Professional Documents
Culture Documents
SENTRALISASI OBAT
DISUSUN OLEH:
Dhea ayu rahmadina
Fitri banjarnahor
Ida susila
Lusia nimarwati
M. Fauzi
Noi eliana
Syahri fajirah
Tiara della ramadhani
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
TA. 2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. LATAR BELAKANG
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon yang ada
harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat
pasien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentralisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi
(pengobatan) secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian
sehingga akan memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Irna 2
dilaksanakan pada obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang
perawat dan diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral diberikan
kepada pasien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan cara pemberiaannya.
Resep dari dokter diberikan keluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah
mendapatkan obatnya diserahkan ke perawat untuk dicatat pada buku penerimaan
obat. Karena hal tersebut diatas, kelompok 2 berencana akan mensosialikan dan
melaksanakan sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena
pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain
yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu
cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh
perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun non
material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat juga
semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan sentralisasi keperawatan di Ruang Soka RSUD Nganjuk, kami akan
melaksanakan sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan instruksional khusus
a. Mampu meningkatkan pemahaman perawat dalam menerapkan pemberian
obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6 T dan 1 W ( tepat
pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat
dokumentasi dan waspada efek samping obat) serta medokumentasikan
hasil pengelolaan.
b. Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat
dalam mengelola sentralisasi obat
c. Mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sesuai
dengan program terapi..
d. Mampu meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
e. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
C. POKOK BAHASAN
Pentingnya Mengetahui apa pengertian Sentralisasi obat, Apa tujuan pengeolaan obat,
bagaimana Teknik penggelolaan obat.
E. METODE
1. Jenis model pembelajaran : Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori : Cerama, diskusi
3. Langkah pokok : a. menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
F. MEDIA
1. Power point
2. LCD Proyektor
3. Laptop
4. Leaflet
G. PROSES KEGIATAN
Tahap Kegiatan Pemateri/Penyuluh Kegiatan Peserta Media
kegiatan
Pendahuluan -Memberi salam Menjawab salam Power point
-Memperkenalkan diri Memperhatikan LCD Prokyektor
-Membuka penyuluhan Memperhatikan Laptop
-Menjelaskan materi secara Memperhatikan Leaflet
umum
-Menjelaskan TIU dan TIK Memperhatikan
Moderator : Leader :
Peserta : Fasilitator :
I. PENGORGANISASIAN
Moderator : Vitri Pebriyanti
Mengawali dan Mengawasi jalannya diskusi yang menjadi tanggung
jawabnya agar berjalan sesuai dengan topiknya.
Leader : Syahri Fajirah
Sebagai pemateri, “menyampaikan materi kepada audiens bagaimana
agar audiens mengerti dan bisa menerima penyampaian materi
tentunya menggunakan pembendaharaan kata”
Co leader : Ida Susila
Membantu leader “apabila leader membutuhkan bantuan dalam
menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan audiens”
Fasilitator : Lusia Nimar Wati, Fitri Banjar Nahor, Tiara Della Rhamadahi, M.
Fauzi.
Memfasilitasi selama penyuluhan dan mendorong audiens untuk fokus
kepada leader serta memicu audiens untuk bertanya.
Dokumentasi : Nopi Eliana, Dhea Ayu Rahmadina.
Mendokumentasikan selama proses penyuluhan
J. EVALUASI
Evaluasi yang diberikan berupa pertanyaan terbuka, antara lain:
1. Pengertian sentralisasi obat
2. Tujuan Pengelolaan Obat
3. Teknik Pengelolaan Obat ( Sentralisasi )
K. LAMPIRAN
1. Materi pengertian Sentralisasi obat, tujuan pengeolaan obat, Teknik penggelolaan
obat.
2. Power point
3. Leaflet
Pemateri
Lampiran
SENTRALISALI OBAT
A. Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat ( Nursalam, 2007 )
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal
berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasi.
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang di
berikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada
perawat (Nursalam,2007). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002).
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut : Prinsip
Enam Benar.
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat
gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya 1 amp ondansentron
dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial
500 mg. jadi harus tetap hati-hati dan teliti.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan : peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua
obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat
secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek
untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama
susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada
obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
a. Penangguang jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara oprasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
c. Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diserapkan ditunjukan kepada perawat dan obat yang telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, regestrasi, jenis obat, jumlah dan sediaan (
bila perlu ) dalam kartu control, dan diketahui ( ditandatangani ) oleh keluarga
atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bilamana obat tersebut akan habis, serta
penjelasan tentang 5T ( jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum
beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahkan selnjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak obat
( Nusalam 2007 )
d. Pembagaian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
penmberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selnjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat: dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi diinstruksi dokter dan kartu obat yang
ada pada pasien.
3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat,
jumlah obat, dan efek samping, usahakan tempat atau wadah obat kembali
keperawat setelah obat dikonsumsi, pantau efeksamping pada psie.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau
petugas yang ditujuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat –
obatan yang hamper habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep ( jika masih perlu dilanjutkan ) kepada dokter penanggung
jawab pasien ( Nurussalam, 2007 )
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian oabat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin ( sewaktu saja ) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat ( Nursalam, 2007 )
f. Obat Khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek sampingyang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu / sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunkan kartu khusus obat, dilaksanakan
oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga: nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukan kepada keluarga setelah pemberian,.
Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat ( Nursalam, 2007)
Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan pada pasien
bagaimana cara meminum obat mereka, terangkan dengan cara sederhana
mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara tertentu. Dengan
demikian pasien akan belajar bahwa: