengumpulan Trowulan dengan cara per-lindungan,
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan pengembangan, dan pe-manfaatan. Salah satu
kesimpulan. upaya pelestarian Situs Majapahit Trowulan
yang akan dilaksanakan adalah Kampung
Pembahasan Majapahit. Program ini dimaksudkan untuk
Kawasan Situs Majapahit Trowulan berada memugar beberapa rumah menjadi seperti pada
di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. zaman Kerajaan Majapahit. Program ini akan
Situs Trowulan tidak menyebar di seluruh dilakukan terhadap 296 rumah, dengan rincian
wilayah Kecamatan Trowulan, namun hanya 200 rumah di Desa Bejijong, 50 rumah di Desa
tersebar di lima desa yaitu Desa Trowulan, Desa Jatipasar, dan 46 rumah di Desa Sentonorejo.
Temon, Desa Jatipasar, Desa Sentonorejo, dan Salah satu bentuk pelestarian adalah
Desa Bejijong. Keberadaan situs ini sangat melakukan perlindungan. Perlindungan terdiri
membutuhkan adanya pengelolaan dan dari penyelamatan dan pengamanan, zonasi, serta
pelestarian dari berbagai pihak. pemeliharaan dan pemugaran. Sebagian besar
Pengelolaan Situs Majapahit Trowulan tugas pelestarian dilakukan oleh BPCB, dan
sebagai upaya terpadu untuk melindungi, sebagian lainnya oleh Disporabudpar. Sehingga,
mengembangkan, dan memanfaatkannya diatur dalam pelestarian Situs Majapahit Trowulan,
dalam berbagai regulasi. Regulasi tersebut adalah yang lebih banyak berperan adalah BPCB.
UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Penyelamatan dan pengamanan dilakukan
Permendikbud No.52 Tahun 2012 tentang dengan berbagai hal sebagai upaya
Organisasi dan Tata Kerja BPCB, Permendikbud menghindarkan cagar budaya dari kerusakan,
No.28 Tahun 2013 tentang Rincian Tugas BPCB, kehancuran atau kemusnahan, dan juga upaya
Kepmendikbud No.260 Tahun 2013 tentang menjaga agar tidak hilang. Upaya tersebut
Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan dilakukan dengan perawatan situs secara berkala
sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional, dan sekaligus pelaksanaan pemantauan. Kemudian,
Perda Kabupaten Mojokerto No.9 Tahun 2012 ditempatkan pula juru pelihara, selain sebagai
tentang RTRW Kabupaten Mojokerto. Dari pemelihara juga sebagai orang yang menjaga
kelima regulasi tersebut tidak ada regulasi secara keamanan situs. Hal tersebut dilakukan oleh
khusus yang mengatur pengelolaan dan BPCB. Namun, Disporabudpar juga mempunyai
pelestarian Situs Majapahit Trowulan. Sehingga, peran dalam hal pendataan situs di lapangan
me-nyebabkan tumpang tindih antar aktor baik sebagai inventarisasi situs, juga melakukan
dari pemerintah pusat maupun daerah. Maka dari sosialisasi pelestarian cagar budaya Situs
itu, perlu dibentuknya regulasi khusus terkait hal Majapahit Trowulan.
ini, agar aktor-aktor yang terlibat dalam Upaya penyelamatan situs juga dilaku-kan
Pengelolaan dan Pelestarian Situs Majapahit terhadap temuan baru oleh masyarakat. Warga
Trowulan menjadi lebih jelas secara tugas, fungsi yang menemukan situs baru wajib melaporkan
dan hubungannya, serta nantinya sumber kepada pihak yang berwenang, untuk selanjutnya
anggarannya pun jelas. disampaikan kepada Disporabudpar dengan
Pengelolaan juga membutuhkan ang-garan tembusan Bupati Mojokerto, untuk selanjutnya
sebagai pendukung berjalannya suatu program. dilaporkan kepada BPCB. Selain itu, dapat pula
Anggaran pengelolaan Situs Majapahit Trowulan langsung dilaporkan kepada BPCB. Jika temuan
bersumber dari APBN, APBD Provinsi Jawa terbukti sebagai benda, bangunan atau struktur
Timur, dan APBD Kabupaten Mojokerto. Hal ini cagar budaya, maka warga tersebut berhak
telah sesuai dengan UU No.11 Tahun 2010 mendapatklan reward dari pihak BPCB. Reward
tentang Cagar Budaya pasal 98 yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 833


