You are on page 1of 12

TUGAS

TEKNIK REAKSI KIMIA 2


DESAIN REAKTOR ISOTERMAL

KELOMPOK 9
ANGGOTA KELOMPOK:
A’isyah Fadhlillah NPM. 1606951166
Anisa Maulida NPM. 1606951172
Chunairil Wijaya NPM. 1606951185
Dyah Kunti Suryaandari NPM. 1606951191
Mega Larasati NPM. 1606951203

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET
2018
4-20c The elementary gas- phase reaction
A+B→C+D
is carried out in a packed bed reactor. Currently, catalyst particles 1mm diameter are packed into 4-in.
schedule 40 pipe (Ac=0.82126 dm2). The value of is carried out in a packed-bed reactor. Currently,
catalyst particles 1 mm in diameter are packed into 4-in. schedule 40 pipe (AC = 0.82126 dm2). The
value of β0 in the pressure drop equation is 0.001 atm/dm. A stoichiometric mixture of A and B enters
the reactor at a total molar flow rate of 10 mol/min, a temperature of 590 K, and a pressure of 20 atm.
Flow is turbulent throughout the bed. Currently, only 12 % conversion is achieved with 100 kg of
catalyst.
It is suggested that conversion could be increased by changing the catalyst particle diameter.
Use the following data to correlate the specific reaction rate as a function of particle diameter. Then
use this correlation to determine the catalyst size that gives the highest conversion. As you will see in
Chapter 12, k’ is first-order reaction is expected to vary according to the following relationship:
3
𝑘 ′ = 𝜂𝑘 = (Φ𝑐𝑜𝑡ℎΦ − 1)𝑘
Φ2
where Ф varies directly with particle diameter Ф = cDp. Although the reaction is not first order, one
notes from Figure 12-5 the functionally second order reaction is similar to equation (P4-20.1).
a) Show that when the flow is turbulent
𝐷𝑃0
∝ (𝐷𝑃 ) = ∝0 ( )
𝐷𝑃
and that ∝ = 0.8 x 10-4 atm/kg and also show that c = 75 min-1
b) Plot the specific reaction rate k’ as a function of DP and compare with Figure 12-5.
c) Make a plot of conversion as a function of catalyst size.
d) Discuss how your answer would change if you had used the effectiveness factor for a second-
order reaction rather than a first-order reaction.
e) How would you answer to (b) change if both the particle diameter and pipe diameter were
increased by 50%, when:
a. the flow is laminar
b. the flow is turbulent
f) Write a few sentences describing and explaining what would happen if the pressure drop
parameter ∝ is varied
g) What generalizations can you make about what you learned in this problem that would
apply to other problems?
h) Discuss what you learned from this problem and what you believe to be the point of the
problem.
Additional information:
Void fraction = 0.35
Solid catalyst density = 2.35 kg/dm3
Bulk density = 𝜌𝐵 = (1 − Φ)𝜌𝐶
= (0.35)(2.35)
= 0.822

Catalyst diameter, dp (mm) 2 1 0.4 0.1 0.02 0.002


k’ (dm6/mol.min.kgcat) 0.06 0.12 0.30 1.2 2.64 3.00

Pembahasan:
a) Show that when the flow is turbulent
𝐷𝑃0
∝ (𝐷𝑃 ) = ∝0 ( )
𝐷𝑃
and that ∝ = 0.8 x 10-4 atm/kg and also show that c = 75 min-1
 Langkah mengerjakan:
1. Persamaan yang digunakan untuk menghubungkan ∝ dan Dp ada 2 yaitu:
2𝛽0
∝0 =
𝐴𝑐 (1 − 𝜙)𝜌𝐶 𝑃0
𝐺(1 − 𝜙) 150(1 − 𝜙)𝜇
𝛽0 = [ + 1.75𝐺]
𝑔𝐶 𝜌0 𝐷𝑃 𝜙 3 𝐷𝑃

