You are on page 1of 7

ARTIKEL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PELATIHAN SIAGA BENCANA (DISASTER PREPAREDNESS)


UNTUK SISWA SMU MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO

Asiandi1, Endiyono1, Sodikin1


1
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

Background: Disasters are unexpected events occur and can not be controlled without help from outside, it cause required
an understanding, awareness and skills on disaster preparedness. One kinds of realization is important to conduct training
programs on disaster prepardness.
Objective: The aim of the training is to increase understanding, awareness and skills of Muhammadiyah high school
student of Purwokerto on disaster preparedness.
Method: The method was lecture training and simulation handling emergencies include cardiopulmonary resuscitation
(CPR), how to stop bleeding, bandage, splint and transportation. Activities held on December 12, 2009 and January 5, 2010
with participants were 24 students from student council representative (OSIS), PMR and Pramuka. Each participant got a
guideline book for handling emergency patients. Before and after training carried out pre-test and post-test and cardiac
pulmonary resuscitation practice exams, to stop the bleeding, bandage, splint and transport of patients with emergency
conditions.
Results: The participants have increased of average score from 62.5 (pre-test) to an average of 78.75 (post-test) and all
participants passed the competency of practice.
Conclusion: This training can improve understanding and skills on Muhammadiyah high school student of Purwokerto
related to the theory and practice ofdisaster preparedness.

Keywords: Disaster preparedness, senior high school student.

PENDAHULUAN Melalui kesiapsiagaan dan ketanggapan


Bencana tsunami di Aceh pada Desember yang baik akan membantu siapa pun dalam
2004, bencana gempa di Yogyakarta pada bulan komponen masyarakat dapat bertindak cepat,
Mei 2006 dan terakhir bencana gempa di tepat dan aman dalam penyelamatan diri dan
Padang Sumatera Barat pada Oktober 2009 orang lain. Sebaliknya, kurangnya kesiapsiagaan
semakin menyadarkan semua pihak akan akan mengakibatkan kepanikan dalam
pentingnya kesiapsiagaan atau tanggap darurat penangan korban bencana. Dengan kata lain,
terhadap situasi bencana. Kesiapsiagaan dan persiapan dan penyiapan (preparedness)
ketanggapdaruratan ini diperlukan mengingat terhadap kemungkinan akan terjadinya bencana
kondisi peta geologis Indonesia yang berada akan menghasilakan upaya penanganan
dalam wilayah lempeng tektonik yang terhadap bencana secara optimal.
memanjang dari Sumatera, Jawa, Bali, Lombok Persiapan dan penyiapan terhadap situasi
dan Kepulauan Halmahera senantiasa mungkin bencana bukan satu-satunya menjadi tanggung
terjadinya bencana tsunami atau bencana jawab petugas kesehatan. Sebaliknya, dalam
gempa sewaktu-waktu tanpa terduga situasi bencana, yang membutruhkan sangat
sebelumnya. banyak sumber daya manusia terlatih

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71  48
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

