You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang


adekuat ke organ-organ vital. Kedaruratan dalam pelayanan obsetetri dan ginekologi
yang bisa berakibat fatal merupakan salah satu kedaruratan yang tidak jarang terjadi.
Jika diingat akan semua penyebab utama kematian dalam obstetric, yaitu perdarahan,
infeksi, gestosis, komplikasi atau pengaruh sampingan anastesia pasca bedah, dan
kegagalan jantung, maka semua keadaan patologis ini terlebih dahulu diawali oleh
syok yang jika tidak terkendali dengan cepat akan berlanjut ke dalam stadium yang
membahayakan jiwa. Oleh karena itu, sangatlah penting mendalami sindroma syok
agar mampu mengantisipasi lebih awal segala sesuatunya daripada mencoba
mengatasinya setelah semuanya terlambat. Kata kunci dalam upaya mencegah
kematian akibt syok tak lain adalah pencegahan, antisipasi, deteksi dini dan ketepatan
serta kecepatan dalam mengambil tindakan.

Diagnosis syok dapat terjadi tanda dan gejala sebagai berikut : nadi cepat dan
lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat, keringat atau kulit terasa dingin dan lembab, pernapasan yang cepat
(30 kali/menit atau lebih), gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran, urin yang
sedikit (kurang dari 30 ml/jam).

Prinsip dasar penanganan syok bertujuan untuk melakukan penanganan awal dan
khusus dimana dapat menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan
sirkulasi darah, mengefisiensikan system sirkulasi darah dan tentukan penyebab syok.

B. RUMUSAN MASALAH

Bertolak dari permasalahan di atas maka Permasalahan yang diangkat adalah


“Shock Hemoragic”.

C. TUJUAN

Pembuatan makalah ini mempunyai tujuan antara lain :

1
1. Pengetahuan dan Pengalaman bagi pembacanya akan bertambah dan akhirnya
meningkatkan mutu pengetahuan yang lebih baik.
2. Mahasiswa dapat mengenal apa-apa saja gejala dan tanda pada shock hemoragic.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara penanganan pada shock hemoragik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Shock atau syok (rejatan) adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer
yang akut dan biasanya terjai akibat trauma atau perdarahan hebat. Penyebab utama
syok adalah hemoragia antepartum dan postpartum.

Tanda-Tanda Syok

Syok Awal Syok Lanjut


Terbagun, sadar, cemas Bingung atau tidak sadar
Denyut nadi agak cepat (110 Denyut nadi cepat dan lemah
permenit atau lebih)
Pernapasa sedikit lebih cepat (30 Napas pendek dan napas cepat
tarikan napas permenit atau lebih)
Pucat Pucat dan dingin
Tekanan darah rendah-ringan Tekanan darah sangat rendah
(sistolik kurang dari 90 mmHg)
Pengeluaran urine 30 cc perjam atau Pengeluaran urine kurang dari 30 cc perjam
lebih

B. PATOFISIOLOGI SINDROMA SHOCK

Semua macam syok, apa pun sebabnya, bersumber pada berkurangnya perfusi
jaringan dengan darah sebagai akibat gangguan sirkulasi mikro. Suatu kesatuan
sirkulasi mikro terdiri dari arteriol, metarteriol, kapilar dan venula. Darah dari arteriol
memasuki metarteriol, dari metarteriol darah memasuki kapilar. Metarteriol
mempunyai struktur antara arteriol dan kapilar. Pada ujung kapilar di metarteriol
didapat otot polos yang melingkari kapilar (precapillary sphincter). Darah dari kapilar
kemudian memasuki venula.

