You are on page 1of 25

PEDOMAN AUDIT KLINIS

TENAGA KESEHATAN

KOMITE TENAGA KESEHATAN


RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari
pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolok
ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi
faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Sistem penjaminan mutu
pelayanan oleh tenaga kesehatan merupakan bagian dari upaya peningkatan
kualitas suatu pelayanan yang banyak memberikan manfaat. Penjaminan mutu
akan memberikan tolak ukur bagi suatu pelayanan apakah suatu pelayanan
sudah sesuai dengan standar pelayanan berkualitas. Melaui penjaminan mutu
maka proses menuju perbaikan terus diutamakan. Sistem penjaminan mutu
yang baik akan berdampak terhadap peningkatan daya saing antar institusi
pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang cukup
potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain jumlahnya yang
dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara
ilmiah melalui proses pelayanan kesehatan. Oleh karena itu tenaga kesehatan
harus benar-benar berkontribusi dalam upaya penjaminan mutu pelayanan.
Audit klinis merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, audit klinis pada penerapannya mengevaluasi tiga kualitas
pelayanan yang meliputi kenyamanan dan keamanan pasien (patient safety),
pengalaman pasien (patient experience) dan keefektifan pemberian pelayanan
(effectiveness of care) (Patel, 2010). Melalui Audit klinis dalam pelayanan
tenaga kesehatan maka akan menilai kelayakan dan keefektifan pelayanan
tenaga kesehatan yang diberikan pada pasien. Dimana tujuan akhir yang harus
dicapai adalah upaya peningkatan akuntabilitas terhadap kualitas pelayanan
kesehatan. Audit klinis merupakan salah satu aspek yang komprehensif yang
dikenal dengan nama Clinical Governance (penataan klinis), yaitu upaya yang
bersifat berkelanjutan dan mencakup aspek yang luas, diuraikan menjadi
beberapa elemen yang tidak berdiri sendiri-sendiri namun saling berkaitan.
Elemen-elemen utama dalam clinical governance adalah:
1. Pendidikan dan Pelatihan
2. Audit Klinis
3. Clinical Effectiveness
4. Manajemen risiko
5. Penelitian dan pengembangan
6. Keterbukaan
1. Pendidikan dan pelatihan
Baik terhadap professional maupun semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan pasien, Pendidikan dan pelatihanmerupakan hal yang yang tidak
dapat dikesampingkan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan.
2. Audit klinis
Merupakan elemen yang terpenting dalam clinical governance, bahkan
banyak ahli berpendapat bahwa audit klinis merupakan jantungnya clinical
governance. Audit klinis secara spesifik langsung mempertanyakan dan
menilai secara sistematis :
 Apakah praktik yang seharusnya dilaksanakan sudah benar
dilaksanakan
 Apakah praktik yang dikerjakan sesuai dengan standar yang
ditetapkan
 Apakah praktik yang dikerjakan sesuai dengan panduan pelayanan
 Apakah evidence yang valid dan mutakhir telah diterapkan

3. Clinical effectiveness
Mengacu pada semua upaya pembuatan pelbagai standar pelayanan yang
berbasis bukti( evidence based) yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Standar pelayanan dapat berupa :

