You are on page 1of 12

Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.

N Zebua & Sony Heru P)

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana


Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354
email: agric_fpb@yahoo.co.id, website: ejournal.uksw.edu/agric

PENGARUH ORIENTASI PASAR TERHADAP PENANGANAN PASCA PANEN


BUNGA POTONG KRISAN DI DESA KENTENG, KECAMATAN BANDUNGAN,
KABUPATEN SEMARANG

THE EFFECT OF MARKET ORIENTATION TOWARDS POST-HARVEST


HANDLING OF CHRYSANT CUT FLOWERS IN KENTENG VILLAGE,
BANDUNGAN SUB-DISTRICT, SEMARANG

Damara Dinda Nirmalasari Zebua


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
damaradinda3@gmail.com

Sony Heru Priyanto


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
sony.priyanto@staff.uksw.edu

Diterima 5 Juli 2017, disetujui 14 Juli 2017

ABSTRACT
Chrysanthemum in Kenteng Village was conducted at Kenteng Village, Bandungan District,
Semarang Regency on 12 February 2016-13 April 2016. This study aims to 1) determine the
condition of the chrysanthemum farmers’ market orientation; 2) know the determinants of market
orientation of chrysanthemum businessman; and 3) the effect of market orientation on post-
harvest handling of chrysanthemum. In this study, 100 respondents were choosen to fill in
questionnaire which is then analyzed using descriptive statistics and test SEM through IBM
AMOS v.22 program. The results show that 1) the orientation on the customer to produce a
quality cut flower chrysanthemum is the orientation of the most widely adopted by farmers.
Farmers also take the positive things that other farmers do to repair the cut flower chrysanthemum
produces, farmers give bonuses to regular customers who buy in large quantities and serve
payment in cash receipt, and prioritize what the customer wants and needs and trying to fulfill
compared to prioritize short-term profitability; 2) the three determining factors namely age,
education and gender, gender can only be accepted as a determinant factor of market orientation.
Ownership of market orientation by farmers comes from the demands of the market (brokers,
traders and florist) and consumers (decorater); and 3) market orientation has positive influence
on post-harvest handling of cut flower chrysanthemum, where the demands of customers on a
good cut flower chrysanthemum, attractive, has a shelf life and optimum freshness make farmers
give more attention to post-harvest activities.
Keywords: Market Orientation, Post-Harvest, Kenteng village, Chrysanthemum

31
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada


tanggal 12 Februari 2016-13 April 2016. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui kondisi orientasi
pasar pengusaha bunga potong krisan; 2) mengetahui faktor determinan orientasi pasar pengusaha
bunga potong krisan; dan 3) mengetahui pengaruh orientasi pasar terhadap penanganan pasca
panen bunga potong krisan. Dalam penelitian ini, diambil 100 responden dengan menggunakan
kuesioner yang kemudian dianalisis dengan uji statistik deskriptif dan uji SEM melalui program
IBM AMOS v.22. Hasilnya menunjukkan bahwa 1) orientasi pada pelanggan untuk menghasilkan
bunga potong krisan yang berkualitas menjadi orientasi yang paling banyak diterapkan oleh
petani. Petani juga mengambil hal-hal positif yang dilakukan petani lain untuk memperbaiki bunga
potong krisan yang dihasilkannya, petani memberi bonus kepada pelanggan tetap yang membeli
dalam jumlah banyak dan melayani pembayaran secara kasbon serta mengutamakan apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan dan berusaha memenuhinya dibandingkan dengan
mengutamakan profitabilitas jangka pendeknya; 2) dari tiga faktor determinan yaitu usia, pendidikan
dan jenis kelamin, hanya jenis kelamin yang dapat diterima sebagai faktor determinan orientasi
pasar. Kepemilikan orientasi pasar oleh petani berasal dari tuntutan pasar (tengkulak, pedagang
dan florist) dan konsumen (pendekor); dan 3) orientasi pasar berpengaruh positif terhadap
penanganan pasca panen bunga potong krisan, dimana adanya tuntutan pelanggan terhadap
bunga potong krisan yang baik, menarik, memiliki umur simpan dan kesegaran yang optimal
membuat petani lebih memperhatikan kegiatan pasca panen.

Kata kunci: Orientasi Pasar, Pasca Panen, Desa Kenteng, Krisan

PENDAHULUAN rangkaian kegiatan yang memberikan perlakuan


terhadap bunga setelah panen sampai bunga itu
Indonesia merupakan negara beriklim tropis diterima oleh konsumen (Fernando, 2015).
yang memiliki potensi untuk mengusahakan dan
mengembangkan berbagai jenis tanaman Pentingnya menjaga kesegaran bunga potong
hortikultura. Salah satu tanaman hortikultura krisan sampai di tangan konsumen melalui
yang sedang marak digemari oleh masyarakat perlakuan dalam penanganan panen dan pasca
adalah tanaman hias bunga potong krisan panen hendaknya menjadi perhatian setiap
(Rukmana & Mulyana, 1997). pengusaha agar produknya dapat diterima
dengan baik oleh konsumen. Menurut Hutchinson
Bunga potong krisan merupakan salah satu et al (2003) dalam Riyanto (2010),untuk
tanaman hortikultura yang mempunyai prospek memberikan kepuasan konsumen dan memenuhi
cerah untuk dikembangkan seiring dengan permintaan pasar salah satu usaha yang dapat
meningkatnya permintaan konsumen akan bunga dilakukan yaitu dengan meningkatkan hasil
potong ini. Penambahan jumlah permintaan panen dan tetap mempertahankan kualitasnya.
yang terus meningkat ini sebaiknya diikuti
dengan pengembangan sistem penanganan Desa Kenteng adalah salah satu desa yang
pasca panen sehingga dihasilkan bunga potong menjadi sentral budidaya bunga potong krisan
dengan standar mutu yang dapat dipahami dan di Kecamatan Bandungan, Kabupaten
dijadikan pegangan oleh produsen dan Semarang, Jawa Tengah (Kementerian
konsumen (Arisanti &Setiari, 2012). Pertanian, 2014). Berdasarkan penelitian
Penanganan pasca panen merupakan bagian dari pendahuluan yang telah dilakukan, fenomena
SOP (Standard Operational Procedure) yaitu yang terjadi di desa ini yaitu sebagian besar

