You are on page 1of 21

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam dunia perindustrian, proses pendinginan merupakan salah satu
tahapan proses yang sangat vital. Air yang digunakan sebagai sumber fluida
pendingin membutuhkan suatu sarana yang dapat mengembalikannya ke kondisi
semula. Proses pengembalian temperatur air pendingin ke temperatur sebelum
operasi disebut dengan proses pendinginan. Teknologi pendingin sudah sejak lama
ditemukan. Teknologi pendingin yang pertama adalah proses pendinginan dengan
menggunakan fluida kerja berupa udara. Kemudian teknologi pendinginan dengan
fluida kerja berupa air baru ditemukan sebab dengan pendinginan dengan fluida
kerja air membuat proses pendinginan menjadi lebih konstan. Pertama teknologi
pendinginan air menggunakan sungai, sumur, danau, dan kanal.
Sejak perluasan industri dilakukan, air pendingin dibutuhkan sebagai media
penukar panas antara fluida bertemperatur tinggi dengan air sebagai pendingin.
Berlangsungnya pertukaran panas disuatu media berlangsung di dalam suatu heat
exchanger atau yang lebih spesifik disebut dengan cooler. Air pendingin akan
berubah temperaturnya karena adanya panas yang dibawa oleh air pendingin
tersebut. Air yang digunakan setelah keluar dari cooler tidak dapat langsung
dibuang ke lingkungan sebab dapat merusak lingkungan dan tidak memenuhi
syarat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sehingga air tersebut
diproses lagi sampai temperaturnya sama dengan lingkungan. Proses tersebut
membutuhkan alat yang disebut Cooling tower.
Menara pendingin adalah alat pemutus panas yang digunakan untuk mentransfer proses
limbah panas ke atmosfir. Menara pendingin dapat menggunakan penguapan air untuk
menghilangkan panas proses dan mendinginkan fluida kerja mendekati suhu udara wet-bulb.
Menurut literature El. Wakil, cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang
fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan kontak langsung
dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Semua cooling tower yang
bekerja akan melepaskan kalor melalui kondensor, air pendingin akan melepas kalornya kepada
cooling tower sehingga air menjadi panas. Selanjutnya air panas ini akan dipompakan ke cooling
tower. Cooling tower/ menara pendingin secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari
air tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif sejuk (dingin) untuk dipergunakan kembali
di suatu instalasi pendingin atau dengan kata lain menara pendingin berfungsi untuk menurunkan
suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfer.
Menara pendingin merupakan bagian penting dari pembangkit
listrik. Efisiensi pembangkit listrik secara langsung tergantung
pada efektivitas menara pendingin. Menara pendingin adalah
perangkat penolakan panas yang digunakan untuk mentransfer panas
buangan ke atmosfer. Menara pendingin merupakan bagian integral
dari banyak proses industri. Menara pendingin dapat menggunakan
penguapan air untuk menghilangkan panas proses dan mendinginkan
fluida kerja mendekati suhu udara wet-bulb atau, dalam kasus
menara pendingin kering sirkuit tertutup, hanya mengandalkan udara
untuk mendinginkan fluida kerja ke dekat suhu udara kering. Pada
menara pendingin rancangan alami, peredaran udara di menara ini
disebabkan oleh perbedaan tekanan antara udara dalam dan udara
luar menara pendingin. Bagian bawah menara terbuka sehingga udara
mengalir dari bawah ke arah atas. Alat penolakan panas evaporatif
seperti menara pendingin biasanya digunakan untuk memberikan suhu
air yang jauh lebih rendah daripada yang dapat dicapai dengan
perangkat penolakan panas "udara didinginkan" atau "kering".
Menara pendingin draft alami telah lama dikaitkan dengan
pembangkit listrik termal untuk membuang panas buangan ke
atmosfer. Saat ini, dengan berkembangnya kepedulian lingkungan,
jenis menara ini semakin banyak dianggap sebagai solusi yang
berharga karena pengoperasiannya yang tenang, umur panjang dan
kemudahan dalam penghematan bahan bakar dan perawatan. Dengan
kapasitas mencapai ratusan megawatt, kinerja menara pendingin apa
pun di bawah kinerja berarti peralatan pendingin tambahan untuk
air pendingin ke kondensor turbin untuk memastikan efisiensi
termal dipertahankan. Optimalisasi adalah suatu tindakan, proses,
atau metodologi untuk membuat sesuatu sempurna, fungsional atau
seefektif mungkin. Tujuan pengoptimalan adalah untuk menentukan
solusi terbaik untuk sebuah masalah di bawah serangkaian kendala
yang ada. Desain dan optimalisasi sistem termal umumnya
terinspirasi oleh sifat termodinamika, investasi dan biaya
pemeliharaan peralatan sistem.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yang telah disusun yakni beberapa masalah yang akan dibahas dalam
proposal penelitian ini sebagai batasan dalam pembahasan dari dalam proposal ini. Beberapa
rumusan masalah tersebut antara lain :
1. Bagaimana kinerja menara pendingin draft alami dapat mengoptimalkan
variasi transfer panas dengan penggunaan distribusi air yang sesuai.
2. Bagaimana sistem distribusi air yang optimal sesuai dengan area luasan menara
pendingin yang ada untuk memastikan pengeluaran yang minimum dengan
mengevaluasi kinerja menara pendingin
3. Bagaiamana karakteristik aliran counter flow dari dalam menara
pendingin draft alami.
4. Bagaimana perhitungan termal, analisis dan kinerja menara pendingin
rancangan alami (NDCT) dengan teknik analisis numerik yaitu menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD).

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasakan pada rumusan masalah diatas maka tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui kinerja menara pendingin draft alami dapat
mengoptimalkan variasi transfer panas dengan penggunaan distribusi air yang
sesuai.
2. Untuk mengetahui sistem distribusi air yang optimal sesuai dengan area luasan
menara pendingin yang ada untuk memastikan pengeluaran yang minimum dengan
mengevaluasi kinerja menara pendingin
3. Untuk mengetahui karakteristik aliran counter flow dari dalam menara
pendingin draft alami.
4. Untuk mengetahui perhitungan termal, analisis dan kinerja menara
pendingin rancangan alami (NDCT) dengan teknik analisis numerik yaitu menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD)

1.4 BATASAN PENELITIAN

Ruang lingkup dari penulisan proposal penelitian ini adalah mencakup tentang Dasar teori
mengenai perpindahan panas yaitu proses perpinahan kalor pada dua media yang memiliki
perbedaan suhu, kemudian tentang kinerja menara pendingin dalam mengoptimalkan transfer
panas sesuai dengan perhitungan nilai efisiensinya.
1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metodologi penelitian yang digunakan pada pembuatan proposal ini adalah :
1. Natural Draft Cooling Tower secara kritis menggunakan metode analisis Merkel dan e-number-
of-transfer-unit (e-NTU) pada kondisi operasi dan ambien yang berbeda.
2. Investigasi kinerja cooling tower dilakukan dengan teknik analisis numerik yang disederhanakan
dengan metode Computational Fluid Dynamics (CFD)
3. Metode simulasi CFX dilakukan untuk mempelajari kinerja menara pendingin dan berbagai
parameternya terhadap keseluruhan kinerja pembangkit listrik.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 LITERATURE REVIEW

2.1.1 PAPER REVIEW 1

JUDUL : PERFORMANCE ANALYSIS FOR NATURAL


DRAUGHT COOLING TOWER THROUGH
NUMERICAL SIMULATION
PENULIS : Kanteyya A, Kiran Kumar Rokhade
TAHUN : 2015
ISSN : 2319 - 8753

