Professional Documents
Culture Documents
Kondisi Pemanfaatan Ruang
Kondisi Pemanfaatan Ruang
HASIL PENELITIAN
Veronica A. Kumurur
Abstract. This research started from researcher’s desire to test empirically the effect of
terrestrial space utilization pattern changes to the lake eutrophication. The reason behind this
study was that the fact that there is a tendency in the change of the terrestrial space utilization
pattern around Lake Mooat which occurs continuously and uncontrollably. Each space
utilization within the area around the lake in a span of 10 years (1988-1998), the extent of land
has changed as follows : (1) in 1988 the total extent of land within the protected zone was
2389.975ha, and in 1988 the total extent of land changed into 1208.925ha; (2) in 1988 the total
extent of land within the cultivation zone was 647.6 ha; and in 1998 the total extent of land
changed to 1828.7ha. From the data, it is found out that from 1988 to 1998, 118.11 ha of the
protected zone has been converted to cultivation zone or an increase of 4% each year. Of the
above data, it is concluded that in 1988 the composition of the land space utilization within the
area around Lake Mooat, where the protected zone occupied 79% and cultivation area of 21% of
the land extent, quotion has placed the trophic condition of Lake Mooat waters under the
category of end of olygotrophic. In 1988 where the protected zone occupied 40% and the
cultivation zone occupied 60% of the land extent, quotation has placed the trophical condition of
Lake Mooat waters at the eutrophic category. At such condition (without any management),
Mooat Lake waters is predicted to enter the dystrophic category in 2092.
kawasan yang harus dilindungi melalui Peraturan oleh pemanfaatannya secara terus-menerus dan tidak
Daerah dengan tujuan untuk melindungi danau/waduk terkendali maka diduga akan berpengaruh pada daya-
tersebut dari kegiatan-kegiatan yang dapat dukung, fungsi dan keberadaan danau, serta
mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk kehidupan penduduk yang bermukim di sekitar danau
(Karmisa dkk. 1990). Menurut Keputusan Presiden RI tersebut. Dalam usaha mengelola dan menata
Nomor 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar D.
lindung, pasal 18 menyatakan bahwa kawasan sekitar Mooat berbagai informasi pendukung sangat
danau adalah daratan sepanjang tepi danau/waduk diperlukan, namun informasi-informasi yang
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi dimaksud tidak tersedia (sejauh penelusuran pustaka
fisik danau/waduk antara 50-100m dari titik pasang yang dilakukan).
tertinggi ke arah darat. Beberapa informasi yang ditemukan
Ruang daratan di kawasan Danau Mooat mengenai hanya sebatas pada ekologi D. Mooat,
adalah wadah tempat manusia, flora, dan fauna hidup misalnya mengenai parameter pertumbuhan dan
dan melakukan kegiatan serta memelihara reproduksi Osteochilus hasselti dan Pontius
kelangsungan hidup di sepanjang tepi danau yang javanicus (Bataragoa dkk. 1990), relung makanan
mempunyai fungsi sebagai daerah tangkapan air dan komunitas ikan (Rondo dkk. 1996), tingkatan tropik
sebagai daerah pelindung kestabilan eutrofikasi (Tasirin 1987; Wantasen dkk. 1993). Berdasarkan
danau. Keberhasilan pelestarian dan pengelolaan hal-hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan
sumberdaya alam akan menjadi kunci untuk dengan tujuan menganalisis perubahan pola
terpenuhinya harkat hidup seluruh masyarakat pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar Danau
(Sugandhy 1992). Salah satu pendekatan yang Mooat dalam periode tahun 1987 sampai 1998 (±10
berperan besar dalam penggunaan sumberdaya alam tahun). Analisis yang ditampilkan bermanfaat antara
adalah tata ruang, yang pada dasarnya merupakan lain untuk penyediaan informasi mengenai kondisi
suatu alokasi sumberdaya alam ruang bagi berbagai ruang daratan dan pola perubahan pemanfaatannya di
keperluan pembangunan agar memberi manfaat yang kawasan sekitar danau tersebut, dan sebagai
optimal bagi suatu wilayah (Coutrier 1992). kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai pola
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia pemanfaatan ruang daratan di kawasan sekitar danau.
Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pasal Dalam penelitian ini batasan lebar daratan
14(2), yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ditentukan oleh kondisi lahan sebagai tempat
ruang adalah bentuk hubungan antar berbagai aspek aktivitas mahluk hidup (permukiman, pertanian,
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya perkebunan dan hutan) pada peta topografi yang
buatan, sosial budaya, ekonomi, tekhnologi, mempunyai kemiringan kontur dengan arah limpasan
pertahanan keamanan; fungsi lindung, budidaya, dan air ke perairan Danau Mooat, yaitu antara 750-2500
estetika lingkungan; dimensi ruang dan waktu yang meter diukur dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta Untuk dapat mencakup kondisi topografi yang tidak
berkualitas membentuk tata ruang. Menurut beraturan di sekitar danau, maka digunakan
Sugandhy (1995), ruang merupakan suatu wujud fisik pendekatan bentuk persegi panjang (lebar 4375m dan
wilayah dalam dimensi geografis yang dipergunakan panjang 6943 m) untuk mempermudah perhitungan
sebagai wadah bagi setiap usaha pemenuhan luas daratan tanpa mengabaikan bentuk topografi
kehidupan manusia baikpemanfaatannya secara yang memberikan pengaruh terhadap arah aliran
horizontal mau-pun vertikal. Akibat dari perubahan permukaan di sekitar danau ke dalam perairan danau
ruang daratan di sekitar D. Mooat yang disebabkan Mooat.
data pembanding digunakan data hasil pengukuran lindung dan kawasan budidaya di kawasan
langsung terhadap luas lahan pemanfaatan ruang di sekitar Danau Mooat dengan menggunakan data
sisi sebelah barat D. Mooat dan pengukuran luas lahan dasar (data I) dari peta rupa bumi Kotamobagu
pemanfaatan ruang di sebelah Timur pada peta tata skala 1:50.000 yang diterbitkan Bakosurtanal
guna lahan Kabupaten Bolaang Mongondow tahun pada tahun 1991. Dalam peta ini, pola
1992 sebagai data II (data ke-n). pemanfaatan ruang diperoleh dari foto udara pada
Sebelum pengambilan contoh air, dilakukan tahun 1981-1982 dan di cek ulang di lapangan
penentuan kedalaman zona limnetik (pengukuran pada tahun 1987-1988. Sebagai data pembanding
kecerahan) dengan piring secchi. Contoh air diambil (data ke-n) peneliti mengukur luas lahan
pada tiga kedalaman yang berbeda (pada zona pemanfaatan ruang di sisi sebelah barat Danau
limnetik). Populasi sampel yang akan diteliti adalah; Mooat langsung di lapangan dan mengukur luas
seluruh perairan danau, sedangkan yang menjadi lahan pemanfaatan ruang di sebelah Timur pada
target populasi adalah: ruang perairan yang berada peta tata guna lahan Kabupaten Bolaang
pada daerah litoral Danau Mooat. Pertimbangan Mongondow tahun 1992 sebagai data II (data ke-
dalam menentukan tujuh titik tempat pengambilan n).
sampel air, sebagai berikut: (1)Daerah litoral adalah b. Metode analisis varians (ANOVA), untuk
daerah di ruang perairan danau yang cenderung menentukan parameter keadaan trofik yang
memperlambat aliran air dan memungkinkan signifikan pada tujuh titik sampel.
pengendapan lumpur (mengandung unsur hara) yang c. Metode Jorgensen, untuk menentukan besar
terbawa masuk ke perairan dari lahan pertanian, lahan perubahan ekspor unsur hara (fosfat dan nitrogen)
permukiman oleh aliran permukaan; dan (2) Daerah pada tahun 1987 dan tahun 1998.
litoral yang diperkirakan menerima tambahan unsur d. Metode statistik sederhana, untuk menentukan
hara melalui aliran masuk (inlet) dari sungai-sungai besar pengaruh perubahan pola pemanfaatan
yang ada di sisi sebelah Timur Danau Mooat. Analisis ruang terhadap eutrofikasi danau secara
data dengan menggunakan metode sebagai berikut: kuantitatif.
