Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi bawah permukaan desa Enu.
2. Bagaimana keadaan bidang gelincir desa Enu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
𝐿
R=ρ
𝐴
Dimana : R = Resistansi
ρ = Resistivitas
L = Panjang
A = Luas
𝑉
𝑅=
𝐼
𝐿𝑉
ρ=
𝐴𝐼
1 𝐼𝐿 𝐼 𝐿 𝐽
σ= = = ( )( ) = ( )
ρ 𝑉𝐴 𝐴 𝑉 𝐸
4
b. Konduksi secara elektrolitik.
ρ e = ∂ ϕ-m S-n ρw
5
2.2 Konfigurasi Geoolistrik
a. Konfigurasi wenner
Jenis konfigurasi Wenner termasuk resistivitas sounding,
konsepnya antara lain.:
∆𝑉
ρα = k
𝑙
6
dimana k adalah faktor geometri, untuk konfigurasi Wenner dihitung
dengan persamaan:
k = 2πα
[ 𝐿2 − 𝑙 2 ]
k=π
2𝑙
7
2.3 Referensi Bidang Gelincir di Daerah Penelitian
Pada umumnya profil batuan bawah permukaan ialah pasir kasar berupa
hasil pelapukan granit, kemudian lapisan di bawahnya tetap terdapat sisipan-
sisipan konglomerat, lempung, dan granit segar. Kehadiran lempung diduga
merupakan hasil asosiasi air meteorik membuat lapisan material urai menjadi
lebih halus sehingga terbentuk lempung.Sehingga dapat diduga longsoran yang
terjadi di lokasi penelitian dipicu oleh komposisi material yang bersifat urai dan
lepas.
8
Berdasarkan pengamatan geologi dan pemodelan data ReMi untuk ketiga
lintasan pasir kasar hasil pelapukan granit lapuk, kerikil, sisipan lempung dan
sisipan konglomerat merupakan bahan material yang mendominasi daerah
lokasi penelitian yang hanya di sekitar dekat permukaan. Kemudian
pendugaan mengenai litologi batuan lapuk yaitu letak dari bidang gelincir di
lokasi penelitian ialah granit kemudian sisipan lempung yang menutupi
batugamping. Ketika air metoerik yang mengalami infiltrasi terakumulasi di
lapisan material urai tersebut, kemudian membuat kohesifitas tanah
berkurang sehingga air tersebut dapat menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
di atasnya akan bergerak mengikuti kemiringan lereng yang cukup curam dan
ditambah oleh faktor gravitasi, sehingga membuat lokasi tersebut rentan serta
langganan terjadinya longsor, terutama ketika suplai curah hujan yang tinggi. Tipe
longsoran yang ada di lokasi penelitian ialah longsoran aliran (translasi).
Perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut bergerak ke bawah tanpa ada rekayasa
(konstruksi sipil) gayapenahan yang berfungsi.
9
Geseran tanah yang sering terjadi adalah tanah longsor yang merupakan
proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Longsoran umumnya terjadi jika tanah sudah tidak mampu
menahan berat lapisan tanah di atasnya karena ada penambahan beban pada
permukaan lereng dan berkurangnya daya ikat antarbutiran tanah akibat tidak ada
pohon keras (berakar tunggang). Faktor pemicu utama kelongsoran tanah adalah
air hujan. Tanah longsor banyak terjadi di perbukitan dengan ciri-ciri: kecuraman
lereng lebih dari 30 derajat, curah hujan tinggi, terdapat lapisan tebal (lebih dari 2
meter) menumpang di atas tanah/batuan yang lebih keras, tanah lereng terbuka
yang dimanfaatkan sebagai permukiman, ladang, sawah atau kolam (Suseno
2007:16).
Dengan demikian, air hujan leluasa menggerus tanah dan masuk ke dalam
tanah. Juga diperburuk dengan jenis tanaman di permukaan lereng yang
kebanyakan berakar serabut dan hanya bisa mengikat tanah tidak terlalu dalam
sehingga tidak mampu menahan gerakan tanah. Daerah dengan ciri seperti itu
merupakan daerah rawan longsor. Jika suatu daerah termasuk kategori rawan
longsor, kejadian longsor sering diawali dengan kejadian hujan lebat terus
menerus selama lima jam atau lebih atau hujan tidak lebat tetapi terus-menerus
hingga beberapa hari, tanah retak di atas lereng yang selalu bertambah lebar dari
waktu ke waktu, pepohonan di lereng terlihat miring ke arah lembah, banyak
terdapat rembesan air pada tebing atau kaki tebing, terutama pada batas antara
tanah dan batuan di bawahnya. Selain merupakan daerah rawan longsor kawasan
zona labil biasanya merupakan daerah yang di lalui oleh patahan bumi, daerah ini
sangat labil karena kondisi tanah yang ada di sana terus bergerak, hal ini
dipengaruhi oleh gerakan lempeng-lempeng bumi secara konvergen atau saling
bertumbukan. Pergerakan kulit bumi yang berupa lempeng-lempeng tektonik itu
muncul dalam wujud gelombang yang disebut gempa. Pergerakan lempeng
tektonik menciptakan kondisi terjepit atau terkunci dimana terjadi penimbunan
energi dengan suatu jangka waktu tertentu yang untuk selanjutnya dilepaskan
dalam bentuk gelombang gempa, energi gelombang gempa bumi akan
10
dikonsentrasikan dan difokuskan jika gelombang gempa bumi melintas di jaur
patahan, goncangan dari gempa bumi ini dapat menggeser posisi tanah baik ke
arah lateral ataupun horizontal dan dapat pula pada arah vertikal sehingga terjadi
amblesan di sekitar patahan itu (Suseno 2007: 18).
1. Longsoran translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada
bidang gelincir berbentuk cekung.
11
Gambar 2.3 Longsoran rotasi
3. Pergerakan blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang
gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi
blok batu.
4. Runtuhan batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada
lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
12
5. Rayapan tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini
hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor
jenis rayapan ini bias menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau
rumah miring ke bawah.
13
Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia.
Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah
aliran bahan rombakan.Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong
pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis
tanah batuan. Sedangkan faktorfaktor penyebab tanah longsor adalah hujan, lereng
terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan yang tidak kompak, jenis
penggunaan lahan, getaran, penyusutan permukaan danau/waduk, beban
tambahan, erosi, material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya
bidang diskontinuitas dan penggundulan hutan (RAD PRB prov. jateng 2008).
Biasanya tanah yang longsor bergerak pada suatu bidang tertentu. Bidang
ini disebut bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Bentuk
bidang gelincir ini sering mendekati busur lingkaran, dalam hal ini tanah longsor
tersebut disebut rotational slide yang bersifat berputar. Ada juga tanah longsor
yang terjadi pada bidang gelincir yang hampir lurus dan sejajar dengan muka
tanah, dalam hal ini tanah longsor disebut translational slide. Tanah longsor
semacam ini biasanya terjadi bilamana terdapat lapisan agak keras yang sejajar
dengan permukaan lereng.
14
Faktor-faktor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah
morfologi, litologi, stratigrafi dan strukutur geologi.Struktur geologi yang
mempengaruhi gerak tanah adalah seperti komposisi lapisan, dan formasi susunan
batuannya. Adanya pengaruh dari beberapa faktor lain seperti curah hujan,
kandungan air di dalam batuan, vegetasi, beban batuan, gempa bumi dan lain
sebagainya (Ristianto 2007: 21).
1. Kegagalan lereng
Gaya gravitasi yang selalu menarik kebawah membuat lereng bukit dan
gawir pegunungan rawan untuk runtuh. Slum adalah keruntuhan lereng dimana
batuan atau regolith bergerak turun dan maju disertai gerak rotasional yang
bergerak berlawanan dengan arah massa yang bergerak. kegagalan lereng secara
mendadak yang mengakibatkan berpindahnya massa batuan yang relatif koheren
dengan slumping, jatuh (falling), atau meluncur (sliding).
Gerak pecahan batuan besar atau kecil yang terlepas dari batuan dasar dan
jatuh bebas dinamakan rock fall. Biasanya terjadi pada tebing-tebing yang terjal,
dimana material yang lepas tidak dapat tetap di tempatnya. Jika material yang
bergerak masih agak koheren dan bergerak di atas permukaan suatu bidang
disebut rock slides. Bidang luncurnya dapat berupa bidang rekahan, kekar atau
bidang pelapisan yang sejajar dengan lereng.
3. Aliran (flow)
Aliran terjadi apabila material bergerak turun lereng sebagai cairan kental
dengan cepat. Biasanya materialnya jenuh air yang sering terjadi adalah mud
flow, aliran debris dengan banyak air dan partikel utamanya adalah partikel halus.
Tipe gerak tanah ini terjadi di daerah dengan curah hujan tinggi seperti di
Indonesia.aliran (flow) campuran sedimen, air, udara, dengan memperhatikan
kecepatan dan konsentrasi sedimen yang mengalir.
15
4. Patahan
Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan
berlangsung yang dalam waktu yang sangat cepat, sehingga menyebabkan lapisan
kulit bumi retak atau patah.Bagian muka bumi yang mengalami patahan seperti
graben dan horst. Horst adalah tanah naik, terjadi bila terjadi
pengangkatan.Graben adalah tanah turun, terjadi bila blok batuan mengalami
penurunan. Ada beberapa jejak yang ditimbulkan oleh gesekan pada batuan
diantaranya adalah gores garis atau slickensides, gesekan antara batuan yang
keras, permukaannya menjadi halus dan licin disertai goresan-goresan pada
bidang sesar. Kebanyakan gerak sesar menghancurkan batuan yang bergesekan
menjadi berbagai ukuran tidak beraturan, membentuk breksi sesar atau fault
breccia (Ristianto 2007: 24).
Berdasarkan pada klasifikasi Vernes dan Eckel dalam Ristianto (2007: 24)
maka gerakan tanah terdapat tujuh jenis gerakan, yaitu soil fall, rock fall, sandrun,
debris slide, earth flow, debris avalance dan bloock glide, sedangkan gerakan
terbanyak adalah jenis debris slide, merupakan 51,83% dari seluruh gerakan. Pada
umumnya gerakan tanah terjadi pada daerah sekitar kontak ketidakselarasan
antara satuan batu lempung dengan sisipan-sisipan batu pasir.
16
BAB III
METODE PENEITIAN
17
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini berlangsung selama 1 hari pada hari Sabtu,
Tanggal 7 Mei 2016. Penelitian dilakukan pada pukul10.00 sampai
16.00 WITA.
b. ACCU
ACCU digunakan Sebagai sumber energi listrik
c. Elektroda
Elektroda yang digunakan yaitu 2 buah elektroda Potensial dan 2 buah
elektroda Arus. Digunakan untuk menginjeksi arus listrik
18
Foto 3.3 Elektroda
d. Kabel Listrik
Kabel listrik digunakan untuk menghantarkan listrik
f. GPS Garmin
Gps Digunakan untuk mengambil data Kordinat dan data Topografi
19
Foto 3.6 GPS
g. Rol Meter
Rol meter digunakan untuk mengukur jarak
h. Tabel Data
Sebagai tempat untuk menuliskan data–data yang diperoleh selama
pengukuran
20
j. Software Res2Dinv
Software Res2Dinv digunakan sebagai Software yang di gunakan
untuk mengolah data yang didapatkan di lapangan
21
setelah semua tersambung selanjutnya mengambil data yaitu catat arus
(I) dan beda potensial (V).
