You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria sudah dikenal sejak 3.000 tahun silam. Hippocrates


(400 - 377 BC) telah membedakan beberapa tipe malaria. Namun, pengetahuan
tentang malaria baru mulai berkembang dalam abad terakhir ini dengan
ditemukannya parasit dalam darah oleh Alphonse Laveran pada tahun 1880.
Tidak lama sesudah itu, Ross (1897) membuktikan bahwa malaria ditularkan
oleh nyamuk Anopheles. Beberapa dekade setelahnya, Sort dan Garnham (1948)
menemukan bentuk-bentuk pra-eritrosit dalam hati penderita malaria.

Sebuah program kerja sama internasional yang terpadu untuk


pemberantasan malaria pernah dilakukan dan berhasil menurunkan angka
kesakitan sejak 1945. Sempat terjadi penurunan insidens pada lebih dari tiga
perempat daerah yang semula merupakan daerah endemis malaria. Namun,
kemunculan nyamuk Anopheles yang resisten terhadap insektisida,
Plasmodium yang resisten terhadap obat, hambatan administratif/sosial-
ekonomi, dan mobilisasi populasi yang sedemikian tinggi menyebabkan
langkah mundur dalam usaha pemberantasan malaria di dunia.

Usaha untuk mencegah penyakit malaria pun sudah lama dilakukan,


di antaranya dengan kemoprofilaksis anti-malaria. Beragam obat telah
dikembangkan dan berbagai penelitian pun telah dilakukan guna menemukan
obat dengan efektivitas proteksi maksimal dan efek samping minimal

“MALARIA” Page 1
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan malaria ?
- Bagaimana epidemiologi dari penyakit malaria ?
- Apa yang menjadi penyebab dari penyakit malaria?
- Apa tanda dan gejala dari penyakit malaria?
- Bagaimana cara mendiagnosis dari penyakit malaria?
- Bagaimana cara penularan dan patofisiologis dari malaria?
- Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit malaria?

1.3 Tujuan

- Dapat mengetahui apa itu penyakit malaria?


- Mengetehui epidemiologi dari penyakit malaria?
- Mengetahui penyebab dari malaria?
- Mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari malaria?
- Mengetahui dan memahami cara menegakkan diagnosis dari malaria ?
- Mengetahui cara penularan dan perjalanan penyakit dari malaria?
- Mengetahui dan memahami dalam penanganan malaria?

“MALARIA” Page 2
BAB II

ISI

2.1 Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)


dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura
dan paludisme

Malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang


menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam
darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan
splenomegali. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria
ialah babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

2.2 Epidemiologi Malaria

Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah
endemik malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar didaerah tropis dan subtropis seperti Brasil, Asia Tenggara,
dan seluruh Sub-Sahara Afrika.

Di Indinesia, malaria ditemukan hampir disemua wilayah. Pada tahun


1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak
2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual pracitic index (API):
0,08%. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan di provinsi Jawa
Tengah tahun 1999; API sebanyak 0,35%, sebagian besar disebabkan oleh

“MALARIA” Page 3
plasmodium falciparum dan p. Vivax. Angka bervalensi malaria di Provinsi Jawa
Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003,
menurun menjadi 0,15 dan kekurangan lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005.
Plasmodium malariae banya di temukan di Indonesia Timur, sedangkan
plasmodium ovale di Papua dan NTT.

Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin


bertambah. Plasmodium palciparum dilaporkan resisten terhadap klorokuin dan
sulfadoksin pirimetamin di wilayah Amazon dan Asia Tenggara. P. Vivax yang
resisten klorokuin di temukan di Papua Nugini, Provinsi Papua, Papua Barat, dan
Sumatera.

2.3 Etiologi Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat


empat spesies yang menyerang manusia yaitu :

 Plasmodium falciparum menyebabkan malaria falciparum atau malaria


tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
 Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana
benigna.
 Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana
benigna ovale.
 Plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae atau malaria
kuartana.

Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi


oleh Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang
sumber infeksinya adalah kera.

Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan


Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan suatu
komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan malaria berat. Nyamuk
Anopheles adalah vektor siklik satu-satunya dari malaria manusia.

“MALARIA” Page 4
Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara
alamiah, contohnya melaluiu gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya
tranfusi darah maupun malaria dari ibu ke bayinya. Beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya infeksi Plasmodium :

1. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

2. Transfusi darah dari donor penderita.

3. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.

4. Infeksi impor.

5. Infeksi kongenital.

2.4 Cara Penularan

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa plasmodium y6ang di tularkan


melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk
anopheles akan mengigit pada waktu senja ataupun malam hari, pada beberapa
jenis nyamuk puncak gigitanya adalah tengah malam sampai fajar. Plasmodium
akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh
manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk siklus seksual
di mulai dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membentuk ookinet
dalam perut nyamuk, ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk
kista di selaput luar lambung nyamuk, waktu yang di perlukan sampai pada proses
ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya, pada
tempat inilah kista akan membentuk ribuan spozoit yang terlepas dan kemudian
tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar
inilah sprozoit menjadi matang dan siap di tularkan bila nyamuk menggigit
manusi.

Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai


dengan jumlah sprozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya, sprozoit
akan memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati.di hati sprozoit

“MALARIA” Page 5
matang menjadi skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan
merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai
siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan morfologi
yaitu : merozoit-bentuk cincin-trofozoit-merozoit,proses perubahan ini
memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang
berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi
mikro gamet (jantan). Dan makro gamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi
biasanya pecah bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang
menggigit manusia yang terinfeksi ini, mnaka gametosit yang ada pada darah
manusia akan terhisap oleh nyamuk dengan demikian, siklus seksual pada
nyamuk dimulai, demikian seterusnya, Penularan malaria .

