You are on page 1of 9

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

PADA PASAR TANAH ABANG DI DKI JAKARTA

Disusun oleh :
M. Alvin Prabu Agung 061640512539
Yudha Andi Wibowo 061640512548

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
TAHUN DIKLAT 2018

1
Warga Mengeluh Kebijakan PKL Jualan di
Jalanan, Ini Respon Anies
Rizki Nurmansyah | Welly Hidayat
Sabtu, 23 Desember 2017 | 19:35 WIB

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid
Masjid Nurul Jihad, Jalan Sadar Raya, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (23/12/2017).
[Suara.com/Welly Hidayat]

Memberi tempat bagi PKL berjualan di sisi Jalan Jati Baru Raya.

Suara.com - Sejumlah pedagang yang memiliki kios di Pasar Tanah Abang mengeluhkan kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi tempat bagi pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sisi
Jalan Jati Baru Raya.

Pasalnya, kebijakan tersebut membuat pendapatan mereka menjadi turun, lantaran banyak pembeli
yang memilih belanja di tepi jalan.

Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, pihaknya terus memantau
dan akan melakukan evaluasi mengenai kebijakan tersebut.

"Ya, ini kan baru berjalan dua hari. Kami akan terus pantau perkembangannya. Kami punya staf di sana
(tanah Abang), banyak sekali yang sekarang sedang kerja, mereview," kata Anies usai menghadiri
acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Nurul Jihad, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, Sabtu (23/12/2017).

2
Anies menambahkan, kebijakan yang dilakukan di masa kepemimpinannya ini untuk keberlangsungan
orang banyak. Untuk itu, pemantauan terus dilakukan setelah PKL diperbolehkan berjualan di ruas
jalan.

"Kami ingin semua perubahan yang dilakukan di sana itu dipantau pelaksanaannya dan memastikan
bahwa semua komponen yang berkepentingan di kawasan Tanah Abang itu terakomodasi," ujar Anies.

Selain pedagang yang memiliki kios merasa omsetnya menurun, para pejalan kaki maupun warga di
Jalan Jati Baru juga mengeluh atas kebijakan itu.

Terkait keluhan pejalan kaki dan warga setempat, Anies kembali mengatakan akan mengevaluasi
kebijakannya tersebut.

"Ya, kami ingin agar para pejalan kaki tidak terhambat (perjalanannya), bisa menjalani rencana
mobilitas mereka tanpa gangguan. Untuk semuanya, Insya Allah nanti ditata yang sebaik-baiknya
untuk semua," kata Anies.

Penataan PKL Tanah Abang, Ada yang Pro dan


Kontra, Ini Alasannya
Siswanto | Lili Handayani

Jum'at, 29 Desember 2017 | 21:13 WIB

Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) menempati tenda untuk berdagang di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (22/12).

3
Biarkan saja mereka berdagang. Mereka hanya mencari makan."

Suara.com - Penataan pedagang kaki lima di Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menuai
pro dan kontra bagi warga sekitarnya.
Warga yang kontra merasa dirugikan karena jalan mereka tertutup pedagang kaki lima
yang dibolehkan jualan di Jalan Jati Baru Raya. Tetapi, yang pro berharap kebijakan ini
didukung karena semenjak sekarang, kawasan sekitar Tanah Abang jadi rapi.

Warga Jati Baru di RW 1, Okta, menilai penataan PKL berdampak positif. Mengurangi
kesemrawutan pasar. Meningkatkan pendapatan PKL.

Pria berusia 34 tahun itu mengatakan sebagian warga Jati Baru menjadi pedagang.
Orangtua Okta berdagang sepatu sejak 15 tahun yang lalu.

“Biarkan saja mereka berdagang. Mereka hanya mencari makan. Ada yang menjual mineral
hingga baju muslim. Kan nggak apa-apa daripada mereka menjual narkoba?” ujarnya.

Okta merupakan karyawan perusahaan swasta yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Ia
tidak dirugikan oleh penutupan Jalan Jati Baru Raya.

Warga bernama Rahmah senada dengan Okta.

Okta bilang daerah ini dulu banyak kasus kejahatan. Gara -garanya warga banyak yang tak
punya pekerjaan. Belakangan, angka kriminalitas menurun. Itu karena banyak warga
punya mata pencaharian menjadi pedagang.

“Jangan terlalu banyak komentar, bahkan menentang. Apa yang menentang itu sanggup
memberi makan banyak orang yang penghasilannya dari berdagang?” ujarnya.