3. Pengambilan data Topografi di setiap patok.
Kemudian tahap akhir yang dilakukan adalah Interpretasi data dari
hasil yang diperoleh di lapangan.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks Metamorf, mengandung
rombakan yang berasal dari formasi-formasi yang lebih tua, dan terdiri dari
konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping koral dan napal yang semuanya
hanya mengeras lemah. Di dekat kompleks batuan metamorf pada bagian Barat
Pematang Timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah-bongkah kasar dan
agaknya diendapkan di dekat sesar. Batuan-batuan itu ke arah laut beralih jadi
batuan klastika berbutir halus. Di dekat Donggala sebelah Utara Enu dan sebelah
Barat Labean batuannya terutama terdiri dari batugamping dan napal dan
mengandung Operculina sp., Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina universa.,
Amphistegina sp., Miliolidae, Globigerina, foraminifera pasiran, ganggang
gampingan, pelesipoda dan gastropoda. Sebuah conto yang di pungut dari
Tenggara Laebago selain fosil-fosil tersebut juga mengandung Miogysina sp., dan
Lepidocyclina sp., yang menunjukkan umur Miosen (pengenalan oleh kadar,
Direktorat Geologi). Foram tambahan yang dikenali oleh Socal meliputi
Planorbulina sp., Solenomeris sp., Textularia sp., Acervulina sp., Siroclypeus sp.,
Reussella sp., Lethoporella, Llithophyllum, dan Amphiroa. Socal mengirakan
bahwa fauna-fauna tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah, dan
pengendapannya di dalam laut dangkal. Pada kedua sisi Teluk Palu, dan
kemungkinan juga di tempai lain, endapan sungai Kuarter juga dimasukkan ke
dalam satuan ini.
Alluvium dan Endapan Pantai (Qal) berupa kerikil, pasir, lumpur dan
batugamping koral terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal
merupakan sedimen di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur
Holosen. Di daerah dekat Labean dan Tambu terumbu koral membentuk bukit-
bukit rendah.
Batuan intrusi telah diamati beberapa generasi intrusi, dimana yang tertua
ialah intrusi andesit dan basal kecil-kecil di Semenanjung Donggala. Intrusi-
intrusi ini mungkin merupakan saluran-saluran batuan vulkanik di dalam Formasi
Tinombo. Intrusi-intrusi kecil (selebar 50 meter) yang umumnya terdiri dari diorit,
porfiri diorit dan granodiorit menerobos Formasi Tinombo, yakni sebelum
endapan Molasa, dan tersebar luas diseluruh daerah. Semuanya tak terpetakan,
24
granit dan granodiorit yang telah dipetakan tercirikan oleh fenorkris feldspar
kalium sepanjang hingga 8 cm. Penanggalan Kalium/Argon telah dilakukan oleh
Gulf Oil Company terhadap dua contoh granodiorit di daerah ini. Intrusi yang
tersingkap di antara Palu dan Donggala memberikan penanggalan 31.0 juta tahun
pada analisa kadar K/Ar dari feldspar. Yang lainnya adalah suatu intrusi yang
tidak dipetakan terletak kira-kira 15 Km Timurlaut dari Donggala, tersingkap di
bawah koral Kuarter, memberikan penaggalan 8,6 juta tahun pada analisa K/Ar
dari biotit.
25
Tenggara Sulawesi, dan suatu aktivitas vulkanik terjadi di lengan Uatara dan
Selatan (Sukamto, 1975).
Fasa orogenesa Intra Miosen terlihat menonjol di beberapa tempat,
terutama pada Mandala Sulawesi Barat bagian Tengah, sedangkan orogenesa
sebelum Intra Miosen mungkin terjadi pada Kala Kapur Akhir hingga Miosen
Awal, mengangkat dan melipat endapan Mesozoikum dan sedimen tua lainnya
kemudian terhenti oleh pengaruh gerekan horizontal dan yang menyebabkan sesar
sungkup berarah Utara –Selatan atau Utara- Barat Laut, Selatan-Tenggara. Gaya
horisontal terhenti dan disusul terbentuknya sesar bongkah yang menyebabkan
terjadinya terban ataupun sambul.