dapat berupa uang tunai, maupun pengangkatan yang sesuai. Selain itu, anggaran terkait
menjadi pegawai honorer BPCB. konservasi juga perlu dioptimalkan.
Selain hal tersebut, juga dilakukan zonasi. Selanjutnya adalah pemugaran. Pemu-garan
Zonasi merupakan upaya per-lindungan melalui hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun.
penetapan batas-batas keluasan dan pemanfaatan Hal ini dikarenakan dalam satu kali pemugaran
ruang. Sesuai dengan Perda Kabupaten membutuhkan waktu sekitar delapan bulan, dan
Mojokerto No.9 Tahun 2012 tentang RTRW tidak jauh ber-beda dengan konservasi, hambatan
Kabupaten Mojokerto 2012-2013, Situs ham-batan juga berupa kurangnya sumber daya
Majapahit Trowulan masuk dalam kawasan manusia dan keterbatasan anggaran. Sehingga,
pariwisata (edukasi dan religi). Namun, sejauh pemugaran pun perlu adanya pe-ningkatan
ini pemanfaatan melalui pariwisata sangat kualitas sumber daya manusia dan
kurang, dapat dilihat dari sedikitnya wisata-wan pengoptimalan anggaran.
yang datang. Selain itu, juga termasuk dalam Pemugaran dilakukan dalam tiga tahap.
kawasan strategis kabupatan di bidang sosial Pertama, tahap pra pemugaran, pada tahap ini
budaya, sehingga dapat diman-faatkan dalam dilakukan studi kelayakan serta pengumpulan
konservasi ataupun riset serta hal lain yang data terkait situs yang akan dipugar. Kedua,
terkait dalam bidang sosial budaya. tahap pemugaran, pada tahap ini dilakukan
Upaya pelestarian berikutnya adalah penelitian, ekskavasi, kemudian pembangunan,
pemeliharaan dan pemugaran. Pemeliharaan perawatan, dan perkuatan. Ketiga, tahap pasca
merupakan upaya pelestarian dengan cara pemugaran, merupakan tahap akhir dan evaluasi.
menjaga dan merawat situs secara berkala. Berdasarkan pengelolaan dan peles-tarian
Sedangkan, pemugaran dilakukan sebagai upaya Situs Majapahit Trowulan yang telah dipaparkan,
mengembalikan kondisi fisik sesuai dengan terdapat berbagai stakeholder yang telibat.
keaslian terhadap situs yang rusak dan temuan Pertama, Bappeda Kabupaten Mojokerto,
yang tidak sempurna bentuknya. Pemeliharaan Bappeda berperan secara tidak langsung dalam
dan pemugaran dilakukan cenderung ke arah pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit
kondisi fisik Situs Majapahit Trowulan, dan Trowulan. Bappeda ber-peran sebagai perencana
merupakan tanggung jawab BPCB. Sehingga, usulan-usulan pengelolaan dan pelestarian yang
dalam hal ini tidak ada campur tangan diusulkan oleh Disporabudpar. Namun, tidak
Pemerintah Daerah. Pihak Pemerintah Daerah berperan dalam pembuatan regulasi dan
melalui hanya bagian pembangunan sarana pengambilan keputusan.
sarana pendukung, bukan terhadap situsnya Kedua, Disporabudpar Kabupaten
secara langsung. Mojokerto, yang merupakan SKPD Kabu-paten
Pemeliharaan dilakukan dengan ber-bagai Mojokerto yang menangani urusan kebudayaan
upaya, yaitu dengan menempatkan juru pelihara sebagai urusan wajib peme-rintahan daerah.
di setiap situsnya. Juru pelihara bertugas Secara umum, tugas Disporabudpar dalam
melakukan pemeliharaan termasuk menjaga pengelolaan dan pelestarian adalah melakukan
kebersihan situs, jumlahnya ber-beda di tiap situs pembenahan sarana prasarana, promosi situs, dan
sesuai dengan kebutuhan, dan menyesuaikan peman-faatannya namun tidak langsung terhadap
luasnya situs. Sejauh ini keberadaan juru pelihara fisik bangunan cagar budaya. Ketiga, BPCB
masih kurang optimal, karena terlihat hanya Mojokerto. BPCB merupakan unit pelaksana
seperti penjaga biasa, bahkan hanya seperti teknis (UPT) pemerintah pusat di ling-kungan
petugas kebersihan belaka, sehingga sebaiknya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
juru pelihara diberi identitas khusus. Sejauh ini, Ditjen Kebudayaan. BPCB bertugas
pemantauan juru pelihara pun masih kurang melaksanakan perlindungan, pengembangan, dan
optimal, masih belum ada evaluasi secara pemanfaatan serta memfasilitasi pelestarian
berkala. cagar budaya.
Selain itu, juga terdapat konservasi yang Stakeholders yang terlibat dalam
dilakukan oleh BPCB melalui Kelom-pok Kerja pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit
Laboratorium dan Penga-wetan. Namun, sejauh Trowulan tersebut dapat diklasifikasikan
ini pe-laksanaannya pun masih menghadapi berdasarkan kekuatan, posisi penting dan
berbagai kendala yang cukup krusial, yakni pengaruhnya. Hal ini sesuai dengan pen-dapat
kurangnya sumber daya manusia yang memadai Suharto (2008, h.25) yang mem-bagi stakehoders
serta keterbatasan anggaran untuk konservasi. menjadi tiga, yaitu:
Seharusnya ada peningkatan sumber daya (1) Stakeholder utama, merupakan pemilik
manusia, dari sisi kuantitasnya maupun kepentingan secara langsung, dalam hal ini
kualitasnya, terutama latar belakang pendidikan adalah BPCB dan Disporabudpar. BPCB sebagai