1. Pedoman Pelayanan
2. Clinical Pathways
3. Prosedur
4. Protokol
5. Standing orders
4. Manajemen Risiko (Risk Management)
Merujuk pada upaya guna mengidentifikasi tindakan. prosedur, dan proses
pelayanan yang dapat menyebabkan risiko bagi pasien dengan tujuan untuk
mencegahnya. Aspek ini sama dan sebangun dengan upaya keselamatan pasien
(patient safety).
5. Penelitian dan pengembangan
Merupakan hal yang lazim dan harus dilakukan di semua fasilitas
pelayanan, baik dalam skala besar maupun kecil, yang ideal langsung
bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan.
6. Akuntabilitas
Yakni yang disertai dengan sikap tanggung jawab, elemen ini lebih
merujuk pada kultur dalam proses pelayanan dan harus difasilitasi oleh pihak
manajemen fasilitas pelayanan.
Keenam elemen clinical governance tersebut diatas tidak berdiri terpisah
namun saling mempengaruhi. Audit klinis tidak berdiri sendiri namun berkaitan
dengan elemen-elemen lain, khususnya dengan keselamatan pasien. Perbaikan
elemen lain, sebaliknya kualitas yang buruk pada satu elemen juga dapat
berpengaruh buruk pada elemen lain, sehingga mempengaruhi kinerja
pelayanan secara keseluruhan.
Setiap program memerlukan pemantauan dan evaluasi terus menerus.
Evaluasi yang dilakukan secara formal inilah disebut sebagai audit. Dalam
banyak hal audit dihubungkan dengan evaluasi aspek keuangan (finansial
audit), namun ada pula audit organisasi ( organization audit). Audit yang
dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan disebut audit klinis. Audit klinis
merupakan audit khusus, dengan mengevaluasi kinerja fasilitas secara
sistematis dan membandingkannya dengan standar. Dengan audit klinis dapat
diperoleh gambaran apa yang telah dicapai, apa yang belum tercapai,
bagaimana dapat disusun strategi untuk memperbaikinya, yang semua harus
bermuara pada peningkatan kualitas pelayanan pasien.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan penjelasan tentang konsep audit klinis tenaga kesehatan
b. Tujuan Khusus
1) Menjelaskan tentang proses audit klinis tenaga kesehatan.
2) Menjelaskan tentang rekomendasi hasil audit klinis tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Audit Klinis
2.1.1 Definisi
Audit klinis merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pasien dengan melakukan telaah sistematik untuk menentukan apakah
kegiatan pelayanan yang telah dan sedang dilaksanakan memang sudah
sesuai dengan standar yang disepakati( NHS Executive : 1996). Jadi audit
klinis merujuk pada peningkatan kualitas pelayanan terhadap pasien.
Menurut Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence
(NICE,2002), Audit klinis merupakan bagian integral dari clinical
governance adalah proses peningkatan kualitas yang bertujuan untuk
meningkatkan keselamatan pasien dan hasil peninjauan secara sistematis
terhadap kriteria eksplisit dan pelaksanaan perubahan. Pada dasarnya, audit
klinis digunakan sebagai pedoman apa yang harus dilakukan, dan jika tidak,
sesuatu perbaikan harus dilakukan.
Audit klinis adalah suatu kegiatan berkesinambungan penilaian mutu
pelayanan yang dilakukan para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung
suatu Rumah Sakit untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil
penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan mereka ternyata dibawah
optimal. Pengertian klinis dalam konteks ini meliputi kelompok tenaga
kesehatan.
Audit klinis adalah analisis tentang:
1. Mutu Prosedur / Proses medis, penunjang medis, keperawatan à
dibandingkan dengan Standar Pelayanan / SPO.
2. Efisiensi à diukur dengan Utilization Review (U.R.).
3. Mutu outcome à dinilai dengan bantuan Indikator-
indikator klinis.
Agar audit klinis dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu standar dan
kriteria dari kasus/topik yang akan di audit tersebut.
2.1.2 Tujuan Audit Klinis
Sebuah audit klinis bertujuan untuk memastikan kualitas bahwa kita
sedang melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan.
Audit klinis bertujuan untuk :
1. Secara proaktif mengukur efektivitas dan kinerja tenaga kesehatan
terhadap standar yang telah disepakati
2. Meningkatkan kualitas keselamatan pasien dengan mengidentifikasi
tindakan untuk membuat praktek sesuai dengan standar-standar yang ada
3. Memberikan jaminan kualitas pelayanan kepada pasien dan sistem
kesehatan.
Audit klinis adalah alat yang dapat digunakan untuk menemukan seberapa
baik pelayanan yang tersedia dan untuk mengetahui apakah ada peluang
untuk perbaikan.
Audit klinis dapat digunakan untuk meningkatkan aspek pelayanan dalam
berbagai topik. Ini juga dapat digunakan dalam kaitannya dengan perubahan
penyediaan pelayanan atau mengkonfirmasi bahwa praktek saat memenuhi
tingkat yang diharapkan dari kinerja.
2.1.3 Manfaat audit klinis:
1. Audit klinis menawarkan cara untuk menilai dan meningkatkan
keselamatan pasien, untuk menegakkan standar profesional dan melakukan
hal yang benar.
2. Melalui audit klinis, tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi dan
mengukur area risiko dalam layanan mereka.
3. Kegiatan audit yang teratur membantu untuk menciptakan budaya
perbaikan kualitas dalam pengaturan klinis.
4. Audit klinis merupakan pendidikan bagi peserta audit. Dengan pendekatan
evidence based practice yang terbaru
5. Menawarkan kesempatan untuk meningkatkan kepuasan kerja.
6. Hal ini semakin dianggap sebagai komponen penting dari praktek
profesional.
7. Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas kesehatan.
Audit klinis dapat dilakukan oleh setiap praktisi yang terlibat
dalam pelayanan pasien. Audit klinis terutama pada pengukuran praktek
terhadap standar yang telah disepakati dan menerapkan perubahan untuk
memastikan bahwa semua pasien menerima standar pelayanan yang sama.
Secara umum, auditor klinis melakukan berbagai jenis audit yang
biasanya mencakup: Audit dokumen penting (Files), audit sampel yang
dipilih oleh penyidik (termasuk dokumen penting tertentu), Audit
organisasi, laboratorium dan fasilitas khusus dan pelayanan lain yang
melibatkan tenaga kesehatan yaitu area pelayanan sebagai berikut:
1. Pelayanan Kefarmasian
2. Pelayanan Gizi
3. Pelayanan Fisioterapi
4. Pelayanan Okupasi terapi
5. Pelayanan Terapi wicara
6. Pelayanan Perekam medis dan informasi kesehatan
7. Pelayanan Teknisi kardiovaskuler
8. Pelayanan Teknisi pelayanan darah
9. Pelayanan Refraksionis optisien
10. Pelayanan Teknisi gigi
11. Pelayanan Audiologi
12. Pelayanan Radiologi dan diagnostik imaging
13. Pelayanan Radioterapis
14. Pelayanan Fisioterapis
15. Pelayanan Fisikawan medis radiodiagnostik dan radioterapi
16. Pelayanan Elektromedik
17. Pelayanan Ortotik prostetik
18. Pelayanan Mikrobiolog kesehatan
19. Pelayanan Sanitasi lingkungan

