You are on page 1of 12

ASKEP GONORE

A. Konsep Medis
1. Definisi
Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh kuman
yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainya terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul
sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
Selama beberapa abad bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan
infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae ini diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan oleh
Hipocrates. Penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk menggambarkan
eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M. Neisser dikenalkan oleh
Albert Neisser yang menemukan mikroorganisme tersebut pada tahun 1879 dari pewarnaan
apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat konjungtiva.
2. Etiologi
Gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat
tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di
atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui
transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan
suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang
optimal. Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4
tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
3. Tanda dan gejala
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh
nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar keuretra bagian
atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan
diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti
desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.
Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum;
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah
yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang
dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar,
tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak
lendir dan cairan di dinding rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral
sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis
gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri
tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi
infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan,
sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah.
Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena.Jika
infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada
waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah
beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang.
Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin.
Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan
keluhan sama sekali, sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan GO. Kadang penderita
mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing.
4. Komplikasi
Dapat timbul komplikasi berupa bartolitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin
sehingga penderita sukar jalan karena nyeri. Komplikasi dapat ke atas menyebabkan
kemandulan, bila ke rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus. Selain itu baik pada
wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak dan
lain-lain. Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak
cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah atau
beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya
menjadi terbatas. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik
merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang
berpindah dari satu sendi kesendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). Bisa terjadi infeksi
jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang
menyerupai kelainan kandung empedu.
5. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah
dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak
ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika diduga terjadi infeksi
tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan.
6. Pengobatan
a. Medikamentosa
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui
otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya
diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang
sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per-
oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka
terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.
b. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
7. Patogenesis
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari
mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host
tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan,
inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili
meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang
tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi
epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit.
Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan
ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.2,3,8,9.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks,
kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan
rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel
skuamosa dari vagina.

B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,,
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan
T = Kapan keluhan dirasakan.
5. Riwayat kesahatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti
yang diderita sekarang.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Pengkajian Persistem
 Sistem integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
 Sistem kardivaskuler
 Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalami gangguan
 Sistem pernapasan
 Amati pola pernapasan
 Auskultasi paru-paru
 Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.
 Sistem penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/ tidak.
 Sistem pencernaan
 Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil
 Apakah terdapat diare/ tidak
 Sistem perkemihan
Biasanya pasien mengalami disuria dan kadang – kadang ujung uretra disertai darah.
 Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak.
 Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi
7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Kebutuhan nutrisi
Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan.
(biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu).
 Kebutuhan eliminasi
Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)
 Kebutuhan alvi
Kaji warna, konsistensi, dan bau.
 Kebutuhan aktivitas
Klien dengan GO biasanya aktivitasnya sering tergangu.
 Kebutuhan kebersihan diri
 Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.
 Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.
8. Pengkajian psikososial dan spiritual
 Psikologis : biasanya pasien merasa gelisah dan distres adanya ketakutan.
 Sosial : biasanya pasien merasa kesepian dan takut ditolak dalam pergaulan
 Spiritual : bagaimana ibadah pasien selama sakit.
PENYIMPANGAN KDM
NEISSERIA GONORHOE

Kontak seksual (anus, orogenitas, genital)

Infeksi mukosa rektum, endoserviks faring uretra dan konjungtiva


(saluran anus dan neonatus)

Infeksi
♂(prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis )
♀(kelenjar skene, bartholn, endometrium, tuba valopi, dan
ovarium)
GONORE

Inflamasi jaringan
Lesi- lesi/gatal-gatal perubahan status kesehatan

Stimulus serabut saraf nyeri penurunan sistem imun menarik diri dari sosial
kurangnya informasi dan pendidikan
Trauma impuls saraf ketidakseimbangan ST perasaan malu
masalah penyakit yg terjadi
Kemedulla spinalis mudahnya mikroorganisme masuk ISOLASI SOSIAL
RESIKO INFEKSI
Saraf pusat dalam sabagian dan seluruh tubuh
Respon nyeri RESIKO INFEKSI
NYERI penurunan produksi energi