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya.


P.falciparum memerlukan waktu 7-14 hari, p. Vivax dan p.ovale 8-14 hari,
sedangkan p. Malaria memerlukan waktu 7-14 hari masa inkubasi ini dapat
memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis
dengan dosis yang tidak adekuat.

“MALARIA” Page 6
2.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya


transmisi infeksi malaria. Berat/ ringannya infeksibdipengaruhi oleh jenis
plasmodium (P. Falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi
(pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih
berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi,
kemoprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.

MANIFESTASI MALARIA

Dikenal 4 jenis plasmodium (P) yaitu P. Vivax, merupkan infeksi yang


paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivax, P. Falciparum,
memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup
ganas, mudah resistendangan pengobatan dan menyebabkan malaria
tropika/falsiparum, P. Malariae, cukup jarang namun dapat menimbulkan
sindroma nefrotik dan menyebabkan malaria quartana/ malariae dan P. ovale
dijumpai pada daerah afrika dan pasifik barat, memberikan infeksi yang paling
ringan dan sering sembuh spontan tanfa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Manifestasi Umum Malaria

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan


spelenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium.
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,
malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan
tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang
dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. Vivax dan ovale, sedangkan
pada P. Falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala
dapat mendadak.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan:


periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan

“MALARIA” Page 7
bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya
temperatur;diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan
panas tetap tinggi beberapa jam , diikuti dengan keadaan berkeringat; periode
berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun, dan penderita
merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi padaa infeksi P. Vivax, pada P.
Falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak
panas berlangsung 12 jam pada P. Falciparum, 36 jam pada P. Vivax dan ovale,
60 jam pada P. Malariae.

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria.


Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialaah: pengrusakan eritrosit oleh parasit,
hambatan eritpoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses complement
mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran
retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali) sering
dijumpai pada penderita malaria, limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan
infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyei dan hiperemis. Limpa merupakan organ
yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria, penelitian pada
binatang percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui
perubahan metabolisme, antigenetik dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi.

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah :

Serangan primer : yaitu keadaan dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan berkeringat.
Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan
parasit dan keadaan immunitas penderita.

Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadinya diantara dua keadaan paroksismal.

Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu


sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa
berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dan serangan primer.

“MALARIA” Page 8
Recurrence : yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu
berakhirnya serangan primer.

Relapse atau Rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah
periode yang lama dari masa latent (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena
infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivaks
atau ovale

Manifestasi Klinis Malaria Tertiana/ M.Vivax/ M.Benigna.

Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-
hari pertama panas ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat
tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe
panas menjadi intermiten dan periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias
malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadin waktu sore hari. Kepadatan
parasit mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa
mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih membesar
dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara
krisis. Pada malaria vivaks manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tapi
kurang membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran
Hacket). Malaria serebral jarang terjadi. Edema tungkai disebabkan karena
hipoalbbuminemia. Mortalitas malaria vivaks rendah tetapi morbiditas tinggi
karena seringnya terjadi relaps. Pada penderita yang semi-immune perlangsungan
malaria vivaks tidak spesifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah; serangan
demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resitensi terhadap kloroquin
pada malaria vivaks juga dilaporkan di Irian Jaya dan di daerah lainnya. Relaps
sering terjadinya karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada
saat status imun tubuh menurun.

Manifestasi Klinis Malaria Malariae/M. Quartana

M. malariae banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika latin, sebagian


Asia. Penyebaran tidak seluas P.vivax dan P.falciparum. masa inkubasi 18-40

“MALARIA” Page 9
hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih
ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun
pembesaran ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 Hri, biasanya pada
waktu sore dan parasitemia sangat rendah <1%.

Komplikasi jarang terjadi, sindrom nefrotik dilaporkan pada infeksi


plasmodium malariae pada anak-anak di Afrika. Diduga komplikasi ginjal
disebabkan oleh karen deposit komlpleks immun pada glomerulus ginjal. Hal ini
terbukti dengan adanya peningkatan ig M bersama peningkatan titer antibodinya.
Pada pemeriksaan dapat dijumpai edema, asites, proteinuria yang banyak,
hipoproteinaemia, tanpa uremia dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya jelek,
respon terhadap pengobatan anti diuretik boleh dicoba, steroid tidak berguna.
Pengobatan dengan azatioprin dengan dosis 2-2,5 mg/kg BB selama12 bulan
tampaknya memberikan hasil yang baik; siklofosfamid lebih sering memberikan
efek toksik. Recruscense sering terjadi pada plasmodium malariae, parasit dapat
bertahan lama dalam darah perifer, sedangkan bentuk diluar eritrosit (dihati) tidak
terjadi pada P. Malariae.

Manifestasi Klinis Malariae Ovale

Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa
inkubasi 11-16 hari, serangan proksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang
lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan
plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan tampak didalam darah tepi, tetapi
plasmodium yang lain akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan malaria
vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek,
dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi
dan splenomegali jarang sampai dan dapat diraba.

Manifestasi Klinis Malaria Tropika/ M. Falsifarum

Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan


panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan
sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai

“MALARIA” Page 10
pelangsungan yang sangat cepat dan parasitemia yang tinggi dan menyerang
semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yangs ering dijumpai yaitu sakit kepala,
nyei belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit
sulit ditemui pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler
dan tidak periodik, sering terjadi hiperpireksia dengan temperatur di atas 40o C.
Gejala lain berupa konvulsi, pneumia aspira dan vbanyak keringat walaupun
temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea, muntah, diare
menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih
sering dari hepatomegali dan nyri pada perabaan; hati membesar dapat disertai
timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang
granuler. Anemia lebih menonjol dengan leukopenia dan monositosis.