32
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.N Zebua & Sony Heru P)

petani telah melakukan penanganan pasca Jaworski & Kohli (1993) mengatakan orientasi
panen yang meliputi sortasi (sorting), peng- pasar berhubungan dengan karakteristik
kelasan (grading), dan pembungkusan individu petani yang meliputi usia, pendidikan
(packaging). Petani bunga potong krisan me- dan jenis kelamin. Usia mempengaruhi daya
lakukan penanganan pasca panen ini dikarena- kreativitas seseorang, karena biasanya semakin
kan harga jual yang diterima akan lebih besar tua umur seseorang, maka akan semakin matang
dibandingkan dengan menjual langsung produk daya kreativitasnya. Pendidikan formal
tanpa melalui penanganan pasca panen. Dalam merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk
melakukan penanganan pasca panen ini, petani memperoleh pengetahuan dan menunjang
tetap memperhatikan keinginan dan kebutuhan kemampuan seseorang dalam hal pengapli-
konsumen sehingga produk yang dijual dapat kasian teknologi. Namun, pendidikan formal
diterima baik oleh konsumen. Kemampuan saja tidak cukup untuk meningkatkan penge-
perusahaan atau perorangan untuk memahami tahuan, diperlukan penambahan informasi mela-
dan memenuhi keinginan serta kebutuhan lui kursus atau pelatihan yang lebih menekankan
pelanggan inilah yang dikenal dengan istilah pada skill dalam mengelola suatu usaha yang
orientasi pada pasar atau market orientation dijalankan (Darmasetiawan & Wicaksono,
(Narver & Slater, 1990).Orientasi pasar 2012). Menurut Powell & Ansic (1997)
sebagai konstruk tunggal menurut Narver & dalamMunoz & Saran (2012), berdasarkan
Slater (1990) menekankan pada 4 hal yaitu: 1) jenis kelamin, perbedaan antara laki-laki dan
orientasi pada pelanggan; 2) orientasi pada perempuan dapat dilihat dari strategi usaha dan
pesaing; 3) orientasi pada fokus jangka panjang tingkah laku. Beberapa studi empiris melapor-
dan 4) orientasi pada profitabilitas. kan bahwa perempuan dan laki-laki berbeda
dalam orientasi terhadap relasi (Riger & Gilliga,
Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan
1980 dalamDavis et al., 2010). Perempuan
senantiasa berupaya menggali apa yang dapat
lebih peduli pada hubungan antar pribadi
disediakan perusahaan dengan membuat barang
dengan pelanggan dibandingkan laki-laki
atau jasa yang terbaik (Wahyudiono, 2013
(Cartwright & Gale, 1995 dalamDavis et al.,
dalam Purwasari & Suprapto2014). Orientasi
2010). Perempuan menunjukkan perhatian yang
pesaing berarti pemahaman yang dimiliki
lebih besar dalam menjalin relasi dari aspek
pengusaha dalam memahami kekuatan-kekuatan
pemasaran dan penjualan. Hal ini dapat
jangka pendek, kelemahan-kelemahan, kapa-
bermanfaat untuk mengembangkan orientasi
bilitas-kapabilitas dan strategi-strategi jangka
pasar (Narver & Slater, 1990 dalamDavis et
panjang baik dari segi pesaing utamanya saat
al., 2010).
ini maupun pesaing-pesaing potensial utama
(Zhou et al., 2005 dalam Purwasari & Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui
Suprapto, 2014). Orientasi fokus jangka panjang kondisi orientasi pasar pengusaha bunga potong
adalah perusahaan harus berusaha untuk krisan; 2) mengetahui faktor determinan
menciptakan hubungan dengan pelanggan jangka orientasi pasar pengusaha bunga potong krisan;
panjang secara menguntungkan. Orientasi pro- dan 3) mengetahui pengaruh orientasi pasar
fitabilitas adalah segala sesuatu yang dilakukan terhadap penanganan pasca panen bunga
oleh perusahaan untuk memuaskan pelanggan, potong krisan.
harus kembali ke tujuan utama yaitu profitabilitas
(Narver & Slater, 1990 dalam Priyanto, 2005).

33
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilaksanakan pada 12 Februari 2016 Gambaran Umum Responden
hingga13April 2016 di Desa Kenteng, Kecamatan Responden di Desa Kenteng berasal dari tiga
Bandungan, Kabupaten Semarang. Pemilihan dusun yang berbeda, diantaranya Dusun Jurang,
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) Dusun Kenteng dan Dusun Karanglo.
dengan pertimbangan bahwa Desa Kenteng Responden memiliki usia yang sangat heterogen.
merupakan salah satu sentral budidaya bunga Agar lebih mudah melihat gambaran usia
potong krisan. Dalam penelitian ini, petani bunga responden, maka peneliti akan menjabarkannya
potong krisan yang menjadi sampel. Pengam- ke dalam Tabel 1 berikut,
bilan sampel dilakukan dengan teknik pur-
posive sampling. Teknik purposive sampling Tabel 1 Usia Responden
adalah cara penarikan sampel yang dilakukan Usia Jumlah Persentase
(th) responden (%)
dengan memilih responden sesuai dengan kri- (orang)
teria yang telah ditentukan oleh peneliti (Bungin, 24- 23 23
2011). Kriterianya yaitu petani bunga potong 39
krisan yang membudidayakan sendiri bunga 40- 63 63
55
krisannya dan yang melakukan penanganan 56- 13 13
pasca panen. Berdasarkan Structural Equation 71
Modeling (SEM), jumlah sampel yang 72- 1 1
87
dibutuhkan adalah 5-10 kali jumlah indikator Total 100 100
yang digunakan, sehingga pada penelitian ini, Sumber: Analisis Data Primer, 2016
jumlah sampel yang digunakan ada 100
responden (Sarjono & Julianita, 2015). Pada umumnya, responden telah berusia 40
tahun ke atas dan didominasi oleh laki-laki.
Data yang digunakan untuk dapat menjawab Mereka memilih menjadi petani dikarenakan
tujuan dari penelitian ini adalah dengan tidak punya alternatif lain untuk bekerja,
mengumpulkan data primer dan data sekunder. sementara petani yang berusia di bawah 40
Data primer dalam penelitian ini yaitu wawan- tahun, beberapa diantaranya memiliki pekerjaan
cara langsung di lapangan dengan berpedoman sampingan yaitu sebagai kuli bangunan. Hal ini
pada instrumen penelitian menggunakan dilakukan untuk memperoleh pendapatan
kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh tambahan dan berjaga-jaga jika ada kebutuhan
dari laporan, publikasi dan literatur yang relevan mendesak yang harus segera dipenuhi seperti
dengan penelitian. Pengisian kuesioner dilakukan membayar biaya sekolah anak-anaknya.
dengan teknik wawancara langsung kepada
responden. Data yang diperoleh kemudian Tabel 2 Pendidikan Terakhir Responden
dianalisis dengan statistik deskriptif dan model
Tingkat Jumlah Persentase
persamaan struktural (Structural Equation Pendidikan (%)
Modeling) yang dioperasikan melalui program SD 66 66
IBM AMOS v.22. SMP 18 18
SMA 14 14
D1 1 1
S1 1 1
Total 100 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

34
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.N Zebua & Sony Heru P)

Dalam banyak kasus, tingkat pendidikan ini Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, banyak
sangat mempengaruhi stock of knowledge hal yang menjadi pertimbangan setiap petani
seseorang sehingga mampu menggerakkan terutama saat menentukan varietas krisan yang
inovasi usaha. Pendidikan yang sesuai dengan akan ditanam. Misalnya saat jelang lebaran
bidang yang digelutinya merupakan dasar yang seperti ini, beberapa bulan sebelumnya, petani
sangat baik untuk pengembangan usahanya akan memilih bertanam krisan yang warna-
(Hisrich & Peters, 1992 dalam Priyanto 2005). warni karena kebiasaan dari tahun ke tahun
Namun yang perlu diingat adalah tingkat dimana saat lebaran tiba, banyak pelanggan
pendidikan tidak selamanya linier dengan yang mencari krisan dengan berbagai warna
kemampuan seseorang karena juga sangat untuk digunakan diberbagai acara. Petani selalu
tergantung proses pembelajaran yang terjadi berupaya agar bunga yang dihasilkan memiliki
pada saat memperoleh pendidikan tersebut. panjang tangkai mencapai 70-100cm dan
kelopak bunganya bagus serta tidak terserang
Kondisi Orientasi Pasar Petani Bunga
penyakit, yang kemudian akan dijual sebagai
Potong Krisan
grade A. Menurut Rukmana & Mulyana
Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif (1997), upaya ini dilakukan untuk memenuhi
Descriptive Statistics
Std.
permintaan pelanggan khususnya konsumen
N Minimum Maximum Mean Deviation kelas I (hotel dan florist besar). Jika mereka
Usia 100 24 77 45.27 9.331
Nilai OrPel 100 2 5 3.61 .584
menghasilkan grade B yang panjang
Nilai OrPes 100 1 4 3.29 .795 tangkainya kurang dari 70cm dan kualitas
Nilai OrFok 100 1 4 2.32 .909 bunganya lebih rendah dari grade A, maka
Nilai OrPro 100 2 4 3.06 .565
Nilai Total OP 100 9 17 13.31 1.733
mereka juga tidak khawatir karena akan ada
Nilai Sort 100 1 3 1.53 .577 tengkulak atau pedagang yang akan membeli
Nilai Peng 100 2 4 2.82 .500
Nilai Pemb 100 1 3 2.06 .664
dagangan mereka yang kemudian akan dijual
Nilai Total PP 100 5 10 6.96 1.399 lagi kepada florist menengah dan pendekor.
Valid N (listwise) 100 Ini juga sesuai dengan pendapat Rukmana &
Ket: OrPel = Orientasi pelanggan, OrPes = Orientasi Pesaing, OrFok =
Orientasi Fokus Jangka Panjang, OrPro = Orientasi Profitabilitas, Sort Mulyana (1997) yang mengatakan bahwa
= Sortasi, Peng = Pengkelasan, Pemb = Pembungkusan
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 konsumen kelas II dan III seperti rumah tangga,
florist menengah dan dekorasi massal
Berdasarkan hasil di atas, dilihat dari nilai rata- menyukai krisan dengan panjang tangkai kurang
ratanya (mean), dari keempat konstruk dari 70cm. Dalam bertanam krisan, petani sama
orientasi pasar yaitu orientasi pelanggan, sekali tidak menganggap petani lainnya sebagai
orientasi pesaing, orientasi fokus jangka panjang saingan. Mereka menganggap petani lain
dan orientasi profitabilitas, orientasi pelanggan- sebagai rekan kerja yang dapat mereka ajak
lah yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu bertukar pikiran dan berbagi informasi terutama
3,61, diikuti dengan orientasi pesaing, orientasi dalam hal budidaya hingga pasca panen bunga
profitabilitas dan orientasi fokus jangka panjang potong krisan. Meski begitu, setiap petani akan
berturut-turut dengan nilai rata-rata 3,29, 3,06 selalu bersaing dalam hal kualitas dan kuantitas
dan 2,32. Hal ini berarti, dari keempat konstruk seperti menghasilkan bunga potong krisan dengan
orientasi pasar, orientasi pelanggan menjadi tangkai yang panjangnya lebih dari 70cm,
orientasi yang paling banyak diterapkan oleh kelopak bunga yang sehat dan tidak terserang
petani bunga potong krisan di Desa Kenteng penyakit dalam jumlah banyak dengan harapan
dalam menjalankan orientasi pasarnya. hasil panennya dapat terjual lebih cepat di pasar.