a. Metode overlay (tumpang tindih) untuk
menentukan perubahan luas lahan pada kawasan
Pola Pemanfaatan Ruang Daratan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup
Yang dimaksud dengan Pola pemanfaatan dan melakukan kegiatan serta memelihara
ruang menurut Undang-undang Republik Indonesia kelangsungan hidupnya. Menurut Sugandhy (1995)
Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pasal bahwa Ruang merupakan suatu wujud fisik wilayah
14 (2) adalah bentuk hubungan antar berbagai aspek dalam dimensi geografis yang dipergunakan sebagai
sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya wadah bagi setiap usaha pemenuhan kehidupan
buatan, sosial budaya, ekonomi, teknologi, pertahanan manusia baik pemanfaatannya secara horizontal
keamanan; fungsi lindung, budi daya, dan estetika maupun vertikal. Ruang daratan adalah ruang yang
lingkungan; dimensi ruang dan waktu yang dalam terletak di atas dan di bawah permukaan daratan
kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas termasuk permukaan perairan darat dan sisi darat dari
membentuk tata ruang. garis laut terendah. Kesatuan ruang dengan semua
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan
10 V.A. KUMURUR
manusia serta makhluk hidup lainnya disebut bahwa hal ini tidak berarti bahwa wilayah Nasional
lingkungan hidup. akan dibagi habis oleh ruang-ruang yang akan
Pengaturan ruang memerlukan dimensi diperuntukkan bagi kegiatan manusia tetapi perlu
waktu untuk mengarahkan kegiatan manusia agar dipertimbangkan pula adanya ruang-ruang yang
sesuai dengan keseimbangan lingkungan hidup yang mempunyai fungsi lindung dalam kaitannya untuk
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, menjaga keseimbangan hidrologis dan ekologis. Salah
daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk di satu aspek penentu kualitas tata ruang adalah
dalamnya manusia dan perilakunya, yang terwujudnya pemanfaatan ruang yang serasi antara
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan fungsi lingkungan dengan kawasan pembangunan,
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya dengan ditetapkannya kawasan lindung dan kawasan
(Sugandhy,1992). Selanjutnya Sugandhy mengatakan budidaya (Sugandhy,1992).
pertanian lahan basah. Termasuk kawasan budidaya pertambangan; (2)kawasan industri, (3)kawasan
kawasan non pertanian adalah; (1)kawasan pariwisata, (4)kawasan permukiman.
Lanjutan Tabel 1
No Danau-danau Danau-danau Danau-danau
Oligotrofik Eutrofik Distrofik
2 - Material organik lambat tersuspensi - Material organik tersuspensi - Material organik tersuspensi
di dalam danau berlimpah di dalam danau berlimpah
Sistim pengelompokkan tipe danau yang ultraoligotrofik, (2) oligotrofik, (3) oligomesotrofik,
lebih rinci dikemukakan oleh Wetzel (1983) dengan (4) mesotrofik,(5) mesoeutrofik, (6) eutrofik, (7)
membagi danau dalam delapan tipe, yaitu: (1) hipereutrofik, (8) distrofik.
Tabel 2.3. Kategori trofik danau berdasarkan parameter tertentu menurut Wetzel (1983)
Kategori Rata-rata Klorofil-a Total P Total N Total Bahan Organik
Trofik danau Produktivitas primer (mg/m3) (ppb) (ppb) (mg/L)
(mgC/m²/hari)
Tabel 2.4. Kategori trofik danau berdasarkan parameter tertentu menurut Freedman (1989)
Kategori Total Fosfor Klorofil-a Kedalaman Sechi
Trofik danau (ppb) (ppb) (meter)
Ultraoligotrofik <4,0 <1,0 >12
Oligotrofik <10 <2,5 >6
Mesotrofik 10-35 2,5-8 3-6
Eutrofik 35-100 8-25 1,5-3
Hipertrofik >100 >25 <1,5
Sumber: Modifikasi dari Environmental Ecology (Freedman,1989)
10 V.A. KUMURUR
Kondisi Pemanfaatan Ruang Daratan di Kawasan sekitar Danau Mooat pada area cuplikan seluas 3037,5
Lindung hektar. Hasil pengukuran memperlihatkan perubahan
Hasil pengukuran luas pemanfaatan lahan luas lahan akibat pemanfaatannya untuk kawasan
pada kawasan lindung dan kawasan budidaya di lindung dan budidaya.