R
No a k v I R Rata2 Label x z Roh Keterangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 3 18.84 556 557 483 88 80 81 6.318 6.962 5.962 6.414 1 4.5 -1 120.840 1-2-3-4
2 3 18.84 901 891 902 94 94 93 9.585 9.478 9.698 9.587 2 7.5 -1 180.619 2-3-4-5
3 3 18.84 845 841 833 84 83 83 10.059 10.132 10.036 10.076 3 10.5 -1 189.826 3-4-5-6
4 3 18.84 982 982 994 91 86 89 10.791 11.418 11.168 11.126 4 13.5 -1 209.608 4-5-6-7
5 3 18.84 584 568 567 64 62 63 9.125 9.161 9 9.095 5 16.5 -1 171.356 5-6-7-8
6 3 18.84 625 567 565 59 58 58 10.593 9.775 9.741 10.036 6 19.5 -1 189.085 6-7-8-9
7 3 18.84 349 346 341 43 43 43 8.116 8.046 7.93 8.031 7 22.5 -1 151.298 7-8-9-10
8 3 18.84 323 321 317 34 32 33 9.5 10.031 9.606 9.712 8 25.5 -1 182.980 8-9-10-11
9 3 18.84 347 350 351 42 41 42 8.261 8.536 8.357 8.385 9 28.5 -1 157.967 9-10-11-12
10 3 18.84 348 345 341 35 35 35 9.942 9.857 9.742 9.847 10 31.5 -1 185.517 10-11-12-13
11 3 18.84 300 309 304 32 32 33 9.375 9.656 9.212 9.414 11 34.5 -1 177.366 11-12-13-14
12 3 18.84 306 306 304 45 45 44 6.8 6.8 6.909 6.836 12 37.5 -1 128.797 12-13-14-15
13 3 18.84 361 362 361 47 49 48 7.68 7.387 7.52 7.529 13 40.5 -1 141.846 13-14-15-16
14 3 18.84 187 184 178 43 42 42 4.348 4.38 4.238 4.322 14 43.5 -1 81.426 14-15-16-17
15 3 18.84 297 289 288 69 70 68 4.304 4.128 4.235 4.222 15 46.5 -1 79.549 15-16-17-18
16 6 37.68 447 427 478 70 69 68 6.385 6.188 7.029 6.534 16 9 -2 246.201 1-3-5-7
17 6 37.68 442 437 428 63 62 62 7.015 7.048 6.903 6.989 17 12 -2 263.333 2-4-6-8
18 6 37.68 360 347 347 60 60 59 6 5.783 5.881 5.888 18 15 -2 221.860 3-5-7-9
19 6 37.68 261 260 262 49 50 50 5.326 5.2 5.24 5.255 19 18 -2 198.021 4-6-8-10
26
20 6 37.68 215 208 217 38 40 37 5.657 5.2 5.864 5.574 20 21 -2 210.016 5-7-9-11
21 6 37.68 364 350 344 45 51 52 8.089 6.862 8.19 7.714 21 24 -2 290.651 6-8-10-12
22 6 37.68 243 244 245 46 43 45 5.282 5.674 5.444 5.467 22 27 -2 205.984 7-9-11-13
23 6 37.68 270 269 268 46 48 48 5.869 5.604 5.583 5.685 23 30 -2 214.223 8-10-12-14
24 6 37.68 180 245 244 34 48 49 5.294 5.104 4.979 5.126 24 33 -2 193.135 9-11-13-15
25 6 37.68 190 193 193 40 43 42 4.75 4.488 4.595 4.611 25 36 -2 173.742 10-12-14-16
26 6 37.68 131 136 134 30 30 27 4.367 4.533 4.962 4.621 26 39 -2 174.107 11-13-15-17
27 6 37.68 268 260 248 58 57 55 4.62 4.561 4.509 4.563 27 42 -2 171.946 12-14-16-18