35
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

Menariknya, beberapa petani yang berani panen selesai. Dalam menitipkan hasil panen-
mengambil risiko besar, akan mengambil nya, petani tidak hanya bekerjasama dengan
kesempatan untuk menanam varietas yang satu tengkulak atau pedagang saja, biasanya
belum banyak dibudidayakan oleh petani lain petani akan memilih tengkulak atau pedagang
dengan harapan saat waktu panen tiba, hasil yang berani membeli dengan harga yang lebih
panennya akan laku terjual di pasar dan harga tinggi terutama saat harga sedang baik. Selain
jualnya menguntungkan. itu, ada juga beberapa petani yang bekerjasama
Sebagian besar petani biasanya akan menitipkan dengan florist dan pendekor, namun kerjasama
dagangannya kepada tengkulak yang ada di ini tidak mengharuskan petani untuk selalu
desa tersebut. Hal ini dilakukan untuk memini- memenuhi permintaan mereka. Saat harga
malisir kerugian saat harga krisan sedang mem- sedang baik, petani memilih untuk menjual hasil
buruk. Di sisi lain, ada beberapa petani yang panennya langsung ke pasar dibandingkan
sudah memiliki langganan tetap seperti dengan menjualnya kepada florist dan
pendekor dan florist. Bagi petani yang menjual pendekor, hal ini dikarenakan harga yang
hasil panennya kepada langganan ini, merasakan dibayarkan oleh mereka biasanya cenderung
bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar stabil (saat harga naik dan turun biasanya dibeli
dibandingkan dengan menjual hasil panen dengan harga sama). Itu sebabnya petani tidak
langsung ke pasar atau melalui tengkulak, terlalu berorientasi pada fokus jangka panjang,
karena jika dijual ke pendekor atau florist, justru banyak petani yang lebih memilih untuk
harganya akan jauh lebih tinggi dan cenderung menjual langsung hasil panennya ke pasar tanpa
stabil dibandingkan dengan pasar. Selain itu, perantara, dengan alasan mereka akan lebih
jika harga turun, sebagian petani menyiasatinya cepat memperoleh uang hasil penjualan untuk
dengan melakukan pembibitan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
meminimalisir biaya produksi dan tentunya Berdasarkan nilai rata-ratanya, sortasi memiliki
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan nilai 1,53. Hal tersebut menunjukkan bahwa
walau sedikit. Cara lain yang dapat dilakukan belum semua petani melakukan sortasi jika
guna memperoleh keuntungan yang lumayan, dilihat dari beberapa indikatornya, seperti ter-
beberapa petani melakukan alternatif penjualan. sedianya tempat untuk sortasi. Petani biasanya
Jika harga pasar sedang baik, mereka akan akan melakukan sortasi atau pemilahan hasil
menjual krisan grade A langsung ke pasar dan bunga potong krisan yang baik dari yang rusak
krisan grade B dijual melalui tengkulak atau atau cacat langsung di lahan, petani tidak
pedagang, sementara jika harga sedang turun, menyediakan tempat khusus dengan alasan
mereka akan menjual sebagian krisan ke florist proses sortasi bisa lebih cepat dan tidak mem-
dan pendekor dan sisanya dijual langsung ke butuhkan banyak biaya untuk membangun
pasar atau melalui tengkulak dan pedagang. ruangan khusus untuk sortasi. Selain dari itu,
Pada umumnya, banyak petani yang memilih hanya ada 42 dari 100 petani yang menyampaikan
untuk menitipkan hasil panennya melalui bahwa mereka mengikuti pelatihan dan pe-
tengkulak dan pegadang. Sebagian besar petani tunjuk dari penyuluh pertanian dalam melaku-
yang menitipkan hasil panennya kepada kan kegiatan budidaya hingga pasca panen
tengkulak dan pedagang tidak akan langsung bunga potong krisan, hal ini dikarenakan pela-
memperoleh uang saat itu juga. Biasanya tihan dan penyuluhan hanya diberikan kepada
pembayarannya akan dilakukan setelah masa petani yang tergabung dalam anggota kelompok
tani, sementara yang belum tergabung biasanya

