You are on page 1of 8

SODIUM LAURYL ETHER SULFATE

SODIUM LAURETH SULFATE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan (11)
Surfaktan anionik
1.2. Sinonim/Nama Dagang (3,8,9,10,11)
Fattyalcohol(C12-C14)ethersulphate; Lauryl ether sulfate, Sodium salt;
Naxolate ES-360; Naxolate ES-330; Naxolate ES-230; Naxolate ES-130;
Sodium (C10-16)alkyl ether sulfate; SodiumC12-16EO2.7alkylethoxysulfate;
Sodium alkyl-(C10-C16)-ether sulfate, Sodium Fatty Alcohol Ether
Sulfate(AES); Sodium Polyoxyethylene Fatty Alcohol Sulfate; Sodium lauryl
ether sulfate; Sodium Alkyl Ethoxy Sulphate; Sodium Laury Ethyle Sulfate
70% aqueous solution; Sodium Alkyl Ethoxy Sulfate 70% aqueous solution;
Sodium C10-16 Alkyl Ethoxy Sulphate (Predominantly C12-C14) 70%;
Sodium Laury Ethyle Sulfate 70% 2 Ethoxylate (EO); C10-C16 alcohol ether
ethoxylates; Sulphated.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 68585-34-2 (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)
1.3.2. Nomor EC / EINECS : 221-416-0 (6,8)
1.3.3. Nomor RTECS :-
1.3.4. Nomor UN :-

2. PENGGUNAAN (8,9)
Digunakan dalam deterjen cair seperti cairan pencuci piring, sampo, sabun mandi
cair, cairan pencuci piring. Pada industri tekstil, percetakan, pewarnaan, minyak
bumi dan industri kulit dapat digunakan sebagai pelumas, zat pewarna, zat
pembersih dan zat pembuat busa (foaming agent).
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN
3.1. Organ Sasaran
Kulit, mata, saluran pernafasan, saluran pencernaan.
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek (5,6,10)
3.2.1.1. Terhirup
Jika bahan berupa kabut atau uap yang berasal dari
pemanasan dapat menyebabkan iritasi membran mukosa
dan saluran pernapasan atas.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (5,6,10,11)
Iritasi kulit, kemerahan, pembengkakan dapat terjadi.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (5,6,10,11)
Iritasi mata tingkat sedang sampai berat.
3.2.1.4. Tertelan (10,11)
Dapat menyebabkan iritasi mulut dan saluran pencernaan
atas serta mual muntah dapat terjadi.
3.2.2. Paparan Jangka panjang (4,7,10)
3.2.2.1. Terhirup (4)
Paparan berulang secara inhalasi dapat menyebabkan
bronkitis kronik pada tipe asma.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (4)
Paparan berulang pada kulit dapat menyebabkan dermatitis
atau sensitisasi.
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (10)
Dapat menyebabkan iritasi parah jika tidak segera dicuci
dapat merusak jaringan dan dapat menyebabkan kerusakan
permanen.
3.2.2.4. Tertelan (7)
Jika tertelan dalam jumlah relatif besar dapat menyebabkan
sakit kepala, mual, lesu, kelemahan motorik (motor
weakness) dan inkoordinasi.
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan (5,6,10)
LCD50 oral pada tikus > 2.000 mg/kg. Toksisitas kulit pada kelinci LD50
yaitu > 2.000 mg/kg. Toksisitas akut pada ikan air tawar LC50 yaitu 1-
10 mg/L; pada invertebrata ait tawar EC50 yaitu 1-10 mg/L; dan pada
alga LC50 yaitu 10-100 mg/L.
4.1.2. Data pada Manusia
-
4.2. Data Karsinogenik (5,6,11)
Data tidak tersedia
4.3. Data Tumoregenik (11)
Data tidak tersedia
4.4. Data Teratogenik (5,6)
Data tidak tersedia
4.5. Data Mutagenik (5,6,11)
Data tidak tersedia

