Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diagnosis syok dapat terjadi tanda dan gejala sebagai berikut : nadi cepat dan
lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat, keringat atau kulit terasa dingin dan lembab, pernapasan yang cepat
(30 kali/menit atau lebih), gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran, urin yang
sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
Prinsip dasar penanganan syok bertujuan untuk melakukan penanganan awal dan
khusus dimana dapat menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan
sirkulasi darah, mengefisiensikan system sirkulasi darah dan tentukan penyebab syok.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
1. Pengetahuan dan Pengalaman bagi pembacanya akan bertambah dan akhirnya
meningkatkan mutu pengetahuan yang lebih baik.
2. Mahasiswa dapat mengenal apa-apa saja gejala dan tanda pada shock hemoragic.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penanganan pada shock hemoragik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Shock atau syok (rejatan) adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer
yang akut dan biasanya terjai akibat trauma atau perdarahan hebat. Penyebab utama
syok adalah hemoragia antepartum dan postpartum.
Tanda-Tanda Syok
Semua macam syok, apa pun sebabnya, bersumber pada berkurangnya perfusi
jaringan dengan darah sebagai akibat gangguan sirkulasi mikro. Suatu kesatuan
sirkulasi mikro terdiri dari arteriol, metarteriol, kapilar dan venula. Darah dari arteriol
memasuki metarteriol, dari metarteriol darah memasuki kapilar. Metarteriol
mempunyai struktur antara arteriol dan kapilar. Pada ujung kapilar di metarteriol
didapat otot polos yang melingkari kapilar (precapillary sphincter). Darah dari kapilar
kemudian memasuki venula.
3
sphincters) yang menentukan jumlah kapilar yang membuka. Besar kecilnya tahanan
dalam pembuluh-pembuluh darah pasacakapilar ditentukan oleh keadaan venula dan
vena-vena kecil. Dalam keadaan normal aliran darah dalam suatu kapilar adalah
intermiten, hal ini disebabkan karena metarteriol dan sfingter prakapilar mengadakan
gerakan kontriksi dan dilatasi secara berganti-ganti (vasomotion). Bila gerak
pembuluh darah meningkat, maka konstriksi akan menonjol dan aliran darah dalam
kapilar akan mengurang. Sebaliknya, bila gerak pembuluh darah mengurang, maka
fase dilatasilah yang menonjol dan aliran darah dalam kapilar akan bertambah.
Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh darah yang bisa
mengalir keluar tubuh (perdarahan eksternal) atau ke dalam tubuh (perdarahan
4
internal). Syok hemoragik adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah
yang besar (500 ml). Banyak terjadi dalam obsetri, disebabkan oleh perdarahan
postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta
previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perlukaan jalan lahir. Penanganannya
adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah yang hilang.
Setelah terjadi pendarahan yang berat, volume darah yang beredar menjadi
sangat berkurang. Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita jauh
ke dalam keadaan syok. Setelah syok, terjadi peningkatan kadar catecholamine dalam
darah yang disertai vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam
sirkulasi mikro. Vasokonstriksi pada pembuluh-pembuluh darah ini berlangsung
karena rangsangan simpatik. Akibatnya terjadi hipotensi, susunana saraf simpatik
mendapat rangsangan dari pusat-pusat vasomotor dalam medulla yang lebih dahulu
dirangsang oleh reseptor-reseptor regang (stretch receptors) yang berada dalam sinus
karotikus dan arkus aorta.
5
oleh glandula surprarenalis, sehingga terjadi penyimpanan air dan garam oleh ginjal,
hal ini menguntungkan dalam mempertahankan volume darah dalam sirkulasi. Dalam
stadium syok hemoragi reversible yang masih dini pemberian cairan dan elektrolit
intravena mempercepat homeostatis. Bila perdarahan berlangsung terus dan tidak
terkendalikan, maka volume darah yang beredar makin berkurang dan tekanan darah
tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan makin mengurangnya perfusi dengan darah,
hipoksia jaringan makin berat dan pengumpulan metabolit makin banyak. Meskipun
masih dalam pengaruh saraf simpatik, penumpukan metabolit pada akhirnya
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh-pembuluh darah prakapilar yang
mengalami dilatasi, kemudian disusul oleh pembuluh-pembuluh darah pascakapilar.
Dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah dalam sikulasi mikro ini,
tertimbunlah darah didaerah kapilar. Dengan demikian, volume darah yang mengalir
kembali ke jantung makin berkurang. Disparitas antara volume darah yang beredar
dengan kapasitas daerah vascular (vascular bed) makin besar, sehingga hipotensi
menjadi makin berat. Akibat tekanan darah diastolic yang menurun, maka aliran
darah dalam arteria koronaria berkurang, sehingga menimbulkan anoksia pada otot
jantung yang mengakibatkan kelemahan jantung. Dalam perkembangan proses
selanjutnya vena-vena kecil dan venula pascakapilar tidak lagi menunjukan reaksi
terhadap rangsangan simpatik. Sirkulasi mikro dalam keadaan demikian sepenuhnya
dalam pengaruh zat-zat vasodilator endogen. Dalam fase terakhir dari syok hemoragi
yang tidak reversible lagi terdapat tanda-tanda kegagalan fungsi alat-alat tubuh vital.
E. SHOCK HEMORAGIC
a. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
- Syok reversibel dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
Dalam tingkat ini kadar katekolamin meningkat ditandai dengan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Tekanan darah masih normal atau mulai turun.
Penanganan segera dapat mengatasi syok dengan mudah.
- Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
Vasokonstriksi terus-menerus, bagian perifer tubuh dingin, tekanan darah turun,
nadi cepat, dan terjadi penumpukan darah dalm vena-vena didaerah tertentu.
Jumlah darah yang mengalir dalam peredaran darah umum dan yang ke jaringan
berkurang. Untuk penanganan diperlukan upaya dan jumlah cairan (atau darah)
yang lebih banyak.
6
b. Syok hemoragi dalam obsetri dapat dijumpai pada :
- Antepartum : plasenta previa, solusio plasenta. Hemoragi antepartum adalah
perdarahan sebelum melahirkan yang biasanya diklasifikasikan sebagai
perdarahan apapun dalam kehamilan sesudah usia kehamilan 24 minggu.
7
Penyebab hemoragi postpartum sekunder :
8
F. PENANGANAN SHOCK HEMORAGIC
9
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan
jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III.
d. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
e. Pengkajian fisik :
Tanda vital :
10
Renana tindakan Rasional
1. Tidurkan pasien dengan posisi 1. Dengan kaki lebih tinggi akan
kaki lebih tinggi sedangkan meningkatkan venous return dan
badannya tetap terlentang memungkinkan darah keotak dan
2. Monitor tanda vital organ lain.
3. Monitor intake dan output setiap 2. Perubahan tanda vital terjadi bila
5-10 menit perdarahan semakin hebat
4. Evaluasi kandung kencing 3. Perubahan output merupakan tanda
5. Lakukan masage uterus dengan adanya gangguan fungsi ginjal
satu tangan serta tangan lainnya 4. Kandung kencing yang penuh
diletakan diatas simpisis. menghalangi kontraksi uterus
6. Batasi pemeriksaan vagina dan 5. Massage uterus merangsang kontraksi
rektum uterus dan membantu pelepasan
7. Berikan infus atau cairan placenta, satu tangan diatas simpisis
intravena mencegah terjadinya inversio uteri
8. Berikan uterotonika ( bila 6. Trauma yang terjadi pada daerah
perdarahan karena atonia uteri ) vagina serta rektum meningkatkan
9. Berikan antibiotik terjadinya perdarahan yang lebih
10. Berikan transfusi whole blood ( hebat, bila terjadi laserasi pada serviks
bila perlu ) / perineum atau terdapat hematom
7. Cairan intravena dapat meningkatkan
volume intravaskular
8. Uterotonika merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol perdarahan
9. Antibiotik mencegah infeksi yang
mungkin terjadi karena perdarahan
10. Whole blood membantu menormalkan
volume cairan tubuh.
11
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
Rencana tindakan :
12
5. Bantu klien mengidentifikasi 6. Cemas yang berkepanjangan dapat
rasa cemasnya dicegah dengan mekanisme koping
6. Kaji mekanisme koping yang yang tepat
digunakan klien
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
4. Pelaksanaan
13
5. Evaluasi
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shock hemoragic adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah
yang besar (500 ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena
abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri
dan perlukaan jalan lahir. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
- Syok reversibel dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
- Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Heller, Luz. 1997. GAWAT DARURAT GINEKOLOGI DAN OBSTETRI. Jakarta : EGC.
DSOG., Chalik, dr. TMA. 1997. HEMORAGI UTAMA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI.
Jakarta : Widya Medika.
MPH., Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta : EGC.
16