You are on page 1of 13

MAKALAH AQIDAH

“APLIKASI IMAN KEPADA ALLAH”

OLEH :

NAMA : 1. FIQ’RAH LESTARI AZIZ

2. RISKI ANANDA

STAMBUK : 1. 15020150228

2. 15020150227

KELAS : C11
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayahnya kami data menyelesaika nmakalah yang berjudul

“APLIKASI IMAN KEPADA ALLAH” dengan baik dan insyaAllah sesuai yang

diharapkan..

Taklupa pula kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu kelancaran dalam pembuata nmakalah ini.Terutama pada Pak

Mubaraq, dosen Aqidah kami untuk ilmu yang telah diberikan. Serta teman-teman

kelas kami, C11 untuk bantuannya selama proses pembuatan makalah.

Mohon maaf jika ada beberapa kesalahan dalam laporan.Karena tidak ada

manusia yang sempurna, kesempurnaaan hanya milik Allah SWT. Lebih dan

kurangnya mohon di maafkan.

Sekian dan terimakasih.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Tujuan Makalah .................................................................................................. 3
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
2.1 KONSEP ISLAM TENTANG IMAN KEPADA ALLAH ................................. 4
A. Pengertian Iman ................................................................................................ 4
B. Siapa itu Allah? ................................................................................................. 5
C. Pengertian iman kepada Allah .......................................................................... 6
D. Sifat-Sifat Allah SWT ....................................................................................... 7
E. Dalil Naqli Iman Kepada Allah ......................................................................... 8
2.2 BENTUK APLIKASI IMAN KEPADA ALLAH .............................................. 8
2.3 URGENSITAS IMAN KEPADA ALLAH SWT. .............................................. 9
BAB 3 ......................................................................................................................... 11
PENUTUP ................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11
3.2 Saran ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

BAB 1

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud
dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan
pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang
enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah
makna dan hokum keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum
daripada Islam.Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna
iman. Seorang hamba tidak akan bias menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah
merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; Karen aahli ihsan
adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap
mukmin adalah muhsin.
Iman lebih umum daripada Islam dari maknanya; Karena ia mengandung
Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman kecuali
apabila telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena
ahli iman adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), bukan semuanya. Maka, setiap
mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Rukun iman yang pertama adalah Iman Kepada Allah SWT. Maka dalam
makalah ini yang akan kami sampaikan adalah pengertian Iman kepada Allah dan
cara beriman kepada Allah SWT.
1.2. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini buat untuk :
 Mengetahui Pengertian Iman kepada Allah dan bagaimana cara
melaksanakannya
 Sebagai salah satu tugas pada matakuliah Aqidah

BAB 2

3
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP ISLAM TENTANG IMAN KEPADA ALLAH

A. Pengertian Iman

Dari segi lughah, kata iman berarti: pembenaran (Tashdiiq). Inilah yang
dimaksud dengan kata mu’minun dalam firman Allah SWT dalam QS.Yusuf: 17.

َ ‫َو َما أ َ ْن‬


َ ‫ت ِب ُمؤْ ِم ٍن َلنَا َولَ ْو ُكنَّا‬
‫صا ِدقِين‬
“Dan kamu sekalian tidak akan membenarkan kami, walaupun kami orang-
orang yang benar”
Dalam ayat di atas makna mu’minin adalah mushaddiq, yakni orang-
orang yang membenarkan. Adapun makna iman dari segi istilah adalah
pembenaran atau pengakuan hati dengan penuh yakin tanpa ragu-ragu akan segala
apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang diketahui dengan jelas
sebagai ajaran agama yang berasal dari Wahyu Allah.
Pengertian iman yang demikian ini telah disepakati oleh para ulama Islam,
baik ulama salaf maupun ulama khalaf. Jika seorang membenarkan dengan hati
yang penuh dengan keyakinan akan agama islam, maka ia adalah orang mukmin.
Demikian kata Imam Nawawi, orang tersebut tidak wajib mempelajari dalil-dalil
untuk mengukuhkan iman atau ma’rifatnya kepada adanya Allah. Jadi orang awam
maupun muqallid juga termasuk ke dalam golongan orang mukmin.
Pembenaran maupun pengakuan itu tepatnya di dalam hati, yakni setelah
adanya pengakuan ma’rifat atau ilmu. Iman dalam arti yang demikian sama artinya
dengan i’tikad. Yakni mengikat hati dalam bentuk kepercayaan kepada sesuatu
yang telah diketahui wujud kebenarannya. Kaitan atau gantungan iman atau i’tikad
itu disebut aqidah. Mengakui adanya Allah adalah iman atau i’tikad sedangkan
adanya Allah disebut aqidah. Dengan demikian aqidah adalah wujud Allah dan