28 9 56.52 194 189 188 41 42 42 4.731 4.5 4.476 4.569 28 13.5 -3 258.240 1-4-7-10
29 9 56.52 183 182 180 40 40 40 4.575 4.55 4.5 4.542 29 16.5 -3 256.695 2-5-8-11
30 9 56.52 204 199 201 53 53 52 3.849 3.754 3.865 3.823 30 19.5 -3 216.057 3-6=9-12
31 9 56.52 231 233 229 60 59 59 3.85 5.974 3.881 4.568 31 22.5 -3 258.202 4-7-10-13
32 9 56.52 253 248 250 60 59 60 4.216 4.203 4.167 4.195 32 25.5 -3 237.120 5-8-11-14
33 9 56.52 263 261 257 62 60 67 4.241 4.35 3.835 4.142 33 28.5 -3 234.106 6-9-12-15
34 9 56.52 309 306 309 72 70 72 4.291 4.371 4.291 4.318 34 31.5 -3 244.035 7-1-13-16
35 9 56.52 174 171 169 43 41 40 4.046 4.17 4.225 4.147 35 34.5 -3 234.388 8-11-14-17
36 9 56.52 264 260 257 64 63 62 4.125 4.126 4.145 4.132 36 37.5 -3 233.541 9-12-15-18
37 12 75.36 163 158 157 47 47 48 3.468 3.361 3.27 3.366 37 18 -4 253.687 1-5-9-13
38 12 75.36 198 196 196 61 62 63 3.245 3.161 3.111 3.172 38 21 -4 239.067 2-6-10-14
39 12 75.36 193 197 200 65 65 66 2.969 3.03 3.03 3.010 39 24 -4 226.808 3-9-11-15
40 12 75.36 241 238 239 76 74 74 3.171 3.216 3.229 3.205 40 27 -4 241.554 4-8-12-16
41 12 75.36 194 192 190 53 53 52 3.66 3.622 3.653 3.645 41 30 -4 274.687 5-9-13-17
42 12 75.36 401 393 393 103 103 103 3.893 3.815 3.815 3.841 42 33 -4 289.458 6-10-14-18
43 15 94.2 153 151 149 51 56 51 3 2.696 2.921 2.872 43 22.5 -5 270.574 1-6-11-16
44 15 94.2 151 144 141 52 51 50 2.903 2.823 2.82 2.849 44 25.5 -5 268.344 2-7-12-17
45 15 94.2 286 282 280 95 95 93 3.01 2.968 3.01 2.996 45 28.5 -5 282.223 3-8-13-18
Patok X Y Z
1 00 31’54,3”
o
119 46’37,6”
o
63
2 00o31’54,3” 119o46’37,6” 65
3 00o31’54,2” 119o46’37,5” 67
4 00o31’54,2” 119o46’37,5” 69
5 00o31’54,1” 119o46’37,5” 71
6 00o31’54” 119o46’37,4” 71
7 00o31’53,8” 119o46’37,6” 72
27
8 00o31’53,7” 119o46’37,6” 72
9 00o31’53,6” 119o46’37,6” 72
10 00o31’53,5” 119o46’37,7” 73
11 00o31’53,4” 119o46’37,7” 75
12 00o31’53,4” 119o46’37,5” 75
13 00o31’53,5” 119o46’37,8” 77
14 00o31’53,1” 119o46’37,8” 79
15 00o31’53,2” 119o46’37,8” 81
16 00o31’53,1” 119o46’37,7” 82
17 00o31’53,1” 119o46’37,7” 84
18 00o31’52,9” 119o46’37,8 84
𝑃1−𝐶1
𝐷 = 𝐶1 + 2
Gambar 4.3 Profil resistivitas semu dari jumlah ekspansi titik datum
29
Gambar 4.6 Nilai resistivitas batuan bawah permukaan hasil pemodelan inversi
c
b
c
e
a
a. Pada titik b dan e, pada kedalaman 0.75 – 7.46 meter Kedalaman umumnya
disusun oleh batulempung tufaan, umumnya kurang kompak dan kurang kuat.
