Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
dr. Esthi Wijayanti
dr. Slamet Suprihadi
Disusun Oleh :
dr. Kriski Regina Gaezani
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh surat tanda selesai internship
Disahkan oleh :
Pendamping I Pendamping II
Penyusun
Ekstremitas :
Look : oedem (+), deformitas (+)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (+)
Move : Range of movement terbatas
I.2.4. ASSESMENT
Closed fraktur femur dextra
I.2.4. PLANNING
1. Farmakologi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Ketorolak 3x1
- Inj. Ranitidine 2 x1
2. Non Farmakologi
- Pasang bidai
3. Usul
- Lab Darah Rutin
- Kimia darah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Femur
Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu
bersendi dengan asetabulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini
menjulur medial ke lutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa
tulang pipa dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung yaitu ujung atas, batang
femur dan ujung bawah (Pearce, 1990).
2.2 Fraktur
2.2.1. Defenisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis (Anonim,
a
2011).
2.2.2. Jenis jenis fraktur
1. Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang.
2. Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.
3. Fraktur terbuka: bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit.
4. Fraktur tertutup: bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan
udara luar atau permukaan kulit (Rahmad, 1996).
2.2.4. Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat
kecelakaan lalu lintas. Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma bisa terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik tumpu
benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan (Rahmad, 1996 ).
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
i. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
ii. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
iii. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
i. Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
ii. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
iii. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau
fosfat yang rendah.
c. Secara spontan :
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.2.5 Patofisiologi
Tulang yang mengalami fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan
disekitarnya, seperti di ligamen, otot tendon, persyarafan dan pembuluh darah,
oleh karena itu pada kasus fraktur harus ditangani cepat, dan perlu dilakukan
tindakan operasi.
Tanda dan Gejala :
a. Nyeri hebat ditempat fraktur
b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah,
bengkak, sepsis pada fraktur terbuka dan deformitas
2.2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus
diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma, arah
trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme
trauma). Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara
sistematik dari kepala, muka, leher, dada, dan perut (Mansjoer, 2000).
b. Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel,
fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang
mengalami infeksi (Mansjoer, 2000).
c. Pemeriksaan Fisik
Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk fraktur
adalah:
Look (inspeksi): bengkak, deformitas, kelainan bentuk.
Feel/palpasi: nyeri tekan, lokal pada tempat fraktur.
Movement/gerakan: gerakan aktif sakit, gerakan pasif sakit krepitasi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting untuk dilakukan adalah “pencitraan”
menggunakan sinar Rontgen (X-ray) untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang, oleh karena itu minimal diperlukan 2 proyeksi
yaitu antero posterior (AP) atau AP lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) atau indikasi untuk memperlihatkan patologi yang
dicari, karena adanya superposisi. Untuk fraktur baru indikasi X-ray adalah untuk
melihat jenis dan kedudukan fraktur dan karenanya perlu tampak seluruh bagian
tulang (kedua ujung persendian).
2.2.8 Neglected
2.3.2 Ketorolak
Ketorolak adalah salah satu dari obat anti inflamasi non steroid (NSAID),
yang biasa digunakan untuk analgesik, antipiretik dan anti inflamasi. Obat ini
menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi
PG2 terganggu. Ketorolak merupakan penghambat siklooksigenase yang non
selektif.
Ketorolak dikontraindikasikan terhadap pasien angioedema atau
bronkospasme, pasien yang menderita tukak peptik aktif, perdarahan
gastrointestinal, dan pasien yang menggunakan NSAID yang lain, pasien yang
menderita gangguan ginjal.
Secara struktural ketorolak ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini.
2.3.3 Ranitidin
Ranitidin merupakan antagonis histamin reseptor H2 (antagonis H2) menghambat
Pasien datang post KLL dengan keluhan kaki kanan sulit digerakkan.
Pasien dalam keadaan sadar. Tidak terdapat luka terbuka diseluruh tubuh. Nampak
pada paha kanan terdapat deformitas. Pasien tidak mengeluhkan pusing, mual,
maupun muntah. Ekstremitas lain dapat bergerak bebas.
O (Objektif)
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg,
Nadi : 92 x / menit
Suhu: 360C
RR: 24x/menit
Thorax : Pulmo ; Cor (DBN)
Kulit : Warna sawo matang
Kepala : Normocephal, rambut putih, distribusi tidak merata
Wajah : Simetris, ekspresi gelisah
Mata : Edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Ekstremitas : Ekstremitas dekstra sulit digerakkan, deformitas (+),
krepitasi (+)
ASSESMENT
Closed fraktur femur dextra
PLANNING
1. Farmakologi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Ketorolak 3x1
2. Non Farmakologi
- Pasang bidai
3. Usul
- Lab Darah Rutin
- Lab Serologi
- Kimia darah
DAFTAR PUSTAKA