Tabel 1. Luas lahan setiap jenis pemanfaatan ruang di kawasan sekitar Danau Mooat (1987 dan 1998) pada area
cuplikan 3037,5 ha*) Peta Rupa Bumi Kotamobagu 1987/1988
(Bakosurtanal 1991).Jenis Pemanfaatan lahan Luas lahan (ha)
Tahun 1987 *) Tahun 1998 Perubahan 1987-1998
Kawasan Lindung:
Hutan belukar 704,68 90,43 614,25
Hutan lindung 944,68 377,88 566,80
Danau Mooat 721,87 721,87 0
Danau Tondok 18,75 18,75 0
Total 2389,98 1208,93
Kawasan Budidaya
Tegal ladang 146,90 816,81 669,91
Perkebunan 43,74 337,94 294,20
Permukiman 20,73 23,74 3,01
Tegalan sayur 436,25 650,20 213,95
Total 647,62 1828,69
Namun, dari hasil pengamatan saat ini rentang waktu 10 tahun telah terjadi perubahan luas
kondisi kawasan hutan di area tersebut sudah beralih sebesar 566,80 ha atau 56,680 ha per tahun (Gambar
fungsi menjadi lahan perkebunan dan tegalan. Hasil 1). Konversi hutan lindung menjadi lahan perkebunan
perhitungan luas areal hutan lindung seluruh kawasan dan tegalan akan mengakibatkan terjadinya erosi yang
D. Mooat pada tahun 1987 (Peta Rupa Bumi besar pada lahan ini. Menurut Castro (1979) dalam
Kotamobagu) adalah 944,68 ha. Pada tahun 1998 Lal (1990) yang meneliti tentang erosi yang terjadi di
berubah menjadi 377,88 ha. Berarti bahwa dalam lahan tropis Campinas Sao Paolo, Brazil, bahwa lahan
PENGARUH PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DARATAN… 11
yang tertutup vegetasi (misalnya perkebunan kopi) lahan hutan lindung dikonversi menjadi pemanfaatan
menghasilkan erosi 1,4ton/ha/tahun. Ini adalah nilai lahan perkebunan akan sangat mempengaruhi jumlah
yang sangat besar dibandingkan dengan nilai erosi erosi yang dihasilkan dari pemanfaatan ruang ini dan
yang ditimbulkan oleh lahan yang tertutup vegetasi jumlah partikel tanah yang masuk ke dalam perairan
hutan lindung dan belukar (0,0001 ton/ha/tahun). danau.
Dengan demikian, jika selisih luas area akibat Lahan hutan belukar berada di sebagian area
konversi hutan lindung menjadi lahan perkebunan di sebelah timur sampai dengan sebelah tenggara,
adalah 566,805ha maka jumlah ersoi yang terjadi ± sebelah barat sampai dengan sebelah barat-daya dan
793,527ton/ha/tahun Tabel 2 & 3. Apabila jumlah ini secara langsung berfungsi sebagai penyangga bagi
dibandingkan dengan jumlah erosi akibat lahan ini Danau Mooat. Hasil pengukuran yang dilakukan pada
tetap berfungsi sebagai hutan lindung (0,094 kawasan ini diperoleh luas 704,68ha pada tahun 1987
ton/ha/tahun), maka terlihat bahwa terdapat perbedaan dan menjadi 90,43ha pada tahun 1998, di mana terjadi
yang besar antara dua pemanfaatan ruang ini. Oleh penyempitan areal hutan belukar rata-rata seluas
karena itu, dapat disimpulkan bahwa sedikit saja luas 61,43ha/tahun.
.