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup (4,5,6,10,11,12)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan
jika tidak bernapas atau berikan oksigen jika sulit bernapas. Jika sulit
bernapas berlanjut segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit (4,5,6,10,11,12)
Segera tanggalkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit
menggunakan sabun dan air yang banyak sekurangnya selama 15 menit.
Jika iritasi kulit berlanjut segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas terdekat.
Cuci pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
5.3. Kontak dengan Mata (4,5,6,10,11,12)
Lepaskan lensa kontak (jika ada). Segera cuci mata dengan air yang
banyak, sekurangnya selama 15 menit dengan sesekali membuka kelopak
mata. Jika iritasi mata berlanjut segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan (4,5,6,10,11,12)
Jangan lakukan induksi muntah. Cuci mulut dengan air. Berikan segelas air
atau susu untuk diminum. Jika terjadi muntah posisikan kepala korban lebih
rendah di bawah pinggul untuk mencegah inhalasi dari spesimen muntahan
tersebut. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi (1)
6.1.1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
6.1.2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida.
6.1.3. Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (1)
a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terpapar.
b. Secara perlahan bukalah kelopak mata dan bilas dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan
selama15-20 menit.
c. Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
d. Jika masih belum yakin bersih, bilas kembali selama 10 menit.
e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul
ke dokter mata.
(1)
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
a. Bawa segera pasien ke air mengalir atau pancuran terdekat.
b. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
c. Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi zat
racun atau muntahannya dan simpan dalam wadah/plastic
tertutup.
d. Cuci (scrubbing) segera bagian kulit yang terkena dengan air
mengalir dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
e. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
f. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (2)
a. Pengenceran dapat dilakukan dengan pemberian air atau susu
sedikit demi sedikit.
b. Pemberian arang aktif tidak efektif. Pemberian aluminium
hidroksida secara oral dapat berpotensi mengikat fosfat pada
saluran pencernaan.
(2)
6.3. Antidotum
Jika gejala hipokalsemia terjadi setelah menelan produk yang mengandung
fosfat dapat diberikan kalsium secara intravena, sedangkan jika terjadi
gejala methemoglobinemia dapat diberikan metilen biru (methylene blue).

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Sodium Lauryl Ether Sulfate
7.2. Deskripsi (3,4,6,8,11)
Pasta kental berwarna putih atau kuning cerah; tidak berbau; hampir tidak
larut dalam air, praktis larut dalam aseton, praktis larut dalam etanol; rumus
formula C12H26Na2O5S; berat molekul 328,38; berat jenis 1,03 (20 oC); PH
7,5 – 8,5 pada 10% dalam air; titik didih 100oC, 212 oF; titik lebur 0 oC, 32 oF.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (National Fire Protection Association) Skala 0-4 (6)
Kesehatan 2 : Tingkat keparahan tinggi
Kebakaran 1 : Dapat terbakar
Reaktivitas 0 : Tidak reaktif
7.3.2. Klasifikasi EC (European Commision) Frasa Risiko dan Frasa
Keamanan (7)
R38 : Mengiritasi kulit
R41 : Risiko kerusakan serius pada mata
R36/38 : Mengiritasi mata dan kulit
S2 : Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S13 : Jauhkan dari makanan, minuman dan pakan hewan
S25 : Hindari kontak dengan mata
S26 : Jika kontak dengan mata, bilas segera dengan
banyak air dan hubungi dokter
S39 : Kenakan pelindung mata/wajah yang cocok
7.3.3. Klasifikasi GHS (Globally Harmonized System) (Hazard and
Precautionary Statement) (11)
Pernyataan Bahaya
H315 : Menyebabkan gangguan kulit
H318 : Menyebabkan kerusakan mata serius
H401 : Beracun terhadap kehidupan akuatik
Pernyataan Kehati-hatian
P264 : Bersihkan tangan seluruhnya setelah penanganan
P273 : Hindari melepaskan ke lingkungan
P280 : Gunakan sarung tangan pelindung/ pelindung mata/
pelindung wajah.
P310 : Segera telpon LAYANAN SENTRA INFORMASI
KERACUNAN atau dokter.
P321 : Pengobatan spesifik (lihat tambahan instruksi
pertolongan pertama pada label ini).
P362 : Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci
pakaian sebelum digunakan kembali.
P501 : Buang isi / wadah ke tempat pembuangan sampah
yang disediakan.
P302 + P352 : JIKA KONTAK DENGAN KULIT: bersihkan dengan
sejumlah air dan sabun.
P332 + P313 : JIKA IRITASI KULIT TERJADI: segera hubungi
bantuan medis.
P305 + P351 + P338 : JIKA TERKENA MATA: bilas secara hati-hati
dengan air selama beberapa menit. Lepas
lensa kontak, jika ada dan mudah dilakukan.
Lanjutkan membilas.