36
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.N Zebua & Sony Heru P)

akan belajar cara budidaya hingga pasca panen menurut petani yang tergabung dalam kelom-
secara mandiri atau bertanya kepadapetani yang pok tani, disarankan untuk menggunakan
sudah mengikuti pelatihan dan penyuluhan pembungkus berupa kertas HVS atau kertas
tersebut. Dalam melakukan kegiatan sortasi, ada putih bersih untuk semua jenis bunga potong
42 dari 100 petani yang telah memperkerjakan krisan, akan tetapi petani merasakan hal itu
karyawan yang telah menguasai teknik sortasi. cukup berat karena akan membutuhkan biaya
Biasanya petani memperkerjakan karyawan yang besar untuk membeli pembungkus ter-
hanya saat dibutuhkan saja ketika petani merasa sebut, sehingga petani menyiasati dengan meng-
tidak bisa menanganinya seorang diri, sehingga gunakan koran bekas untuk membungkus bunga
bisa dikatakan bahwa karyawan yang dipekerjakan potong krisan jenisspray, sementara untuk bunga
bukanlah karyawan tetap. potong krisan dengan jenis standard masing-
masing kelopak bunganya “dicontongi” terlebih
Berdasarkan nilai rata-ratanya, pengkelasan
dahulu menggunakan kertas HVS, baru kemudian
memiliki nilai 2,82. Hal ini menunjukkan bahwa
dibungkus dengan menggunakan koran bekas.
dalam melakukan pengkelasan, masih ada
Hal ini dikarenakan bunga potong krisan jenis
petani yang melakukan dan tidak melakukan.
standard harus dijaga kelopak bunganya
Petani biasanya melakukan kegiatan peng-
terutama saat pengangkutan, dimana bunga
kelasan atau pemilahan hasil bunga potong
potong krisan jenis ini hanya memiliki satu
berdasarkan gradenya didasarkan pada orien-
kuntum bunga per tangkai.
tasi pasarnya, misalnya untuk memenuhi permin-
taan tengkulak dan pedagang yang kemudian Pengujian Hipotesis
dijual kembali kepada florist besar, petani akan
Uji statistik hasil pengolahan SEM dilakukan
menyediakan bunga potong krisan grade A
dengan melihat nilai probabilitas dan CR
dengan panjang tangkai sekitar 70-100cm, kuntum
masing-masing variabel (Luviana, 2013).
bunga sehat dan tidak terserang penyakit,
Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
sementara untuk memenuhi permintaan pendekor
dan florist kecil, petani akan menyediakan Uji Hipotesis 1
krisan grade B dengan panjang tangkai kurang
dari 70cm dan pada kuntum bunga terdapat Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap
sedikit bercak. Namun, kadang dalam melakukan hipotesis 1, diperoleh nilai critical ratio (CR)
tahap pengkelasan, ada pula petani yang tidak berturut-turut sebesar -0,607, -0,513 dan -
melakukan pemilahan grade, hal ini dikarena- 2,145 dengan probabilitas masing-masing
kan petani melihat bahwa semua bunga potong 0,544, 0,608 dan 0,032, sementara nilai
yang dihasilkan dalam satu petak lahan sudah standardized koefisiennya berturut-turut
seragam dan bisa dikategorikan ke dalam grade -0,079, -0,066 dan -0,289. Hasil tersebut
yang sama, sehingga petani biasanya akan langsung menunjukkan bahwa dua dari tiga faktor
melakukan tahap selanjutnya yaitu pembungkusan. determinan orientasi pasar tidak dapat diterima
karena nilai CR < 1,96 dan probabilitasnya
Berdasarkan nilai rata-ratanya, pembungkusan > 0,05 (Luviana, 2013). Hal ini bertolak
memiliki nilai 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
belum semua petani melakukan pembungkusan Jaworski & Kohli (1993) yang mengungkapkan
dengan baik. Misalnya saja dalam hal meng- bahwa ada tiga faktor determinan orientasi
gunakan pembungkus yang sesuai standar, pasar dilihat dari karakteristik individu antara
berdasarkan petunjuk dari penyuluh pertanian lain: usia, pendidikan dan jenis kelamin. Dari

37
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

hasil analisis SEM, diketahui bahwa hanya jenis mengikuti apa yang petani lainnya lakukan.
kelamin yang berhubungandengan orientasi Sementara pendidikan, dalam banyak kasus
pasar petani, sementara usia dan pendidikan sangat mempengaruhi stock of knowledge
tidak berhubungan sama sekali. seseorang sehingga mampu menggerakkan
inovasi usaha. Pendidikan yang sesuai dengan
Menurut Jaworski & Kohli (1993), usia
bidang yang digelutinya merupakan dasar yang
mendukung kemampuan seseorang dalam
sangat baik untuk pengembangan usahanya
pengelolaan usaha karena dapat mempengaruhi
(Hisrich & Peters, 1992 dalam Priyanto, 2005).
daya kreativitas seseorang, semakin tua usianya,
Namun yang perlu diingat adalah tingkat
semakin matang daya kreativitasnya. Dalam
pendidikan tidak selamanya linier dengan
penelitian ini, responden sebagian besar berusia
kemampuan seseorang karena juga sangat
40 tahun ke atas dan sudah seharusnya memiliki
tergantung proses pembelajaran yang terjadi
banyak pengalaman serta memiliki daya
pada saat memperoleh pendidikan tersebut.
kreativitas yang matang. Namun, hal yang perlu
Pada penelitian ini, petani sebagian besar hanya
diingat, kreativitas tanpa adanya wadah untuk
menempuh pendidikan setingkat SD saja dan
mengasahnya dan menuangkannya melalui
bisa dikatakan bahwa pendidikan tersebut
keterampilan, tidak akan dapat berkembang.
belum dapat memberikan pengetahuan dan
Itulah yang terjadi pada petani di Desa Kenteng,
keterampilan yang cukup dalam mengasah
tidak semuapetani mengikuti pelatihan rutin dari
kemampuan petani untuk berinovasi dalam
penyuluh dikarenakan tidak semua petani
usahanya. Ini terlihat dari cara berpikir dan
tergabung dalam kelompok tani, sehingga
sikap petani dalam hal memproduksi bunga
mereka hanya melakukan sebisanya sajadalam
potong krisan. Petani cenderung untuk memilih
menerapkan orientasi pasarnya. Selain itu, bagi
menanam krisan yang sudah digemari dipasaran
petani usia 40 tahun ke atas, usaha ini hanya
dibandingkan dengan mencoba menanam
dilakukan sebagai alternatif pekerjaan
krisan varietas baru dengan alasan takut
dikarenakan diusia mereka, mereka sudah tidak
mengalami kerugian jika hasil panennya tidak
dapat bekerja di tempat lain sehingga dalam
laku terjual di pasar. Hal ini yang mendasari
menjalankan usaha ini, mereka cenderung
sehingga usia dan pendidikan tidak berperan
melakukannya sebisanya dan terkadang