Bidang aliran air di menara pendingin alami hiperbolik alami, memiliki


dampak besar pada ekonomi dan keamanan pembangkit listrik, dipelajari melalui
simulasi numerik. Model matematis dibuat dan dianalisis untuk mengoptimalkan
menara pendingin dan untuk mengevaluasi efisiensinya dan sebuah studi numerik
pada sistem aliran ini dilakukan untuk menjelaskan perilaku perpindahan panas
dan aliran fluida. Model CFD 2D dengan aliran draft alami pada menara
pendingin dan cerobong asap dikembangkan dengan model multipulase Euler,
yang akan digunakan untuk mensimulasikan perpindahan panas dan massa di
dalam zona hujan pendinginan menara draft alami dan model turbulen. RNG
dengan opsi terdispersi digunakan untuk pemodelan turbulensi aliran multiphase.
Hasilnya disajikan dalam hal pengukuran suhu udara lokal di dalam saluran yang
dipanaskan secara simetris dan antara ekstensi adiabatik.
Menara pendingin sangat penting dalam memperlengkapi pembangkit listrik
yang dapat mengurangi suhu air yang beredar melalui pertukaran panas dan massa
dan melepaskan panas yang berasal dari kondensor ke lingkungan dengan
efisiensi tinggi. Konveksi alami adalah proses pengangkutan energi yang terjadi
akibat gerakan fluida yang terjadi di hadapan medan gaya tubuh. Menurut penulis
Mohiuddin & Kant dijelaskan metodologi rinci untuk desain termal dari jenis
aliran basah, counter flow dan cross flow dari menara pendingin mekanis dan
alami. Menurut penulis Chu & Rahman mempresentasikan sebuah laporan awal
mengenai satu titik data masing-masing untuk konfigurasi adaptor cerobong asap
tanpa kabel kawat, pada beban panas nominal 2,35 kW model penukar panas yang
didinginkan udara, menunjukkan draft peningkatan 45% dengan konfigurasi yang
pas dengan adaptor cerobong asap kawat. Bahan untuk baja cerobong digunakan
atau beberapa saat pasir dan batu bata digunakan
Metodologi: 1) Pre Processing Terdiri dalam konstruksi geometri jala pada
permukaan atau jilid. Untuk 2D ada jaring dipetakan dengan segiempat dan
bentuk lainnya yang lebih mudah untuk berkembang seperti segitiga
2) Kondisi batas dan parameter lainnya, seperti kondisi awal dan sebelum
memulai simulasi di FLUENT, jala harus diperiksa dan diskalakan dan
dimodifikasi jika perlu. Ini termasuk pilihan kompresibilitas, viskositas,
pertimbangan perpindahan panas, aliran laminar atau turbulen, aliran stabil atau
tergantung waktu.
3) Resolusi masalah, yang dilakukan melalui iterasi sampai konvergensi variabel
diperoleh. Pertama-tama, variabel arus harus diinisialisasi dan ditetapkan untuk
dihitung dari bagian tertentu yang ditentukan oleh pengguna
4) Post Processing atau analisis hasil perhitungan. Ada banyak pilihan: Kontur,
plot X-Y, vektor kecepatan, jalur jalur. Di dalamnya, beberapa variabel dapat
dianalisis: kecepatan, tekanan, turbulensi, gaya, densitas dan lain-lain.

Tujuan dari studi representasi dari makalah ini adalah :


1. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas dan massa rata-rata
2. Untuk menguji pengaruh berbagai parameter seperti laju alir umpan, laju
alir udara, suhu air masuk, entalpi, konduktivitas termal, kepadatan,
kekentalan turbulen, dll pada kinerja menara pendingin.
3. Studi pada sistem saluran cerobong asap dilakukan untuk menjelaskan
perilaku perpindahan panas dan aliran fluida. Area gerak fluida yang berbeda
diamati di dalam cerobong asap. Aliran udara terdeteksi di bagian bawah rasio
perpanjangan, terutama untuk nilai rasio lebar cerobong asap yang besar dengan
saluran berpemanas
Hasil dan diskusi pada makalah ini membahas mengenai beberapa cakupan
yaitu :
A) Menara pendingin: Kontur suhu statis udara. Udara yang memiliki suhu sekitar
masuk ke menara pendingin dan tiba-tiba mengubah suhu karena kontak air panas
keluar dari nosel. Sehingga hasil menunjukkan zona suhu tertinggi berada di dekat
sumbu tengah menara pendingin, di antara sumbu vertikal dan dinding menara
pendingin. Saat udara mengalir, suhu akan turun dan di dekat dinding menara
pendingin, suhu udara akan berkurang.
B) Tekanan konstan sepanjang dinding pendingin menara dan di bawah isiannya
selalu lebih tinggi dari atas isi. Tekanan dinamis memiliki nilai lebih tinggi di
dekat dinding menara pendingin dan nilai yang lebih rendah di dekat sumbu
vertikal tinggi menara pendingin.

Untuk analisis kinerja termal tiga garis telah ditarik sebagai sumbu dekat,
dinding dekat dan antara sumbu dan dinding. Suhu memiliki nilai tinggi di garis
tengah 318 K dan lebih rendah di dekat dinding 307 K karena di tengah udara
kontak dengan air panas keluar dari nosel. Tekanan total tiba-tiba turun dari 7 Pa
menjadi 0 Pa pada area pengisian dan kemudian sedikit meningkat sesuai dengan
tinggi menara Pendingin dan kerapatannya tinggi di dekat dinding menara
pendingin. Konduktivitas termal fluida adalah 1400 W / mk pada poros menara
pendingin karena suhu tinggi dan kepadatan rendah. Intensitas Turbulensi berubah
secara acak sampai ke 12m dan kemudian mengambil nilai kelancarannya.

KESIMPULAN
Dengan melakukan simulasi CFD dua dimensi untuk menyelidiki kinerja termal
menara pendingin basah, perubahan keseluruhan terjadi di tiga zona.
 Konduktivitas termal fluida lebih pada sumbu vertikal menara pendingin.
 Kepadatan fluida memiliki nilai resiprokal suhu masukan.
 Enthalpy cairan rendah di dinding menara pendingin.
 Intensitas turbulen meningkat sampai ke zona hujan dan kemudian
menurun,
viskositas turbulen menurun sampai zona pengisian dan kemudian
meningkat.
Fungsi aliran secara linear konstan untuk sumbu dan menurun menurut tinggi
untuk garis tengah dan garis dekat dinding Enthalpy menurun setelah zona hujan
dan nilainya rendah di dekat area dinding.

2.1.2 PAPER REVIEW 2

JUDUL : NATURAL DRAFT COOLING TOWER PERFORMANCE


EVALUATION
PENULIS : Jasem H. ALsuwaidi, Omar R. Al Hamdan, M. M. I.
Hammad
TAHUN : 2015
ISSN : 2229-5518

Menara pendingin digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi


residensial, komersial dan industri. Panas yang ditolak dan air
yang diuapkan di menara pendingin draft alami dinilai secara
kritis dengan menggunakan metode analisis Merkel dan e-number-of-
transfer-unit (e-NTU) pada kondisi operasi dan ambien yang
berbeda. Pentingnya menggunakan metode analisis tertentu saat
mengevaluasi karakteristik kinerja dari bahan pengisi tertentu dan
kemudian menggunakan pendekatan analisis yang sama untuk
memprediksi kinerja menara pendingin ditekankan. Efek kelembaban
dan temperatur ambien pada kinerja menara pendingin yang
menggunakan metode analisis Merkel dan e-NTU dievaluasi.
Menara pendingin digunakan secara luas dalam proses industri
untuk melepaskan panas buangan yang timbul ke lingkungan. Sebuah
menara pendingin dalam aplikasi HVAC banyak digunakan. Beberapa
jenis menara pendingin tersedia, aliran counter dan aliran cross
draft paksa paling sering digunakan pada aplikasi HVAC. Menara
pendingin adalah alat yang mengedepasi air pendingin dari penukar
panas didinginkan dengan kontak dengan udara atmosfir. Udara yang
masuk dari saluran masuk udara akan berinteraksi dengan tetesan
air hangat yang mengalir ke media berpori dimana perpindahan panas
akan terjadi. Tetesan air yang didinginkan kemudian akan mengalir
ke bawah untuk dikumpulkan di bagian bawah menara pendingin untuk
disirkulasikan kembali ke sistem dan kemudian siklus berlanjut.
Sebagian besar menara pendingin yang digunakan di pabrik
pendingin komersial untuk atau aplikasi bangunan industri adalah
menara pendingin rancangan mekanis yang menggunakan kipas angin
untuk mengekstrak udara di atmosfer. Menara pendingin terdiri dari
kipas angin untuk mengekstrak udara masuk, media perpindahan panas
atau kemasan, baskom air, sistem distribusi air, dan casing luar.
Menurut lokasi kipas yang sesuai dengan pengepakan dan pengaturan
arus udara dan air, menara pendingin rancangan mekanis yang banyak
digunakan saat ini untuk HVAC dan aplikasi industri dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori berikut [4]: 1-Menara pendingin
sirkulasi alami, 2-Counter flow induced draft cooling tower, 3-
Cross flow induced draft cooling tower; dan 4-Counter flow memaksa
draft cooling tower.
Kinerja menara pendingin aliran draft alami dievaluasi
dengan masing-masing menggunakan metode analisis Merkel dan e-NTU
pada kondisi operasi dan ambien yang berbeda. Pentingnya
menggunakan metode analisis tertentu saat mengevaluasi
karakteristik kinerja bahan pengisi tertentu dan kemudian
menggunakan pendekatan analisis yang sama untuk memprediksi
kinerja menara pendingin, diselidiki. Panas ditolak oleh menara
pendingin pada suhu sekitar 280, 290 dan 300 K pada kondisi kering
sampai jenuh. Dapat diketahui bahwa penolakan panas yang
diprediksi oleh pendekatan e-NTU lebih tinggi dari yang diprediksi
oleh pendekatan Merkel pada semua kondisi lingkungan yang
dipertimbangkan dalam penyelidikan ini. Pendekatan e-NTU
memprediksi tingkat penolakan panas yang lebih tinggi Q daripada
pendekatan Merkel. Hal ini karena pendekatan Merkel mengabaikan
hilangnya aliran massa dalam persamaan energi. Jelas bahwa
perbedaan tingkat penolakan panas antara pendekatan Merkel dan e-
NTU meningkat saat udara masuk menjadi pengering dan lebih panas.
Kecepatan aliran massa uap air udara rata-rata, yang
ditentukan oleh pendekatan e-NTU, lebih tinggi dari yang
diprediksi oleh pendekatan Merkel pada semua kondisi ambien yang
dipertimbangkan. Laju aliran massa uap udara rata-rata udara
sangat digabungkan ke suhu saluran udara. Ini karena kepadatan
udara di dalam menara pendingin merupakan fungsi dari suhu udara.
Kecepatan aliran massa udara melalui menara ini, pada gilirannya,
merupakan fungsi dari perbedaan densitas udara internal dan
eksternal pada menara pendingin. Dengan demikian, draf melalui
menara pendingin rancangan alam sangat digabungkan dengan suhu
outlet udara. Rancangan tersebut, pada gilirannya, akan
mempengaruhi tingkat penolakan panas di menara pendingin
Tingkat evaporasi air yang diprediksi pada menara pendingin draft alami selalu lebih tinggi sesuai
dengan pendekatan e-NTU daripada pendekatan Merkel. Ini terjadi bahkan jika udara keluaran
tidak jenuh, sesuai dengan pendekatan e-NTU. Udara bisa tidak jenuh, sesuai dengan pendekatan
e-NTU, namun tingkat penguapan yang diprediksi masih lebih tinggi dari yang diperkirakan oleh
pendekatan Merkel dimana udara outlet jenuh, karena draft dan persamaan energi yang sangat
digabungkan. Semakin panas udara, semakin tinggi drafnya. Semakin tinggi draf, semakin panas
dan perpindahan massa dan dengan demikian tingkat penguapan lebih tinggi. Panas yang ditolak
dan air yang diuapkan di menara pendingin draft alami dinilai secara kritis dengan menggunakan
metode analisis. Tingkat evaporasi air yang diprediksi pada menara pendingin draft alami selalu
lebih tinggi sesuai dengan pendekatan e-NTU dibandingkan dengan pendekatan Merkel.
Pendekatan e-NTU dan Merkel memprediksi kinerja menara yang hampir sama ketika model
diterapkan secara konsisten atau tidak konsisten.

2.1.3 PAPER REVIEW 3

JUDUL : PERFORMANCE IMPROVEMENT OF NATURAL DRAFT


COOLING TOWER
PENULIS : Randhire Mayur A.
TAHUN : 2014
ISSN : 2320-334

Studi ini menunjukkan bahwa bagaimana kinerja menara


pendingin rancangan alami dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan
perpindahan panas sepanjang pendinginan menara pendingin dengan
menggunakan distribusi air yang sesuai di area luasan menara
pendingin. Pada draft natural cooling tower, sebuah proses
perpindahan panas counter flow, dimana airnya didinginkan oleh
udara. Antara air dan udara, lapisan batas terbentuk, yang
dianggap sebagai udara jenuh pada suhu yang sama dengan air. Dalam
proses perpindahan panas lebih dari dua pertiga panas ditransfer
oleh penguapan, dan sisanya ditransfer oleh konveksi. Kinerja
menara pendingin yang ditingkatkan adalah hasil laju aliran air
pendingin yang optimum terhadap kondisi pengoperasian pembangkit
listrik. Hal ini juga memungkinkan untuk memperbaiki kondisi
dengan distribusi air yang tepat di area menara pendingin. Atas
dasar pengukuran udara pendinginan, sehingga memungkin untuk
mendistribusikan air sedemikian rupa dan memastikan homogenitas
perpindahan panas dan pengurangan entropi, sehingga meminimalkan
jumlah energi yang hilang. Medan kecepatan dan suhu aliran udara
diukur pada titik seolah-olah di atas zona semprotan di atas
permukaan luas bidang menara pendingin. Struktur profil kecepatan
udara yang lembab dan profil suhu di atas zona semprotan digunakan
sebagai data masukan untuk distribusi air optimum. Sistem
distribusi air optimum diterapkan dengan memungkinan perubahan
minimal dalam sistem yang ada untuk memastikan pengeluaran
minimum. Selanjutnya, percobaan dilakukan untuk mengevaluasi
kinerja menara pendingin dengan sistem distribusi air yang optimal
Menara pendingin adalah alat pemutus panas yang digunakan untuk mentransfer proses
limbah panas ke atmosfir. Menara pendingin dapat menggunakan penguapan air untuk
menghilangkan panas proses dan mendinginkan fluida kerja mendekati suhu udara wet-bulb atau,
dalam kasus menara pendingin kering sirkuit tertutup, hanya mengandalkan udara untuk
mendinginkan fluida kerja ke dekat suhu udara kering-buluh.
Kinerja Menara Pendingin Aliran Alami diterapkan dengan optimalisasi metode operasi
atau dengan menggunakan beberapa gagasan inovatif. Model optimasi untuk pengoperasian
sistem menara pendingin dapat disimpulkan bahwa dalam operasi sistem pendingin air yang
paling ekonomis, suhu air yang meninggalkan menara harus dijaga pada nilai terendah, asalkan
persyaratan termal tercapai.
Bila terjadi kenaikan permintaan panas tanpa permintaan persyaratan terhadap suhu
outlet air yang lebih rendah dari menara pendingin, maka solusi optimal adalah
dengan menentukan kenaikan laju aliran air yang bersirkulasi melalui sistem,
menjaga agar kondisi operasional lainnya tetap konstan. Pada situasi ketika air
dingin dibutuhkan untuk memenuhi permintaan termal proses, dan
ketersediaannya tercapai (yaitu, kenaikan laju alir air), maka pengeluaran yang
paling ekonomis adalah dengan menaikkan laju aliran udara melalui menara
pendingin.

Partikel air yang terbawa dengan udara keluar jenuh disebut drift. Drift ini
merupakan kerugian penguapan besar yang perlu dieliminasi. Manuel Lucas
meneliti kinerja termal menara pendingin dengan drift eliminator. Kehadiran
eliminator tidak akan memperburuk kinerja menara pendingin seperti yang
diharapkan oleh tambahan pressure loss yang dimasukkan ke dalam aliran udara.
Selanjutnya, kinerja Natural Draft Cooling Tower akan ditingkatkan dengan
menggunakan media munters PVC sebagai media pendingin. Tapi semua ide di
atas mahal untuk dieksekusi dan sulit juga. Kemudian kami sampai pada makalah
penelitian selanjutnya yang menyajikan pilihan yang baik yaitu meningkatkan
efisiensi dengan mengukur kecepatan dan suhu di seberang Menara Pendingin
Draft Alami. Ini memberikan cara langsung untuk mengevaluasi sejauh mana
tetesan air panas yang jatuh dan campuran udara pendingin di menara pendingin.
Analisis menunjukkan bahwa kita harus mendistribusikan air dari interior menara
pendingin, dimana kita memiliki lebih dari cukup air relatif terhadap aliran udara
ke eksterior menara pendingin.

