You are on page 1of 3

Asas Fungsional

Merancang adalah sebuah proses dimana perancang memadumadankan asas-asas yang


menjadi landasan pemikiran bagi perancang dalam menentukan gagasan rancangannya.
Beberapa asas-asas tersebut antara lain yaitu Asas Fungsional, Asas Rasional, Asas Estetika,
Asas Simbolik, dan Asas Psikolog. Namun diantara beberapa asas tersebut hanya terdapat
satu asas yang merupakan asas yang paling utama dibandingkan asas-asas lainnya, yaitu asas
fungsional. Asas fungsional adalah asas yang mengedepankan fungsi dan peran arsitektur,
bagaimana arsitektur itu bertugas dan apa perannya bagi manusia dan dunia. Asas ini Lebih
cenderung kepada tujuan dibuatnya arsitektur itu sendiri, sebagai contoh rumah sebagai
sebuah tempat berlindung, sebagai sebuah pernyataan status, sebagai cerminan budaya,
sebagai penanda waktu, sebagai penanda kekuasaan, dsb.

Ada beberapa alasan kenapa asas fungsional merupakan asas yang harus diprioritaskan
dibandingkan asas-asas lainnya. Alasan pertama adalah karena suatu bangunan dapat
terbentuk berdasarkan fungsi atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan di dalamnya, form
follow function, dimana segala rancangan arsitektur terjadi karena fungsi, pembedaan bagian
bangunan menurut tujuannya, rancangan bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
bentuk berasal dari keinginan manusia yang akan menggunakannya sesuai aktivitasnya.
sehingga dapat membuat si pengguna nyaman dan senang berada di dalamnya. Begitupun
sebaliknya, apabila asas fungsional tidak diterapkan dengan baik atau bangunan tersebut tidak
dapat difungsikan dengan baik maka bangunan tersebut malah akan menghasilkan suasana
berbeda terhadap penggunanya dan dapat pula menyebabkan pengguna tidak nyaman berada
di dalamnya.

Alasan kedua adalah karena suatu bangunan dapat memberikan nilai lebih apabila
bangunan tersebut dapat difungsikan semaksimal mungkin oleh para penggunanya. Karena
bangunan yang seperti itu akan lebih bermanfaat bagi pengguna dibandingkan dengan
bangunan yang mempunyai nilai estetika dan rasional yang memadai namun tidak dapat
berfungsi dengan maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Selain kedua hal di atas, alasan utama kenapa asas fungsional harus dikedepankan adalah
karena apabila suatu bangunan tidak dapat berfungsi dengan baik maka bangunan tersebut
bisa saja dilupakan oleh masyarakat sebab jarang digunakan dan lama kelamaan bangunan
tersebut hanyalah gedung tua yang tidak dipakai lagi. Banyak sekali dampak negative yang
diakibatkan oleh hal tersebut. Diantaranya adalah ruginya dana yang telah di gunakan untuk
pembangunan gedung yang sudah tidak berfungsi lagi itu dan mengurangi stock lahan yang
mungkin apabila bangunan tersebut tidak di bangun maka lahan tersebut bisa di gunakan
untuk membangun bangunan yang lebih dibutuhkan oleh pengguna.

Namun, fungsionalisme bukan hanya berupa tujuan bagi pengguna dalam melakukan
berbagai macam aktivitas. Hakikatnya fungsionalisme dalam arsitektur dapat dibagi menjadi
3 bagian.
Pembagian yang pertama yaitu Fungsionalisme Bentuk. Sebagaimana yang dijelaskan
diatas, bahwasanya fungsi ini merupakan fungsi yang berupa aktivitas-aktivitas pengguna di
dalam bangunan tersebut sehingga terbentuklah sebuah rancangan arsitektur yang
berdasarkan pembedaan bagian bangunan menurut tujuannya, dengan meletakkan
pengaturan-pengaturan ruang sesuai aktivitas.