2.6 Diagnosis

Diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis,pemeriksaan


laboratorium, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti di buat dengan
ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis laboratorium.

1. Gejala Klinis
a. Anamnesa
Keluhan utama yang sering muncul adalah demam lebih dari 2
hari, menggigil dan berkeringat (trias malaria). Demam pada keempat
jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam
karena p.falciparum dapat terjadi setiap hari, pada p.vivax atau ovale

“MALARIA” Page 11
demamnya berselang 1 hari, sedangkan demam pada p.malariae
menyerang berselang 2 hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri,apakah pernah bepergian dan
bermalam di daerah endemic malaria dalam satu bulan terakhir.
Apakah pernah tinggal didaerah endemic,apakah pernah menderita
penyakit ini sebelumnya, apakah pernah meminum obat malaria.
Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari
adanya satu gejala atau lebih, yaitu gangguan kesadaran, kelemahan,
atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata atau
kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak
darah. Selain itu adalah keadaan panasa yang sangat tinggi, muntah
yang terjadi terus menerus, perubahan warna air kencing menjadi
seperti the, dan volume air kencing yang berkurang sampai tidak
keluar air kencing sama sekali.

b. Pemeriksaan Fisik
Pasien mengalami demam 37.50-400 C, serta anemia yang
dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering
disertai dengan adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan
pembesaran hati (hepatomegali). Bila terjadi serangan malaria berat,
gejala dapat disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya
tekanan darah, nadi berjalan dengan ceoat dan lemah, serta frekuensi
nafas meningkat.
Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran
dehidrasi, manifestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal,
pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala
neurologis (refleks patologis dan kaku kuduk).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah tebal dan preparat darah

“MALARIA” Page 12
tipis. Untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah.
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan
stadiumnya (p.falciparum, p.vivax, p.malariae, p.ovale, tropozoit,
skizon dan gametosit ) serta kepadatan parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi
kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi kuantitatif adalah menghitung
parasit dalam LPB (lapangan pandang besar) dengan rincian sebagai
berikut:
(-) : SDr negative (tidak ditemukan parasit 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
Perhitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Pada SDr tipis,
perhitungannya jumlah parasit per 1000 eritrosit.
b. Tes Diagnostik Cepat (RDT, rapid diagnostic test)
Seringkali pada KLB diperlukan tes yang cepat untuk dapat
menanggulangi malaria dilapangan dengan cepat. Metode ini
mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara
imunokromatografi. Dibandingkan uji mikroskopis, tes ini mempunyai
kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat diperoleh, tetapi
lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum
penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia
darah (gula darah, SGOPT, SGPT, tes fungsi ginjal), serta pemeriksaan
foto toraks, EKG, dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi

“MALARIA” Page 13
2.7 Prognosis
Mortalitas sangat jarang pada infeksi P.vivax, P. ovale, dan P. malariae.
Untuk pasien dengan infeksi P. falciparum tanpa komplikasi, mortalitas
mendekati 10-20%. Pada pasien yang bertahan pada malaria serebral, sekitar 5%
orang dewasa dan 10% anak-anak memiliki sekuele neurologis

2.8 Patogenesis dan Patologi


Setelah melalui jaringan hati P.falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke
dalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk kedalam sel RES di limpa
dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan
fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit. Selanjutnya parasit berkembang
baik secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP)
inilah yang akan bertanggung jawab dalam pathogenesis terjadinya malaria pada
manusia. Patogenesa malaria yang banyak diteliti adalah patogenesa malaria yang
disebabkan oleh P.falciparum.
Pathogenesis malaria falciparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor
penjamu (host). Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi,
densitas parasit dan virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam faktor
penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetic, usia, status
nutrisi dan status imunologi. Parasit dalam eritrosit (EP) secara garis besar
mengalami 2 stadium yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada
24 jam ke II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA
(Ring-erytrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium
matur. Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan
membentuk knob dengan Histidin Rich-protein-I (HRP-I) sebagai komponen
utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami glikosilfosfatidilinositol yang
merangsang pelepasan TNF-α dan interleukin-I (IL-I) dari makrofag.

“MALARIA” Page 14
Faktor Parasit : Faktor Penjamu (host) : Faktor social dan geografi :
- Resistensi obat - Imunitas - Akses mendapat
- Kecepatan multiplikasi - Sitokin proinflamasi pengobatan
- Cara invasi - Genetic - Faktor-faktor budaya dan
- Sitoadherens - Umur ekonomi
- Roseting - Kehamilan - Stabilitas politik
- Polimorfisme antogenik - Intensitas transmisi nyamuk
- Variasi antigenic (P1EMP1)
- Toksin malaria