Menara pendingin yang dianalisis yaitu memiliki jenis nosel


yang sama di area pesawat menara pendingin. Sistem distribusi air
dengan saluran aliran terkena tekanan atmosfir, yang berarti bahwa
dengan pengoperasian saluran yang benar, distribusi air di area
pesawat akan seragam. Berdasarkan kecepatan udara dan suhu udara,
kita dapat menentukan posisi dan tingkat entropi generasi. Di tepi
area bidang yang dianalisis, ada wilayah yang relatif luas dengan
kecepatan udara tinggi dan suhu udara rendah. Ini mewakili daerah
dengan generasi entropi tinggi. Daerah yang digaris bawahi di
bidang kecepatan dan suhu, yang menyimpang dari nilai yang
diharapkan disebut daerah anomali dan harus di selidiki. Jika terjadi
perbedaan ambien dan penyimpangan operasional sistem distribusi air, maka
pengemasan CT dan nozel tidak diperhitungkan, sehingga kita dapat berfokus
untuk memperbaiki pengoperasian menara pendingin. Perbaikan semacam ini
melibatkan penentuan rasio aliran massa air / udara optimal secara lokal di seluruh
area pesawat menara pendingin. Kecepatan udara menurun dari ujung menara ke
pedalaman karena suhu perairan masuk seragam dan laju aliran massa air seragam
melintasi area pesawat. Jika laju aliran udara berbeda dan suhu air outlet berbeda,
maka menghasilkan peningkatan entropi di menara pendingin.

Untuk mencapai rasio aliran massa air / udara konstan harus ada variasi laju
alir massa air yang disesuaikan dengan laju alir massa udara di area bidang.
Karena penurunan entropi total yang lebih rendah, maka suhu air outlet yang lebih
rendah tercapai. Sehingga efisiensi menara pendingin keseluruhan yang lebih baik
dapat dipastikan. Distribusi air yang sesuai relatif terhadap aliran udara dapat
dicapai dengan pengaturan sistem distribusi air atau dengan berbagai ukuran nosel
di area bidang menara pendingin. Analisis menunjukkan bahwa kita harus
mendistribusikan air dari interior menara pendingin, dimana kita memiliki lebih
dari cukup air relatif terhadap aliran udara ke bagian dalam menara pendingin.
Artinya arus air harus dimaksimalkan di tepian Natural Draft Cooling Tower dan
diminimalkan di dekat bagian dalam menara pendingin.
2.1.3 PAPER REVIEW 4