30
b. Pada titik a dan c, pada kedalaman 2.25 – 5.56 meter terlihat bahwa lapisan ini
merupakan lapisan dengan batuan keras (lempung) dengan resistivity yang
tinggi. Kedua batuan keras ini mengapit batuan lunak di tengah (titik b).
c. Pada titik d, 0.75- 2.25 meter terlihat nilai resistivity yang rendah yang
mengindikasikan adanya kumpulan air yang terjebak di titik ini.
Pada umumnya profil batuan bawah permukaan ialah pasir kasar berupa
hasil pelapukan granit, kemudian lapisan di bawahnya tetap terdapat sisipan-
sisipan konglomerat, lempung, dan granit segar. Kehadiran lempung diduga
merupakan hasil asosiasi air meteoric membuat lapisan material urai menjadi
lebih halus sehingga terbentuk lempung. Sehingga dapat diduga longsoran yang
terjadi di lokasi penelitian dipicu oleh komposisi material yang bersifat urai dan
lepas. Pada dasarnya batuan lapuk struktur bawah permukaan dapat diketahui dari
nilai kecepatan gelombang geser yang tinggiya itu memiliki kerapatan ikatan
butiran yang kuat. Kemudian pendugaan mengenai litologi batuan lapuk yaitu
letak dari bidang gelincir di lokasi penelitian ialah granit kemudian sisipan
lempung yang menutupi batugamping. Ketika air metoerik yang mengalami
infiltrasi terakumulasi di lapisan material urai tersebut, kemudian membuat
kohesifitas tanah berkurang sehingga air tersebut dapat menembus sampai tanah
kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti kemiringan lereng yang
cukup curam dan ditambah oleh factor gravitasi, sehingga membuat lokasi
tersebut rentan serta langganan terjadinya longsor, terutama ketika suplai curah
hujan yang tinggi.
Tipe longsoran yang ada di lokasi penelitian ialah longsoran aliran
(translasi). Perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut bergerak ke bawah tanpa ada
rekayasa (konstruksi sipil) gaya penahan yang berfungsi.
BAB V
31
5.1 Kesimpulan
Nilai resistivitas yang digambarkan dengan warna biru tua, biru muda,
hijau kebiruan, dan hijau berada pada kedalaman 0.750 hingga 3.2 meter.
Sedangkan anomaly dengan nilai resistivitas tinggi dengan nilai 2031 hingga 428
Ωm yang di interpretasikan dengan warna coklat dan coklat kemerahan
diindikasikan sebagai batugamping (limestone). Berdasarkan pada literatur yang
telah ada, nilai resistivitas batugamping berkisar antara 50 Ωm hingga 4x102 Ωm.
Pada titik b dan e, pada kedalaman 0.75 – 7.46 meter umumnya disusun
oleh batulempung tufaan, umumnya kurang kompak dan kurang kuat. Pada titik a
dan c, pada kedalaman 2.25 – 5.56 meter merupakan lapisan dengan batuan keras
(lempung) dengan resistivity yang tinggi. Kedua batuan keras ini mengapit batuan
lunak di tengah (titik b). Pada titik d, 0.75- 2.25 meter diindikasikan adanya
kumpulan air yang terjebak di titik ini.
Longsoran yang terjadi di lokasi penelitian dipicu oleh komposisi material
yang bersifat urai dan lepas. sehingga membuat lokasi tersebut rentan serta
langganan terjadinya longsor, terutama ketika suplai curah hujan yang tinggi.
5.2 Saran
Kegiatan Praktikum sebaiknya dilakukan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dan dalam melakukan praktikum, hendaknya mahasiswa
dapat memberikan perhatian lebih kepada arahan yang diberikan oleh dosen. Agar
hal-hal yang dapat mengganggu praktikum dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
32
DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I
PEKANBARU. Pekanbaru: Fakultas MIPA, Universitas Binawidya
Wuryata, A., 2004. Identifikasi Tanah Longsor dan Upaya Penanggulangan Studi
Kasus di Kulon Progo, Purworejo dan Kebumen.
33
34