Manifestasi Klinis

Asimptomatik Demam (spesifik) Malaria berat Kematian

Gambar. Gambaran klinis ditentukan oleh faktor parasit, penjamu dan social
geografi. (Sumber : Miller LH, Baruch D I, Marsk K, Doumbo Ok. The
pathogenesis basis of malaria, Nature 2002; 415:673)
Asimptomatik Demam (spesifik) Malaria berat Kematian
Sitoadherensi. Sitoadherensi ialah pelekatan antara EP stadium matur
pada permukaan endotel vaskuler. Perlekatan terjadi dengan cara molekul
adhesive yang terletak dipermukaan knob EP melekat dengan molekul-molekul
adhesive yang terletak dipermukaan endotel vaskuler. Molekul adhesive
dipermukaan knob EP secara kolektif disebut PfEMP-1, P.falciparum erythrocyte
membrane protein-I. Molekul adhesive dipermukaan sel endotel vascular adalah
CD36, trombospondin, intercellular-adhesion molecule-I (ICAM-1) , vascular
cell adhesion molecule-1 (VCAM), endothel leucocyte adhesion molecule-I
(ELAM-1) dan glycosaminoglycan chondroitin sulfate A. PfEMP-1 merupakan
protein-protein hasil ekspresi genetic oleh sekelompok gen yang berada
dipermukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen VAR. gen VAR mempunyai
kapasitas variasi antignik yang sangat besar.
Sekuestrasi. Sitoadheren menyebabkan EP matur tidak beredar kembali
dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan
mikrovaskular disebut EP matur yang mengalami sekuestrasi ini diduga
memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat.

“MALARIA” Page 15
Rosseting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih
eritrosit yang non-parasit. Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi juga
yang dapat melakukan resetting. Resetting menyebabkan obstruksi aliran darah
local/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadheren.
Sitokin. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit, dan makrofag setelah
mendapatkan stimulasi dari maaria toksin (LPS, GPI). Sitokin ini antara lain.TNF-
α (tumor necrosis factor-alpha), Intereukin-I (IL-I), Interleukin-6 (IL-6),
Interleukin-3 (IL-3), LT (lymphotoxin) dan interferon-gamma (IFN-γ). Dari
beberapa penelitian dibuktikan bahwa penderita malaria serebral yang meninggal
atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar TNF-α yang
tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi kadar INF-α, IL-1, IL-6, lebih
rendah dari malaria serebral. Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena
juga dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/rendah atau pada
malaria serebral yang hidup dengan sitokin yang tinggi. Oleh karenya diduga
adanya peran dari neurotransmitter yang lain sebagai free-radical dalam kaskade
ini seperti nitrit-oxide sebagai faktor yang penting dalam patogenesa malaria
berat.
Nitrit Oksida. Akhir-akhir ini banyak diteliti peran mediator nitrit oksid
(NO) baik dalam menumbuhkan malaria berat terutama malaria serebral, maupun
sebaliknya NO justru memberikan efek protektif karena membatasi perkembangan
parasit dan menurunkan ekspresi molekuladhesi. Diduga produksi NO local di
organ terutama otak yang berlebihan dapat mengganggu fungsi organ tersebut.
Sebaliknya pendapat lain menyatakan kadar NO yang tepat, memberikan
perlindungan terhadap malaria berat. Justru kadar NO yang rendah mungkin
menimbulkan malaria berat, ditunjukkan dari rendahnya kadar nitrat dan nitrit
total pada cairan serebrospiral. Anak-anak penderita malaria serebral di Afrika,
mempunyai kadar arginin pada pasien tersebut rendah. Masalah peran sitokin
proinflamasi dan NO pada pathogenesis malaria berat masih controversial, banyak
hipotesis yang belum dapat dibuktikan dengan jelas dan hasil berbagai penelitian
sering saling bertentangan.

“MALARIA” Page 16
PATOLOGI
Studi patologi malaria hanya dapat dilakukan pada malaria falsiparum
karena kematian biasanya disebabkan oleh P.falciparum. selain perubahan
jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah keadaan mikro-vaskular
dimana parasit malaria berbeda. Beberapa organ yang terlibat antara lain otak,
jantung-paru, hati-limpa, ginjal, usus dan sumsum tulang. Pada otopsi dijumpi
otak yang membengkak dengan pendarahan petekie yang multiple pada jaringan
putih (white matter). Pendarahan jarang pada substansi abu-abu. Tidak dijumpai
herniasi. Hamper seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan parasit. Pada
jantung dan paru selain sekuestrasi, jantung relative normal, bila anemia tampak
puncak dan dilatasi. Pada paru dijumpai gambaran edema paru, pembentukan
membrane hialin, adanya aggregasi leukosit. Pada ginjal tampak bengkak, tubulus
mengalami iskemia, sekuestrasi pada kapiler glomerulus, proliferasi sel mesangial
dan endotel. Pada pemeriksaan imunofluorensen dijumpai deposisi
immunoglobulin pada membrane basal kapiler glomerulus. Pada saluran cerna
bagian atas dapat terjadi pendarahan karena erosi, selain sekuestrasi juga dijumpai
iskemia yang menyebabkan nyeri perut. Pada sumsum tulang dijumpai
dyserythropoises, makrofag mengandung banyak pigmen dan
erythrophagocytosis.

2.9 Komplikasi
Malaria P. falciparum berat

Komplikasi biasanya berkaitan dengan parasitemia tinggi, namun penyakit


berat dapat dapat terjadi dengan parasitemia rendah karena jumlah di perifer tidak
menggambarkan jumlah total (ini merupakan parasit matur yang mengalami
pemecahan yang menyebabkan kerusakan jaringan).

Selain itu pasien yang awalnya tanpa komplikasi dapat mengalami


perburukan, dan hitung parasit dapat meningkat selama 48 jam selanjutnya
walaupun diberi pengobatan, karena adanya siklus maturasi 48 jam dan
insensitivitas relative parasit imatur ( trofozoit) terhadap obat antimalaria.