konsekuensinya juga diperlukan peran serta dan Diperlukan keterampilan penyelamatan hidup
koordinasi dengan masyarakat awam (save (life saving skill) yang baik untuk bisa
community). Remaja (siswa SMU) adalah salah membantu dalam kondisi kegawatdaruratan
satu bagian dari komunitas yang dapat agar tidak menimbulkan cedera akibat
disiapkan, dibina dan dilatih menjadi sumber kesalahan dalam penanganan dan pemberian
daya yang siap siaga menghadapi bencana. bantuan. Untuk itu mutlak diperlukan
Melalui pelatihan tentang dasar-dasar penguasaan sekurang-kurangnya adalah
penanggulangan bencana remaja diharapkan kemampuan melakukan bantuan hidup dasar
akan mampu menerapkan keterampilannya (basic life support) dengan menggunakan
dalam situasi nyata di medan bencana. Ketika perlengkapan yang tersedia.
bencana tiba tenaga-tenaga sukarelawan Keterampilan penyelamatan hidup tersebut
bencana (Brigade Siswa Siaga Bencana—BSSB) sayangnya belum diajarkan dengan baik di
segera tanggap dan turun ke medan bencana masyarakat dan belum ada pula penanganan
sesigap dan sesegera mungkin. khusus dari lembaga atau institusi yang
Salah satu sasaran yang baik dalam menyiapkan masyarakat untuk siaga
neyiapkan kesiapsiagaan terhadap bencana menghadapi bencana, termasuk di sekolah-
adalah langsung kepada siswa SMU, khususnya sekolah.
SMU Muhammadiyah 1 Purwokerto yang pada Belum diajarkannya teknik-teknik
tahun ajaran 2008/2009 ini memilki siswa keterampilan penyelamatan hidup di sekolah-
sejumlah 661 siswa. Lebih khusus lagi sekolah disebabkan sekolah-sekolah tersebut
kesiapsiagaan terhadap bencana ini baik jika belum memiliki fasilitas untuk simulasi bantuan
ditularkan kepada siswa yang aktif di OSIS, PMR hidup dasar atau pun bantuan hidup lanjut
dan Pramuka. (advanced life support). Oleh karena itu, tugas
Mengingat bencana merupakan peristiwa perguruan tinggi kesehatan di lingkungan
yang tak diharapkan terjadi dan tidak dapat Universitas Muhammadiyah khususnya dari
dikendalikan tanpa bantuan dari luar (Uscher- Program Studi Ilmu Keperawatan S1 adalah
Pines, 2009). Maka, menurut pengertian ini melakukan sinergi dalam mengajarkan konsep
bencana khususnya penanggulangan dan teknik-teknik penyelamatan hidup dalam
kegawatdaruratan selama bencana, hanya akan masa bencana.
dapat ditangani dengan baik apabila ada Mengingat masih awamnya masyarakat,
bantuan dari pihak-pihak yang tidak terkena khususnya siswa SMU Muhammadiyah 1
bencana. Namun, tentu saja tidak semua pihak Purwokerto yang akan menjadi sasaran, dalam
boleh memberikan bantuan tanpa pemberian bantuan penyelamatan hidup dasar
keterampilan penyelamatan yang memadai. selama bencana maka akan dilakukan

49  MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

pendidikan dan pelatihan siaga bencana wilayah yang rawan terhadap bencana dan
(disaster preparedness) kepada siswa SMU meningkatkan peran remaja (siswa SMU
Muhammadiyah 1 Purwokerto. Muhammadiyah 1 Purwokerto) memberikan
Langkah-langkah pelaksanaan pendidikan bantuan penyelamatan hidup dan evekuasi
dan pelatihan yang telah dilakukan adalah bencana.
sebagai berikut: Pemahaman siswa terhadap konsep siaga
a. Pre-test penguasaan siswa SMU bencana dan penguasaan terhadap cara
Muhammadiyah 1 Purwokerto tentang melakukan bantuan hidup dasar (basic life
siaga bencana dan teknik-teknik support) akan dilakukan pengukuran sebelum
bantuan hidup dasar dan sesudah pendidikan dan pelatihan dalam
b. Penyampaian materi siaga bencana bentuk evaluasi tertulis dan simulasi
(disaster preparedness) pelaksanaan tindakan. Tindakan-tindakan yang
c. Simulasi teknik-teknik bantuan hidup akan dilatihkan kepada siswa antara lain adalah
dasar teknik melakukan resusitasi jantung paru
d. Post-test penguasaan siswa terkait (cardio pulmonary resuscitation--CPR) dan
materi siaga bencana dan kemampuan bantuan napas dengan ambu bag, pemasangan
simulasi teknik-teknik bantuan hidup bidai, dan aplikasi air splints (pneumatic splints),
dasar splint traksi, penggunaan tandu (long spine
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan siaga board) dan teknik melakukan mobilisasi klien.
bencana ini melibatkan siswa SMU
Muhammadiayah 1 Purwokerto yang aktif METODE PELAKSANAAN
dalam kegiatan OSIS, PMR dan Pramuka. Kegiatan pengabdian msayarakat dilakukan
Selama kegiatan pendidikan siswa akan kepada siswa SMU Muhammadiyah 1
dikenalkan kepada konsep yang berkaitan Purwokerto yang terdiri dari perwakilan OSIS,
dengan siaga bencana dan urgensi mengetahui PMR dan pramuka. Pada kegiatan tersebut
hal-hal yang berkaitan dengan siaga bencana dilakukan pemberian materi terkait
dan akan dilatih melakukan teknik-teknik penangulangan kedaruratan dan keterampilan
bantuan hidup dasar dalam kondisi darurat dan memberikan pertolongan pada situasi
bencana. Selama pelaksanaan kegiatan siswa kedaruratan. Dimana materi dan ketrampilan
dituntut melaksanakan serangkaian kegiatan dalam pertolongan kedaruratan diseseuaikan
melakukan bantuan hidup dasar secara aktif dengan tujuan dari pengabdian masyarakat ini
dan kreatif dengan arahan instruktur. yaitu pendidikan dan pelatihan (disaster
Pendidikan dan pelatihan ini adalah upaya prepardness). Setelah dilakukan kegiatan ini
untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi siswa diharapkan mampu melakukan tindakan

