You are on page 1of 13

LAPARATOMI

Pengertian
Pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut .
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah  4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.

Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).

PERAWATAN PRE OPERATIF


PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
 Umur
 Alergi terhadap obat, makanan
 Pengalaman pembedahan
 Pengalaman anestesi
 Tembakau, alcohol, obat-obatan
 Lingkungan
 Kemampuan self care
 Support system

PEMERIKSAAN FISIK

 Pengkajian dasar preop dilakukan untuk :


 Menentukan data dasar
 Masalah pengobatan yang tersembunyi
 Potensial komplikasi berhubungan dengan anestesi
 Potensial komplikasi post op.

Fokus : Riwayat dan sistem tubuh yang mempengaruhi prosedur


pembedahan.

System kardiovaskuler
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi
pembedahan dan anestesi.
Perubahan jantung  39 % kematian perioperatif.

Sistem pernapasan
Lansia, smoker, PPOM  resiko atelektasis, kolap jaringan paru.
 Mencegah pertukaran oksigen/CO2
 Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.

1
 Regiditas cavum thoraks dan menurunnya ekspansi paru  efisiensi
ekskresi paru terhadap anestesi menurun.

Renal system
Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi
Skopolamin, morphin  konfusi disorientasi

Neuorologi system :
Kemampuan ambulasi, dan reflek, serta aktivitas lainya.

Muskulussceletal
Deformitas  mempengaruhi posisi intra dan post-operasi
Artritis  menerima posisi  nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi
Kekuatan, tonus otot.

Status Nutrisi
Malnutrisi, obesitas  resiko tinggi pembedahan
Vit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.
Obesitas  wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggi

Psikososial asesment
Tujuan : menentukan kemampuan coping
Informasi
Support

Laboratorium
Analisis:
1. Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op
2. Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op

Pengetahuan kurang ( knowledge defisite )


Tujuan : Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op
Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op

Intervensi
Fokus : Edukasi pre-operasi
Informasi : Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation,
post-op exersice.

Informed Consent :
- alasan pembedahan
- pilhan dan resikonya
- resiko pembedahan
- resiko anestesi

Pembatasan diit  NPO (nothing per oral ) 6 – 8 jam sebelum


pembedahan GI (gastro intestinal ) preparasi :
- mencegah perlukaan colon
- melihat jelas area
- mengurangi bacteri intestinal

Skin preparasi
Tube, drain, Intra Venous line
Post – op exercise :

2
- diaphragmatic breating
- incestive spirometri
- cougling and spinting the surgical wound
- turning and leg exercise

Kecemasan :
Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat
Intervensi :
- preoperatip teaching
- comunikatip
- rest.

INTERVENSI KLIEN INTRA OPERATIF

Anggota tim pembedahan


Tim pembedahan terdiri dari :
 Ahli bedah
 Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli
bedah yang sudah melakukan operasi.
 Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter,
risiden, atau perawat, di bawah petunjuk ahli bedah. Asisten
memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
 Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.
 Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-
obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama
pembedahan.
 Circulating Nurse
 Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Tugas :
 Set up ruangan operasi
 Menjaga kebutuhan alat
 Check up keamanan dan fungsi semua peralatan sebelum
pembedahan
 Posisi klien dan kebersihan daerah operasi sebelum
drapping.
 Memenuhi kebutuhan klien, memberi dukungan mental,
orientasi klien.

Selama pembedahan :
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membenatu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.

 Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab


menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril dan
instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi
fisiologi dan prosedur pembedahan memudahkan antisipasi
instrumen apa yang dibutuhkan.

Penyiapan kamar dan team pembedahan.


Keamanan klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja
operasi. Dua factor penting yang berhubungan dengan keamanan kamar
pembedahan : lay out kamar operasi dan pencegahan infeksi.