Jumlah darah yang mengalir ke jaringan ditentukan oleh besar kecilnya


tahanan (resistence) dari arteriol-arteriol sirkulasi mikro, sedangkan distribusi dan
kecepatan darah dalam kapilar-kapilar diatur oleh otot lingkar prakapilar (precapillary

3
sphincters) yang menentukan jumlah kapilar yang membuka. Besar kecilnya tahanan
dalam pembuluh-pembuluh darah pasacakapilar ditentukan oleh keadaan venula dan
vena-vena kecil. Dalam keadaan normal aliran darah dalam suatu kapilar adalah
intermiten, hal ini disebabkan karena metarteriol dan sfingter prakapilar mengadakan
gerakan kontriksi dan dilatasi secara berganti-ganti (vasomotion). Bila gerak
pembuluh darah meningkat, maka konstriksi akan menonjol dan aliran darah dalam
kapilar akan mengurang. Sebaliknya, bila gerak pembuluh darah mengurang, maka
fase dilatasilah yang menonjol dan aliran darah dalam kapilar akan bertambah.

Gerak pembuluh darah dalam sirkulasi mirko dikendalikan oleh unsur-unsur


lokal kimiawi dalam jaringan dan unsur-unsur yang datang dari saraf. Pembuluh darah
arteriol terutama dipengaruhi oleh unsur yang datang dari saraf melalui susunan saraf
simpatik, sebaliknya pembuluh-pembuluh darah prakapilar dan otot lingkar prakapilar
terutama dipengaruhi oleh keadaan lokal kimiawi dalam jaringan.

Bilamana metabolisme dalam jaringan meningkat, dan timbul suatu


metabolisme yang anaerob seperti dalam syok, terjadilah peningkatan tumpukan
sampah metabolisme. Bahan-bahan ini mempunyai pengaruh mengurangi tonus otot,
pembuluh darah prakapilar dan dan sfingter prakapilar. Dengan demikina timbul
vasodilatasi, sehingga aliran darah kapilar meningkat, sebaliknya bila aktifitas
metabolic dala jaringan berkurang, metaboliter dapat dalam konsentrasi yang lebih
rendah, terjadilah vasokonstriksi pembuluh-pembuluh darah prakapilar., sehingga
aliran darah didalamnya menurun. Pembuluh-pembuluh darah pascakapilar, seperti
venula dan vena-vena kecil, terutama berada dibawah pengaruh susunan saraf.

Rangsangan simpatik yang meningkat akan menimbulkan kontraksi ototpolos


dari vena-vena kecildan venula darai sirkulasi mikro.

Dengan demikian, kapasitasnya berkurang, sehinggan meningkatkan


pengaliran darah ke jantung. Sebaliknya penurunan tonus pembuluh-pembuluh darah
pascakapilar akan sangat mengurangi pengisian jantung dan dapat mengakibatkan
hipotensi yang berat.

C. DEFINISI SHOCK HEMORAGIC

Hemoragi adalah pengaliran darah keluar dari pembuluh darah yang bisa
mengalir keluar tubuh (perdarahan eksternal) atau ke dalam tubuh (perdarahan

4
internal). Syok hemoragik adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah
yang besar (500 ml). Banyak terjadi dalam obsetri, disebabkan oleh perdarahan
postpartum, perdarahan karena abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta
previa, solusio plasenta, rupture uteri dan perlukaan jalan lahir. Penanganannya
adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera darah yang hilang.

D. SIRKULASI SHOCK HEMORAGIC

Setelah terjadi pendarahan yang berat, volume darah yang beredar menjadi
sangat berkurang. Hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita jauh
ke dalam keadaan syok. Setelah syok, terjadi peningkatan kadar catecholamine dalam
darah yang disertai vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam
sirkulasi mikro. Vasokonstriksi pada pembuluh-pembuluh darah ini berlangsung
karena rangsangan simpatik. Akibatnya terjadi hipotensi, susunana saraf simpatik
mendapat rangsangan dari pusat-pusat vasomotor dalam medulla yang lebih dahulu
dirangsang oleh reseptor-reseptor regang (stretch receptors) yang berada dalam sinus
karotikus dan arkus aorta.