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 834


pelaksana di tingkat pusat, dan Disporabudpar di Perlindungan terdiri dari penyelamatan dan
tingkat daerah; pengamanan, zonasi, serta pemeliharaan dan
(2) Stakeholder pendukung, merupakan pemugaran. Sejauh ini, upaya-upaya pelestarian
stakeholder yang tidak memiliki kaitan secara tersebut sudah terlaksana, namun juga masih
langsung namun tetap berpengaruh terhadap menghadapi hambatan. Hambatan tersebut
pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit berupa kurangnya sum-ber daya manusia yang
Trowulan, dalam hal ini adalah Bappeda memadai serta keter-batasan anggaran di tiap
Kabupaten Mojokerto; (3) Stake-holder kunci, tahunnya.
yang memiliki kewenangan secara legal dalam Aktor-aktor yang terlibat dalam penge-
pengambilan keputusan, dalam hal ini adalah lolaan dan pelestarian Situs Majapahit Trowulan
Dirjen Kebudayaan di tingkat nasional, dan yaitua Bappeda, Disporabudpar, dan BPCB.
Bupati Mojokerto di tingkat daerah. Hubungan Bappeda sebagai pihak perencana.
para stakeholder tersebut sejauh ini hanya secara Disporabudpar merupakan SKPD yang
tersirat saja, tidak ada regulasi khusus yang menangani urusan kebudayaan sebagai urusan
mengatur hubungan antar stakeholder. Sehingga, wajib pemerintahan daerah. BPCB sebagai UPT
perlu dibentuk regulasi khusus yang di dalamnya Pemerintah Pusat di ling-kungan Kemendikbud,
mengatur hubungan antar stakeholder dalam Direktorat Jenderal Kebudayaan.
pengelolaan dan pelestarian Situs Majapahit Pemerintah baik pusat maupun daerah
Trowulan. hendaknya mengumpulkan berbagai lapisan
masyarakat mulai dari tokoh masyarakat,
Kesimpulan pemuka agama, kaum intelektual, serta pihak
Pengelolaan Situs Majapahit Trowulan swasta untuk bersama-sama me-mikirkan
melalui regulasi dan anggaran sudah dilaksakan. langkah ke depan demi menjaga kelestarian Situs
Namun, dalam hal regulasi masih belum terdapat Majapahit Trowulan sebagai bekas kerajaan
regulasi khusus yang mengatur pengelolaan dan besar yang pernah berjaya secara Internasional.
pelestarian Situs Majapahit Trowulan. Sehingga, dapat menjadi motivasi dan nilai
Sedangkan, anggaran masih menjadi kendala di dalam membangun bangsa yang lebih baik di era
berbagai program. modern. Selain itu, mengusulkan Situs Majapahit
Salah satu upaya pelestarian Situs Trowulan menjadi warisan buda-ya dunia juga
Majapahit Trowulan adalah dengan mela-kukan sangat diperlukan.
perlindungan terhadap situs tersebut.

Daftar Pustaka

Fatimah, Endrawati. (2009) Kerjasama Pemanfaatan Ruang Antar Daerah Berbasis Potensi Lokal.
Jakarta, Universitas Trisakti.
Ismohuddin. (2013) Alasan Trowulan Masuk Daftar Situs Terancam Dunia [internet]. Available
from: <http://www.tempo.com>[accesed 15 Oktober 2013].
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 260 Tahun 2013 tentang Penetepan
Satuan Ruang Geografis Trowulan sebagai Kawasan Cagar Budaya Tingkat Nasional.
Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia.
Manan, Bagir. (1994) Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945. Jakarta, Sinar
Harapan.
Muluk, MR. Khairul. (2009) Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Surabaya, ITS
Press.
Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2012-2032. Mojokerto, Pemerintah Daerah Kabupaten
Mojokerto.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Rincian Tugas
Balai Pelestarian Cagar Budaya. Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 52 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya. Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Rozaki, Abdul dkk. (2005) Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa. Yogyakarta, Ire Press.
Suharto, Edi. (2008) Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 835


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta, Kementerian
Negara Dalam Negeri Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta,
Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 5, Hal. 830-836 | 836

You might also like