4
sifat-sifatnya serta rukun-rukun iman lainnya yang wajib di i’tikadkan dengan hati
yang penuh yakin.

B. Siapa itu Allah?

Allah, nama Yang Maha Mulia, dari Zat Yang Maha Suci, yang kita percayai
dan kita beramal berusaha karena-Nya.
Ketahuilah bahwa Dzat Allah itu jauh lebih besar daripada jangkauan akal
manusia atau daripada jangkauan akal manusia atau daripada pengetahuan alam
fikiran manusia sebab daya kemampuan akal itu terbatas bagaimana pun
ketinggian pengetahuan yang dicapainya. Tenaga listrik atau magnet adalah suatu
daya kekuatan yang kita gunakan dan kita manfaatkan di dalam hidup ini, tetapi
sedikit pun kita tidak mengetahui hakekatnya. Dan hingga kini tak seorang pun
mampu menjelaskannya kepada anda betapa pun hebatnya akal fikiran orang itu.
Bagi kita mengetahui hakekat sesuatu itu kurang bermanfaat; yang penting ialah
apabila kita mengetahui barang sedikit daripada keistimewaannya yang berguna
bagi kehidupan kita.
Banyak orang yang memperbincangkan Dzat Allah SWT, dan mereka
tersesat. Perbincangan dalam hal itulah yang menyebabkan mereka tersesat, kacau
dan berselisih karena mereka memperbincangkan sesuatu yang mereka tidak
mengerti batas-batasnya dan tidak mampu mengetahui hakekatnya. Oleh sebab
itulah maka Rasulullah melarang kita memikirkan Dzat Allah SWT, dan menyuruh
kita memikirkan keadaan makhluk-Nya.
Dalam hadis dikatakan yang artinya:
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa banyak orang yang memikirkan
Dzat Allah SWT, lalu Nabi bersabda, “Berfikirlah kamu tentang makhluk Allah
dan jangan memikirkan Dzat Allah, sebab kamu benar-benar tidak akan mampu
melakukannya””.

5
Menurut Al-‘Iraqi, hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam
kitab “Hilayatul Auliya’” dengan sanad yang lemah.
Al-Ashbihani meriwayatkannya di dalam kitab “Al-Targhib wa Tarhib”
dengan sanad yang lebih shahih daripada itu. Juga seperti itu pula Abusy Syaikh
meriwayatkannya. Bagaimanapun juga arti daripada hadis tersebut adalah benar/
shahih.
Demikian itu bukanlah merupakan penghalang bagi kebebasan berfikir, bukan
pengekangan dan bukan pula penyempitan lapangan akal, melainkan justru
merupakan penjagaan bagi akal itu sendiri. Akal dilindungi agar supaya tidak
sampai tersungkur jatuh ke dalam lembah kesesatan. Akal dihindarkan daripada
usaha mencoba-coba mengatasi penyelidikan yang ia tidak mempunyai
kelengkapan sarana-sarananya, di samping daya kemampuannya tidak memadai
untuk memecahkannya betapa pun hebatnya kemampuan yang ada padanya.
Oleh sebab itu di dalam memahami kebesaran Allah SWT, hendaklah
memusatkan segala perhatian dengan memikirkan keadaan makhluk dan
berpegang teguh kepada sifat-sifatNya yang wajib dan menjauhi larangannya.
Allah tak pernah menghar apa-apa, dia hanya ingin kita bersyukur dan percaya
kepadanya.(1)

C. Pengertian iman kepada Allah

Kata iman berasal dari bahasa arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
membuktikan dengan perbuatan. Rasulullah SAW bersabda:
“Iman adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dalam perbuatan”
(HR. IbnuMajah)