Paling sedikit lima penilaian terhadap upaya kesehatan harus


dipilih dari indikator yang ditetapkan.Indikator yang dipilih terkait
dengan upaya manajemen meliputi :
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk
memenuhi kebutuhan pasien
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan
3. Manajemen risiko
4. Manajemen penggunaan sumber daya
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan kepuasan staf
7. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
Pada elemen penilaian, pimpinan tim menetapkan indikator
kunci untuk setiap area pelayanan yang dipilih paling sedikit 5 dari 11
indikator dengan memperhatikan muatan "ilmu" (science) dan "bukti"
(evidence) untuk mendukung setiap indikator. Penilaian mencakup
struktur, proses dan hasil (outcome), demikian pula cakupan,
metodologi dan frekuensi ditetapkan untuk setiap indikator, kemudian
data penilaian kinerja dikumpulkan dan digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap efektifitas dari peningkatan oleh petugas dengan
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik
2.1.4 Tahapan Audit Klinis
Audit klinis adalah suatu siklus yang diuraikan dalam lima tahap:
Tahap 1: Perencanaan audit
Tahap 2 : Penetapan standar
Tahap 3 : Pengukuran kinerja
Tahap 4 : Membuat Kesimpulan
Tahap 5 : Mempertahankan perbaikan

Setiap tahap siklus audit klinis harus dilakukan untuk memastikan


bahwa audit dilaksanakan secara sistematis dan berhasil dilaksanakan.

Tahap 1. Perencanaan audit


Untuk membuat suatu audit klinis yang sukses dalam
mengindentifikasi bidang keunggulan atau untuk memperbaiki suatu
kekurangan diperlukan suatu perencanaan dan persiapan yang efektif.
Perencanaan dan persiapan audit klinis tergantung dari keadaan
khusus dari masing masing bidang garap audit.
Perencanaan Audit dijelaskan dalam tiga langkah penting yaitu :
1. Melibatkan pemangku kepentingan
Semua pemangku kepentingan terkait harus diberi kesempatan
untuk berkontribusi pada audit klinis. Para pemangku kepentingan
harus terlibat dari awal siklus audit klinis dari pemeriksaan sampai
selesai.
Siapa pun yang terlibat untuk pengadaaan atau menerima
pelayanan dapat dianggap sebagai stakeholder dalam audit klinis.
Oleh karena itu, untuk menentukan siapa yang harus terlibat dalam
menentukan topik dan tujuan dari audit, maka perlu diidentifikasi:
a. Siapa yang terlibat dalam pemberian pelayanan?
Dukungan dari mereka yang terlibat dalam pemberian pelayanadan
komitmen mereka untuk berpartisipasi sangat penting untuk setiap
audit. Tanggung jawab spesifik dari semua pihak yang terlibat harus
diklarifikasi dan disetujui sebelum audit dimulai yaitu setiap orang
harus memahami tujuan dari audit dan peran mereka di dalamnya.
Karena sebagian besar praktek klinis melibatkan tim multi-
profesional, maka audit klinis harus mencakup praktek disiplin klinis
dan manajerial berbeda yang berkontribusi pada bidang topik audit
yang relevan.
Ketika mempersiapkan untuk audit klinis, kesepakatan tentang
kepemimpinan dan kepemilikan audit harus dicapai serta tanggung
jawab atas pengelolaan hasil audit dan rekomendasi. Bila
memungkinkan, semua yang terlibat dalam audit harus mendukung
dan berkomitmen untuk mengubah terhadap sesuatu yang diperlukan
oleh hasil audit dan rekomendasi timbul.
b. Siapa yang menerima, menggunakan atau mendapatkan manfaat
dari pelayanan atau jasa?
Ketika merencanakan setiap audit klinis, tim audit harus
mempertimbangkan manfaat yang mungkin diterima oleh pengguna
jasa dalam proses audit. Sebagai contoh, apakah itu akan bermanfaat
bagi pengguna pelayanan dengan mempertimbangkan pengalaman
mereka menerima pelayanan kesehatan?
Sekali lagi NHS Clinical Governance Support Team (2005)
merekomendasikan bahwa 10% dari semua audit harus memiliki
keterlibatan dengan pengguna layanan yang aktif.
Metode yang digunakan untuk melibatkan pengguna jasa di proses audit
klinis:
1. Mengumpulkan layanan umpan balik pengguna, untuk surat
keluhan.
2. Analisis komentar yang dibuat di forum pengguna layanan.
3. Wawancara dengan pengguna jasa.
4. Survei pengguna layanan.
5. Kelompok fokus.
6. Expert user group.
7. Pemeriksa insiden kritis.
c. Siapa yang memiliki wewenang untuk mendukung pelaksanaan
perubahan yang telah diidentifikasi?
Komitmen terhadap proses audit klinis harus dicari dari orang-
orang dengan wewenang untuk menyetujui Perubahan yang timbul
dari rekomendasi audit, terutama jika mereka memiliki sumber
daya potensial konsekuensi atau implikasi untuk area layanan lain.

