You are on page 1of 3

Gangguan Psikosomatis, Ketika Pikiran Menyebabkan Penyakit Fisik

“Hati-hati, stres bisa menimbulkan gangguan psikosomatis. Penyakit pun bisa


bermunculan atau bahkan memperparah gejala atau tanda-tanda penyakit fisik lainnya.”

Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Gangguan
psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi
tubuh hingga penyakit muncul atau diperparah. Dengan kata lain, istilah gangguan psikosomatis
digunakan untuk menyatakan penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor
mental, seperti stres dan rasa cemas.

Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit "fungsional" merupakan kondisi
yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh walaupun tidak tampak kelainan
pada pemeriksaan X-ray atau tes darah.
Bagaimana Pikiran Memengaruhi Penyakit?

Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala fisik. Contohnya, ketika merasa
takut atau cemas bisa muncul tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung
berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran (tremor), berkeringat, mulut
kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung.
Gejala fisik tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai
bagian tubuh. Selain itu, pelepasan adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa
menyebabkan gejala fisik di atas.

Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala lainnya dan memengaruhi
penyakit fisik yang sebenarnya (seperti ruam, tekanan darah, dll) belum diketahui dengan jelas.
Atau bisa jadi karena impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh, atau otak yang
diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh. Tapi ini semua masih
belum dipahami benar.

Penyakit Karena Psikosomatis

Pada penderita gangguan psikosomatis, setiap penyakit fisik pasti ada pengaruh dari sisi mental.
Ini karena cara orang bereaksi dan mengatasi suatu penyakit sangat bervariasi. Sebagai contoh,
beberapa orang mungkin tidak merasa terganggu ketika mengalami ruam psoriasis (kondisi kulit
kronis yang menyebabkan sel-sel kulit tumbuh terlalu cepat). Namun penyakit ini bisa membuat
beberapa orang lain merasa tertekan dan penyakitnya pun terasa lebih sakit.

Penyakit mental bisa jadi juga akan berpengaruh pada fisik seseorang. Ketika menderita penyakit
mental, Anda mungkin jadi tidak bernafsu makan, malas beraktivitas, atau enggan mengurus diri
sendiri. Akibatnya, masalah atau penyakit fisik pun jadi bermunculan.

Beberapa penyakit fisik (seperti eksim, hipertensi atau tekanan darah tinggi, radang perut,
penyakit jantung, psoriasis, sakit pinggang bagian bawah) dianggap sangat rentan ditimbulkan
atau diperparah oleh faktor mental seperti stres dan rasa cemas. Namun ada juga penyakit yang
susah diklasifikasikan sebagai gangguan psikosomatis atau bukan, contohnya ulkus peptikum
atau peptic ulcer (luka menyakitkan pada lapisan lambung atau bagian pangkal usus kecil) dan
Irritable Bowel Syndrome atau IBS (gangguan umum atau iritasi pada usus besar (kolon) yang
sering menyebabkan kram, nyeri perut, kembung, gas, diare dan sembelit).

Ketika faktor mental memunculkan gejala penyakit tetapi penyakit itu sendiri tidak bisa
ditemukan atau dideteksi atau mengeluh sakit yang tidak sesuai gejalanya, keadaan ini juga
dikelompokkan dalam gangguan psikosomatis.

Jangan terkecoh antara gangguan psikosomatis dengan penggunaan istilah “penyakit


psikosomatis” atau yang dikenal sebagai gangguan somatoform. Dalam “penyakit psikosomatis”,
pikiran mendominasi fisik dan bisa diatasi dengan penggunaan kekuatan sugesti, berpikir positif,
dan tekad kuat untuk mengatasi masalah fisik. Pada gangguan psikosomatis, gangguan mental
memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit fisik. Sedangkan dalam gangguan
somatoform, gangguan mental dianggap sebagai satu-satunya penyebab dari penyakit fisik.
Gangguan psikosomatis diduga dapat diatasi atau diringankan dengan psikoterapi, mengonsumsi
antidepresan atau obat penghilang rasa sakit non-narkotika, latihan relaksasi, teknik distraksi
atau pengalihan, akupunktur, hipnosis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), dan
fisioterapi. Kerja sama antara dokter dan spesialis kesehatan mental paling sering dilakukan guna
membantu mereka yang mengidap gangguan psikosomatis ini.

Psikosomatis dapat diatasi dengan:

 Menjelaskan pada klien bahwa stres dapat membuat gejala menjadi buruk. Oleh karena
itu, bantu klien meredakan stres agar dapat meningkatkan kesehatan mereka.
 Membangun ikatan kepercayaan dengan pasien.
 Fokus pada aspek kognitif dan emosional pasien. Membantu klien meredakan pikiran
yang berlebihan, perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan gejala penyakit yang
dialami, dan meminta mereka untuk melacak hal apa yang memperburuk gejala yang
dialami.
 Meditasi
 Obat antidepresan.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal diduga menderita gangguan psikosomatis, dianjurkan
untuk meminta saran dokter guna mendapatkan informasi lebih lanjut.

You might also like