2. Pada soal diketahui bahwa aliran berjenis turbulen. Ketika aliran turbulen, nilai 1.75G >>>
150(1−𝜙)𝜇
maka kedua persamaan menjadi:
𝐷𝑃

𝐺(1 − 𝜙)
𝛽0 = 1.75𝐺
𝑔𝐶 𝜌0 𝐷𝑃 𝜙 3
Dengan mempertimbangkan data-data yang ada di dalam soal, kita bisa mengasumsikan bahwa
variabel selain diameter partikel bernilai konstan. Hubungan 𝛽0 dan 𝐷𝑃 yaitu:

𝛽02 𝐷𝑃1
=
𝛽01 𝐷𝑃2
Maka hubungan ∝ dan 𝐷𝑃 yaitu:
∝2 𝐷𝑃1
=
∝1 𝐷𝑃2

𝐷
∝2 = 𝐷𝑃1 ∝1 Persamaan di atas sesuai dengan yang diinginkan oleh soal, maka dari itu
𝑃2

persamaan yang diberikan oleh soal terbukti benar.

Untuk menghitung nilai ∝, kita hanya perlu mensubstitusi data yang ada pada persamaan 1.

2𝛽0
∝0 =
𝐴𝑐 (1 − 𝜙)𝜌𝐶 𝑃0
𝑎𝑡𝑚
2 𝑥 0.001
∝0 = 𝑑𝑚
𝑘𝑔
0.812126 𝑑𝑚2 𝑥(1 − 0.35)𝑥2.35 𝑥20𝑎𝑡𝑚
𝑑𝑚3
∝0 = 7.97 𝑥10−5 𝑘𝑔−1

Selanjutnya untuk menghitung nilai c, kita membutuhkan satu persamaan lagi dari soal yaitu:
3
𝑘 ′ = 𝜂𝑘 = (Φ𝑐𝑜𝑡ℎΦ − 1)𝑘
Φ2
η adalah faktor efektivitas internal sedangkan Φ adalah modulus Thiele. Kedua besaran ini
sangat terkait dengan tahap pembatas laju yaitu apakah itu difusi atau reaksi. Nilai Φ ditentukan
oleh nilai Dp. Ketika nilai Dp kecil makan nilai Φ kecil, begitu pula sebaliknya. Diameter yang
dipilih adalah diameter terbesar yaitu 2 mm dan k’ yaitu 0.06 sehingga:

3
𝜂=
Φ
𝑘′ = 𝜂𝑘
3
𝑘′ = 𝑘
Φ
3
0.06 = 3
Φ
Φ = 150

𝑐 𝐷𝑝 = 150

𝑐 2 = 150

𝑐 = 75 𝑚𝑚−1
b) Plot the specific reaction rate k’ as a function of DP and compare with Figure 12-5.
 Langkah mengerjakan:

1. Persamaan yang digunakan untuk menghubungkan Dp dan k’ ada 2 yaitu:


3
𝑘 ′ = 𝜂𝑘 = (Φ𝑐𝑜𝑡ℎΦ − 1)𝑘
Φ2
3
𝑘′ = (75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1)3
(75𝐷𝑃 )2

Grafik tersebut mirip dengan grafik hubungan η dan Φ. Grafik diatas menggambarkan
pengaruh diameter partikel terhadap tahap pembatas laju reaksi. Untuk diameter partikel yang sangat
kecil, grafik yang dihasilkan cenderung konstan yang artinya diameter tidak mempengaruhi laju reaksi
keseluruhan yang terjadi sehingga yang menjadi tahap pembatas adalah reaksi itu sendiri. Sedangkan
ketika diameter partikel semakin besar, maka grafik yang dihasilkan menurun artinya ada pengaruh
diameter terhadap laju reaksi keseluruhan sehingga yang menjadi tahap pembatas laju adalah difusi.

c) Make a plot of conversion as a function of catalyst size.