Dengan terjadinya vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula karena


rangsangan simpatik, pembuluh-pembuluh tersebut seolah-olah terperas, terjadilah
suatu sympathetic squeezing. Pembuluh-pembuluh darah dalam alat-alat vital tidak
turut serta dalam sympathetic squeezing karena aliran darah didalamnya hampir
sepenuhnya diatur oleh unsur-unsur lokal. Akibat kejadian-kejadian ini adalah
mengurangnya aliran darah dalam daerah splangnikus, uterus, ginjal, otot-otot dan
kulit, sedangkan aliran darah dalam jantung dan otak tetap. Terjadi semacam
autotranfusi pada alat-alat vital. Vasokonstriksi arteriola-arteriola dan venula-venula
dalam sirkulasi mikro menyebabkan tekanan hidrostatik dala kapilar-kapilar
menurun. Keadaan ini mengakibatkan perembesan cairan dari ruang ekstravaskular
ke ruang intravaskular, peristiwa ini menambah volume darah yang beredar. Berkat
autotranfusi akibat terjadinya iskemia selektif alat-alat tubuh dan berkat pengalliran
cairan dari ruang ekstravaskular ke ruang intravaskular, maka dalam tingkat syok
yang masih dikompensasikan, volume darah yang beredar curah jantung (cardiac
output) dapat dipertahankan, sehingga hipotensi dapat diatasi dan perfusi jaringan
terjamin. Dalam keadaan syok terjadi pula reaksi-reaksi lain, seperti peningkatan
produksi hormon antidiuretik oleh hipofisis dan peningkatan produksi aldensteron

5
oleh glandula surprarenalis, sehingga terjadi penyimpanan air dan garam oleh ginjal,
hal ini menguntungkan dalam mempertahankan volume darah dalam sirkulasi. Dalam
stadium syok hemoragi reversible yang masih dini pemberian cairan dan elektrolit
intravena mempercepat homeostatis. Bila perdarahan berlangsung terus dan tidak
terkendalikan, maka volume darah yang beredar makin berkurang dan tekanan darah
tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan makin mengurangnya perfusi dengan darah,
hipoksia jaringan makin berat dan pengumpulan metabolit makin banyak. Meskipun
masih dalam pengaruh saraf simpatik, penumpukan metabolit pada akhirnya
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh-pembuluh darah prakapilar yang
mengalami dilatasi, kemudian disusul oleh pembuluh-pembuluh darah pascakapilar.
Dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah dalam sikulasi mikro ini,
tertimbunlah darah didaerah kapilar. Dengan demikian, volume darah yang mengalir
kembali ke jantung makin berkurang. Disparitas antara volume darah yang beredar
dengan kapasitas daerah vascular (vascular bed) makin besar, sehingga hipotensi
menjadi makin berat. Akibat tekanan darah diastolic yang menurun, maka aliran
darah dalam arteria koronaria berkurang, sehingga menimbulkan anoksia pada otot
jantung yang mengakibatkan kelemahan jantung. Dalam perkembangan proses
selanjutnya vena-vena kecil dan venula pascakapilar tidak lagi menunjukan reaksi
terhadap rangsangan simpatik. Sirkulasi mikro dalam keadaan demikian sepenuhnya
dalam pengaruh zat-zat vasodilator endogen. Dalam fase terakhir dari syok hemoragi
yang tidak reversible lagi terdapat tanda-tanda kegagalan fungsi alat-alat tubuh vital.

E. SHOCK HEMORAGIC
a. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
- Syok reversibel dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
Dalam tingkat ini kadar katekolamin meningkat ditandai dengan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Tekanan darah masih normal atau mulai turun.
Penanganan segera dapat mengatasi syok dengan mudah.
- Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
Vasokonstriksi terus-menerus, bagian perifer tubuh dingin, tekanan darah turun,
nadi cepat, dan terjadi penumpukan darah dalm vena-vena didaerah tertentu.
Jumlah darah yang mengalir dalam peredaran darah umum dan yang ke jaringan
berkurang. Untuk penanganan diperlukan upaya dan jumlah cairan (atau darah)
yang lebih banyak.