“MALARIA” Page 17
 Malaria serebral – llihat dibawah
 Anemia normokromik berat- akibat hemolisis dan supresi sumsum tulang
 Gagal ginjal oligurik- akibat nekrosis tubular akut
 Edema paru dan sindrom gawat napas dewasa (adult respiratory distress
syndrome, ARDS)
 Hipoglikemia- hiperinsulinemia yang diinduksi oleh kuinin atau akibat
para sistemia tinggi
 Keadaan syok (malaria algid)- biasanya akibat septicemia gram-negatif
konkomitan
 Asidosis laktat
 Perdarahan spontan, koagulopati intravascular diseminata
 Hemoglobinuria (black- water fever).

Bentuk lain malaria

 Infeksi P. vivax, P. ovale, dan p. malariae yang berulang


 Anemia kronik
 Rupture limpa (terutama pada P.vivax)
 Sindrom nefrotik dengan infeksi kronik P. malariae
 Sindrom splenomegali tropis.

Malaria serebral

 Biasanya berkembang setelah beberapa hari pada orang dewasa namun


pada anak-anak seringkali berkembang <2 hari
 Kejang, penurunan kesadaran, dan perkembangan kelainan neurologis
(misalnya pandangan diskonjugat, postur deserebrasi ), kadang-kadang
dengan progresi yang sangat cepat
 Perdarahan retina sering terjadi
 Koma dapat menetap selama beberapa hari setelah pembersihan parasit
dari darah

“MALARIA” Page 18
2.10 Pencegahan Malaria
A. Basis Masyarakat
1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat hrus
selalu di tingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan
kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal
untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi hilangkan genangan air
kotor, di antaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau
mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai
tempat air tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat
membantu mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomik anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak
terbang dan resistensi terhadap insektisida.
B. Bebasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain : (1) tidak keluar rumah
antara senja dan mala hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya
mengenakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena
nyamuk lebih menyukai warna gelap, (2) menggunakan repelan
yang mengandung dimetiftalat atau zat antinyamuk lainnya, (3)
membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang
kasa antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela, (4)
menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-
treated mosquito net, ITN), (5) menyemprot kamar dengan obat
nyamuk atau obat nyamuk bakar.
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik
meliputi :
a. Pada daerah di mana plamodiumnya masih sensitif terhadap
klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg
klorokuin fosfat untuk orang dewasa , seminggu satu tablet,

“MALARIA” Page 19
dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu
sebelum meninggalkan tempat tersebut.
b. Pada daerah yang resistensi terhadap klorokuin, pasien
memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5
mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 500 mg/pirimetamin 25 mg
(Suldox), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi :
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi.
b. Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil
3 g/kgBB/hari untuk daerah yang sensitif klorokuin.
c. Meflokuin 5 mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat
kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten
terhadap klorokuin.
d. Prolaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datang ke daerah
endemik dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak
menunjukkan keluhan dan gejala kinis malaria, boleh
mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak ia datang. Calon
donor tersebut, apabila telah diberikan pengobatan profilaksis
malaria dan telah menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih
sertatidak menunjukkan gejala klinis, maka diperbolehkan
mendonor selama 3 tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa
donor dari daerah endemik malaria merupakan sumber energi.
5. Pemberian vaksinasi
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek,
sehingga vaksin berbeda-beda untuk setiap stadium, seperti :
o Stadium aseksual eksoeritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya gejala klinis
maupun transmisi penyakit di daerah endemis. Contohnya,
circumsporozoite protein (CSP), Thrombospondin-related
adhesion protein (TRAP), Liver stage antigen (LSA).

“MALARIA” Page 20
o Stadium aseksual eritrositik
Cara kerjanya menghambat terjadinya infeksi parasit
terhadap eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit dan
mencegah terjadinya sekuesterasi parasit di kapiler organ
dalam sehingga dapat mencegah terjadinya malaria berat.
Contohnya, merozoite surface protein (MSP), ring infected
erythrocyte surface antigen (RESA), apical membrane antigen-1
(AMA-1).
o Stadium seksual
Cara kerjanya menghambat atau mengurangi transmisi
malaria di suatu daerah. Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.

2.11 Penatalaksanaan Malaria

Untuk membunuh semua parasit malaria pada berbagai stadium (dihati


maupun dieritrosit), dilakukan pengobatan secara radikal. Dengan pengobatan ini
diharapkan terjadi kesembuhan serta terputusnya rantai penularan.

1. Pengobatan malaria tanpa komplikasi

a. Pengobatan malaria falciparum

“MALARIA” Page 21
1) Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut kelompok umur

- Lini pertama pengobatan P.falciparum adalah artesunat + amodiakuin +


primakuin

- Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk membunuh parasit


stadium aseksual, sedangkan primakuin untuk membunuh gametosit yang
ada dalam darah.

- Setiap kemasan atesunat + amodiakuin terdiri daridua blister. Pertama


adalah blister amodiakuin yang terdiri dari 12 tablet, setiap tablet
mengandung 153 mg amodiakuin basa yang setara dengan 200 mg
amodiakuin. Yang kedua adalah blister artesunat yang terdiri dari 12
tablet @50 mg.

- Obat kombinasi diberikan peroral selam 3 (tiga) hari dengan dosis tunggal
harian amodiakuin bsa 10 mg/kgBB dan artesunat 4 mg/kgBB

- Primakuin tablet berwarna jingga kecoklatan mengandung 15 mg


primakuin basa yang setara dengan 25 mg primakuin, peroral dengan dosis
tunggal 0,7 mg basa/kgBB, diberi pada hari pertama. Primakuin tidak
boleh diberikan pada ibu hamil, bayi berusia <1 tahun dan penderita
defisiensi G6-PD

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun

I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin - - 1½ 1½ 2 2-3

“MALARIA” Page 22
II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

III Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

- Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 (H28) setelah pemberian
obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang (sejak H4)
dan parasit malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7).

- Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan
parasit aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali (rekrudesensi).

- Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif,
gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang
(persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).

2) Pengobatan lini kedua malaria falciparum

- Pengobatan lini kedua menggunakan kina + dosiklin atau tetrasiklin +


primakuin.

- Tablet kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, diberikan peroral,
3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgBB selama 7 hari.

- Doksisiklin. Dipasaran sediaan ini diantaranya mengandung doksisiklin


HCL atau doksisiklin hiklat yang setara dengan 50 mg dan 100 mg
doksisiklin. Dosis dewasa 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis perhari
selama 7 hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/kgBB/hari. Doksisiklin
tidak boleh diberikan untuk ibu hamil dan anak berusia <8 tahun. Bila
doksisiklin tidak tersedia maka dapat digunakan tetrasiklin.

“MALARIA” Page 23
Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
Obat
0-11 1-4 tahun 5-9 tahun 10 – 11 > 15
bulan tahun tahun

I Kina *) 3x½ 3x1 3x½ 3 x (2-3)

Doksisiklin - - - 2 x 1 **) ***)

Primakuin - ¾ 1½ 2 2–3

II-VII Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 2x1

Doksisiklin - - - 2 x 1 **) ***)

*) dosis diberikan dalam kg/BB

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat
0-11 1-4 5-9 10 – 11 > 15
bulan tahun tahun tahun tahun

I Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2-3)

Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)

Primakuin - ¾ 1½ 2 2–3

II-VII Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3 x (2-3)

Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)

*) dosis diberikan dalam kg/BB

**) 4 x 250 mg tetrasiklin

- Tetrasiklin. Dipasaran sediaan ini di antaranya mengandung tetrasiklin


HCl 250 mg. Pemberian obat dibagi dalam 4 dosis selama 7 hari, dengan

“MALARIA” Page 24
dosis 4-5 mg/kgBB/kali. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak
berusia < 8 tahun dan ibu hamil.

3). Pengobatan Malaria falciparum disarana kesehatan yang belum memiliki


obat artesunat-amodiakuin

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur

0-11 1-4 tahun 5-9 tahun 10 – 11 > 15


bulan tahun tahun

I Sulfadoksin *) ¾ 1½ 2 2–3
pirimetamin
(SP)

primakuin - ¾ 1½ 2 2–3

- Bila pengobatan sulfadoksin pirimetamin (SP) tidak relatif (gejala klinis


tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul
kembali), atau penderita mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau
golongan sulfa lainnya, penderita diberi regimen kina + doksisiklin atau
tetrasiklin + primakuin

b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale

1) Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale

- Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale adalah


klorokuin + primakuin

- Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan


parasit aseksual di eritrosit

- Klorokuin difosfat 250mg setara dengan klorokuin 150mg basa diberikan


1 x sehari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa/kgBB

“MALARIA” Page 25
- Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB perhari selama 14 hari diberikan bersama
klorokuin. Klorokuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi berusia
<1 tahun dan pasien dengan defisiensi G6-PD.

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - ¼ ½ ¾ 1

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1½ 2

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

H4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

- Pengobatan effektif bila sampai dengan hari ke-28 (H28) setelah


pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang
(sejakH4) dan parasit malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak
H7)

- Pengobatan tidak effektif bila sampai H29 gejala klinisnya memburuk dan
parasit aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali sebelum H14 (kemungkinan resisten) atau gejala klinis membaik

“MALARIA” Page 26
tetapi parasit aseksual timbul kembali antara H15 sampai H28
(kemungkinan resisten, relaps atau terjadi infeksi baru).

- Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak


effektif.

2) Pengobatan malaria vivax yang resisten klorokuin

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1- Klorokuin *) *) 3x1 3x1 3x1 3x4


7 1/2

H1- Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1


14

3) Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh)

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - 1/2 1 1 1/2 2

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - 1/2 1 1½ 2

H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

“MALARIA” Page 27
Primakuin - - 1/2 1 1½ 2

H4-14 Primakuin - - 1/2 1 1½ 2

4) Pengobbatan malaria vivax untuk penderita defisiensi G6-PD

- Pendrita defisiensi G6-PD dapat diketahui melalui anamnesis dengan


adanya keluhan atau riwayat urin berwarna coklat kehitaman setelah
minum obat golongan sulfa, primakuin, kina, atau klorokuin. Oleh karena
itu, pengobatan diberikan secara mingguan

- Klorokuin diberikan 1x per minggu selama 8-12 minggu dengan dosis 10


mg klorokuin basa/kgBB/kali dan primakuin dengan dosis 0,75
mg/kgBB/kali

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 tahun >15


bulan bulan tahun tahun tahun

8-12 Klorokuin 1/4 1/2 1 2 3 3-4

8-12 Primakuin - - 3/4 1½ 2 1/4 3

c. Pengobatan malaria malariae

Hari Jenis Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur


Obat

0-1 bulan 2-11 1-4 tahun 5-9 tahun 10-11 >15 tahun
bulan tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

“MALARIA” Page 28
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H3 Klorokuin ¼ ¼ ½ 1 1 1/2 2

2. Pengobatan malaria klinis

- Pada fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostik malaria,


penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati sementara dengan
regimen klorokuin dan primakuin

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur

0-1 2-11 1-4 5-9 10-11 >15


bulan bulan tahun tahun tahun tahun

H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¾ 1½ 2 2-3

H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

H3 klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1½ 2

- Bila pengobatan tidak effektif (gejala klnis tidak membaik bahkan


memburuk) penderita harus segera dirujuk untuk mendapatkan kepastian
diagnosis dan mendapatkan pengobatan yang adekuat.