2. Tahapan untuk keterlibatan stakeholder


Berbagai kelompok pemangku kepentingan mungkin memiliki
peran yang berbeda dan terlibat dalam tahapan yang berbeda dari audit
klinis. Mereka dapat:
 Berkontribusi dalam membuat keputusan mengenai topik
dan tujuan dari audit klinis.
 Berkontribusi dan atau mengomentari metodologi audit
klinis
 Mengusulkan kriteria audit klinis.
 Membantu penyusunan dan meninjau rencana proyek.
 Memberikan dukungan kepada tim audit klinis.
 Bertindak sebagai sumber data.
 Mengumpulkan data.
 kasus Ulasan yang tidak mencapai tingkat yang diharapkan dari
kinerja (ketika pemangku kepentingan adalah seorang ahli).
 Memberikan penjelasan bagaimana proses terjadi saat ini.
 Berkontribusi dalam analisis hasil audit, termasuk analisis masalah
yang diidentifikasi.
 Membantu dalam identifikasi tindakan untuk wilayah alamat yang
memerlukan perbaikan.
 Sumber Aman dibutuhkan untuk mendukung perubahan.
 Memantau pelaksanaan tindakan yang telah disepakati.
 Berkontribusi analisis temuan pengukuran ulang.

3. Menentukan topik Audit


Ini adalah langkah yang sangat penting yang harus
dipertimbangkan dengan hati-hati. Subyek untuk audit klinis harus
dipilih dengan maksud untuk meningkatkan kualitas atau keselamatan
pelayanan atau penyediaan layanan.
Klasifikasi sistem struktur, proses dan hasil dapat digunakan untuk
fokus pada topik area praktik yang dapat dipilih:
 Struktur : sumber daya yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan, lingkungan pelayanan; Fasilitas yang tersedia, peralatan
yang tersedia dokumentasi kebijakan, prosedur, protokol
 Proses : prosedur dan praktek yang diterapkan oleh staf, pengiriman
dan evaluasi pelayanan, spesifik untuk proses atau layanan
klinis/proses administrasi.
 Output : efek pelayanan yang diterima oleh pengguna jasa sebagai
akibat dari penyediaan layanan kesehatan dan biaya untuk melayani
menyediakan pelayanan yaitu hasil intervensi klinis.
Memprioritaskan kemungkinan topik Audit
Pemilihan topik audit yang membutuhkan pemikiran dan
perencanaan yang matang.Pertanyaan untuk membantu dengan
memprioritaskan topik audit :
1. Apakah topik yang bersangkutan dari biaya tinggi, risiko untuk staf atau
pengguna?
2. Apakah ada bukti yang tersedia untuk menginformasikan standar audit
(misalnya, sistematis ulasan atau pedoman klinis nasional)?
3. Apakah masalahnya terukur terhadap standar yang relevan?
4. Apakah masalah audit kemungkinan untuk meningkatkan hasil
kesehatan serta proses perbaikan?
5. Apakah ada bukti (serius) masalah kualitas (misalnya keluhan pengguna
jasa atau tingkat komplikasi yang tinggi, hasil yang merugikan atau
gejala yang buruk ?
6. Apakah ada sumber terpercaya dari data yang telah tersedia untuk
tujuan pengumpulan data?
7. Dapatkah Data dikumpulkan dalam jangka waktu yang wajar?
8. Apakah masalah yang ada di setujui untuk diubah?
9. Apakah topik berkaitan dengan inisiatif atau prioritas nasional atau
lokal?
10. Berapa banyak ruang lingkup yang ada untuk diperbaiki dan apa
manfaat potensial dari yang melakukan audit ini?

Perencanaan untuk audit lapangan


Memahami maksud dan tujuan dari audit klinis
Tim audit harus memahami tujuan keseluruhan audit mereka untuk
melakukan. penyerahan topik pemeriksaan tanpa tujuan yang jelas akan
memberikan sedikit atau tidak ada peningkatan kualitas dan efektivitasnya.
Mengidentifikasi keterampilan dan orang-orang yang dibutuhkan
untuk melaksanakan audit
Untuk audit klinis untuk menjadi sukses dan mencapai tujuannya,
perlu melibatkan orang yang tepat dengan keterampilan yang tepat dari
awal. Oleh karena itu, identifikasi keterampilan yang dibutuhkan dan
individu memiliki keterampilan ini harus menjadi prioritas.
Tingkat keterampilan yang dibutuhkan untuk audit klinis akan
tergantung pada ukuran audit.
1. Keterampilan kepemimpinan, organisasi dan manajemen.
2. Keterampilan klinis, manajerial dan pelayanan.
3. Keterampilan manajemen proyek.
4. Keterampilan Manajemen perubahan.
5. Keahlian metodologi Audit.
6. Memahami persyaratan perlindungan data.
7. Keterampilan pengumpulan data dan analisis data.
8. Keterampilan memfasilitasi.
9. Keterampilan komunikasi.
10. Keterampilan interpersonal.