Tabel 2. Perhitungan erosi dan run-off untuk jenis pemanfaatan ruang hutan dan perkebunan kopi di kawasan
Danau Mooat tahun 1987
(analisis menggunakan ketetapan nilai Castro (1979) dalam Lal (1990)
Jenis Pemanfaatan Luas lahan Ketetapan nilai Castro Hasil Perhitugan
(ha) Erosi Run-off Erosi Run-off
Ton/ha.tahun (%) Ton/ha.tahun (%)
Hutan (lindung+belukar) 1649,355 0,0001 1,1 0,165 18,143
Perkebunan kopi (80% dari luas 35 1,4 1,6 49 0,560
perkebunan)
Tabel 3. Perhitungan erosi run-off untuk jenis pemanfaatan ruang hutan dan perkebunan kopi di kawasan sekitar
Danau Mooat tahun 1998 (analisi menggunakan ketetapan nilai Castro (1979) dalam Lal (1990)
Jenis Pemanfaatan Luas lahan Ketetapan nilai Castro Hasil Perhitugan
(ha) Erosi Run-off Erosi Run-off
Ton/ha.tahun (%) Ton/ha.tahun (%)
Hutan (lindung+belukar) 533,175 0,0001 1,1 0,153 5,865
Perkebunan kopi (80% dari luas 270,352 1,4 1,6 378,4928 4,326
perkebunan)
Kondisi Pemanfaatan Ruang di Kawasan Budidaya pada tahun 1998, di mana telah terjadi pertambahan
Pemanfaatan lahan pada kawasan budidaya di luas area sebesar 3,013ha setiap tahun .
sekitar perairan Danau Mooat. sebagai lahan Kondisi ini disebabkan oleh pertambahan
permukiman, lahan panen (kebun sayur), lahan penduduk rata-rata 2,66% setiap tahun serta kepadatan
tegalan, dan lahan perkebunan. Lahan permukiman, penduduk 142,22 orang/km2 (Bolaang Mongondow
sebagian lahan panen (kebun sayur), dan sebagian Dalam Angka 1995) sehingga terjadi permintaan yang
lahan perkebunan berada di sisi sebelah barat danau. meningkat terhadap luas area permukiman. Adanya
Di sisi sebelah timur danau didominasi oleh lahan perluasan area permukiman terutama di sisi sebelah
perkebunan dan lahan tegalan. Di sisi sebelah utara barat-laut sampai dengan sebelah barat telah
didominasi oleh lahan panen (lahan kebun sayur). mengubah sebagian area hutan belukar (fungsi
Pemanfaatan ruang permukiman merupakan kawasan lindung).
budidaya dan memiliki fungsi sebagai perdesaan. Sebagian besar (±80%) penduduk di area
Menurut pasal 1(1) Bab I Undang-undang Nomor 24 permukiman sekitar danau Mooat menggunakan
tahun 1992 tentang Penataan Ruang bahwa kawasan secara langsung media air danau sebagai sarana MCK
perdesaan mempunyai susunan fungsi kawasan (mandi, cuci, kakus). Kondisi ini secara langsung
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa memberikan peningkatan kontribusi limbah rumah
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. tangga terhadap perairan danau sebesar 80% dari rata-
Dari hasil pengukuran luas area permukiman ini rata pertambahan penduduk sebesar 2,66% setiap
diperoleh 20,73ha pada tahun 1987 menjadi 23,74ha tahun. Menurut Paat (1986) sikap masyarakat terhadap
lingkungan sekitar danau (hutan, lahan pertanian)
12 V.A. KUMURUR
memberi pengaruh positif terhadap pelestarian merupakan pertambahan luas tertinggi dibandingkan
lingkungan. Dari pernyataan tersebut dapat dengan pertambahan luas pada pemanfaatan ruang lain
disimpulkan bahwa jika 80% masyarakat sekitarnya di kawasan sekitar danau. Selain itu, pertambahan ini
tidak memberikan perhatian terhadap pelestarian merupakan akibat dari konversi ruang tegalan ladang
perairan danau maka akan sangat mempengaruhi menjadi areal tegalan sayur (kebun sayur) di sisi barat.