“MALARIA” Page 29
3. Pengobatan malaria dengan Komplikasi

- Malaria berat atau komlpikasi adalah ditemukannya plasmodium


falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan dibawah
ini (WHO,1997)

1) Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan


kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan skala Koma
Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa GCS kurang
dari atau sama dengan 15, sedangkan pada anak – anak berdasarkan
Blantyre Coma Scale kurang dari atau sama dengan 3 atau koma >30
menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.

2) Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit mikrositik, harus


dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia atau
hematoglobinopati lainnya.

3) Gagal ginkal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau <1
ml/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin
darah >3 mg%

4) Edema paru atau acute respiratory distress syndrom

5) Hipoglikemia: gula darah <40 mg/%

6) Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak tekanan
nadi ≤20 mmHg) disertai keringat dingin

7) Pendarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan / atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulansi intravaskular

8) Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertemia

9) Asidemia (pH<7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L)

10) Hemoglobinuria makroskopik karena innfeksi malaria akut (bukan karena


obat anti malaria pada seseorang dengan defisiensi G6-PD).

“MALARIA” Page 30
- Beberapa keadaan lain yang juga digolngkan sebagai malaria berat yaitu :

1) Gangguan kesadaran ringan (GCS<15)

2) Kelemahan otot (tidak bisa duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologik)

3) Hiperparasitemia >5%

4) Ikterus (kadar bilirubin darah >3 mg%

5) Hoperpireksia (temperatur rektal >40◦C pada orang dewasa, >41°C pada


anak).

- Pemberian obat antimallaria pada penderitaan malaria berat

1) Pilihan utama derivat artemisin parentral adalah artesunat intravena atau


intramuskular dan artemeter intramuskular

2) Artesunat parentral direkomendasikan untuk digunakan dirumah sakit atau


puskesmas perawatan, sedangkan artemeter intramuskular untuk
dilapangan atau puskesmas tanpa perawatan. Obat ini tidak boleh
dikonsumsi oleh ibu hamil trimester I dengan malaria berat

3) Artesunat parenteral tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam


aresunat dari pelarut dalam ampul berisi 0,6 ml natrium bikarbonat 5%.
Larutan artesunat dibuat dengan mencampur serbuk dan pelarutnya
kemudian ditambahkan larutan dekstrosa 5% sebanyak 3-5 ml. Obat
diberikan dengan loading dose secara bolus 2,4 mg/kgBB per i.v selama ±
2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis yang sama selanjutnya
artenunat diberikan 2,4 mg/kgBB perr iv 1 kali sehari sampai penderita
mampu minum obat. Larutan artesunatnbisa diberikan secara
intramuskular (IM) dengan dosis yang sama. Bila oenderita sudah bisa
miinum obat, dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin +
primakuin yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa
komplikasi

“MALARIA” Page 31
4) Artesunat I.M tersedia dalam ampul berisi 80 mg artemeter dalam larutan
minyak,diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB I.M. Selanjutnya
artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB I.M satu kali sehari sampai penderita
mampu minum obat, dilanjutkan dengan regimen artesunat + amodiakuin
+ primakuin yaitu pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa
komplikasi

5) Obat alterrnatif malaria berat addalah kina dihidroklorida parenteral. Bila


tidak tersedia derivat artemisin parenteral, obat ini dapat digunakan. Kina
dihidroklorida parenteral dapat diberikan kepada ibu hamil trimester
perrtama. Obat ini dikemas dalam ampul berisi 500 mg/2 ml. Obat
diberikan dengan loading dose 20 mg/kgBB dilarutkan dalam 500ml
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Dosis pemeliharaan seperti diatas diberikan
sampai pasien dapat mengkonsumsi kina peroral. Bila pasien sudah sadar
atau dapat minum obat, pemberian kina i.v digantikan dengan kina tablet
peroral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3x sehari dengan total
dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina perinfus pertama

6) Bila tidak memunggkinkan pemberian kina melalui infus, dapat diberikan


kina dihidroksi 10mg/kgBB i.m dengan masing – masing ½ dosis pada
paha depan kanan-kiri (jangan diberikan pada pantat). Untuk pemakaian
i.m kina diencerkan dengan 5-6 ml NaCl 0,9% untuk mendapatkan
konsentrasi 60-100 mg/ml. Kina tidak boleh diberikan secara bolus I.V
karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.

7) Penderita gagal ginjal, tidak dapat diberikan loading dose dan dosis
pemeliharaan kina diturunkan ½ nya

8) Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan primakuin dengan dosis
0,75 mg/kgBB

4. Kemoprofilaksis

“MALARIA” Page 32
Bertujuan untuk mengurangi resiko infeksi malaria, sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat ditujukan bagi orang yang berpergian
ke daerah endemik malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dll. Untuk kelompok atau individu yang akan
berpergian atau bertugas dalamjangka waktu lama sebaiknya menggunakan
personal protection seperti memakai kelambu, repilient, kawat kasa, dll. Karena
plasmodium falciparum merupakan spesies dengan virulensi tinggi, maka
kemoprofilaksis ditunjukkan pada infeksi ini.

