Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perdarahan hebat adalah penyebab paling utama dari kematian ibu di seluruh
kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan
ibu disebabkan oleh perdarahan dengan proporsi berkisar antara kurang dari 10%
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan
sekitarnya.1 PPP didefinisikan sebagai kehilangan darah sebanyak lebih dari 500
berlangsung lama.2
Pencegahan, diagnosis dini, dan manajemen yang benar, merupakan kunci
dini.3
BAB II
2.1 Definisi
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan
sekitarnya. PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml dari traktus genitalia
setelah bayi lahir.1,4 PPP bukan merupakan suatu diagnosis, harus dicari
penyebabnya, seperti atonia uteri, robeknya jalan lahir, sisa plasenta, gangguan
pembekuan darah.4
terjadi pada 24 jam pertama setelah lahirnya bayi. Perdarahan pasca persalinan
lanjut (Late PPH) yaitu perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium),
2.2 Klasifikasi
1. PPP Primer, terjadi dalam 24 jam pertama, biasanya disebabkan oleh atonia
uteri, robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta, inversio uteri.1 Jika
2. PPP sekunder, terjadi setelah 24 jam persalinan namun masih dalam 6 minggu
dikatakan masif jika darah yang hilang ≥ 1000, 1500, atau 2500 cc.4
2.3 Epidemiologi
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan.2
Di Inggris pada tahun 2000, separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24
darah. Di berbagai negara, paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan dengan proporsi berkisar antara kurang dari 10%
sampai hampir 60%. Menurut Departemen Kesehatan RI saat ini angka kematian
ibu di Indonesia diperkirakan adalah 334 per 100.000 kelahiran hidup.2 Menurut
SKRT 2001, penyebab obstetrik langsung sebagai kematian ibu sebesar 90%,
2.4 Etiologi
• Ruptur uteri.1
3. Gangguan koagulasi
2.4.1.1 Definisi
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.1 Atonia
pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada
mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua buah serabut kira-
3. Partus lama;
4. Grande multipara;
9. Obesitas;
2.4.1.3 Diagnosis
bergumpal setelah bayi dan plasenta lahir dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang
lembek.1
2.4.1.4 Penatalaksanaan
Manajemen Standar
Masase Uterus
internal.3
Pemberian uterotonika
Oksitosin
jarang ditemukan.3
Methyl Ergometrine
berkelanjutan.3
Misoprostol
tindakan awal, tingkat puncak yang lebih rendah dan profil efek
Manajemen Bedah
perdarahan postpartum.3
Embolisasi
keadaan:3
postpartum;
ligamentum latum ;
pelvis;
arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
sesudah ligasi risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka
kondisi pasien.3
Histerektomi Peripartum
diambil bila terjadi maternal morbiditas yang berat dan juga near
miss mortality.3
oksigen.1
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat
transfusi darah.3
Manajemen aktif kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk
uteri. Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen aktif kala III,
yaitu:3
berkontraksi.
2.4.2.1 Etiologi
pada dinding vagina, forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan
uretra, ruptur uteri. Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik,
2.4.2.2 Diagnosis
2.4.2.3 Penatalaksanaan
Semua sumber perdarahan yang terbuka harus diklem, diikat dan luka
2.4.3.1 Definisi
2.4.3.2 Etiologi
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa
2.4.3.4 Penatalaksanaan
luar.7
Plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara manual, tetapi
2.4.4.1 Definisi
lendirnya sebelah luar. Keadaan ini disebut inversio uteri komplet. Jika
hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak ke luar ostium uteri, disebut
inversio uteri inkomplet. Jika uterus yang berputar balik keluar dari
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hal ini terjadi adalah atonia uteri,
serviks yang masih terbuka lebar, adanya kekuatan yang menarik fundus
ke bawah (misal karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang tali
pusatnya ditarik keras dari bawah) atau adanya tekanan pada fundus
uteri dari atas (manuver Crede) atau tekanan intraabdominal yang keras
2.4.4.2 Gejala
Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba tekukan pada
fundus.7
2.4.4.3 Penatalaksanaan
atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan
saat kehamilan atau persalinan. Bila peritoneum viserale tidak ikut robek
maka disebut rupture uteri inkomplet. Bila peritoneum viserale ikut robek dan
terdapat hubungan langsung antara kavum uteri dengan kavum abdomen maka
disebut dengan ruptur uteri komplet. Ruptur uteri imminens adalah suatu
keadaan dimana rahim telah menunjukkan tanda yang jelas akan mengalami
ruptur, yakni dengan dijumpai lingkaran retraksi Bandl yang semakin tinggi
2.4.5.1 Diagnosis
Perdarahan pervaginam.7
banyak.7
2.4.5.2 Penatalaksanaan
antibiotik.7
Bila robekan terjadi di segmen bawah rahim dan tepi luka dapat
lain dapat disingkirkan dan disertai riwayat pernah mengalami hal yang sama
timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga
hidung.1
• Solusio plasenta
• Eklampsia
• Sepsis
2.4.6.2 Penatalaksanaan
Tranfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit,
Suatu sindrom yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan
penurunan trombosit.10
2.5 Diagnosis
Pucat dan terdapat tanda-tanda syok atau presyok (tensi rendah, nadi cepat
Pemeriksaan obstetri: Uterus teraba lembek dan membesar bila ada atonia
atau hipotonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, kemungkinan telah terjadi
2.6 Penatalaksanaan
adanya syok atau tidak. Bila dijumpai keadaan syok, maka segera berikan infus
Bila tidak ada syok atau syok sudah teratasi, segera lakukan pemeriksaan
2.7 Komplikasi
Syok irreversibel.5
pada saat yang sama dapat menimbulkan thrombosis dan perdarahan. DIC
2.8 Pencegahan
adalah:2
dua menit setelah kelahiran bayi. Obat uterotonika yang paling umum
banyak efek samping, seperti sakit kepala, mual, muntah, dan tekanan
menggunakan ergometrine.2
mengurangi perdarahan.2
2.9 Prognosis
Jika pasien PPP cepat ditangani, pasien dapat sembuh dengan baik. Biasanya
pasca tindakan perlu perawatan sekitar enam-tujuh hari. Pasien PPP yang
KESIMPULAN
500 ml dari traktus genitalia setelah bayi lahir. Berdasarkan waktu terjadinya
perdarahan setelah bayi lahir, PPP dibagi menjadi PPP primer (early PPH) yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir dan PPP sekunder (late
PPP dapat disebabkan dari berbagai sumber dan mekanisme yaitu perdarahan
dari tempat implantasi plasenta, perdarahan akibat robekan dan perdarahan akibat
plasenta dapat disebabkan oleh retensio plasenta, atonia uteri dan inversio uteri.
Perdarahan akibat robekan dapat berasal dari episiotomi, robekan vagina, serviks
Pasien dengan PPP harus segera dievaluasi apakah terdapat tanda syok atau
tidak. Apabila ditemukan tanda syok segera diberikan penatatalaksanaan O2, infus
cairan kristaloid dan segera hentikan perdarahan sesuai dengan etiologi. PPP
dapat dicegah dengan manajemen aktif kala III yaitu dengan memberikan obat
uterotonika, menjepit dan memotong tali pusat segera dan melakukan penegangan