Tabel 4 Nilai Terukur Regresi


Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
OrientasiPasar <--- Pendidikan -,027 ,053 -,513 ,608 par_7
OrientasiPasar <--- Usia -,003 ,005 -,607 ,544 par_8
OrientasiPasar <--- JenisKelamin -,374 ,174 -2,145 ,032 par_9
PascaPanen <--- OrientasiPasar ,927 ,289 3,214 ,001 par_6
OrPel <--- OrientasiPasar 1,000
OrPes <--- OrientasiPasar 1,154 ,344 3,356 *** par_1
OrFok <--- OrientasiPasar 1,156 ,385 3,000 ,003 par_2
OrPro <--- OrientasiPasar ,451 ,200 2,252 ,024 par_3
Sort <--- PascaPanen 1,000
Peng <--- PascaPanen ,729 ,156 4,679 *** par_4
Pemb <--- PascaPanen 1,280 ,252 5,087 *** par_5
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

38
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.N Zebua & Sony Heru P)

sebagai faktor determinan orientasi pasar pada dalamDavis et al., 2010, perempuan dan laki-
petani di Desa Kenteng. laki berbeda dalam orientasi terhadap relasi.
Perempuan lebih peduli pada hubungan antar
Pada penelitian ini, hanya jenis kelamin yang
pribadi dengan pelanggan dibandingkan laki-
menjadi faktor determinan dari orientasi pasar
laki (Cartwright & Gale, 1995dalamDavis et
dikarenakan jenis kelamin sangat mem-
al., 2010). Perempuan menunjukkan perhatian
pengaruhi strategi usaha dan tingkah laku
yang lebih besar dalam menjalin relasi dari aspek
(Powell & Ansic, 1997 dalamMunoz & Saran
pemasaran dan penjualan. Hal ini dapat
2012). Dalam penelitian ini, peran jenis kelamin
bermanfaat untuk mengembangkan orientasi
sebagai faktor determinan orientasi pasar petani
pasar (Narver & Slater, 1990 dalamDavis et
nilai CR nya negatif dan probabilitasnya
al., 2010). Pada petani di Desa Kenteng,
signifikan < 0,05, ini berarti petani perempuan
sebagian besar yang berperan dalam pemasaran
memiliki orientasi pasar yang lebih baik
dan penjualan adalah perempuan, jika saat
dibandingkan dengan petani laki-laki. Hal ini
panen tiba dan waktunya untuk berjualan, petani
dikarenakan petani perempuan mengandalkan
laki-laki akan menyerahkan hasil panen
jaringan sosialnya dalam menjalankan usahanya
krisannya kepada istrinya untuk dijual ke pasar
(Brush, 1992 dalamMunoz & Saran, 2012)
atau dijual melalui tengkulak dan pedagang,
seperti menjalin relasi dengan banyak
sehingga bisa dikatakan bahwa perempuan yang
tengkulak, pedagang dan juga pendekor. Salah
berperan besar dalam menjalin relasi dengan
satu dari 9 petani perempuan bahkan menjual
pelanggan. Alasan inilah yang menyebabkan
hasil panennya melalui media sosial yaitu
jenis kelamin berperan sebagai faktor deter-
facebook dan dalam menjual hasil panennya,
minan orientasi pasar petani di Desa Kenteng.
beliau akan lebih mengutamakan pesanan
melalui media sosial tersebut, kemudian sisanya Selain daripada itu, peneliti juga berusaha
dijual melalui tengkulak, pedagang dan ke pasar mencari alasan petani dalam menerapkan
langsung. Hal ini juga diperkuat dengan teori orientasi pasarnya. Peneliti menemukan
yang disampaikan oleh Riger & Gilliga, 1980 beberapa alasan antara lain: sesuai dengan yang

Tabel 5 Nilai Terukur Regresi Terstandar


Standardized Regression Weights:
(Group number 1 - Default model)
Estimate
Orientasi Pasar <--- Pendidikan -,066
Orientasi Pasar <--- Usia -,079
Orientasi Pasar <--- Jenis Kelamin -,289
Pasca Panen <--- Orientasi Pasar ,838
OrPel <--- Orientasi Pasar ,603
OrPes <--- Orientasi Pasar ,512
OrFok <--- Orientasi Pasar ,449
OrPro <--- Orientasi Pasar ,281
Sort <--- Pasca Panen ,688
Peng <--- Pasca Panen ,573
Pemb <--- Pasca Panen ,752
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