1
RizkiAnanda, 09/10/2015

6
Jadi Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-
benar ada dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, mengikrarkan dengan lisan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (kalimat syahadat).serta mengamalkan apa
yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Berdasarkan pengertian
tersebut eseorang dikatakan beriman kepada Allah SWT apabila telah memenuhi
tiga aspek (unsur), yaitu:
1. keyakinan di dalam hati
2. pernyataan dengan lisan
3. pembuktian dengan perbuatan
Seseorang tidak beriman kepada Allah SWT jika hanya diucapkan lewat
mulut saja. Keimanan harus dibuktikan pula lewat hati dan perbuatan
berikut.Orang yang beriman disebut mukmin.Orang yang ingkar atau orang tidak
beriman disebut kafir. Orang yang mengaku beriman akan tetapi hatinya tidak
percaya dinamakan munafik.

D. Sifat-Sifat Allah SWT

Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam
beserta isinya.Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat
kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-
sifat tersebut.

1. Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT. Sifat
wajib Allah berjumlah 13.
2. Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT.
Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnya pun sama
dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
3. Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah

7
berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat
jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lukullimumkininau tarkuhu”

E. Dalil Naqli Iman Kepada Allah

Adapun dalil Naqli untuk menguatkan penjelasan diatas :


QS. Al-Baqarah 136

Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163)

2.2 BENTUK APLIKASI IMAN KEPADA ALLAH

Ada banyak sekali contoh perilaku iman kepada Allah yang bisa kita lakukan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
1. Mendirikan Sholat
2. Menafkahkan sebagian rezeki
3. Beriman Kepada Kita Allah
4. Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
5. Selalu berbuat kebajikan
6. Mampu menahan amarah

8
2.3 URGENSITAS IMAN KEPADA ALLAH SWT.

1. Menambah Keyakinan
Kita tahu bahwa Allah SWT lah yang menciptakan segala sesuatunya dan
membuat kita masih hidup sampai sekarang. Jadi kita harus semakin yakin dan
bersyukur kepada Allah.

2. Menambah Ketaatan
Dengan beriman kepada Allah dapat menjadikan acuan untuk taat menjalani
perintah Allah dan menjauhi laranganya sehingga hati kita akan selalu ingat
kepada Allah.

3. Menentramkan Hati
Dalam surah Ar-Ra'adayat 28 dijelaskan bahwa orang-orang beriman selalu
mengingat Allah, dan membuat hati mereka tentram karenanya.

4. Dapat Menyelamatkan Hidup Manusia di Dunia Maupun Akhirat


Dalam Quran Surah Al-Mukminin, Allah berfirman :"Sesungguhnya Kami
menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan
dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)

5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup


Manusia yang beriman kepada Allah hati mereka menjaditentram, hidup
pastinya akan lebih bahagia dan permasalahan menjadi lebih mudah diselesaikan
karena Allah akan membantunya.

Itulah beberapa nikmat yang akan kita peroleh ketika kita beriman kepada
Allah. Ketahuilah Allah senantiasa mendampingi kita.Apabila kita terjatuh,
sadarlah, itu artinya masih banyak ilmu Allah yang belum kita ketahui. Pelajari

9
kesalahan tersebut, cari jawaban mengapa kita jatuh. Ambil jurus kedua dan
bangkit kembali.Allah yang maha Agung begitu mencintai kita dan menunggu
kemenangan kita. Wassalam.(2)

2
Fiq’rah Lestari Aziz, 09/10/2015

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
membuktikan dengan perbuatan. Kita sebagai umat muslim yang diridhai Allah
SWT, hendaknya beriman kepada penciptanya. Allah tak pernah meminta apapun,
dia hanya ingin kita beribadah kepadanya, membaca kitabnya, mengikuti
ajarannya dan menjauhi larangannya.

3.2 Saran

Saran untuk makalah selanjutnya agar lebih memperhatikan sumber-sumber


dan isi dari makalah untuk menunjang nilai dalam proses pembelajaran.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://motivasinet.files.wordpress.com/2011/05/2-iman-kepada-allah3.pdf

http://www.eduspensa.com/2015/09/pengertian-fungsi-contoh-iman-kepad allah.html
Diposkan oleh Yugi Al di 18.51

12

You might also like