Menurut Okta sebagian besar warga Jati Baru tidak menolak kebijakan pemerintah
membolehkan PKL jualan di Jalan Jati Baru Raya. Okta bilang kalau ada yang menolak
kemungkinan besar karena mereka tidak mendapatkan tempat berdagang.

Sebelumnya warga sekitar sini sudah mendapat pengumuman yang disiarkan melalui
masjid. Siapa saja warga tiap RT yang ingin berdagang di bawah tenda Jalan Jati Baru Raya,
mereka bisa mengambil kupon di kantor kecamatan.

Meskipun ada syaratnya, syaratnya tidak sulit. Hanya mengumpulkan data diri, seperti
fotokopi dan kartu keluarga. Dengan itu, mereka bisa mendapatkan satu petak lahan yang
sudah diberi tenda.

Pengunjung Pasar Tanah Abang bernama Dewi (31) merasakan kawasan ini sekarang
menjadi lebih nyaman.
Ketika ditemui Suara.com, Dewi berbelanja ditemani suami dan anak. Dia menjelaskan
dulu saat berbelanja, turun dari stasiun langsung terasa sumpek. Banyak angkutan kota

4
berhenti secara sembarangan untuk mengangkut penumpang. Ia mengaku untuk berjalan
saja sulit. Angkot-angkot juga berisik karena terus mengklakson.

“Saya sebulan bisa satu sampai dua kemari untuk berbelanja. Karena saya juga berdagang
kerudung keliling di Bekasi Barat. Menurut saya perubahannya jadi sedikit lebih baik.
Nyaman gitu. Tidak ada masalah. Saya suka,” ujarnya.

Sementara itu, beberapa warga Jati Baru yang ditemui menanyakan kemana warga yang
dirugikan bisa menyampaikan keluhan.

“Jika Sandiaga benar-benar akan memberi ruang untuk mendengar keluh kesan atau
mungkin saran dari kami, kemana kami harus menyampaikannya?” kata warga bernama
Adri.

Menurut Drian tidak sedikit warga yang merasa mobilitasnya terhambat sejak jalan itu
dibolehkan untuk PKL. Sebagian pemilik toko, katanya, dirugikan karena menjadi lebih sepi
pengunjung.

Senada dengan Drian, warga bernama Dika juga bingung hendak mengeluhkan masalah
kemana.

Dika memuji Basuki Tjahaja Purnama yang memberikan nomor telepon kepada warga agar
mudah melapor.

“Saya justru ingin sekali memberi tanggapan. Jika memang benar Sandi membuka ruan g
untuk saran dan masukan dari kami itu bagus sekali. Jika pemerintah sebelumnya dengan
sengaja mencantumkan kontak telpon pribadinya, begitu pula sebaiknya dengan Sandi,”
kata dia.

Ia menunggu kapan Sandiaga memberi waktu untuk dapat membahas dampak keberadaan
PKL di Jati Baru Raya bersama warga.

Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakan penataan ini diharapkan menjadi
solusi terbaik untuk PKL dan masyarakat yang beraktivitas di kawasan Tanah Abang.

"Kita ingin kawasan Tanah Abang tertib, aman dan nyaman," kata dia.

Program jangka panjang penataan kawasan Tanah Abang akan dilakukan dengan
menerapkan konsep transit oriented development. Sebagai bagian pelaksanaan konsep ini
akan dilakukan dengan memperpanjang rute light rail transit, dari Dukuh Atas hingga ke
Tanah Abang.