6
b. Syok hemoragi dalam obsetri dapat dijumpai pada :
- Antepartum : plasenta previa, solusio plasenta. Hemoragi antepartum adalah
perdarahan sebelum melahirkan yang biasanya diklasifikasikan sebagai
perdarahan apapun dalam kehamilan sesudah usia kehamilan 24 minggu.

Penyebab hemoragi antepartum :

1. Pelepasan mendadak plasenta yang letaknya normal (solusio plasenta)


2. Perdarahan dari plasenta yang letaknya abnormal (plasenta previa)
3. Perdarahan otak yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral,
perdarahan otak atau serebral ini dapat tejadi pada kehamilan yang berkaitan
dengan hipertensi misalnya eklampsia dan hipertensi esensial.
4. Perdarahan dengan jumlah kehilangan darah yang telihat jauh lebih sedikit dari
pada jumlah kehilangan , tanda-tanda klinis tidak sesuai dengan hasil pengukuran
jumlah darah yang hilang.
- Intrapartum : ruptura uteri
- Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir. Syok karena
perdarahan, infeksi, dan eklamsi adalah merupakan tiga hal utama pembawa
kematian dalam kebidanan. Hemoragi postpartum adalah kehilangan darah
sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan.

Hemoragi postpartum ada 2 yaitu :

1. Hemoragi postpartum primer yaitu mencakup semua kejadian peradarahan


dalam 24 jam setelah kelahiran.
2. Hemoragi postpartum sekunder yaitu mencakup semua kasus PPH yang terjadi
antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa postpartum.
Penyebab hemoragi postpartum primer :
1. Uterus atonik (terjadi karena, misalnya plasenta atau selaput ketuban tertahan)
2. Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan
atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk seksio
sesarian, episiotomy)
3. Koagulasi intravaskular diseminata
4. Inversi uterus

7
Penyebab hemoragi postpartum sekunder :

1. Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan


2. Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi serviks, vagina,
kandung kemih, rektum
3. Terbukanya luka pada uterus (setelah seksio sesarian atau ruptru uterus)

Faktor yang menempatkan maternal pada risiko tinggi Hemoragi Postpartum

Terjadi sebelum Muncul selam kehamilan Muncul saat persalinan


kehamilan sekarang sekarang
Primigravida Plasenta previa Persalinan induksi
Paritas tinggi (4+) Abrupsi plasenta Persalinan macet/lama
Fibroid Polihidramnion Persalinan presipitas
Plasent tertahan Kehamilan ganda Kelahiran dengan korsep
terdahulu, PPH
terdahulu
Pembedahan Kematian intrauterin Seksio sesarian
terdahulu pada
uterus termasuk
seksio sesarian
terdahulu
Persalinan Eklampsia Anestesi umum/epidural
lama/macet
terdahulu
Penyakit yang Hepatitis Korioamnionitis
diderita (diabetes,
jantung, kelainan
pembekuan darah)
Anemia Setiap kondisi yang berkaitan Koagulasi intravaskular
dengan anemia (seperti diseminata
malaria, infeksi cacing
tambang)