keberlanjutan fungsi dan keberadaan perairan Danau Tegalan ladang adalah areal pertanian yang
Mooat. Tegalan sayur (lahan pertanian/lahan digarap dalam waktu tiga tahun atau kurang, kemudian
panen/kebun sayur) adalah areal pertanian kering ditinggalkan (Kartono dkk. 1991). Tegalan ladang
semusim dan tidak pernah diairi. Areal ini umumnya dapat berfungsi sebagai lahan pengembalaan, karena
ditanami dengan jenis tanaman umur pendek saja, di lahan ini banyak tumbuh rumput liar yang dapat
tanaman keras yang mungkin ada hanya terdapat dijadikan makanan ternak. Hasil pengukuran areal
pematang-pematang (Kartono dkk. 1991). Selain itu ladang pada tahun 1998 diperoleh data bahwa telah
kawasan ini juga mempunyai fungsi budidaya. terjadi penyempitan lahan seluas 669,91ha sejak
Areal pertanian di kawasan sekitar Danau pengkuran pada tahun 1987. Hasil pengamatan di
Mooat (sisi utara sampai dengan sisi barat laut) lapangan menunjukkan bahwa kekurangan areal
ditanami dengan sayur-sayuran (kentang, bawang ladang adalah akibat dari beralih fungsi menjadi
daun, kubis dan wortel). Hasil pengukuran luas tegalan kawasan. budidaya (lahan panen/kebun sayur). Hasil
sayur pada tahun 1987 adalah 436,25ha berubah perhitungan parameter pengukuran kondisi trofik
menjadi 650,20ha pada tahun 1998. Terjadi danau Mooat ditampilkan pada Gambar 2.
pertambahan rata-rata 21,395ha per tahun. Hal ini
Gambar 2. Kondisi parameter tingkat trofik Danau Mooat pada pengukuran 1998
PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG (subsurface) aliran air dari daerah pertanian dan
TERHADAP EUTROFIKASI DANAU perkotaan, aliran limbah ternak, aliran limbah rumah
Pengkayaan unsur hara pada air yang tangga (Connell & Miller,1995). Menurut Hasler
menyebabkan rangsangan suatu susunan perubahan dalam Connell & Miller (1995) bahwa sumber-
simptomatik yang meningkatkan produksi ganggang sumber nitrogen dan fosfat terbesar di kawasan
dan makrofit, memburuknya perikanan, memburuknya perdesaan berasal dari air tanah kemudian dari tanah
kualitas air dan perubahan simptotik lainnya yang yang mengandung pupuk kandang .
tidak dikehendaki serta menganggu penggunaan air Perubahan fungsi pemanfaatan ruang
(Wood dalam Connell & Miller 1995). Menurut sebagai lahan tegalan di sisi barat danau Mooat
Connell & Miller (1995) bahwa fosfor dan nitrogen memberikan tambahan luas lahan pertanian secara
adalah faktor utama dalam pertumbuhan tanaman. keseluruhan. Perubahan fungsi dan luas pada lahan
Sumber pencemaran utama unsur hara adalah pertanian berarti terjadi peningkatan kegiatan
bagian permukaan dan bagian di bawah permukaan pengolahan tanah dan penggunaan pupuk. Kegiatan
PENGARUH PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DARATAN… 13
ini merupakan sumber masuknya unsur hara pada bertambah luas area pemanfaatan ruang sebagai
perairan danau Mooat, terutama unsur nitrogen dan tegalan sayur (lahan panen/kebun sayur) di sekitar
fosfor. Dimana kedua unsur ini memegang peranan kawasan danau Mooat maka semakin banyak pula
penting bagi pertumbuhan tumbuhan air untuk jumlah ekspor nitrogen dan fosfor ke dalam perairan
tumbuh dan berkembangbiak. Menurut Jorgensen danau. Jumlah masukkan unsur hara (nitrogen dan
(1991) bahwa jumlah minimal fosfor yang diekspor fosfor) ke dalam perairan danau bergantung pula
oleh batuan akibat limpasan (aliran permukaan) pada dengan jumlah tanah yang masuk akibat erosi yang
pemanfaatan ruang sebagai hutan lindung setiap terjadi.