5
Berikut Analisa Kebijakan Publik untuk isu diatas yang kami buat :

1. Langkah yang pemerintah ambil yaitu memfasilitasi masyarakat untuk merumuskan masalah
dan menyalurkan melalui prosedur yang formal. Dalam hal ini pemerintah khususnya Pemprov
DKI Jakarta harus benar-benar bijak dalam mengatasi masalah di pasar tanah abang. Agar tidak
ada pihak-pihak yang dirugikan baik pedagang pasar tanah abang, pedagang kaki lima (PKL)
maupun warga sekitar. Pemprov DKI Jakarta juga harus dapat merumuskan dengan bijak apa
yang menjadi prioritas penanganan di pasar tanah abang tersebut.
2. Pihak yang dilibatkan yaitu :
a) Polisi, khususnya korlantas Polri, dalam hal ini berperan sebagai pengatur kemacetan
dan mengkoordinir Penutupan jalan /pengalihan arus lalulintas jalan raya (rekayasa
lalin) pada jam-jam tertentu ;
b) Pol PP, berperan sebagai menjaga ketertiban pasar dalam hal ini Penertiban tenda liar
atau bangunan liar tempat PKL berdagang;
c) Dishub, berperan mengatur lalu lintas, mengatur jalan dan Pembinaan PKL, petugas
parkir liar dan supir angkot bekerja sama OKP atau ormas;
d) Walikota Jakarta Pusat, memberikan instruksi untuk mendukung kebijakan dan
menjalakan perda yang ada. Serta memberikan instruksi kepada pemerintah setempat
untuk berperan aktif dalam pengawasan berkelanjutan mulai dari Pemprov DKI
Jakarta, kecamatan, kelurahan hingga RW/RT.
3. “ Sejumlah pedagang yang memiliki kios di Pasar Tanah Abang mengeluhkan kebijakan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi tempat bagi pedagang kaki lima (PKL)
berjualan di sisi Jalan Jati Baru Raya. Pasalnya, kebijakan tersebut membuat pendapatan
mereka menjadi turun, lantaran banyak pembeli yang memilih belanja di tepi jalan.
Menanggapi hal ini, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, pihaknya terus
memantau dan akan melakukan evaluasi mengenai kebijakan tersebut.”
Pertanyaannya apakah pernyataan pada nomor 3 diatas merupakan termasuk Penyusunan
Agenda Kebijakan atau Formulasi Kebijakan atau Adopsi Kebijakan atau Implementasi
Kebijakan ataukah Evaluasi Kebijakan. Jelaskan menurut Pendekatan William N. Dun?
Pernyataan pada nomor 3 termasuk ke dalam proses Evaluasi Kebijakan, karena berdasarkan
pernyataan yang ada, dikatan bahwa pihak dari Gubernur Anies Baswedan terus memantau
dan akan melakukan evaluasi mengenai kebijakan tersebut. Menurut William N. Dun, secara
umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau
penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini,
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan,

6
program-program yang diusul\kan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
4. Gunakan kebijakan yang sesuai (bebas menurut siapa)
Kami menggunakan kebijakan William N Dun, dimana proses kebijakan publik diambil
berdasarkan tahapan berikut :
1. Penyusunan Agenda, dalam hal ini Pemprov DKI Jakarta melakukan penyusunan agenda
pembahasan mengenai pasar tanah abang tersebut yang diikuti oleh pimpinan-pimpinan
pihak yang terlibat. Misalnya, Kakolantas Polri yang bertugas untuk memberikan masukan
mengenai bagaimana pengaturan lalu lintas yang akan diambil jika kebijakan diterapkan.
Kepala satpol PP dalam hal ini bertugas sebagai penjaga ketertiban pasar. Kepala dishub
berperan dalam membantu mengatasi dan mengatur lalu lintas jalan. Walikota Jakarta
Pusat berperan untuk menjalankan kebijakan serta Perda yang telah ditetapkan.
2. Formulasi kebijakan, dalam hal ini telah menghasilkan kebijakan Pemprov DKI Jakarta yaitu
memberi tempat kepada Pedagang Kaki Lima berjualan di sisi jalan Jatiraya.
3. Implementasi Kebijakan menghasilkan tindakan kebijakan Pemprov DKI Jakarta telah
melakukan relokasi Pedagang kaki lima ketempat yang telah disediakan.
4. Evaluasi Dampak Kebijakan, terkait kebijakan yang diambil Pemprov DKI Jakarta
dibutuhkan beberapa hari kedepan untuk mengevaluasi hal tersebut guna melihat apakah
kebijakan itu sudah tepat. Apabila kurang tepat atau ada ada pihak yang dirugikan maka
tidak menutup kemungkinan akan diambil kebijakan baru sesuai dengan evaluasi yang
dilakukan.
5. Kebijakan Baru, Pemprov DKI Jakarta mempersiapkan skema kebijakan baru untuk
diterapkan apabila kebijakan yang telah dikeluarkan bersinggungan dengan kepentingan
masyarakat. Adapun kebijakan yang dilakukan oleh pemprov DKI Jakarta sebagai berikut:
a) Berdiskusi bersama antara Pemprov DKI, pihak-pihak yang terlibat (PKL,pedagang
formal,pengusaha supir angkutan,buruh angkat junjung, petugas kebersihan), satpam,
satpol PP dan polisi lalu lintas dengan cara duduk bersama mendengarkan keluhan
pedagang serta pendapat dari pihak-pihak yang terkait.
b) Melakukan penataan pasar tanah abang dengan tepat guna.
c) Menyediakan tempat yang layak untuk PKL dan memfasilitasi para pedagang.
d) Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam memfasilitasi pedagang kaki lima (
PKL) berjualan di Jalan Jatibaru, Stasiun Tanah Abang, tidak melanggar undang-
undang. Dimana "Di dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 serta Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan terdapat ketentuan pidana yang
sangat tegas, yakni 18 bulan penjara atau denda Rp 1,5 miliar bagi setiap orang yang