Membentuk struktur yang diperlukan


Struktur yang tepat harus di tempat sebelum dimulainya pekerjaan
audit klinis. Tim audit klinis harus menyelesaikan proposal audit klinis.
Hal ini memastikan bahwa semua aspek dari audit klinis yang diusulkan
telah dipertimbangkan dan bahwa audit klinis akan kuat dan berkualitas
tinggi.

Tahap 2 Menentukan standar dan kriteria audit klinis

Ketika topik audit yang telah dipilih, langkah penting berikutnya


adalah untuk meninjau evidence yang tersedia untuk mengidentifikasi
standar dan kriteria audit terhadap yang audit akan dilakukan.
Sumber yang berguna untuk standar meliputi:
 Standar lokal dalam bentuk pedoman berbasis bukti;
 Standar dan pedoman klinis dari program mutu dan keselamatan yang
relevan,
 Standar profesi
Sebuah standar menggambarkan dan mendefinisikan kualitas
pelayanan yang akan dicapai. Setiap standar harus memiliki judul, yang
merangkum kajian standar yang berfokus. Pernyataan standar yang berikut
menjelaskan tingkat kinerja yang akan dicapai. Pernyataan standar
diperluas dalam kriteria bagian menuju, dengan kriteria yang berbeda
memberikan detail dari apa yang perlu dicapai untuk standar dicapai.
Untuk kriteria standar yang valid dan mengarah pada peningkatan
pelayanan, harus konsisten dengan bimbingan SMART:
 Spesifik (laporan eksplisit, tidak terbuka untuk interpretasi).
 Measurable (dapat diukur)
 Achievable (dari tingkat kinerja yang dapat diterima setuju dengan
pemangku kepentingan).
 Relevan (terkait dengan aspek penting pelayanan).
 Secara teoritis suara atau tepat waktu (berbasis bukti).

Kriteria dapat diklasifikasikan sebagai:


Struktur kriteria : (Apa yang dibutuhkan), mengacu pada sumber-
sumber yang diperlukan untuk memberikan pelayanan termasuk jumlah
staf dan keterampilan yang dimiliki, pengetahuan, keterampilan dan sikap,
bahan dan obat-obatan, peralatan dan ruangan.
Proses kriteria : (Apa yang dilakukan), mengacu pada tindakan dan
keputusan yang diambil oleh profesional kesehatan bersama-sama dengan
pengguna dan mencakup komunikasi, penilaian dan intervensi terapi lain.
Pentingnya kriteria proses ditentukan oleh sejauh mana proses kualitas
mempengaruhi pelayanan.

Outcome kriteria :
Apa yang diharapkan terjadi sebagai akibatny, mengacu pada
perkiraan hasil pelayanan. Pengukuran hasil pelayanan dipandang sebagai
ukuran yang paling tepat dan efektif.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam rangka untuk memastikan bahwa sampel audit merupakan
perwakilan dari populasi sasaran dan untuk mengumpulkan data yang
sesuai dengan tujuan, perlu untuk menentukan informasi apa harus
dikumpulkan dan informasi apa yang tidak harus dikumpulkan.

Tahap 3 Pengukuran kinerja


Tahap ini dapat dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Pengumpulan data
Penting bahwa data yang dikumpulkan dalam perjalanan setiap
audit klinis adalah tepat dan berkaitan dengan audit yang dilakukan. Untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan tepat, ada beberapa rincian
yang perlu dibentuk di awal.
 Kelompok pengguna untuk dimasukkan dengan kriteria inklusi /
eksklusi yang ditetapkan.
 Persetujuan yang diperlukan untuk mengakses informasi kelompok
pengguna.
 Para profesional kesehatan yang terlibat dalam an pengguna jasa.
 Periode waktu yang lebih dari kriteria berlaku.
 Analisis yang akan dilakukan.

Perencanaan pengumpulan data


Sebelum pengumpulan data dimulai, pendekatan terstruktur harus
mengidentifikasi data yang relevan dan untuk menjaga proses
pengumpulan data yang efisien, efektif dan akurat.

Jenis data
Jenis data yang dibutuhkan tergantung pada pertanyaan dan tujuan
audit. Tujuannya pengumpulan data adalah untuk memungkinkan
perbandingan praktek dengan standar audit yang telah ditentukan. Oleh
karena itu jenis data yang dikumpulkan harus memfasilitasi
perbandingan ini.
Sumber data
Sumber data untuk audit harus ditentukan dan disetujui oleh tim
audit. Bila memungkinkan, secara rutin data mentah yang telah
dikumpulkan dari sumber yang ada harus digunakan untuk tujuan audit
klinis menghindari duplikasi informasi dan kerja yang berulang.
Alat pengumpul data
Prinsip-prinsip berikut harus diterapkan ketika alat pengumpulan
data sedang dikembangkan (misalnya, formulir pengumpulan data atau
kuesioner):
1. Data yang dikumpulkan harus relevan dengan tujuan dan kriteria untuk
audit dan tingkat kinerja yang diharapkan.
2. Akronim, jargon dan istilah teknis harus dihindari.
3. Definisi istilah yang digunakan harus dimasukkan.
4. Pertanyaan harus berkesinambungan
5. Pertanyaan tertutup harus digunakan, ini harus jelas dan tidak mengandung
akan ambiguitas.
6. Batasi penggunaan kalimat bebas atau pertanyaan terbuka untuk audit
klinis dengan metode kualitatif karena unsur-unsur dengan kalimat bebas
sulit untuk pengkoden dan analisis akan memakan waktu.
7. Filter harus digunakan untuk membuat proses penyelesaian menjadi cepat
dan efisien, misalnya, 'jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan empat'.
8. Item data harus disajikan dalam urutan logis