Kelemahan tubuh dan otot dan tanpa gairah


INTOLERANSI AKTIVITAS
b. Diagnosa dan Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tanda- tanda:
 Merintih dan terengah-engah
 Gelisah dan memejamkan mata
 Tidur satu arah dengan posisi tertentu.
Kriteria hasil
 Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri berkurang/hilang.
Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi intensitas (skala 1-10) frekuensi dan waktu.
Rasional :
Mengidentifikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan komplikasi.
2. Dorong pengungkapan perasaan
Rasional :
Mengurangi rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.
3. Berikan tindakan kenyamanan misal : perubahan posisi tubuh.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi/ menurunkan tegangan otot.
4. Dorong penggunaan teknik relaksasi mis: bimbingan imajinasi, visualisasi latihan nafas dalam.
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
5. Kolaborasi dengan tenaga medis dan pemberian analgesik.
Rasional:
Mempercepat proses penyembuhan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodefisiensi
Tujuan:
• Tidak adanya infeksi
• Bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Mandiri :
1. Lakukan pemeriksaan pada cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses,dan
cairan muntah.
Rasional :
Mempercepat deteksi adanya perdarahan /penantauan awal dari terapi mungkin dapat
perdarahan kritis.
2. Amati/laporkan epistaksis,hematoria, perdarahan vaginal non –menstruasi atau pengeluran darah
melalui lesi/orisium tubuh/daerah penusukan terapi intravena.
Rasional :
Perdarahan spontan mengindikasikan trombositopenia imun.
3. Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit, mis: tekanan darah, denyut
nadi,pernapasan, pucat kulit/perubahan warna
Rasional :
Timbulnya perdarahan/hemoragi dapat menunujukan adanya kegagalan sirkulasi atau syok
4. Pantau perubahan tingkat kesadaran, dan gangguan penglihatan.
Rasional :
Perubahan dapat menunjukan adanya peradarahan otak
5. Kolaborasi : Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium mis: PT, PTT, waktu pembekuan,
trombosit, HB/HT
Rasional :
Mendeteksi gangguan kemampuan pembekuan, mengidentivikasi kebutuhan terapi.
6. Kolaborasi : Hindarkan penggunaan produk asipirin
Rasional :
Mengurangi agregasi trombosit,ketidakseimbangan/perpanjangan proses koagulasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelemahan otot,
kelesuhan, tanpa gairah.
Tujuan :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
- Toleran dalam aktivitas keseharian.
- Peningkatan energi.
Intervensi :
1. Kaji pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir dan perilaku
Rasional :
Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan
emosi dan efek samping obat-obatan.
2. Rencanakan perawatan untuk menyediakan fase istrahat, atur aktivitas pada waktu pasien sangat
berenergi. Ikutsertakan pasien/orang terdekat pada penyusunan rencana.
Rasional :
Periode istrahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki/menghemat energi.
Perencanaan akan membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,
sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.
3. Dorong masukan nutrisi.
Rasional :
Pemasukan penggunaan nutrisi adekuat sangat penting bagi kebutuhan energi untuk akrtivitas.
4. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan sesuai dengan petunjuk.
Rasional :
Adanya hipoksemia mengurangi persediaan oksigen untuk ambilan selular dan menunjang
kelelahan.
4. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan penolakan diri.
Tanda –tanda:
- Tampak depresi, cemas, atau marah
- Ketidakmampuan untuk konsentrasi dan membuat keputusan tak berguna.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dapat mengekspresikan kesedihannya.
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam aktvitas yang disukai
Rasional :
Membantu pasien menemukan kesenangan dan makna beraktivitas.
2. Anjurkan pasien untuk kontak dengan orang yang tidak menolaknya.
Rasional:
Memberikan pasien kesempatan untuk membina hubungan saling percaya dan berbagai perasaan.
5. Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain.
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
- Bahaya penyakit menular
- Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
- Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
menghindarinya.

REFERENSI
Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran: Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku kedokteran
EGC.
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27/asuhan-keperawatan-klien-dengan-gonorrhea/

You might also like

  • OSTEOARTRITIS LANSIA
    OSTEOARTRITIS LANSIA
    Document80 pages
    OSTEOARTRITIS LANSIA
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Pathway
    Pathway
    Document1 page
    Pathway
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Askep Gadar Trauma Abdomen
    Askep Gadar Trauma Abdomen
    Document15 pages
    Askep Gadar Trauma Abdomen
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • BAB III DRK
    BAB III DRK
    Document2 pages
    BAB III DRK
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • BAB I DRK
    BAB I DRK
    Document2 pages
    BAB I DRK
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Kasus Fiktif Rematik
    Kasus Fiktif Rematik
    Document9 pages
    Kasus Fiktif Rematik
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Isi
    Isi
    Document17 pages
    Isi
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • WOC Rematik
    WOC Rematik
    Document2 pages
    WOC Rematik
    Ngurah Mahendra
    100% (1)
  • Kasus Fiktif Rematik
    Kasus Fiktif Rematik
    Document9 pages
    Kasus Fiktif Rematik
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Pus Taka
    Pus Taka
    Document1 page
    Pus Taka
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • BAB II DRK
    BAB II DRK
    Document18 pages
    BAB II DRK
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Halaman Depan DRK
    Halaman Depan DRK
    Document3 pages
    Halaman Depan DRK
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Isi
    Isi
    Document17 pages
    Isi
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • DRK
    DRK
    Document18 pages
    DRK
    Ngurah Mahendra
    100% (1)
  • Instruction
    Instruction
    Document1 page
    Instruction
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Zika
    Zika
    Document10 pages
    Zika
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Nsu
    Nsu
    Document12 pages
    Nsu
    Khaula Luthfiyah
    No ratings yet
  • Pustaka
    Pustaka
    Document1 page
    Pustaka
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Hernia Askep
    Hernia Askep
    Document10 pages
    Hernia Askep
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • F 04 Implementasi
    F 04 Implementasi
    Document3 pages
    F 04 Implementasi
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • KESEHATAN
    KESEHATAN
    Document5 pages
    KESEHATAN
    Ita Nurdianaa
    No ratings yet
  • Intra Operatif
    Intra Operatif
    Document7 pages
    Intra Operatif
    Bayu Aldi Imansyah
    No ratings yet
  • Woc Polip
    Woc Polip
    Document2 pages
    Woc Polip
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • LK Laparatomi 134
    LK Laparatomi 134
    Document16 pages
    LK Laparatomi 134
    Aji Suyono
    No ratings yet
  • WOC Umur Ibu dan Komplikasi Kehamilan
    WOC Umur Ibu dan Komplikasi Kehamilan
    Document2 pages
    WOC Umur Ibu dan Komplikasi Kehamilan
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Nifas Post Partum
    Nifas Post Partum
    Document17 pages
    Nifas Post Partum
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • BPH
    BPH
    Document36 pages
    BPH
    Jamil Senna
    No ratings yet
  • Rencana Perawatan
    Rencana Perawatan
    Document18 pages
    Rencana Perawatan
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • POLIPNASI
    POLIPNASI
    Document16 pages
    POLIPNASI
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet
  • Typhoid
    Typhoid
    Document14 pages
    Typhoid
    Ngurah Mahendra
    No ratings yet