Professional Documents
Culture Documents
III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
ABSTRAK
Lansia lebih sering terbangun di tengah malam akibat perubahan fisik karena usia dan penyakit yang
dideritanya, kualitas tidur secara nyata menurun istirahat tidur sangat tergantung dari kemampuan klien
mendapatkan kenyamanan, relaksasi dan psikisnya, sehingga relaksasi seperti guide imagery dapat diberikan
sebagai salah satu alternative tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur klien. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada
lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Metode: penelitian
ini menggunakan eksperimen semu dengan pre test and post test with control group. Sampel penelitian ini 32
responden dengan total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah wilcoxon test dan man withney test.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
lansia di psyandu lansia mutiara 5 desa undaan lor dengan nilai p value 0,000(<0,05). Ada pe rbedaan hasil
penelitian antara kelompok intervensi dan non intervensi dengan nilai p value 0,000 (p<0,05).Simpulan
penelitian ini adalah ada pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia di
posbindu mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
ABSTRACT
Elderly more often awakened in the middle of the night due to physical changes due to age and the disease,
quality of sleep significantly decreased restful sleep is highly dependent on the ability of the client to get
comfort, relaxation and psychological, so your relaxation such imagery can be given as one of the alternative
nursing actions to meet the needs of the clients sleep break. The purpose of this study was to determine the
effect on the fulfillment of your imagery needs bed rest in the elderly in elderly Posbindu Mutiara 5 Undaan
Lor village Undaan District of Kudus. This research was quasi-experiment with pre-test and post-test with
control group. The study sample of 32 respondents to the total sampling. The statistical test used was Wilcoxon
test and Man Whitney test. Results showed no effect of your imagery to meet the needs of the elderly bed rest
in the elderly posbindu mutiara 5 Undaan lor village with p value of 0.000 (<0.05). There was a difference in
the results between intervention and non-intervention group got the p value of 0.000 (p <0.05). The conclusion
of this research was influence of your imagery to meet the needs of the elderly bed rest in the elderly Posbindu
mutiara 5 Undaan lor village districts Undaan district Kudus.
Keywords: Elderly, Rest Sleep, Guide Imagery.
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Masa
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh sosial secara bertahap (Lilik & Azizah, 2011). Lansia
kembang dari individu. Manusia tidak secara tiba- merupakan individu, orang tua yang berusia
tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak- 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak
anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia muda lagi. Individu sehat aktif berusia 65 tahun
merupakan proses alami. Semua orang akan mungkin menganggap usia 75 sebagai permulaan
15
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2001, dikutip terkontrol lagi. Selain itu akan menimbulkan
dalam Azizah, 2011). masalah sosial terhadap lingkunganya, terutama
Indonesia, jumlah lansia mencapai 7% dari terhadap keluarganya. Dapat terjadi akibat seorang
keseluruhan jumlah penduduk. Jumlah lansia laki- kakek atau nenek tidak dapat tidur, seluruh
laki mencapai 6,9 % dan perempuan 8,2%. Jumlah keluargapun tidak dapat tidur karena ulah atau
lansia terbanyak di Indonesia adalah DI Yogyakarta perilaku sang kakek atau nenek membangunkan
menduduki peringkat pertama dengan jumlah lansia seluruh anggota keluarga. Bila kejadian ini
mencapai 13,04%, kedua jawa timur dengan berlangsung terus-menerus, setiap anggota keluarga
10,40%, sedangkan urutan ketiga jawa tengah menganggap sang kakek atau nenek pengganggu
sejumlah 10,34% dari total penduduk di masing- tidur yang harus segera disingkirkan. Kalau karena
masing wilayah. Sedangkan wilayah yang memiliki rasa hormat atau budaya timur yang harus
posyandu lansia terbanyak adalah DI Yogyakarta menghargai dan membalas jasa kakek atau nenek,
dengan 100%, jawa tengah 97,1%, jawa timur mereka jadi membenci atau marah, atau memilih
95,2%. Buletin Jendela Data dan Informasi tidak tinggal disana lagi (terutama cucu yang
Kesehatan Lansia. (2014) remaja), dan ini menimbulkan masalah sosial baru
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa bagi keluarga (Martono & Kris P, 2010).