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71  50
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

pertolongan pada masyarakat sekitar yang dan paru, , menghentikan perdarahan, balut,
mengalami kondisi kegawatdaruratan. bidai dan transportasi. Siswa dibagi menjadi 5
Untuk memberikan gambaran bagaimana kelompok, pada akhir kegiatan masing-masing
cara melakukan pertolongan pada kondisi kelompok mendemonstrasikan semua
kedaruratan di SMU Muhammadiyah 1 ketrampilan yang telah didapat dengan
Purwokerto, maka perlu diadakan pendidikan dimonitor oleh tim FIKES.
dan pelatihan siaga bencana. Pendidikan dan
pelatihan siaga bencana akan memberikan HASIL DAN PEMBAHASAN
gambaran kepada siswa bagaimana cara Kegiatan pengabdian masyarakat tentang
melakukan pertolongan pada kondisi pendidikan dan pelatihan siaga bencana
kedaruratan. (disaster preparedness) untuk siswa SMU
Dalam pelatihan ini pesreta mendapatkan Muhammadiyah 1 Purwokerto dilaksanakan
materi dan keterampilan terkait kedaruratan, pada tanggal 12 Desember 2009 dan 5 Januari
meliputi: 2010 dengan jumlah peserta 24 siswa yang
1. Resusitasi jantung dan paru. terdiri dari perwakilan OSIS, PMR dan pramuka.
2. Balu. Pendekatan dalam pengabdian masyarakat
3. Bidai. ini menggunakan metode ceramah mengenai
4. Transportasi. resusitasi jantung dan paru, menghentikan
Sasaran kegiatan ini adalah siswa SMU perdarahan, balut, bidai dan transportasi dan
Muhammadiyah 1 Purwokerto yang terdiri dari juga demonstrasi bagaimana cara melakukan
perwakilan OSIS, PMR dan pramuka. Masing- resusitasi jantung dan paru, menghentikan
masing peserta pelatihan mendapatkan buku perdarahan, balut, bidai dan transportasi.
panduan pertolongan kegawatdaruratan. Untuk mengevaluasi penguasaan materi,
Metode yang digunakan dalam dalam sebelum pelatihan dilakukan pre test dan
pendidikan dan pelatihan ini adalah dengan sesudah pelatihan dilakukan post test. Selain itu
ceramah dan demonstrasi yan dilakukan kepada juga dilakukan evaluasi terkai penguasaan
siswa SMU Muhammadiyah 1 Purwokerto. Pada keterampilan dalam memberikan pertolongan
metode ceramah materi yang dismpaikan kedaruratan dengan dibagi menjadi 5
meliputi resusitasi jantung dan paru, kelompok, dimana masing-masing kelompok
menghentikan perdarahan, balut, bidai dan mendemonstrasikan semua keterampilan
transportasi. Setelah siswa mendapatkan kedaruratan yang telah didapat selama
materi, selanjutnya diajarkan demonstrasi pelatihan tersebut. Hasil pre-test dan post-test
bagaimana cara melakukan resusitasi jantung dapat dilihat pada tabel 1 sampai 3.

51  MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

Tabel 1. Distribusi responden menurut nilai pre-test.


Skor Pretest n (%)
20 1 (4,2)
30 1 (4,2)
40 1 (4,2)
50 3 (12,5)
60 6 (25,0)
70 6 (25,0)
80 6 (25,0)
Jumlah 24 (100)

Tabel 2. Distribusi responden menurut nilai post-test.


Skor Pretest n (%)
60 6 (25,0)
70 2 (8,3)
80 9 (37,5)
90 3 (12,5)
100 4 (16,3)
Jumlah 24 (100)

Distribusi nilai pretest peserta pelatihan distribusi nilai post-test terbanyak nilai 80 (37,5
terbanyak antara 50-60 (75 %). Sedangkan %).
Tabel 3. Distribusi statistik deskriptif skor pre-test dan post-test.
Skor Mean SD Minimum - Maksimum
Pre-test 62,5 16,22 20 - 80

Post –test 78,75 13,93 60 - 100

Tabel 4. Analisa statistik perbedaan skor sebelum dan sesudah pelatihan.