 Langkah mengerjakan:

Nilai konversi dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:


𝑣0 𝑋 𝛼𝑊
( ) = 𝑊(1 − )
𝑘𝐶𝐴0 (1 − 𝑋) 2
𝑣
Hal yang harus dilakukan yaitu menghitung nilai dari variabel 𝑘𝐶0 . perhitungan dievaluasi pada
𝐴0
kondisi awal:
1 𝑣0 0.12 7.97 𝑥10−5 𝑥 100
( ) = 100 (1 − )
0.12 𝐶𝐴0 (1 − 0.12) 2
𝑣0 m6
= 87.65
𝐶𝐴0 𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑖𝑛
Nilai di atas akan digunakan untuk perhitungan-perhitungan untuk berbagai ukuran partikel katalis:

Modifikasi persamaan di atas:

𝑘𝐶𝐴0 𝑊⁄ 𝛼𝑊
( 𝑣0 ) (1 − 2 )
𝑋=
𝑘𝐶 𝑊 𝛼𝑊
1 + ( 𝐴0 ⁄𝑣0 ) (1 − 2 )

𝐷𝑃0
75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1 1 ⁄𝐷 𝑥 𝛼0 𝑥100
𝑃
( ⁄625𝐷 2 ) 𝑥 87.65 𝑥100 (1 − )
𝑃 2
𝑋=
𝐷𝑃0
75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1 1 ⁄𝐷 𝑥 𝛼0 𝑥100
𝑃
1+( ⁄625𝐷 2 ) 𝑥 87.65 𝑥100 (1 − )
𝑃 2

1⁄ 𝑥 7.97 𝑥10−5 𝑥100


75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1 1 𝐷𝑃
( ⁄625𝐷 2 ) 𝑥 87.65 𝑥100𝑥 (1 − )
𝑃 2
𝑋=
1⁄ 𝑥 7.97 𝑥10−5 𝑥100
75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1 1 𝐷𝑃
1+( ⁄625𝐷 2 ) 𝑥 87.65 𝑥100𝑥 (1 − )
𝑃 2

16(75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1) 3.985 𝑥10−3


2 𝑥 (1 − )
625𝐷𝑃 𝐷𝑃
𝑋=
16(75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1) 3.985 𝑥10−3
1+ 𝑥 (1 − )
625𝐷𝑃 2 𝐷𝑃
d) Discuss how your answer would change if you had used the effectiveness factor for a second-
order reaction rather than a first-order reaction.
 Langkah penyelesaian:
Berikut grafik perbandingan antara kurva η untuk tiga jenis orde reaksi yang menggunakan
partikel bola (orde 0, 1, dan 2):

Dapat dilihat pada grafik di atas, yang mana untuk reaksi orde 1 dan 2 nilai faktor efektifitas,
η keduanya hampir sama untuk nilai ϕ yang sama. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa, hasil
yang didapatkan apabila digunakan persamaan η untuk reaksi orde 2 tidak akan jauh berbeda dari
hasil yang didapatkan apabila digunakan persamaan η untuk reaksi orde 1. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa asumsi yang diambil sebelumnya untuk menggunakan persamaan reaksi orde
1 adalah tepat untuk digunakan

e) How would you answer to (b) change if both the particle diameter and pipe diameter were
increased by 50%, when:
a. the flow is laminar
b. the flow is turbulent
 Langkah Penyelesaian:
Perubahan diameter reaktor dan diameter partikel akan mengubah nilai konversi. Perubahan
diameter reaktor katalis akan mengubah luas cross sectional
1
2𝐴𝑐 =
4𝜋𝐷2
𝐷1 = 1.5𝐷0
𝐴𝑐1 = 2.25 𝐴𝑐0
𝐷𝑝1 = 1.5𝐷𝑝0

Pengaruh perubahan diameter reaktor dan diameter katalis tersebut juga akan berbeda, bergantung
pada jenis alirannya. Perbedaannya adalah pada bagian yang diabaikan untuk persamaan β. Untuk
aliran laminar:

𝐺(1 − 𝜙) 150(1 − 𝜙)𝜇


𝛽0 = [ ]
𝑔𝐶 𝜌0 𝐷𝑃 𝜙 3 𝐷𝑃

Dengan mempertimbangkan data-data yang ada dalam soal, kita bisa mengasumsikan bahwa
variabel selain diameter partikel dan luas cross sectional bernilai konstan. Hubungan βo dan Dp
serta Ac yaitu

1
𝛽0 ~
𝐴𝑐 𝐷𝑃 2

Lalu persamaan ∝yang mengandung 𝛽 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑐 persamaannya menjadi:

2𝛽0
∝0 =
𝐴𝑐 (1 − 𝜙)𝜌𝐶 𝑃0

Diperoleh hubungan:

𝛽0
∝~
𝐴𝑐

1
∝~ 2
𝐴𝑐 2 𝐷𝑃
2
𝐴𝑐0 2 𝐷𝑃0
∝1 = ∝0
𝐴𝑐1 2 𝐷𝑝1 2

Maka jawaban dari soal e:

2
𝐴𝑐0 2 𝐷𝑃0
∝1 = ∝0
3 9
(2 𝐷𝑝0 )2 (4 𝐴𝑐0 )2

64
∝1 = 𝑥7.97 𝑥10−5
729

∝1 = 6.997𝑥10−6 𝑘𝑔−1
Menghitung nilai k:

(75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1)
𝑘′ =
625𝐷𝑃 2

(75𝑥1.5)𝑥𝑐𝑜𝑡ℎ(75𝑥1.5) − 1
𝑘′ =
625(1.5) 2

𝑘 ′ = 0.793

Persamaan konversi:

𝑘𝐶𝐴0 𝑊⁄ 𝛼𝑊
( 𝑣0 ) (1 − 2 )
𝑋=
𝑘𝐶 𝑊 𝛼𝑊
1 + ( 𝐴0 ⁄𝑣0 ) (1 − 2 )

1 6.997𝑥10−6 𝑥100
(0.793𝑥 𝑥100) 𝑥 (1 − 2 )
87.65
𝑋=
1 6.997𝑥10−6 𝑥100
1 + (0.793𝑥 𝑥100) 𝑥 (1 − )
87.65 2

𝑋 = 0.475

Untuk aliran turbulen:

𝐺(1 − 𝜙)
𝛽0 = [1.75𝐺]
𝑔𝐶 𝜌0 𝐷𝑃 𝜙 3

Dengan mempertimbangkan data-data yang ada dalam soal, kita bisa mengasumsikan bahwa variabel
selain diameter partikel dan luas cross sectional bernilai konstan. Hubungan βo dan Dp serta Ac yaitu

1
𝛽0 ~
𝐷𝑝 𝐴𝑐 2

Lalu persamaan ∝yang mengandung 𝛽 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑐 persamaannya menjadi:

2𝛽0
∝0 =
𝐴𝑐 (1 − 𝜙)𝜌𝐶 𝑃0

Diperoleh hubungan:

𝛽0
∝~
𝐴𝑐
1
∝~
𝐷𝑝 𝐴𝑐 3

Persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut:

1
3
∝1 𝐷𝑝1 𝐴𝑐1
=
∝0 1
𝐷𝑝0 𝐴𝑐0 3

𝐷𝑝0 𝐴𝑐0 3
∝1 = ∝0
𝐷𝑝1 𝐴𝑐1 3

Maka jawaban dari soal e:

𝐷𝑝0 𝐴𝑐0 3
∝1 = ∝0
3 9
(2 𝐷𝑝0 )2 (4 𝐴𝑐0 )2

128
∝1 = 𝑥7.97 𝑥10−5
2187

∝1 = 4.665𝑥10−6 𝑘𝑔−1

Menghitung nilai k:

(75𝐷𝑃 𝑐𝑜𝑡ℎ75𝐷𝑃 − 1)
𝑘′ =
625𝐷𝑃 2

(75𝑥1.5)𝑥𝑐𝑜𝑡ℎ(75𝑥1.5) − 1
𝑘′ =
625(1.5) 2

𝑘 ′ = 0.793

Persamaan konversi:

𝑘𝐶𝐴0 𝑊⁄ 𝛼𝑊
( 𝑣0 ) (1 − 2 )
𝑋=
𝑘𝐶 𝑊 𝛼𝑊
1 + ( 𝐴0 ⁄𝑣0 ) (1 − 2 )

1 4.665𝑥10−6 𝑥100
(0.793𝑥 𝑥100) 𝑥 (1 − )
87.65 2
𝑋=
1 4.665𝑥10−6 𝑥100
1 + (0.793𝑥 𝑥100) 𝑥 (1 − )
87.65 2

𝑋 = 0.4749
f) Write a few sentences describing and explaining what would happen if the pressure drop
parameter ∝ is varied
 Langkah penyelesaian:
Dalam kasus yang sebelumnya, dapat terlihat bahwa perubahan nilai ∝ tidak akan memberikan
pengaruh yang terlalu besar pada konversi yang dihasilkan. Perhatikan persamaan berikut:
𝑘𝐶𝐴0 𝑊⁄ 𝛼𝑊
( 𝑣0 ) (1 − 2 )
𝑋=
𝑘𝐶 𝑊 𝛼𝑊
1 + ( 𝐴0 ⁄𝑣0 ) (1 − 2 )

Dalam persamaan diatas, 𝛼 hanya akan memberi sedikit pengaruh pada persamaan karena
𝛼𝑊
biasanya <<1, sehingga perubahan 𝛼 tak akan memberikan pengaruh yang besar pada nilai
2

konversi. Namun demikian, generalisasi ini hanya berlaku untuk variasi nilai α tanpa disertai
perubahan diameter partikel, yaitu hanya dengan perubahan diameter reaktor yang akan merubah
faktor luas penampang reaktor (Ac). Untuk kasus dimana variasi α terjadi akibat perubahan
diameter partikel, tentunya terjadi hal yang berbeda, yaitu dimana k’ juga ikut berubah. Hal ini
akan merubah nilai konversi yang didapatkan dari sistem reaktor secara signifikan karena
perubahan nilai α ini mengakibatkan perubahan pada pressure drop.

g) What generalizations can you make about what you learned in this problem that would apply to
other problems?
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pada kasus packedbed reactor, faktor yang paling
berpengaruh terhadap kondisi operasi dan hasil yang diberikan (konversi) adalah ukuran katalis di
dalam reaktor. Sehingga untuk kasus-kasus lain yang melibatkan penggunaan packed bed reactor,
sebaiknya peninjauan kondisi sistem yang optimal langsung ditujukan pada ukuran katalis, sehingga
bisa didapatkan ukuran katalis optimum yang akan memberikan hasil yang baik (konversi tinggi,
pressure drop minimum, dan laju difusi yang optimal)

h) Discuss what you learned from this problem and what you believe to be the point of the
problem.
1. Perubahan diameter reaktor (luas cross sectional) juga akan mempengaruhi nilai α dan k, yang
otomatis mempengaruhi nilai konversi (X).
2. Jenis aliran (laminar atau turbulen) juga akan mempengaruhi nilai konversi karena untuk setiap
jenis aliran ada term tertentu dari persamaan Ergun yang bisa diabaikan.
Dalam sebuah reaksi dalam reaktor terisi katalis, kita tidak hanya perlu memperhitungkan kondisi
sistem apa yang menghasilkan konversi paling tinggi namun juga harus mempertimbangkan
pressure drop yang terjadi yang sebaiknya seminimum mungkin.

You might also like