Tengah menunjukkan jumlah lansia di jawa tengah Soseorang usia lanjut akan membutuhkan waktu
tahun 2013 usia >60 tahun berjumlah 369.350 lansia. lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di
Di kudus sendiri jumlah lansia mencapai tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih
51.395 di tahun 2013 (Data Dinas Kesehatan sedikit/lebih pendek waktu tidurnya. Dari penelitian
Kabupaten Kudus, 2013). Jumlah lansia di desa “The Gallup Organitation” didapatkan 50%
Undaan Lor mencapai 964 lansia, di desa ini penduduk Amerika pernah mengalami sulit tidur dan
terdapat progam kesehatan rutin untuk 12% mengatakan sering sulit tidur. Dari hasil
mensejahterakan kesehatan lansia di posbindu. penelitian di masyarakat, prevelensi sulit tidur
Kebutuhan istirahat tidur setiap individu berbeda- (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 36%
beda. Sepertiga dari umur kita dihabiskan untuk untuk laki-laki dan 54% untuk wanita. Hanya 26%
tidur. Tidur yang lelap dan nyenyak tanpa gangguan laki-laki dan 21% wanita usia lanjut yang
menjadi kebutuhan manusia yang penting, mengatakan tidak ada kesulitan tidur. Pada
samapentingnya dengan kebutuhan makan, minum, penelitian di laboratorium tidur, seorang usia lanjut
tempat tinggal dan lain-lain. Gangguan terhadap mempunyai waktu pendek pada tidur yang dalam
tidur pada malam hari (insomnia) akan (delta sleep), dan lebih panjang waktunya di dalam
menyebabkan mengantuk sepanjang hari esoknya. tidur stadium 1 dan 2. Dari hasil test dengan alat
Mengantuk merupakan faktor resiko untuk Polysomnographic ditemukan mereka mempunyai
terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan penurunan signifikan dalam slow wave sleep dan
secara ekonomi mengurangi produktivitas rapid eye movement (REM). Mereka juga lebih
seseorang. Hal lain yang dapat terjadi adalah sering terbangun di tengah malam akibat perubahan
ketidakbahagiaan, dicekam kesepian, dan yang fisik karena usia dan penyakit yang dideritanya,
terpenting mengakibatkan penyakit-penyakit kualitas tidur secara nyata menurun ((Martono &
degeneratif yang sudah diderita mengalami Kris P, 2010).
eksaserbasi akut, pemburukan dan menjadi tidak
16
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
Penelitian yang dilakukan oleh saifudin (2011) kecemasan. Metode relaksasi terdiri dari berbagai
tentang hubungan pola istirahat tidur dengan macam, diantaranya Miltenberger (2004)
peningkatan tekanan darah di rsud dr. soetrasno mengemukakan ada lima macam relaksasi yaitu :
rembang. uji statistic menggunakan paerson product (1) relaksasi otot (progeressive muscle relaxation),
moment menunjukkan terdapat hubungan yang (2) pernafasan diafragma, (3) imagery training/
signifikan antara pola istirahat tidur dengan guide imagery (imajinasi terbimbing), (4)
peningkatan tekanan darah dengan nilai p : 0,041. biofeedback, (5) hypnosis (Davis dalam Ari, 2010).
simpulan penelitian ini seseorang yang mengalami Guide imagery (imajinasi terbimbing) Imagery atau
gangguan pola istirahat tidur mengalami perasaan pikiran atau mental respresentative dengan
capek, kurang konsentrasi, daya ingat kurang, menggunakan sensori persepsi. Guide imagery
kurang mampu mengambil keputusan, mudah adalah teknik terapeutik yang digunakan untuk
tersinggung, tidak rileks, mual dan pusing. relaksasi atau untuk tujuan proses penyembuhan
Penelitian terkait yang dilakukan Nursiswati (2012), (Susana & Sri, 2014). Imagery merupakan sebuah
dengan metode deskriptif. peneliti melakukan bentuk simulasi yang aktual, dalam imagery
penelitian terhadap gangguan tidur pada pasien berbagai pengalaman itu nyata melalui pancaindra
sistemik lupus eritematosus di salah satu Rumah (melihat, merasakan, dan mendengarkan), tetapi
Sakit di Kota Bandung, hasil yang didapat adalah secara keseluruhan pengalaman itu terjadi di dalam
jenis gangguan tidur, 26,67% apneu tidur, 30,67% otak (Komarudin, 2013).
insomnia, 42,67% narkolepsi dan 20% restless legs Terapi imagery dapat membantu klien untuk
syndrome. intensitas gejala gangguan tidur, 61,33% mencapai berbagai tujuan masalah kesehatan, antara
tidak pernah mengalami gejala apne tidur, 56% lain : menurunkan depresi dan kecemasan,
mengalami gejala insomnia, 54,67% tidak penah menghilangkan fobia, mengurangi trauma,
mengalami gejala narkolepsi, dan 70,67% tidak mengurangi rokok atau makan, penyembuhan
pernah mengalami gejala restless legs syndrome. penyakit fisik dan gejalanya (sakit kepala, tekanan
Kelompok lanjut usia (empat puluh tahun) dijumpai darah, insomnia, nyeri kronis, dsb) (Susana& Sri,
7% kasus yang mengeluh mengenai masalah tidur 2014).
(hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal Karakteristik
yang sama dijumpai 22% kelompok usia 75 tahun. 1) Vividness
Demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyak Karakteristik ini menggambarkan sebuah peristiwa
mengeluh terbangun lebih awal, selain itu terdapat dengan jelas, realistik, melibatkan pancaindra, dan
30% kelompok usia 70 tahun yang banyak dilakukan secara detail.
terbangun di waktu malam hari. Angka ini ternyata 2) Multisensory
tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan Latihan ini memungkinkan dapat melibatkan
kelompok usia 20 tahun (Bandiyah, 2009). pancaindra, misalnya melihat gerak, merasakan
Berkenaan dengan hal diatas penanganan pada gerakan sendiri, mendengarkan suara, dan mencium
insomnia sangat diperlukan, relaksasi merupakan bau. Selain itu, berusaha untuk menciptakan
salah satu teknik dalam terapi perilaku yang pertama kembali rasa gerak yang sebenarnya. Gambaran
kali dikenalkan oleh Edmund Jacobsond, seorang tersebut lebih dekat dan nyata dalam pikiran, emosi,
psikolog dari Chicago yang mengembangkan perasaan gerak, dan transfer yang lebih baik kepada
metode fisiologis melawan ketegangan dan performa yang sebenarnya.
17
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
18
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
istirahat tidur, sementara istirahat tidur sangat kelompok untuk menentukan kemampuan atau nilai
tergantung dari kemampuan klien mendapatkan awal responden sebelum perlakuan (uji coba),
kenyamanan dan relaksasi otot dan psikisnya, selanjutnya pada kelompok perlakukan dilakukan
sehingga relaksasi dapat diberikan sebagai salah satu intervensi sesuai dengan protokol ujicoba yang telah
alternative tindakan keperawatan untuk memenuhi direncanakan, sedangkan pada kelompok non
kebutuhan istirahat tidur klien. Berdasarkan latar intervensi tidak dilakukan intervensi atau dilakukan
belakang diatas peneliti ingin membuktikan intervensi selain yang di uji cobakan. Setelah
pengaruh pemberian teknik guide imagery terhadap perlakukan dilakukan pengukuran akhir (post test)
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada lansia di pada semua kelompok untuk menentukan efek
Posbindu mutiara 5 desa Undaan Lor. perlakuan pada responden. Sampel dalam peneitian
METODE ini di ambil dari keseluruhan anggota populasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober berjumlah 32 lansia. Untuk menganalisa data
sampai dengan bulan desember 2015. Penelitian penelitian menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
HASIL
Hasil penelitian pada 64 lansia dari kelompok intervensi dan kelompok non intervensi.
a. Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia pretest kelompok intervensi
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 5
Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
(n=32)
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia
Kelompok 7-17 (Buruk) 18-28 (Baik) Total
F % f % F %
Intervensi 30 93.8 2 6.2 32 100
F % f % F %
Intervensi 4 12,5 28 87,5 32 100
19
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia di Posbindu Mutiara 1
Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus
(n=32)
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Lansia
Kelompok 7-17 (Buruk) 18-28 (Baik) Total
F % F % F %
Non Intervensi 30 93.8 2 6.2 32 100
Hasil uji statistik dengan Uji Wilcoxon yang Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor Kecamatan
menjelaskan tentang gambaran perbedaan Undaan Kabupaten Kudus (kelompok intervensi)
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan dan Posbindu Mutiara 1 Desa Undaan Lor (non
setelah di lakukan Teknik Guide Imagery di Intervensi).
Tabel 5
Ties 28
Kelompok Intervensi Negative ranks 0
Ties 0
Gambaran perbedaan pemenuhan kebutuhan penurunan dari nilai pretest. Nilai Z kelompok
istirahat tidur pada kelompok non intervensi intervensi yaitu -4,952 dan nilai p-value 0,000. Hal
didapatkan 28 responden dengan hasil posttest yang ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
mengalami persamaan dari hasil pretest, 3 responden terdapat perbedaan yang signifikan antara
mengalami peningkatan dan 1 responden mengalami pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan
penurunan dari hasil pretest. Nilai Z kelompok seudah dilakukan teknik guide imagery dengan nilai
non intervensi yaitu -1,134 dan nilai p- value 0,257, p: 0.000 (<0,05).
dapat disimpulkan bahwa penelitian ini Hasil uji statistik dengan Uji Mann Whitney yang
menunjukkan tidak terdapat perubahan yang menjelaskan tentang gambaran perbedaan
signifikan (>0.05). Sedangkan pada kelompok pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sebelum dan
intervensi tidak ada responden yang mengalami setelah di lakukan terapi.