8
F. PENANGANAN SHOCK HEMORAGIC

Pada syok hemoragi tindakan esensial adalah menghentikan perdarahan dan


menganti kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok hemoragi, penderita
dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam poisi terlentang biasa dengan
kaki sedikit tinggi (30˚). Dijaga jangan sampai penderita kedinginan badannya.
Setelah kebebasan jalan nafas terjamin, untuk meingkatkan oksigenisasi dapat diberi
oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan nafas. Sampai diperoleh persediaan
darah buat tranfusi, pada penderita melalui infus segera diberi cairan dalam bentuk
larutan seperti NaCl 0,9%, ringer laktat, dekstran, plasma dan sebagainya. Sebagai
pedoman dala menentukan jumlah volume cairan yang diperlukan, dipergunakan
ukuran tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan diuresia. CVP dapat dipergunakan
untuk menilai hubungan antara volume darah yang mengalir ke jantung dan daya
kerja jantung. Tinggi CVP pada seseorang yang sehat yang berbaring adalah 5-8 cm
air. Tekanan akan menurun jika volume darah itu menjadi kurang dan akan menarik
dengan berkurangnya daya kerja jantung. Dengan demikian, CVP penting untuk
memperoleh informasi tentang keseimbangan antara darah yang mengalir ke jantung
dan kekuatan jantung, serta untuk menjaga jangan sampai pemberian cairan dengan
jalan infus berlebihan. Selama CVP masih rendah pemberian cairan dapat diteruskan
akan tetapi jika CVP lebih dari normal (15-16 cm air), hal itu merupakan isyarat
untuk menghentikan atau saat untuk menggurangi pemberian cairan dengan infus.
Pemeriksaan hematokrit berguna sebagai pedoman pemberian darah. Kadar
hematokrit normal 40%, dan pada perdarahan perlu diberi darah sekian banyak,
sehingga hematokrit tidak kurang dari 30%. Jika dianggap perlu kepada penderita
syok hemoragi diberi cairan bikarbonat natrikus untuk mencegah atau meanggulangi
asidosis. Penampilan klinis penderita banyak member isyarat mengenai keadaan
penderita mengenai hasil perawatannya.

9
Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan,
preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida,
primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan
jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi
persalinan, manipulasi kala II dan III.
d. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
e. Pengkajian fisik :

Tanda vital :

1) Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)


2) Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
3) Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
4) Suhu : Normal/ meningkat
5) Kesadaran : Normal / turun
6) Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusiv
7) Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang
8) Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
9) Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
c. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
d. Resiko infeksi b/d perdarahan
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

10
Renana tindakan Rasional
1. Tidurkan pasien dengan posisi 1. Dengan kaki lebih tinggi akan
kaki lebih tinggi sedangkan meningkatkan venous return dan
badannya tetap terlentang memungkinkan darah keotak dan
2. Monitor tanda vital organ lain.
3. Monitor intake dan output setiap 2. Perubahan tanda vital terjadi bila
5-10 menit perdarahan semakin hebat
4. Evaluasi kandung kencing 3. Perubahan output merupakan tanda
5. Lakukan masage uterus dengan adanya gangguan fungsi ginjal
satu tangan serta tangan lainnya 4. Kandung kencing yang penuh
diletakan diatas simpisis. menghalangi kontraksi uterus
6. Batasi pemeriksaan vagina dan 5. Massage uterus merangsang kontraksi
rektum uterus dan membantu pelepasan
7. Berikan infus atau cairan placenta, satu tangan diatas simpisis
intravena mencegah terjadinya inversio uteri
8. Berikan uterotonika ( bila 6. Trauma yang terjadi pada daerah
perdarahan karena atonia uteri ) vagina serta rektum meningkatkan
9. Berikan antibiotik terjadinya perdarahan yang lebih
10. Berikan transfusi whole blood ( hebat, bila terjadi laserasi pada serviks
bila perlu ) / perineum atau terdapat hematom
7. Cairan intravena dapat meningkatkan
volume intravaskular
8. Uterotonika merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol perdarahan
9. Antibiotik mencegah infeksi yang
mungkin terjadi karena perdarahan
10. Whole blood membantu menormalkan
volume cairan tubuh.