39
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

disampaikan oleh Narver & Slater (1990), standardized koefisiennya sebesar 0,838.
setiap pengusaha akan selalu berusaha Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
memenuhi permintaan dan keinginan pelanggan. yang diajukan dapat diterima, yang dapat dilihat
Pada dasarnya, pasar dan konsumen dari nilai CR > 1,96 dan probabilitasnya < 0,05
menginginkan bunga krisan dengan standar (Luviana, 2013), sehingga dapat disimpulkan
mutu yang lebih baik dari yang telah dihasilkan bahwa orientasi pasar berpengaruh positif
oleh petani, serta permintaan pasar dan terhadap penanganan pasca panen bunga
konsumen yang terbesar adalah krisan sebagai potong krisan dengan pengaruhnya sebesar
bunga potong tunggal ukuran besar dan spray 0,838 atau 83,8%. Hal ini sejalan dengan
(Cakrabarti & Sarker, 2011 dalam Pratomo penelitian yang dilakukan oleh Narver & Slater
& Andri, 2013). Dalam hal ini, pasar dan (1990) yang mengatakan bahwa penanganan
konsumen yang dimaksud adalah tengkulak, pasca panen yang dilakukan pengusaha bunga
pedagang, florist dan pendekor. Selain itu, potong krisan selalu didasarkan pada keinginan
adanya tuntutan untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan konsumen dan hal inilah yang
konsumen akan kualitas bunga potong krisan dikenal dengan orientasi pasar. Perlakuan pasca
yang dibelinya juga turut menjadi alasan dari panen ini dilakukan tidak hanya untuk
kepemilikan orientasi pasar oleh petani (Holilah, memenuhi kebutuhan pelanggan, melainkan
2005). Menurut Hutchinson et al (2003) melalui perlakuan ini, petani bisa mendapatkan
dalam Riyanto (2010),untuk memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan
kepuasan konsumen dan memenuhi permintaan menjual hasil panen tanpa melakukan kegiatan
pasar salah satu usaha yang dapat dilakukan pasca panen. Selain memperoleh keuntungan,
yaitu dengan meningkatkan hasil panen dan adanya keinginan petani untuk dapat memenuhi
tetap mempertahankan kualitasnya.Kemudian, kebutuhan pelanggan dilakukan dengan cara
disampaikan pula oleh Kementerian Pertanian menghasilkan bunga potong krisan yang
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber berpenampilan baik, menarik, sehat dan
Daya Manusia Pertanian (2016), bahwa memiliki shelflife (umur simpan) serta vaselive
konsumen menuntut kualitas yang baik, bukan (umur kesegaran) yang cukup optimal
hanya kuantitas, sehingga jika panen banyak (Fernando, 2015), sehingga hasil panennya
tetapi kualitasnya rendah, maka tidak akan dapat lebih bersaing dibandingkan dengan
terjual semua, sehingga hal ini membuat petani petani yang tidak melakukan kegiatan pasca
selalu mengutamakan kualitasnya untuk panen. Hal ini disampaikan oleh Narver &
memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen. Slater (1990), bahwa pengusaha yang
Dari beberapa literatur tersebut, peneliti berorientasi pada pesaing akan melihat pangsa
menyimpulkan bahwa alasan dari kepemilikan pasarnya serta berusaha untuk memenuhi
orientasi pasar oleh petani dikarenakan adanya kebutuhannya.Kegiatan pasca panen ini
tuntutan dari pasar (tengkulak, pedagang dan dilakukan pula untuk menarik pelanggan agar
florist) dan konsumen (pendekor). bisa berkelanjutan dalam membeli bunga potong
yang dihasilkan oleh petani, ini sesuai dengan
Uji Hipotesis 2
pendapat Narver & Slater (1990), hubungan
Berdasarkan hasil analisis pengolahan data dengan pelanggan jangka panjang ini hanya
terhadap hipotesis 2, diperoleh nilai critical dapat terwujud jika pengusaha mampu
ratio (CR) sebesar 3,214 > 1,96 dengan memuaskan pelanggan dengan cara yang lebih
probabilitas 0,001 < 0,05, sementara nilai unggul dibanding pesaing, yang pada umumnya

40
Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Penanganan Pasca Panen Bunga Potong Krisan (Damara D.N Zebua & Sony Heru P)