“MALARIA” Page 33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)


dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles.
- Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium. Terdapat
empat spesies yang menyerang manusia yaitu : Plasmodium falciparum ,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae.
- Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara
alamiah, contohnya melaluiu gigitan nyamuk dan non alamiah,
misalnya tranfusi darah maupun malaria dari ibu ke bayinya.
- Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan:
periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
meningkatnya temperatur;diikuti dengan periode panas : penderita muka
merah, nadi cepat, dan panas tetap tinggi beberapa jam , diikuti dengan
keadaan berkeringat; periode berkeringat : penderita berkeringat banyak
dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat.
- Lini pertama pengobatan P.falciparum adalah artesunat + amodiakuin +
primakuin. Pengobatan lini kedua menggunakan kina + dosiklin atau
tetrasiklin + primakuin. Pengobatan Malaria falciparum disarana kesehatan
yang belum memiliki obat artesunat-amodiakuin
- Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale adalah
klorokuin + primakuin

“MALARIA” Page 34
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa lebih dapat
mengenal mengenai penyakit malaria dan mencari lebih banyak pengetahuan
tentang penyakit ini khusunya dalam pemberian obat yang rasional untuk pasien
dengan penyakit ini. Agar nantinya kita sebagai seorang farmasis dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dalam hal disini yaitu pasien yang menderita
malaria terutama malaria berat.

“MALARIA” Page 35
Kasus

Nama : AS
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 Th
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 95 cm

Demam, berkeringat, mual dan muntah


Anamnesis batuk, flu, sakit kepala, nyeri pada
badan, kejang demam
Riwayat Penyakit
Malaria
Sekarang (Diagnosa)
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Penyakit Tidak ada keluarga menderita penyakit
Keluarga yang sama
Riwayat Sosial -
Riwayat Operasi -
Riwayat pengobatan Sirup demam, batuk dan pilek
Riwayat Alergi -
T: 400C
P: 45x/menit
Pemeriksaan Fisik
N: 100x/menit
TD: 140/80 mmHg
Splenomegali, tangan pucat, mata
Review Of System
pucat, timbulnya ptekie pada kulit
Plasmodium falciparum (++)

Uji Laboratorium Hemoglobin : 9 gr/dl


Hematokrit : 25 %

NB: Selesaikan kasus diatas dengan metoda SOAP

Subjektif

Nama : AS
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 Th

“MALARIA” Page 36
Anamnesis : Demam, berkeringat, mual dan muntah
batuk, flu, sakit kepala, nyeri pada badan,
kejang demam
Riwayat Penyakit Sekarang (Diagnosa) : Malaria
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga menderita penyakit
yang sama
Riwayat pengobatan : Sirup demam, batuk dan pilek

Objektif

Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 95 cm

Pemeriksaan Fisik : T: 400C (Normal : 36,5-37,50C)

P: 45x/menit (Normal : 12 – 20x / menit)

N: 100x/menit (Normal : 80 – 100x / menit)

TD: 140/80 mmHg (Normal : 120/80 mmHg)

Review Of System : Splenomegali, tangan pucat, mata pucat, timbulnya ptekie


pada kulit

Uji Laboratorium : Plasmodium falciparum (++)

Hemoglobin : 9 gr/dl (Normal : 13 - 18 g/dL)

Hematokrit : 25 % (Normal : 40-50%)

Assesmant

Pasien As didiagnosa penyakit malaria karena P. Falciparum dengan


hipertensi stadium 1, demam, mual dan muntah, batuk, flu, sakit kepala, nyeri

“MALARIA” Page 37
pada badan, kejang demam, anemia, dimana pasien belum mendapatkan obat
untuk malaria, hipertesi, kejang dan anemianya.

Plan

 Terapi Farmakologi
- Artesunat iv : 2,4 mg/kgbb (pada jam ke 0, 12, dan 24).
- Parasetamol 120 mg, Pseudoefedrin HCL 7,5 mg, Klorfeniramin maleat
0,5, gliseril guaiakolat 50 mg per ml sirup : 3x1 satu sendok teh.
- Diazepam intravena (perlahan-lahan 1 mg/menit) : 0,3 – 0,5
mg/kgbb/kali.
- Vitamin K iv : 10 mg.
- Pemberian cairan yang adekuat (infus N. Salin).

 Terapi Non Farmakologi


- Melakukan kompres air hangat untuk menurunkan suhu tubuh yang
tinggi.
- Pemberian oksigen untuk memperbaiki pernafasan pasien yang
mengalami sesak nafas
- Hindari asupan garam yang berlebihan
- Istirahat yang cukup dan banyak mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan minum air putih
- Konsumi sayur-sayuran yang banyak mengandung vitamin A,
seperti tomat, wortel dan lainnya

 Monitoring
- Pemantauan kadar ureum dan kreatinin
- Pemantauan ketat terhadap pemberian cairan pada tubuh
- Pemantauan gejala klinis yang diderita
- Pemeriksaan mikroskopik pada darah
- Pemantauan terahadap kejang

“MALARIA” Page 38
- Pemantauan mengenai Hb, Hematokrit, eritrosit, neutrofil, dan
lainnya

 KIE
- Memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai cara
pemakaian obat, indikasi, frekuensi dan efek samping yang
mungkin terjadi
- Memberikan informasi agar menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal (kegiatan ini meliputi hilangkan genangan air kotor,
di antaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau
mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai
tempat air tergenang)
- Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain : (1) tidak keluar rumah
antara senja dan mala hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya
mengenakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena
nyamuk lebih menyukai warna gelap, (2) menggunakan repelan
yang mengandung dimetiftalat atau zat antinyamuk lainnya, (3)
membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang
kasa antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela, (4)
menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-
treated mosquito net, ITN), (5) menyemprot kamar dengan obat
nyamuk atau obat nyamuk bakar.

“MALARIA” Page 39
DAFTAR PUSTAKA

Harjianto, P.N. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi IV. Jakarta :
FK UI.

Mandal B.K, Wilkins E.G.L, Dunbar E.M, Mayon-white R,T. 2008. Penyakit
Infeksi. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

“MALARIA” Page 40

You might also like