11
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam

Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana tinakan Rasional


1. Monitor tanda vital tiap 5-10 1. Perubahan perfusi jaringan
menit menimbulkan perubahan pada tanda
2. Catat perubahan warna kuku, vital
mukosa bibir, gusi dan lidah, 2. Dengan vasokontriksi dan hubungan
suhu kulit keorgan vital, sirkulasi di jaingan
3. Kaji ada / tidak adanya perifer berkurang sehingga
produksi ASI menimbulkan cyanosis dan suhu kulit
yang dingin
3. Perfusi yang jelek menghambat
produksi prolaktin dimana diperlukan
dalam produksi ASI

c. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan


mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :

Tindakan Keperawatan Rasional


1. Kaji respon psikologis klien 1. Persepsi klien mempengaruhi
terhadap perdarahan paska intensitas cemasnya
persalinan 2. Perubahan tanda vital menimbulkan
2. Kaji respon fsikologis klien perubahan pada respon fisiologis
(takikardi, takipnea, gemetar) 3. Memberikan dukungan emosi
3. Perlakukan pasien secara 4. Informasi yang akurat dapat
kalem, empati, serta sikap mengurangi cemas dan takut yang
mendukung tidak diketahui
4. Berikan informasi tentang 5. Ungkapan perasaan dapat mengurangi
perawatan dan pengobatan cemas

12
5. Bantu klien mengidentifikasi 6. Cemas yang berkepanjangan dapat
rasa cemasnya dicegah dengan mekanisme koping
6. Kaji mekanisme koping yang yang tepat
digunakan klien

d. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )

Rencana tindakan Rasional


1. Catat perubahan tanda vital 1. Perubahan tanda vital ( suhu )
2. Catat adanya tanda lemas, merupakan indikasi terjadinya infeksi
kedinginan, anoreksia, 2. Tanda-tanda tersebut merupakan
kontraksi uterus yang lembek, indikasi terjadinya bakterimia, shock
dan nyeri panggul yang tidak terdeteksi
3. Monitor involusi uterus dan 3. Infeksi uterus menghambat involusi
pengeluaran lochea dan terjadi pengeluaran lokea yang
4. Perhatikan kemungkinan berkepanjangan
infeksi di tempat lain, misalnya 4. Infeksi di tempat lain memperburuk
infeksi saluran nafas, mastitis keadaan
dan saluran kencing 5. pembalut yang terlalu basah
5. Berikan perawatan menyebabkan kulit iritasi dan
perineal,dan pertahankan agar dapat menjadi media untuk
pembalut pertumbuhan bakteri,peningkatan
jangan sampai terlalu basah resiko infeksi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan


rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien.

13
5. Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :

a. Tanda vital dalam batas normal :


1. Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
2. Denyut nadi : 70-80 x/menit
3. Pernafasan : 20 – 24 x/meni
4. Suhu : 36 – 37 oc
b. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
c. Gas darah dalam batas normal
d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi
dan pengobatan yang dilakukan
e. Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan
perasaan psikologis dan emosinya
f. Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
g. Klien tidak merasa nyeri
h. Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Shock hemoragic adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah
yang besar (500 ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena
abortus, kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri
dan perlukaan jalan lahir. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
- Syok reversibel dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
- Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.

Syok hemoragi dalam obsetri dapat dijumpai pada :

- Antepartum : plasenta previa, solusio plasenta.


- Intrapartum : ruptura uteri
- Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir.

Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera


darah yang hilang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Heller, Luz. 1997. GAWAT DARURAT GINEKOLOGI DAN OBSTETRI. Jakarta : EGC.

DSOG., Chalik, dr. TMA. 1997. HEMORAGI UTAMA OBSTETRI DAN GINEKOLOGI.
Jakarta : Widya Medika.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.

Rab, Prof. Dr. H. Tabrani. 1999. PENGATASAN SHOCK. Jakarta : EGC.

MPH., Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. SINOPSIS OBSTETRI JILID 1. Jakarta : EGC.

WHO. 2001. SAFE MOTHERHOOD MODEL HEMORAGI POSTPARTUM. Jakarta :


EGC.

16

You might also like