Strategi pengumpulan data


Strategi pengumpulan data harus diputuskan setelah pertimbangan
topik Audit dan tujuan ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi pemilihan
strategi pengumpulan data untuk audit klinis meliputi:
1. Kelayakan dalam hal sumber daya dan kerangka waktu untuk
melaksanakan pengumpulan data.
2. Bagaimana strategi pengumpulan data yang paling mungkin untuk
menghasilkan data yang lengkap dan terpercaya?
Pengumpulan data retrospektif
Data retrospektif dikumpulkan setelah selesai an kepada pengguna
jasa. Keuntungannya meliputi:
1. Data sudah ada dan dapat dikumpulkan dengan cepat.
2. Kemungkinan mengidentifikasi semua pertemuan pengguna jasa.

Dengan kriteria inklusi yang dapat ditingkatkan; Namun, ini


tergantung pada kemampuan untuk mengidentifikasi layanan yang relevan
dari pengguna jasa melalui coding. Namun data tersebut dapat dengan
cepat menjadi usang dan data yang tersedia mungkin tidak lengkap dan
akurat.
Menentukan populasi atau sampel
Dalam rangka untuk memutuskan suatu populasi atau sampel,
pertama-tama perlu untuk menentukan populasi target. Suatu populasi
dapat didefinisikan sebagai semua pengguna jasa, peristiwa, kasus, situasi
atau item yang akan diaudit
Sampel adalah bagian yang mewakili dari populasi.
Yang harus dipertimbangkan untuk populasi dan sampel dalam audit
klinis:
1.Kriteria inklusi/eksklusi di audit (untuk mengidentifikasi populasi yang
relevan).

2. Interval waktu misalnya, tahun sebelumnya, tiga bulan ke depan adalah


periode waktu dari mana kasus ditarik sesuai untuk tujuan audit?
3. Ukuran dari populasi.
4. Sumber daya apa yang tersedia untuk audit?
5. Apakah pengambilan sampel atau populasi yang paling tepat?
6. Metode apa pemilihan sampel yang digunakan?

Metode pemilihan sampel


Metode pengambilan sampel paling banyak yang dapat digunakan adalah
random sampling dan convenience sampling.
Besaran sampel
Bagi banyak topik audit, data dengan jumlah kecil cukup untuk keperluan
audit; Namun, jika isu yang sedang diaudit maka ukuran sampel yang
lebih besar mungkin diperlukan.
1. Ukuran sampel harus cukup untuk menghasilkan hasil yang berarti.
2. Bila perlu sampel harus memungkinkan untuk penyesuaian untuk
berbagai kasus.
3. Audit klinis harus menggunakan set data yang sudah ada jika
memungkinkan

Langkah 2: Analisis data


Pengumpulan data hanya bagian dari proses pengukuran kinerja,
untuk membandingkan praktek yang sebenarnya dan kinerja terhadap
standar yang telah disepakati, data audit klinis harus dikumpulkan dan
dianalisis. Tujuan dasar dari analisis data adalah untuk mengkonversi
kumpulan fakta (data) menjadi informasi yang berguna dalam rangka
mengidentifikasi tingkat kesesuaian dengan standar yang disepakati.
Pengumpulan data audit klinis
Pengumpulan data melibatkan pengumpulan bersama-sama dari
semua data yang dikumpulkan selama periode audit. Ini akan dilakukan
secara manual atau elektronik untuk interpretasi.
Coding data
Penggunaan lembar data coding atau manual coding mungkin
membantu jika data akan dimasukkan ke sebuah spreadsheet atau database
untuk dianalisis.
Organisasi data
Setelah data dikumpulkan, perlu perlu dipersiapkan tabel data
untuk pengelompokan data.
Memeriksa data
Memeriksa data yang tidak konsisten atau data yang hilang harus
ditinjau sebagai kesalahan dalam pengumpulan data. Mungkin diperlukan
untuk memeriksa kembali ke catatan asli untuk mengidentifikasi
kesalahan.
Jenis analisis data
Tujuan utama dari analisis data adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ditimbulkan oleh tujuan audit. Hal ini sering
diperlukan untuk melakukan perhitungan dasar pada data mentah yang
dikumpulkan untuk mendapatkan hasil. Jenis analisis data tergantung pada
jenis informasi yang dikumpulkan. Hal ini dapat berkisar dari rata-rata
sederhana dan persentase untuk teknik statistik yang canggih.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat digunakan untuk menggambarkan data
kuantitatif (numerik). Statistik deskriptif yang berguna mencakup
informasi tentang distribusi data, mean atau rata-rata, median, modus dan
ukuran dispersi yaitu jangkauan dan standar penyimpangan.
Menampilkan data
Untuk memudahkan penarikan kesimpulan dari data yang
dianalisis, data harus ditampilkan dalam bentuk yang sederhana, cara yang
paling jelas dan paling efektif. Ada banyak cara menampilkan data,
melalui membandingkan data dari satu daerah terhadap data yang dari
daerah lain untuk membandingkan hasil terhadap tingkat yang diharapkan
dari kinerja atau audit saat ini hasil terhadap hasil audit sebelumnya.