3
1). Lay Out pembedahan.
Ruang harus terletak diluar gedung RS dan bersebelahan dengan RR dan
pelayanan pendukung (bank darah, bagian pathologi dan radiology, dan
bagian logistik).
Alur lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan
antara hal yang bersih dan terkontaminasi  design (protektif, bersih,
steril dan kotor).
Besar ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.
Umumnya :
 Kamar terima
 Ruang untuk peralatan bersih dan kotor.
 Ruang linen bersih.
 Ruang ganti
 Ruang umum untuk pembersihan dan sterilisasi alat.
 Scrub area.
Ruang operasi terdiri dari :
 Stretcher atau meja operasi.
 Lampu operasi.
 Anesthesia station.
 Meja dan standar instrumen.
 Peralatan suction.
 System komunikasi.

2). Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.


Sumber utama kontaminasi bakteri  team pembedahan yang hygiene 
dan kesehatan  ( kulit, rambut, saluran pernafasan).

Pencegahan kontaminasi :
 Cuci tangan.
 Handscoen.
 Mandi.
 Perhiasan (-) cincin, jam tangan, gelang.

3). Pakaian bedah.


Terdiri : Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.
Tujuan: Menurunkan kontaminasi.

4). Surgical Scrub.


Cuci tangan pembedahan dilakukan oleh :
 Ahli Bedah
 Semua asisten
 Scrub nurse.
 sebelum menggunakan sarung tangan dan gaun steril.

Alat-alat:
 Sikat cucin tangan reuable / disposible.
 Anti microbial : betadine.
 Pembersih / pemotong kuku.
 Waktu : 5 – 10 menit  dikeringkan dengan handuk steril.

Anasthesia.

Anasthesia (Bahasa Yunani)  Negatif Sensation.

4
Anasthesia menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau
total, dengan atau tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan: Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks,
meningkatkan relaksasi otot.
Pemilihan anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi
dengan ahli bedah dan factor klien.

Type anasthesia:
Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang
digunakan dan efek terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.

1. Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi
impulse saraf otak.
Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.

Stadium Anesthesia.
- Stadium I : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara
bertahab.
- Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai
dengan pernafasan yang iregulair dan pergerakan
anggota badan tidak teratur.
- Stadium III : Ansethesi pembedahan..
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur,
penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.
- Stadium IV : Bahaya.
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.

Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal

Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi
secara primer oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :
Gas: Nitrous Axida ( N20).
Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau.
Non iritasi dengan masa induksi dan pemulihan yang cepat.
Jenis yang biasa dipakai;
a. Folatile:
b. Halotan :
c. Ethrane.
d. Penthrane.
e. Forane.

Anesthesi Injeksi IV.


Memberikan perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara
pelan. Jenis opbat yamng biasa dipakai;
 Barbiturat.
 Narcotik:
 Inovar
 Ketamine
 Neuromusculer Brochler.

5
Anestesi Local Atau Regional
Anestesi local atau regional secara sementara memutus transmisi
impuls saraf menuju dan dari lokasi khusus.

Teknik pemberian.
Anestesi Topikal
Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi
Bentuk: Salep atau spray.

Lokal Anestesi
Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka
atau lesi.

Field Block
Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi
( hernioraphy , dental prosedur ,bedah plstik )

Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang
mempesarafi daerah yang dioperasi. Block saraf memutus transmisi
sensasi, motor, sympatis.

Spinal Anestesi / Intra Techal


Dicapai dengan injecsi obat anestesi ke dalam ruang sub orachonoid.
Pada L 2 – 3 atau L 3 – 4.

PENGKAJIAN :
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:
- Memvalidasi identitas klien.
- Memvalidasi inform concent.

Chart Review.
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah
operasi.

Perawat menanyakan.:
- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi
darah.
- Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
- Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
-  Kateterisasi.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra
operatif dan bahaya lain dari lingkungan intra operatif.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan anesthesia
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan
cairan tubuh selama pembedahan.

6
PERENCANAAN
Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif
dan bahaya lain dari lingkungan intra operatif.
Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman
selama pembedahan dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.

INTERVENSI:
- Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.
- Positioning  posisi yang tepat.
Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss,
perubahan sirkulasi yang minimal, proteksi struktur tulang dan
neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara anesthesia,
keamanan dan keselamatan klien.
- Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli
tidak menekan tubuh.
- Chek hati-hati alat / electrosurgical  mencegah luka bakar.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.