dapat ditempuh dengan kualitas, pelayanan, beberapa kajian literatur bahwa kepemilikan
inovasi, keunikan produk dan harga yang lebih orientasi pasar oleh petani di Desa Kenteng
bersaing. Selain itu, Holilah (2005) juga ini berasal dari tuntutan pasar (tengkulak,
menyampaikan bahwa dilihat dari aspek teknis, pedagang dan florist) dan konsumen
penanganan pasca panen yang terdiri dari (pendekor).
sortasi, pengemasan dan pemeliharaan yang 3. Berdasarkan hasil analisis SEM, orientasi
dilakukan dengan baik akan menghasilkan pasar terbukti memberi pengaruh positif
bunga potong yang dapat memberikan terhadap penanganan pasca panen yang
kepuasan terhadap konsumennya. Dari hal ini, dilakukan oleh petani bunga potong krisan
peneliti menyimpulkan bahwa adanya keinginan di Desa Kenteng, sementara sisanya dipe-
dan kebutuhan pelanggan terhadap bunga ngaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas
potong krisan menjadi pedoman bagi petani dalam penelitian ini. Adanya tuntutan pe-
dalam melakukan perlakuan pasca panen langgan terhadap bunga potong krisan yang
sehingga petani dapat memberikan kepuasan berpenampilan baik, menarik, sehat dan bebas
kepada pelanggan. dari serangan hama penyakit membuat
KESIMPULAN petani lebih memperhatikan kegiatan pasca
panen yang meliputi sortasi, pengkelasan dan
1. Petani krisan di Desa Kenteng telah pembungkusan sehingga bunga potong
menerapkan orientasi pasar. Pemenuhan krisan yang dihasilkan mampu bersaing
kebutuhan pelanggan akan bunga potong dengan hasil bunga potong krisan petani
krisan yang berkualitas dan menarik menjadi lainnya terutama dari segi harga dan petani
orientasi yang paling banyak diterapkan oleh juga mampu memberikan kepuasan kepada
petani. Di sisi lain, petani juga melakukan pelanggannya yang kemudian berujung pada
kegiatan pasca panen untuk menghasilkan keberlanjutan pelanggan dalam membeli
bunga potong krisan yang lebih baik dari bunga potong krisan kepada petani.
pesaingnya sehingga petani bisa mendapat-
kan keuntungan yang lebih besar dibanding- DAFTAR PUSTAKA
kan petani yang mengesampingkan kegiatan Arisanti, D., & Setiari, N. 2012. Pengaruh
pasca panen. Sementara orientasi fokus Pemberian Vitamin C (asam askorbat)
jangka panjang tidak begitu diterapkan terhadap Kesegaran Bunga Krisan
karena petani memiliki cara tersendiri dalam (Chrysanthemum sp) pada Kawasan
memasarkan hasil panennya seperti Sentra Penghasil di Desa Ngasem,
menggunakan alternatif penjualan. Kecamatan Jetis, Bandungan, Jawa
2. Berdasarkan hasil analisis SEM, faktor Tengah. Buletin Anatomi dan Fisiologi,
determinan orientasi pasar dilihat dari 20(1), 37-46.
karakteristik individu petani (usia, Bungin, H.M. B. 2011. Penelitian Kualitatif.
pendidikan dan jenis kelamin) yang telah Jakarta: Kencana.
dikemukakan dalam penelitian ini, hanya Darmasetiawan & Wicaksono. 2012.
jenis kelamin yang dapat dikatakan sebagai Pengaruh Faktor Internal Petani
faktor determinan orientasi pasar petani di terhadap Peningkatan Mutu Tembakau
Desa Kenteng. Namun, selain dari jenis di Desa Pacekelan Kecamatan Purworejo
kelamin, peneliti juga menemukan dari Kabupaten Purworejo. Surya Agritama,
1(1), 48-58.

41
AGRIC Vol. 29, No. 1, Juli 2017: 31 - 42

Davis et al,. 2010. The Influence of CEO Pratomo, A. G.,& Andri, K. B. 2013. Aspek
Gender on Market Orientation and Sosial Ekonomi dan Potensi Agribisnis
Performance in Service Small and Bunga Krisan di Kabupaten Pasuruan
Medium-Sized Service Business. Small Jawa Timur. Hort. Indonesia, 4(2), 70-
Business Management, 48(4), 475-496. 76.
Fernando, A. R. 2015. Pengaruh Penerapan Priyanto, S. H. 2005. Hubungan Orientasi
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pasar dan Efisiensi Usahatani.
terhadap Produktivitas Bunga Krisan. AGRIC,18(1), 19-40.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Purwasari, M. M. N., & Suprapto, B. 2014.
Pembangunan Nasional “Veteran”. Pengaruh Orientasi Pasar terhadap
Holilah, L. 2005. Analisis Kelayakan Usaha Kinerja Cafe di Yogyakarta. Tesis.
Bunga Potong pada Pusat Promosi Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Yogyakarta.
Hasil Hutan Rawabelong. Skripsi. Riyanto. 2010. Pengawetan Bunga Potong
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Sedap Malam dengan Larutan Perak
Hidayatullah. Nitrat. Agri Sains, 1(2), 46-53.
Jaworski, B.J.,& Kohli, A.K. 1993. Market Rukmana, R., & Mulyana, A. E. 1997. Krisan.
Orientation: Antecedents and Yogyakarta: Kanisius.
Consequences. Journal of Marketing,
57, 53-70. Sarjono, H., & Julianita, W. 2015. Structural
Equation Modeling (SEM). Jakarta:
Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Salemba Empat.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian. 2016. Wirausaha Petani. http:/ Sekaran, U. 2006. Research Methods for
/cybex.pertanian.go.id/ materilokalita/ Business. Jakarta: Salemba Empat.
detail/9393/wirausaha-petani (diakses Supriyadi, A. 2012. Analisis Pengaruh
tanggal 28 Mei 2016 pukul 20:58). Orientasi Pasar, Kreativitas dan
Luviana, S. 2013. Persepsi Produk Makanan Inovasi Produk terhadap Kinerja
Organik dan Minat Beli Konsumen. Pemasaran untuk Meningkatkan
Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Keunggulan Bersaing Berkelanjutan
Maret. (Studi Kasus pada Kerajinan Logam
Cepogo, Kecematan Cepogo, Kabu-
Munoz & Saran. 2012. Market Orientation, paten Boyolali). Skrispi. Surakarta:
Innovation, and Dynamism from an Universitas Sebelas Maret.
Ownership and Gender Approach:
Evidence from Mexico. Management Umar, H. 2002. Metode Riset Bisnis: Jakarta:
and Makerting Research, 5(2), 1-17. Gramedia Pustaka Utama.
Narver, J. C., & Slater S. F. 1990. The Effect _______. 2005. Riset SDM dalam
of a Market Orientation Business Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Profitability. Journal of Marketing, 20- Utama.
35.
***
Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

42

You might also like