Langkah 3: Menggambar kesimpulan


Harus ada pemahaman yang jelas tentang alasan mengapa tingkat
kinerja tidak tercapai untuk memungkinkan pengembangan solusi yang
tepat dan efektif. Ada sejumlah cara yang dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi analisis akar penyebab, termasuk pemetaan proses, 'lima
sebab-musabab dan sebab dan akibat diagram (fishbone diagram).
Pemetaan proses
Ini melibatkan pemetaan setiap langkah dari proses dalam urutan
sehingga area untuk perbaikan dapat diidentifikasi. Peta proses merupakan
cara yang efektif untuk mengidentifikasi kendala dan langkah-langkah
proses yang tidak efektif atau tidak perlu.
Lima sebab musabab
Melibatkan berulang kali mengajukan pertanyaan 'mengapa?'
Untuk menelusuri lebih lanjut ke dalam masalah yang muncul. Sehingga
diketahui penyebab lebih mendalam alasan atau penyebab timbulnya
masalah.
Sebab dan akibat (fishbone) diagram
Ini adalah alat pemecahan masalah grafis yang dapat digunakan
untuk mengeksplorasi dan menampilkan kemungkinan penyebab efek atau
masalah. Hal ini dapat digunakan untuk struktur sesi curah pendapat
karena dapat membantu untuk menyortir ide-ide ke dalam berbagai
kategori yang berguna

Langkah 4: Presentasi hasil


Ada berbagai metode untuk presentasi hasil audit klinis termasuk:
1. Presentasi visual, misalnya, poster yang berguna untuk mencapai sebanyak
mungkin pemangku kepentingan dan pengguna jasa. Data juga dapat
disajikan visual menggunakan tabel, diagram dan grafik dengan cara
tertulis dan presentasi lisan (misalnya, melalui penggunaan perangkat
lunak presentasi seperti Microsoft PowerPoint).
2. Laporan tertulis untuk diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan,
direktorat atau komite pemerintahan.
3. Presentasi verbal pada pertemuan yang relevan.

Tahap 4 – Mengimplementasikan perbaikan


Tujuan melakukan audit klinis untuk menilai sejauh mana layanan
klinis yang ditawarkan sesuai dengan standar evidence base. Hasil audit
klinis dapat menunjukkan area yang sangat baik dan area yang
memerlukan perbaikan. Untuk hasil audit tersebut harus ada pernyataan
eksplisit mengatakan tindakan lebih lanjut yang diperlukan dalam
ringkasan laporan audit dan dasar pemikiran mengapa re-audit tidak
diperlukan.
Tahap ini adalah siklus audit yang merupakan salah satu yang
penting dan sering yang paling sulit. Setelah menganalisis data, tim audit
perlu memutuskan apakah perubahan harus dilaksanakan. Apapun
perubahan hasil audit, sangat penting bahwa perubahan tersebut di
sosialisasikan terlebih dahulu sebelum digunakan. Rencana rinci kegiatan
harus dibuat oleh siapa, kapan, apa dan bagaimana perubahan harus
dilaksanakan. Semua anggota tim harus diberitahu tentang usulan
perubahan dan seseorang harus mengambil peran sebagai pemimpin dalam
mengawasi bahwa perubahan terjadi.
Rencana peningkatan kualitas
Rencana peningkatan kualitas dapat dikembangkan untuk
mengatasi daerah-daerah yang membutuhkan perbaikan. Sangat penting
bahwa perbaikan atau tindakan yang dibuat dalam rencana peningkatan
kualitas berhubungan dengan prioritas masalah atau target dan penyedia
layanan sendiri serta sumber daya yang tersedia. Rencana peningkatan
kualitas juga harus diintegrasikan ke dalam manajemen sistem penyedia
layanan yang ada untuk memantau pelaksanaan tindakana. Rencana
peningkatan kualitas harus jelas waktu pelaksanaanya. Tanggung jawab
untuk melaksanakan tugas atau tindakan harus jelas dialokasikan untuk
staf yang membawa wewenang yang diperlukan untuk mempengaruhi
perubahan tersebut. Kadang-kadang rencana peningkatan kualitas dan
tindakan yang terkait atau tugas berada di luar ruang lingkup atau domain
individu. dalam kasus ini, dukungan dari layanan mendasar bagi
keberhasilan audit.