tahun adalah 2,645kg setiap m2 dalam satu tahun, nilai Jumlah tanah yang tererosi ini pula
maksimum ekpor fosfor setiap m2 dalam satu tahun bergantung pada jenis tanaman yang ditanam dan
adalah 34kg. Sedangkan nilai minimum ekspor fosfor kemiringan lahannya. Menurut Castino dalam Lal
dari endapan di lahan hutan akibat limpasan adalah (1990) erosi yang ditimbulkan oleh perkebunan kopi
26,451kg, nilai maksimum adalah 68,017kg. Nilai ini adalah 1,4 ton setiap hektar setiap tahun dan run-
minimum ekspor fosfor dari batuan akibat aliran off akibat hujan 1,6 % (tabel 3 ), Jika seluruh 80%
permukaan di lahan hutan belukar adalah 9,3kg dari luas lahan perkebunan ditanami tanaman kopi
sedangkan nilai maksimum adalah 24,8kg. Nilai maka jumlah erosi yang terjadi akibat efek vegetasi
ekport minimum fosfor pada endapan akibat aliran kopi adalah 423.22 ton setiap tahun.
permukaan di lahan hutan belukar adalah 17,083kg, Lahan yang ditanami dengan pohon-pohon
sedangkan nilai ekport maksimum adalah 57,461kg tinggi (lebih dari 30 meter) dan tanaman-tanaman
setiap satu hektar dalam satu tahun. Nilai minimum semak selukar seluas 533.175ha, maka menurut
ekspor fosfor dari areal pertanian adalah 143,044kg, Castro (dalam Lal, 1991) jumlah erosi yang terjadi
sedangkan nilai maksimumnya adalah 650,200kg adalah 0.053 ton setiap hektar dalam satu tahun (tabel
setiap hektar dalam satu tahun. 42). Menurut Solorio (1974 dalam Lal 1991) bahwa
Selanjutnya menurut Jorgensen, bahwa lahan pertanian pada kemiringan sedang (20%-30%)
jumlah minimal nitrogen yang diekspor oleh batuan lebih banyak menghasilkan jumlah tanah yang
akibat limpasan (aliran permukaan) pada pemanfaatan tererosi dibandingkan dengan lahan pertanian di
ruang sebagai hutan lindung setiap tahun adalah kemiringan yang rendah (10%-15%).
491,237kg kg setiap m2 dalam satu tahun, nilai Dengan demikian perubahan pemanfaatan
maksimum ekspor fosfor setiap m2 dalam satu tahun ruang di sisi sebelah kanan sebagai hutan lindung dan
adalah 1133,625kg. Sedangkan nilai minimum ekspor hutan belukar (kemiringan tinggi 40%-45%) menjadi
nitrogen dari endapan di lahan hutan belukar akibat lahan perkebunan dan tegalan akan mudah tererosi
limpasan adalah 310,6kg, nilak maksimum adalah dan membawa partikel-partikel tanah dalam jumlah
931,8kg. Nilai ekpor minimum nitrogen pada endapan yang besar ke dalam perairan. Pengkayaan unsur hara
akibat aliran permukaan di lahan hutan belukar dan peningkatan eutrofikasi mengakibatkan
adalah 566,812 kg, sedangkan nilai ekport maksimum terganggunya ekosistem dan terancam keberadaan
adalah 1889,375kg setiap satu hektar dalam satu danau Mooat. Menurut Vollenweider dan Kerekes
tahun. Nilai minimum ekspor nitrogen dari areal dalam Connell & Miller (1995) menghubungkan
pertanian adalah 3251kg, sedangkan nilai peningkatan kepekatan klorofil-a dan produksi primer
maksimumnya adalah 7802,4kg setiap hektar dalam untuk meningkatkan produksi primer. Menurut Burns
satu tahun. dan Ross bahwa laju pengurangan oksigen terlarut di
Dari hasil perhitungan nilai ekspor fosfor dalam hipolimnion dapat dihubungkan dengan
dan nitrogen dari tiga jenis pemanfaatan lahan di keadaan trofik (Connell & Miller 1995).
kawasan sekitar danau Mooat, diperoleh hasil Meningkatnya eutrofikasi menyebabkan
pemanfaatan ruang sebagai areal pertanian (lahan menurunnya efisiensi penggunaan energi di dalam
panen/tegalan sayur/kebun sayur) mempunyai nilai jaringan makanan yang berdasarkan fitoplankton,
ekspor nitrogen dan fosfor yang terbesar dibandingkan tetapi menurunnya biomassa zooplankton (Connell &
dengan pemanfaatan hutan lindung dan hutan belukar. Miller 1995).