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas (6)
Stabil pada suhu dan tekanan yang cukup tinggi.
8.2. Kondisi yang Harus Di Hindari (6)
Tidak boleh dibekukan.
8.3. Bahan Tak Tercampurkan (6,12)
Asam dan oksidator kuat, basa kuat.
8.4. Dekomposisi (6)
Suhu penguraian tidak ditentukan. Penguraian pada suhu panas dapat
menimbulkan asap, karbon monoksida, karbondioksida, aldehida dan
produk lainnya dari pembakaran yang tidak sempurna. Zat yang
mengiritasi dan beracun dikeluarkan setelah pembakaran, saat
pembakaran, atau pada penguraian padatan kering.
8.5. Polimerisasi (6)
Tidak terpolimerisasi

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1. Ventilasi (4,6)
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat.
9.2. Perlindungan Mata (4,6)
Kenakan kacamata pengaman/pelindung mata yang direkomendasikan
untuk mencegah kontak mata.
9.3. Pakaian (6)
Kenakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia. Perlindungan tubuh
disesuaikan dengan aktivitas serta kemungkinan terjadinya paparan,
misalnya sepatu boot, jas lab atau pakaian yang tahan bahan kimia.
9.4. Sarung Tangan (6)
Kenakan sarung tangan yang tahan zat kimia.
9.5. Respiratori (6)
Dalam kondisi penggunaan normal, respirator biasanya tidak diperlukan.
10. DAFTAR PUSTAKA
1) Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001
2) Olson, Kent R.2004.Poisoning & Drug Overdose.5th Edition.Mc Graw Hill
Lange Internatinal Editon.
3) http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB0464840.ht
m (diunduh Mei 2014)
4) http://www.sunivo.com/ennew/common/getFile.asp?CD_idx=4272&Core_ID
=1910&GradeTypeID=9099 (diunduh Mei 2014)
5) http://www.jeen.com/technical/MSDSES1.pdf (diunduh Mei 2014)
6) http://www.jeen.com/technical/MSDS802.pdf (diunduh Mei 2014)
7) http://www.guidechem.com/msds/68585-34-2.html (diunduh Mei 2014)
8) http://www.ronaschemical.com/surfactant/PDF% (diunduh Mei 2014)
9) http://www.cationa.com/docs/Cationa_TDS_SLES.pdf (diunduh Mei 2014)
10) http://www.trade-chem.com/products/MSDS/SLES.pdf (diunduh Mei 2014)
11) http://www.thamesriverchemical.com/safetysheets/MDSD2012/Lessrex%207
0%20.pdf (diunduh Agustus 2014)
12) http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=29&ved
=0CEMQFjAIOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.rhodia.com%2Fproduct-
literature-
download.action%3FdocCountry%3DCN%26docId%3D0901663a800ab761
%26docLanguage%3DEN%26docType%3DSDS%26output%3DBINARY%2
6productName%3DRHODAPEX%2BES%2BSTD&ei=CTQAVOvGC5eGuAT
0pYLYBw&usg=AFQjCNGDBnsW4xZIoBfIs-
cyy9cKBZ42yw&bvm=bv.74115972,d.dGc&cad=rja (diunduh Agustus 2014)

You might also like