Menulis rencana peningkatan kualitas


Menetapkan area yang akan diperbaiki dan menyetujui masalah

prioritas untuk layanan dalam kurun waktu tertentu → mempertimbangkan


intervensi yang akan diterapkan untuk meningkatan kualitas sehingga
mendorong perbaikan terus-menerus → mengembangkan rencana
peningkatan kualitas dengan para pemangku kepentingan dengan

menyertakan intervensi yang tepat → rencana untuk peningkatan kualitas

dilaksanakan sehingga kegiatan dan target dapat direalisasikan →


mengidentifikasi orang yang bertanggung jawab dan menetapkan jadwal
waktu untuk menyelesaikan setiap tindakan untuk perbaikan dengan

rincian bagaimana dan kapan kemajuan akan dapat diukur →


mempertimbangkan dampak dari perubahan pada pengguna an dan

pelayanan klinis → memastikan intervensi yang akan dilakukan

dibutuhkan untuk untuk peningkatan kualitas dan tugas perbaikan →


menetapkan sumber daya tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan
perubahan dan komunikasi degan jalur yang tepat.

Tahap 5 - Mempertahankan perbaikan


Ketika rencana peningkatan kualitas telah ada, pemantauan harus
dilakukan untuk memastikan rencana diimplementasikan sebagaimana
telah disepakati dan dalam jangka waktu yang disepakati. Seorang manajer
untuk bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengimplementasikan
rencana peningkatan kualitas dan juga untuk pengiriman rencana
peningkatan mutu dan kualitas mempertahankan perbaikan. Sebuah
laporan ringkasan kemajuan harus dibuat dan diserahkan secara berkala.
Komite pemerintahan bertanggung jawab untuk memantau dan
melaporkan kemajuan pelaksanaan melalui struktur pelaporan. Kemajuan
apapun terhadap rencana peningkatan kualitas yang terkait dengan audit
harus secara resmi dinilai secara berkala dan tindakan yang tepat yang
akan diambil harus ditentukan. Ketika suatu rencana belum dilaksanakan,
audit ulang dianjurkan untuk dilakukan untuk memastikan memastikan
apakah audit lebih lanjut diperlukan dalam jangka pendek.
Indikator kinerja
Indikator kinerja dapat digunakan untuk memonitor perbaikan
sebagai hasil dari peningkatan kualitas suatu kegiatan. Dengan
menggunakan warna merah, kuning dan hijau dapat digunakan untuk
memonitor status implementasi. Sistem ini juga dapat digunakan untuk
mengukur dampak perubahan pada praktek yang dilaksanakan.

Mengevaluasi kualitas audit


Disarankan bahwa kualitas program audit dievaluasi sebagai
bagian dari kualitas yang lebih luas dan agenda manajemen risiko.
Penyedia layanan harus menilai struktur mereka, proses, hasil dan sumber
daya untuk kegiatan audit.
Diseminasi dan merayakan keberhasilan
Penyelesaian siklus audit yang biasanya akan menghasilkan
perbaikan dalam praktek. Hal ini harus dikomunikasikan kepada semua
pemangku kepentingan. Audit sukses dalam satu layanan mungkin
dialihkan ke bagian lain dari layanan. Audit yang telah selesai harus
dibagiakn ke departemen lainnya, juga ke bagian internal dari departemen.

Ingatlah untuk menutup siklus audit dengan re-audit


Audit adalah siklus terus-menerus. Jika suatu audit awal ditemukan
bahwa tingkat kinerja yang diinginkan tidak tercapai dan program kegiatan
perubahan telah dan dilaksanakan; maka audit harus diulang untuk
menunjukkan apakah perubahan diimplementasikan telah meningkatkan
mutu an atau apakah perubahan lebih lanjut diperlukan. Siklus ini diulang
sampai tingkat kinerja yang diharapkan tercapai
BAB III
KESIMPULAN

Dalam pengembangan mutu Rumah Sakit terkait dengan indikator pemenuhan


standar pelayanan telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia berdasarkan ISO 9001:2008 yang merupakan standar internasional
untuk sistem manajemen kualitas pelayanan rumah sakit yang bertujuan untuk
menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan
yang dispesifikasikan oleh pelanggan dan Rumah Sakit. Selain itu perlunya Good
Corporate Governance sebagai pengatur aspek institusional dan aspek bisnis
dalam menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan degan memperhatikan
transparansi dan akuntabilitas untuk manajement yang efektif dan efisien. Selain
itu fungsi Clinical Governance merupakan kerangka kerja organisasi pelayanan
kesehatan yang bertanggung jawab atas peningkatan mutu secara
berkesinambungan dengan tetap menjaga standar pelayanan tertinggi dengan
menciptakan lingkungan yang kondusif. Perencanaan mutu dan pelaksanaan
pelayanan tenaga kesehatan yang telah direncanakan tersebut akan selalu diawasi
dan dijaga melalui mekanisme audit melalui beberapa tahapan dan proses yang
saling berkesinambungan sehingga diperoleh kualitas pelayanan tenaga kesehatan
dilapangan yang bermutu dari mulai input, proses, maupun output.

You might also like