Tujuan: Klien akan mengalami gangguan integritas kulit yang dan
kontaminasi yang minimal.

Intervensi:
- Plastic adhesive drape setelah daerah pembedahan dibersihkan dan
kering.
- Penutupan kulit:
- Tujuan:
- Menutup lumen pembuluh darah.
- Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.
- Mencegah kontaminasi luka.

Dua factor yang menentukan kekuatan penutupan luka :


- Materi jahitan.
Ahli bedah akan memilih metode dan type penutupan kulit
berdasarkan letak incisi, ukuran dan kedalaman luka, usia dan
riwayat medik klien.
- Staples dan plester digunakan untuk menutup luka superfisialis
atau epidermis.
Benang jahit : Absorbable dan non absorbable.
Ukuran benang : 0.-5, 2 – 0 –11- 0.

INTERVENSI KLIEN POST OPERASI.


PENGKAJIAN;
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien,
perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien,
status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.

Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik

System Pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
- Potency jalan nafas,  meletakan tangan di atas mulut atau
hidung.
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10
X / menit  depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal  gangguan
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

7
- Auscultasi paru  keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu
pernafasan diafragma, retraksi sternal  efek anathesi yang
berlebihan, obstruksi.
Thorax Drain.

Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit
(4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung  depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.
Nadi meningkat  shock, nyeri, hypothermia.
Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran
ektremitas).
Homan’s saign  trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema,
kemerahan, nyeri).

Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
- Ukur cairan  NG tube, out put urine, drainage luka.
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

Sistem Persyarafan.
- Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran  semua klien dengan
anesthesia umum.
- Klien dengan bedah kepala leher :  respon pupil, kekuatan otot,
koordinasi. Anesthesia umum  depresi fungsi motor.

Sistem Perkemihan.
- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi  retensio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah
(distensi buli-buli).
- Dower catheter  kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml /
jam  komplikasi ginjal.

Sistem Gastrointestinal.
- Mual muntah  40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama
dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat
meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO
meningkat.
- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
- Kaji paralitic ileus  suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif
dengan decompresi dan drainase lambung.
 Meningkatkan istirahat.
 Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
 Memonitor perdarahan.
 Mencegah obstruksi usus.
 Irigasi atau pemberian obat.

8
Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.
- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
 Infeksi luka.
 Diostensi dari udema / palitik ileus.
 Tekanan pada daerah luka.
 Dehiscence.
 Eviscerasi.

Drain dan Balutan


Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR,
(Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal observasi), dan
minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra
operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah
pemberian analgetika.

Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan
manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan
darah lengkap.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa
anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan,
drain dan drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama
pembedahan.
4. Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan effect anesthesia,
sedasi, analgesi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
intra dan post operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan skresi.
7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) berhubungan dengan obat
anesthesia dan immobilisasi.

PERENCANAAN
1. Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan
yang adekuat.
Intervensi :
- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
- Insersi mayo  mencegah obstruksi, melakukan suction.
- Pemberian aksigen
- Endotracheal tube/mayo dilepas  refleks gag kembali

9
- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam.
Khususnya 72 jam pertama (potensial komplikasi :atelektasis,
pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.
- Suction.

2. Gangguan integritas kulit


Tujuan :
- luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.

Penyebab luka infeksi :


- kontaminasi selama pembedahan
- infeksi preoperative
- teknik aseptic yang terputus
- status klien yang jelek.
Intervensi :
- Terapi obat :
 antibiotik profilaksis spectrum luas (24 – 72 jam
post op)
 perawatan luka dengan gaas antibiotik.
- Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup dengan
balutan dibuka 3-6 hari.
- Drain :
 evakuasi cairan dan udara
 mencegah luka infeksi yang dalam dan
pembentukan abses pada luka bedah.

3. Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka
bedah dan posisi selama operasi.
Intervensi :
- Terapi obat :
 Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik  nyeri akut
(meperidin hydroclorida, morphine sulphate, codein sulphate,
dan lain-lain.)
 Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.
 Pada pembedahan yang luas  kontrol nyeri  iv pump.
 Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi
napas, hyotensi, mual, muntah  komplikasi narkotik).

Metode pangendalian nyeri yang lain :


1. positioning
2. perubahan posisi tiap 2 jam
3. masase

EVALUASI :
Kriteria hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :
1. Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang
ditandai suara napas jernih.
2. Mengikuti diet TKTP
3. menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatan balutan dan drain.
4. Penyembuhan komplit tanpa komplikasi
5. Mengungkapkan nyeri hilang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

10
Dr. Sutisna Himawan (editor). Kumpulan Kuliah Patologi. FKUI

Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB.


Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987,
Edisi II.

TINJAUAN KASUS.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Y” DENGAN LAPARATOMI
DI OK GBPT RSUD DR SOETOMO SURABAYA.

Nama pasien : An Y.
Umur : 13 tahun.
Agama : Islam
Suku / bangsa :Jawa / Imdonesia
Pekerjaan : Pelajar SLTP.
Dagnosa medis : Tumor Ovarium.
Jenis Operasi : Laparatomi.
No Regester : 10148754.
Dikaji tanggal / jam : 16 April 2002, / 08.00.
Nama Mahasiswa : Siswanto ( PSIK FK Unair, angkatan III )
NIM : 010030199-B.

Alasan di rawat :Untuk mengelurakan / mengambil massa yang ada di dalam


perut, sehubungan dengan pembesaran pada perut, adanya ascites dan
sesak nafas.
Keluhahan yang dirasakan sebelumnya: Pasien merasakan perutnya
membesar sejak 1,5 bulan yang lalu, perut terasa sebah dan sesak nafas.
Anak tidak memakai alat bantu apapun pada semua indranya.
Keadaan umum Pasien :Anak tampak kurus dan lemah, dalam usia 13 tahun
berat badan 36 kg.
Viyal Sign:
Tekanan darah : 100 / 60 mmHg, dilengan kiri.
Nadi : 92 X menit , teratur.
Respirasi : 24 X / menit , sesak nafas / ascites.
Suhu : 36, 5 o C, di axilla.
Pernafasan lewat hidung, tampak adanya retraksi dada, bentuk dada
simetris, tidak ditemukan adanya kelaian suara nafas, wheesing, Rales, dll.
Cardio vaskuler / sirkulasi Tidak diketemukan kelainan, seperti nyeri dada,
suara jantung normal, Oedema diketemukan di perut ( bukan dari
cardiovasculair).
Persyarafan : keadaan pasien composmentis. GCS “ 4 – 5 – 6 “ totalnya : 15.
Keadaan sclera : putih, Conjunctiva sedikit anemis.
Sistem perkemihan: Pasien dapat kencing spontan, warna kekuningan bau
khas.
Sistem Gasro intestinal: Bibir / mulut kering, Abdomen membesdar, bising
usus (+) dan menurun, terlihat vena membayang dididnding perut. Pasien
puasa sejak jam 22.00 BBWI.
Tulang dan otot : pergerakan bebas/ biasa, ektremitas atas dan bawah kecil/
kurus, tidak ditekemukan kelaianan, turgor jelek, tonus otot lembek ( sukar
dideteksi)

11
Sistem Edokrin. Tidak ditemukan riwayat Diabetus myeletus dan riawayat
hypertensi. Anak belum pernah menstruasi, buah dada belum terbentuk /
datar.
Sosial / interaksi. Anak komunikatif dengan perawat, mengadakan ontak
mata, anak ditungguni orang tua diluar.
Spiritual : anak beragama Islam, percaya akan bantuan tuhan, dalam proses
penyembuhannya.
Pemeriksaan Laboratorium :
BUN :5 Albumin : 2, 87.
Craeatin : 0,6 RFT : 11,6 / 11,6
Leukosist : 7.000 Hb : 13,7
Trombosit : 597.000 PCV : 42,8
SGOT : 23 SGP : 77
SGPT : 21. 2 JPP : 118.