Perbedaan
Skor t df p
Mean SD
Pre- & Post-test -16,250 15,269 -5,214 23 0,000

Mengacu pada hasil pada tabel 3 di atas, Untuk mengetahui efek beda dari sebelum
nilai rata-rata pre-test adalah 62,5 dan nilai dan sesudah pelatihan dilakukan perhitungan
post-test adalah 78,75. Masing-masing rentang effect size menggunakan rumus berikut ini:
(range) pre- dan post-test adalah 60 dan 40. 2

r= t
Ada perbedaan bermakna pada skor peserta
+ df
2
t
sebelum dan sesudah pelatihan (p < 0,001).
Di mana df adalah derajat kebebasan uji t
dan r adalah effect size. Menurut Cohen (1988,

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71  52
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

1992) seperti dikutip Field (2005: 32) nilai r = besar; efek sebesar 25 % dari varians total).
0,10 (efek kecil; efek menjelaskan 1 % dari Hasi perhitungan effect size r = 0,74, artinya
varians total), r = 0,30 (efek sedang; efek terdapat pengaruh/efek besar karena pelatihan.
sebesar 9 % dari varians total) dan r = 0,5 (efek

nilai pre-test.

4
Frequency

Mean = 62.5
Std. Dev. = 16.219
0 N = 24
20 40 60 80

nilai pre-test.

Gambar 1. Histogram nilai pre-test peserta pelatihan.

nilai post-test.

10

8
Frequency

Mean = 78.75
Std. Dev. = 13.929
0 N = 24
50 60 70 80 90 100 110

nilai post-test.

Gambar 2. Histogram nilai post-test peserta pelatihan.

53  MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71
Asiandi, Endiyono, dan Sodikin  Pelatihan Siaga Bencana (Disaster Preparedness)

Secara keseluruhan peserta pelatihan sudah perlu diadakan pelatihan serupa yang lebih
memahami bagaimana teori dan praktik dalam advance sehingga pengetahuan dan
pertolongan kegawatdaruratan dengan ketermpilan siswa terkait siaga bencana
dibuktikan nilai pre- dan post-test berbeda semakin sempurna.
secara bermakna (p < 0,05). Dengan demikian
siswa SMU Muhammadiyah 1 Purwokerto DAFTAR PUSTAKA
sudah mampu melakukan tindakan pertolongan Emergency Nurse Association. (1991). Standard
of emergency nursing pratice. St. Lousis:
pada kegawataruratan jika terjadi di lingkungan
Mosby Year Book.
sekolah ataupun masyarakat sekitarnya.
Field, A. (2005). Discovering statistic using SPSS
(2nd ed.). London/Thousand Oaks/New
KESIMPULAN DAN SARAN Delhi: Sage Publications.
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan maka
Hanzinki M. F.. (2000). Handbook of emergency
dapat disimpulkan : cardiovascular care for healthcare
provider. Dallas: American Heart
1. Materi pelatihan pendidikan dan pelatihan
Asosiation.
siaga bencana (disaster preparedness) yang
Hudak, C. M., & Gallo, B. M.(1996).
dilakukan di SMU Muhammadiyah 1
Keperawatan kritis: Pendekatah holistic
Purwokerto dapat dipahami oleh semua (Terjemahan M. Kariasa & M.
Sumarwati).Jakarta: EGC.
peserta pelatihan, hal ini terlihat antusias
dalam proses pelatihan dan juga dibuktikan Uscher-Pines, L. (2009). Health effects of
relocation following disaster: a systematic
dengan tingginya nilai post tes.
review of the literature. Disaster, 33(1), 1-
2. Dari penilaian demonstrasi tindakan 22.
kedaruratan semua peserta sudah sesuai
Yayasan Ambulan Gawat darurat 118. (2002).
dengan standar pertolongan Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta:
Yayasan AGD 118.
kegawatdaruratan, di mana rata-rata nilai
demonstrasi mendapat nilai rata-rata lulus Yayasan Ambulan Gawat darurat 118. (2002).
Pre Hospital Trauma Life Support, Jakarta:
kompetensi praktik.
Yayasan AGD 118.
Berdasarkan tanggapan dan respon yang
positif dari siswa dan juga pihak sekolah, maka

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol. VIII No. 2, AGUSTUS 2010: 1 – 71  54

You might also like