Dengan demikian pemanfaatan ruang sebagai tegalan Menurut Connell & Miller (1985) bahwa
sayur (lahan panen/kebun sayur) di kawasan sekitar pengaruh utama dari peningkatan eutrofikasi terhadap
danau Mooat memberikan kontribusi yang besar spesies ikan disebabkan oleh berkurangnya oksigen
terhadap penambahan jumlah unsur hara terutama yang terlarut. Namun adapula spesies ikan yang
Nitrogen dan Fosfor. toleran terhadap kurangnya kadar oksigen terlarut
Dimana kedua unsur ini menentukan proses dan tingginya suhu perairan. Tetapi secara umum
pengkayaan (eutrofikasi) perairan danau. Semakin dengan meningkatnya eutrofikasi suatu perairan danau
14 V.A. KUMURUR
akan menurunkan jumlah habitat yang sesuai dengan Dalam Kualitas Lingkungan Indonesia. Kantor
spesies ikan di danau Mooat. Berdasarkan data-data Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta
hasil pengukuran parameter fosfat dan klorofil-a dan Kartono, H., S. Rahardjo & I.M. Sandy. 1991. Esensi
diasumsikan tidak adanya perbaikan dan pembangunan wilayah dan penggunaan tanah
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan sekitar berencana. Jurusan Geografi, FMIPA. Universitas
danau, maka dapat diprediksi danau Mooat akan Indonesia. Jakarta
punah pada tahun 2072 atau 74 tahun lagi. Lal, R. 1990. Soil erosion in the tropics. McGraw-Hill,
Inc., United State of America
KESIMPULAN Paat, A.J.T. 1986. Faktor sosial ekonomi yang
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah mempengaruhi pendangkalan Danau Tondano di
telah terjadi perubahan/konversi pola pemanfaatan Kabupaten Minahasa. Tesis (tidak dipublikasi).
ruang daratan di kawasan sekitar Danau Mooat dalam Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
rentang waktu 10 tahun (1987-1998) sebesar 39% (4% Bogor
per tahun), yaitu dari 79% (2389,98ha) tahun 1987 Rondo, M., B. Soeroto & B.H. Toloh. 1996. Relung
menjadi 40% (1208,93ha) tahun 1998 untuk kawasan makanan komunitas ikan di danau Mooat
lindung, dan 21% (647,62ha) pada tahun 1987 menjadi Sulawesi Utara. Laporan Penelitian. Fakultas
60% (1828,69) pada tahun 1998 untuk kawasan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam
budidaya. Ratulangi. Manado
Sugandhy, A. 1992. Strategi penataan ruang nasional.
DAFTAR PUSTAKA Dalam Membangun tanpa merusak. Kantor
Anonimus, 1997. Bolaang Mongondow Dalam Angka Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Tahun 1995. Kantor Statistik Kab. Bolaang Indonesia. Jakarta
Mongondow Sulawesi Utara. Kotamobagu Tasirin, J. 1987. Evaluasi tingkat trofik Danau Mooat.
Bataragoa, N.E., R.D. Moningkey, J.F.W.S. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian,
Tamanampo & H. Tioho. 1990. Telaah parameter Universitas Sam Ratulangi. Manado
pertumbuhan dan aspek reproduksi Wantasen, S., S.P. Ratag & I. Kalangi. 1993.
Coutrier, P.L. 1992. Teknologi pengendalian Perubahan tingkat trofik Danau Mooat. Laporan
lingkungan. Dalam membangun tanpa merusak. Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Sam
Kantor Menteri Lingkungan Hidup Republik Ratulangi. Manado
Indonesia. Jakarta Wowor, E.H.E. 1991. Beberapa aspek biologis spesies
Dari data Peta Rupa Bumi Kotamobagu tahun 1991 ikan ekonomis dan kondisi perairan Danau Mooat
Karmisa, I., Y. Purwantini, D.N. Utami, A. Kusriyanti Sulawesi Utara. Skripsi (tidak dipublikasi)
& J. Suzanna. 1990. Administrasi lingkungan. Fakultas Perikanan. Universitas.