Kedua, Fungsionalisme Kontruksi yaitu berupa fungsi bagi struktur, kontruksi dan bahan
bangunan yang digunakan. Dimana, dengan memenuhi fungsi syarat sistem struktur,
konstruksi dan bahan bangunan menurut penggunaan struktur, konstruksi yang jujur, jelas
dan wajar tanpa disembunyikan, rancangan struktur untuk tujuan estetik dapat terwujud
melalui elemen-elemen fungsi struktur itu sendiri. Contoh dari fungsi ini adalah menara
Burjj Khalifa, Dubai. Menara tersebut memiliki pondasi segitiga, dimana pondasi ini
merupakan pondasi yang paling ideal digunakan untuk bangunan-bangunan pencakar langit.
Menara yang mempunyai berat 500.000 ton ini berdiri di atas pondasi berbentuk segitiga
dengan ketebalan 3,7m. Didukung oleh rangka-rangka baja yang mengelilingi dan mengisi
pondasi dengan diameter masing 1,5m. Pondasi ini menyebabkan terciptanya bentuk burj
khalifa yang terdiri dari tiga elemen atau sayap yang disusun mengelilingi satu pusat yang
berada tepat di tengah. Struktur yang berbentuk Y memberikan kestabilan pada masing-
masing (ketiga) elemen atau sayap, dimana struktur tersebut merupakan landasan yang baik
dan ideal untuk pembuatan residen. Dengan struktur Y, memaksimalkan pemandangan ke
arah Teluk Arab. Burj Khalifa bila dilihat dari atas menyerupai kubah masjid seperti
lazimnya bangunan-bangunan berarsitektur Islam.

Ketiga atau yang terakhir adalah Fungsionalisme Ekspresi. Disini, fungsi ekspresi
memperlihatkan fungsi aktivitas dan struktur secara bersama-sama dalam arsitektur, dimana
bentuk merupakan wujud dari kegunaan atau fungsi di dalamnya, bentuk secara simbolik
melukiskan fungsi, rancangan bangunan memperlihatkan struktur dan konstruksi serta
peralatan bangunan secara menonjol. Contohnya, Sebuah rumah di Korea Selatan memiliki
bentuk yang unik dan menarik. Setiap orang pasti akan dengan sangat mudah mengenali
bantuk yang diadopsi oleh bangunan seluas 419 m2 ini. Bangunan bernama Haewooajae (
yang dalam bahasa Korea “berarti sebuah tempat yang memberikan solusi kecemasan bagi
seseorang” ) sengaja dibuat identik dengan bentuk kloset duduk, agar sesuai dengan
kegunaan dominan yang dimiliki bangunan tersebut.

Kaitannya dengan Toilet House, produk arsitektur ini menyajikan makna fungsi ekspresi.
Toilet House yang berbentuk kloset yang merupakan bagian dari toilet adalah bangunan yang
mempunyai fungsi utama untuk sanitasi. Sang pemilik, Sim Jae-duck yang merupakan salah
satu orang berpengaruh di Asosiasi Toilet Dunia (World Toilet Association) ingin
mempertegas fungsi dari bangunan ini dengan mengambil bentuk dari elemen toilet yang
simbolik, yaitu kloset duduk. Dengan demikian, bentuk dan struktur yang ditampilkan selaras
dengan kegunaan bangunan tersebut, yaitu berbentuk kloset, dan memiliki kegunaan utama
untuk sanitasi. Bagian luar bangunan ini dilapisi baja yang dicat putih mirip dengan
permukaan kloset keramik. Terdapat juga kaca-kaca tidak tembus pandang sebagai pelapis
dinding luar. Bukaan di atas bangunan yang serupa dengan lubang kloset, murupakan pintu
masuk dari Toilet House ini.

Oleh karena itu, asas fungsionalisme ini sangat diutamakan dalam proses perancangan
arsitektur. Dimana dalam arti luasnya fungsionalisme merupakan apa saja yang diekspresikan
dan diinformasikan arsitektur. Yang berarti fungsi adalah pondasi atau landasan awal
terbentuknya suatu bentuk bangunan arsitektur. Selain itu, fungsi juga merupakan alasan
kenapa dibangunnya suatu bangunan. Tidak mungkin suatu bangunan dibangun oleh
perancang tanpa memikirkan apa fungsi bangunan tersebut kelak. Tanpa fungsi, suatu
bangunan arsitektur tidak akan dapat berguna bagi para penggunanya. Hal utama yang
membuat suatu bangunan tersebut dapat digunakan dengan maksimal oleh penggunanya
adalah apabila bangunan tersebut dapat difungsikan dengan baik. Dengan begitu,
fungsionalisme dapat dikatakan criteria utama dalam mendesain dan merancang arsitektur.
Apabila fungsi antara suatu bangunan dengan bangunan yang lain itu berbeda, maka berbeda
pula bentuk hasil perancangan arsitekturnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/19600205198703
1-
R._IRAWAN_SURASETJA/Hand_Out/FUNGSI_RUANG_BENTUK_DAN_EKSPRESI.pd
f
http://mahasiswaarsitektur.wordpress.com/2013/03/18/catatan-kuliah-asas-perancangan-
arsitektur/
http://selia-stefi.blogspot.com/2011/06/fungsi-dalam-arsitektur-selia-stefi.html

You might also like