7
sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan dan
trotoar,"

Sesi Tanya Jawab

1. Di kasus dikatakan bahwa pedagang kios mengalami kerugian karena PKL berjualan di pinggir jalan.
Hal tersebut membuat pembeli lebih memilih untuk membeli barang pada PKL. Pertanyaannya,
bukankah PKL sendiri mengambil barang dari pedagang kios untuk dijual kembali? Mengapa
pedagang kios masih merasa rugi?
Jawab : Karena pedagang kios diwajibkan membayar sewa, sedangkan PKL tidak perlu membayar
sewa. Dalam hal ini setelah diterapkannya perlakuan untuk pedagang PKL yang bebas berjualan
di sepanjang jalan jati baru, kebanyakan pembeli lebih memilih berbelanja di PKL ketimbang ke
pasar blog G sendiri. Hal inilah yang menyebabkan omset pedagang kios blog G menurun. Alasan
lainnya juga karena sewa di pasar Blog G sendiri yang relativ tinggi sedangkan omset pedagang
kios turun.
2. Sudah tepatkah kebijakan pemerintah sekarang untuk mengatasi masalah yang terjadi di pasar
tanah abang?
Jawab : Menurut pendapat dari kelompok kami, sebagai pemerintah provinsi, kebijakan yang
diambil sekarang dianggap sudah tepat meskipun masih dilakukan tahap evaluasi untuk jangka
waktu kedepan. Karena kebijakan yang diambil sekarang, selain menata pasar tanah abang dari
pedagang PKL liar, juga dapat menata kesemerawutan yang berdampak kemacetan di pasar
tanah abang itu sendiri.
3. Peraturan dan denda mengenai penggunaan trotoar untuk berjualan sudah di tetapkan oleh
pemerintah. Pertanyaannya, apakah kebijakan yang sekarang sudah sesuai, mengingat peraturan
dan kebijakan yang dibuat mengalami tolak belakang. Karena trotoar tidak boleh digunakan untuk
kegiatan berjualan?
Jawab : sampai saat ini kebijakan yang di ambil pemprov DKI masih dilakukan evaluasi, apabila
memang melanggar UU yang berlaku, maka perda yang di terbitkan akan dirubah dak kebijakan
akan di perbaiki agar tidak bertentangan dengan UU yang berlaku di masyarakat.
4. Isu dari media massa waktu itu mengatakan bahwa ada kerja sama antara preman dengan satpol
PP dalam melakukan aksi pungli di pasar tanah abang. Pertanyaannya, apakah tanggapan anda
selaku Pemprov DKI Jakarta ?
Jawab : Yang akan kami lakukan selaku pemprov DKI Jakarta yaitu menindak tegas pelaku pungli.
Kami akan menyidak semua pelaku yang melakukan pungutan liar yang mengatas namakan

8
Pemprov DKI Jakarta. Selain itu pelaku pungli bisa dijeratpasal korupsi, bukan hanya pemerasan,
pelaku juga mungkin dijerat dengan undang-undang NO 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Untuk praktik pungutan liar umumnya dijerat dengan pasal 368 KUHP
dengan ancaman maksimal.
5. Dalam kasus mengatakan bahwa PKL yang berjualan di trotoar mengganggu pejalan kaki dan arus
lalu lintas. Pertanyaannya, mengapa tidak membuat bangunan pasar baru ?
Jawab : Karena lahan di Jakarta sudah sangat terbatas. Selain itu juga kebijakan yang diambil
untuk saat ini adalah kebijakan jangka pendek, karena masih dalam tahap evaluasi. Untuk
kebijakan jangka panjang sendiri, gubernur terpilih saat ini, masih harus menyelesaikan program
pemerintah yaitu program hunian terjangkau dan DP 0 % yang menjadi prioritas pemerintah saat
ini, sesuai janji kampanye nya.

You might also like