20
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
Tabel 6
Uji Mann Whitney (n=32)
Variabel Mean Ranks Z p-value
Non Intervensi 17,02
-6,685 0,000
Intervensi 47,98
Hasil Uji Mann Whitney pada kelompok non intervensi memiliki rata-rata 17,02 dan kelompok intervensi 47,98.
Nilai Z kelompok non intervensi dan intervensi adalah -6,685 dan p-value yaitu 0,000.
PEMBAHASAN Hasil Uji Mann Whitney pada kelompok non
Perbedaan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur intervensi memiliki rata-rata 17,02 dan kelompok
Lansia di Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor intervensi 47,98. Nilai Z kelompok non intervensi
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus dari 32 dan intervensi adalah -6,685 dan p-value yaitu 0,000
responden didapatkan peningkatan nilai kebutuhan <0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan antara
istirahat tidur sebanyak 32 responden dengan nilai kelompok non intervensi dengan kelompok
rata-rata perbedaan 16.5 dan tidak ada responden intervensi. Artinya, ada pengaruh guide imagery
dengan nilai yang sama sebelum dan sesudah terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
Pengaruh guide imagery terhadap pemenuhan Hasil penelitian ini menunjukkan lansia yang
kebutuhan istirahat tidur lansia di posbindu mutiara melakukan guide imagery selama 4 minggu dengan
5 desa undaan lor kecamatan undaan kabupaten frekuensi seminggu 3 kali selama 15 menit setiap
kudus dengan analisis Uji Wilcoxon. Hasil uji latihan memiliki pengaruh meningkatkan
statistik menunjukkan pada kelompok non pemenuhan kebutuhan istirahat tidur yang
intervensi didapatkan 28 responden dengan hasil bermakna. Sedangkan pada lansia yang tidak
posttest yang mengalami persamaan dari hasil melakukan guide imagery menunjukkan bahwa tidak
pretest, 3 responden mengalami peningkatan dan 1 ada peningkatan pemenuhan kebutuhan istirahat
Nilai Z kelompok non intervensi yaitu -1,134 dan Keberhasilan penelitian ini dipengaruhi oleh
nilai p-value 0,257 > 0,05 jadi tidak terdapat pelaksanaan guide imagery yang dilakukan
perbedaan kebutuhan istirahat tidur pada kelompok responden sesuai dengan yang diajarkan peneliti.
Sedangkan pada kelompok intervensi tidak ada minggu menunjukkan bahwa pelaksanaan guide
responden yang mengalami penurunan dari nilai imagery yang dilakukan responden pada hari
pretest. Nilai Z kelompok intervensi yaitu -4,952 pertama belum menunjukkan teknik yang baik dan
dan nilai p-value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa benar namun pada pelaksanaan hari kedua dan
dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang seterusnya dengan bimbingan peneliti dan dibantu
signifikan antara pemenuhan kebutuhan istirahat kader di posyandu pelaksanaan guide imagery dapat
tidur sebelum dan sesudah dilakukan teknik guide berjalan sesuai yang diharapkan.
21
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
istirahat tidur buruk dan 2 responden pemenuhan a. Penyusunan SOP (Standar operasional Prosedur)
kebutuhan istirahat tidur baik. pelaksanaan guide imagery di Posbindu Mutiara
2. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur sesudah 5 dan 1 Desa undaan Lor Kecamatan Undaan
dilaksanakan teknik guide imageri pada lansia di Kabupaten Kudus. Penyusunan SOP ini dengan
Posbindu Mutiara 5 Desa Undaan Lor fasilitasi adanya pertemuan petugas kesehatan
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus 32 dan kader posbindu. SOP tersebut akan menjadi
responden baik. acuan pelaksanaan guide imagery pada lansia
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara dengan gangguan kebutuhan istirahat tidur yang
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur lansia melaksanakan guide imagery di posyandu lansia
sebelum dan seudah dilakukan teknik guide dengan pemantauan petugas dan kader posbindu.
imagery b. Menjadikan guide imagery sebagai strategi
intervensi di dalam keperawatan komunitas
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan istirahat tidur melalui promosi kesehatan dan
ada beberapa hal yang perlu direkomendasikan pemberdayaan dimasyarakat seperti posbindu
22
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respati ISSN : 2088 - 8872
23