Asuhan Keperawatan selama di kamar operasi dan di RR.

Prae operasi :
S : Mengatakan siap operasi, sakit, jangan ditusuk (infuus).
O : Pandangan menerawang, menangis.
A : Cemas sehubungan dengan pembedahan.
P :  Jelakan prosedur pembedahan yang kan dilakukan, tidak akan terasa
sakit, rasa sakit diluka akan terasa setelah selesai operasi.
 Meminta pasien selalu istiqfar, meyebut nama Allah.
 Memberikan uspan (touch0) ketangan anak.
 Menutup / menghalangi pandangan anak saat dilakukan infuus.
 Memberikan komunikasi terapeutik.

Durante operasi:
S: -.
O :  Incisi / pembukaan perut.perdarahan suction / perut 6.500 ml.
 Intake oral (-) / puasa.
A : Gangguan keseimbangan cairan.
P :  Lanjutkan pemberian cairan RL, untuk dua slang / tangan kanan dan
kiri.
 Kolaborasi pemberian darah tranfusi 2 kolf.
 Observasi Vital sain: Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
 Palapasi daerahakral pasien.
 Awasi jumlah cairan yang keluar ( drain / suction ), dan yang masuk
(infuus).
 Observasi membran mukosa.

-
S:
Terpasang plat, untuk cauter/ ches.
O:
Resiko cidera / luka bakar sehubungan dengan pemasangan plat.
A:
P :  Pasang plat dengan benar dan tepat, di bawah paha / tempat yang
cukup ototnya.
 Awasi posisi / ketetapatan posisi plat.
 Awasi jangan sampai basah.
 Pengaturan posisi dan fiksasi yang benar.
 Pemberian pbat anastesi yang tepat.

S; -.

12
O : Pembukan perut.
A : Penggunaan bermacam instrumen dan alat lainya ( Kassa).
P :  Resiko terjadinya koprpus alienum.
 Hiting dengan benar jumlah semua kebutuhan dan instrumen yang
digunakan dalam pembedahan.
 Awasi selalu proses pembedahan dan penggunaan alatnya.
 Koreksi dengan teliti pengambilan / pengembalian alat yang telah
digunakan selama proses pembedahan.
 Cek kembali alat / instrumen dengan teliti setelah selesai
pembedadan.

Post operasi :
S : -.
O : Kesadaran menurun / belum pulih.
A : Resiko inefektif jalan nafas sehubungan dengan reflek menelan, batuk,
dan lidah yang tidak terkontrol.
P :  Berikan posisi ekstensi.
 Insersi mayo / gudel untuk mencegah obstruksi / untuk suction kalau
perlu.
 Berikan oksigen kalau perlu.
 Mayo dilepas setelah refleks gag kembali.
 Ajarkan nafas dalam dan batuk efektif setelah sadar.
S : Mengeluh sakit, perih.
O :  Luka incisi, jahitan (+)
 Drain (+) (+).
A :
Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) sehubungan dengan adanya luka incisi.
 Kaji lokasi, type dan derajat nyeri.
P:
 Jelaskan tentang nyeri dan proses lukanya.
 Berikan stimulasi / relaksasi / distraksi untuk mengurangi /
mengalihkan rasa nyeri  masage.
 Berikan posisi yang enak bagi pasien, ganti posisi setiap dua jam.
 Observasi vital signs., kesadaran pasien.
 Kolaborasi pemberian analgetika.
S :
Mengeluh sakit, perih.
O :  Luka incisi, jahitan (+)
 Drain (+) (+).
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan
A : ditandai dengan adanya luka incisi/ jahitan / drainage.
 Lakukan perawatan luka secara aseptik.
 Buka balutan / verband setelah 3 hari, ganti bgaian luarnya saja kalau
P : perlu, atau kalau kotor . basah sekali.
 Awasi jumlah, bentuk / karakteristik cairan yang keluar melalui
drainage.
 Evakuasi udara / darah yang ada dalam drainage.
 Kolaborasi pemberian antibiotika spectrum luas.

13

You might also like