JUDUL : THERMAL PERFORMANCE ANALYSIS OF NATURAL


DRAFT COOLING TOWER SIMULATION USING CFX
PENULIS : Priyank V. Dave
TAHUN : 2015
ISSN : 2321-6441

Menara pendingin memainkan peran penting dalam proses


perpindahan panas dan pembangkit listrik. Pekerjaan saat ini
difokuskan pada perhitungan termal, analisis dan kinerja menara
pendingin rancangan alami (NDCT). Desain optimal menara pendingin
merupakan kebutuhan dasar dalam meningkatkan efisiensi keseluruhan
pabrik. Pemodelan numerik dan investigasi kinerja dilakukan secara
rinci untuk mempelajari beberapa aspek seperti pertimbangan
kondisi disain dan operasi. Investigasi kinerja dilakukan dengan
teknik analisis numerik yang disederhanakan menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD). Disini di pendinginan tinggi
saluran menara pendingin dipertimbangkan secara numerik sebagai
analisis untuk berbagai parameter operasi termal. Untuk ketinggian
yang bervariasi di CFD dan mengingat pengaruhnya, ANSYS-CFX
dipertimbangkan untuk keseluruhan analisis numerik dan ketinggian
menara optimal diselidiki. Kinerja sistem yang realistis dapat
diprediksi dengan kondisi batas yang tepat dengan menggunakan alat
CFD.
Di Natural Draft Cooling Tower, tidak ada peralatan
mekanik seperti kipas dan blower. Jadi, ada sedikit getaran dan
sedikit noise dibandingkan dengan Mechanical Draft Cooling Tower.
Juga karena tidak ada bagian mekanik, biaya perawatannya rendah.
Di Cooling Towers, air hangat didinginkan dengan cara penguapan.
Air yang mengalir dari semprotan nozel bersentuhan langsung dengan
udara sehingga beberapa tetesan air menguap. Air yang menguap
menyerap panas penguapan laten dari air yang tersisa dan udara
menghilangkan panas air yang masuk akal. Hiperboloid (hiperbolik)
Menara Pendingin telah menjadi standar disain untuk semua Draft
Natural Cooling Towers karena kekuatan struktural dan penggunaan
material minimal. Bentuk hiperboloid juga membantu mempercepat
aliran udara konveksi ke atas, meningkatkan efisiensi pendinginan.

Tetrahedral mesh yang dianggap masih kurang karena memiliki tiga


node per elemen dibandingkan dengan segiempat, sehingga prosedur
simulasi dilakukan lebih cepat dan untuk setiap kasus uji
independensi grid dilakukan. Perangkat lunak CFX memungkinkan Anda
untuk memperbaiki mesh Anda secara otomatis karena solusi untuk
perhitungan CFD Anda diperoleh. Ini membantu memastikan bahwa
jaring halus digunakan dimana solusinya berubah paling cepat.
Persiapan untuk Adaptasi Mesh terjadi di perangkat lunak CFX-Pre,
bukan di CFX-Mesh. Mesh Adaption dapat digunakan untuk memperbaiki
solusi yang masuk akal. Setelah pemodelan dan pemasangan dalam
kondisi batas CFX-PRE ditugaskan. Perubahan tunggal dilakukan pada
dimensi yang meningkatkan tinggi tenggorokan sebesar 1 meter
sehingga memperhitungkan kasus di ketinggian tenggorokan, dan
mengubah tinggi tenggorokan yang ditimbulkannya pada berbagai
parameter termal (Range, Approach, Cooling efficiency) dengan
menyediakan Kondisi batas yang sama dan prosedur simulasi yang
sama diikuti seperti pada tingginya tenggorokan yang diamati.
Untuk membuat waktu simulasi ekonomis, fungsi dinding digunakan
untuk mengatasi arus dinding. Ada beberapa metode untuk
mendiskritisasi persamaan diferensial yang diberikan, namun volume
terbatas digunakan pada ANSYS-CFX. Metode volume terbatas adalah
metode numerik untuk memecahkan persamaan diferensial parsial yang
menghitung nilai variabel yang dilestarikan yang dirata-ratakan di
volume.
Seperti yang ditunjukkan pada empat pembacaan ketinggian
yang berbeda. Untuk ini, rentang pendinginan yang diperhitungkan
pada ketinggian tenggorokan tinggi 91,12 m karena tinggi
tenggorokan (1 meter) meningkat dari kisaran pendinginan tinggi
tenggorokan asli meningkat sebesar 15%. Karena rentang tinggi
tenggorokan meningkat lebih jauh 1 m (92.12 m), rentang
pendinginan akan berkurang sehingga itu berarti kenaikan lebih
lanjut dalam rentang pendinginan tinggi tenggorokan akan menurun
sehingga ketinggian tenggorokan yang optimal adalah 91.12 m..
Pada cooling tower biasanya semakin rendah pendekatan
semakin baik kinerja menara pendingin. Untuk itu pendekatan
pendinginan masing-masing dipertimbangkan. Pada ketinggian
tenggorokan 91,12 m pendekatan pendinginan minimal yang memberikan
efisiensi pendinginan yang lebih baik. Seiring dengan meningkatnya
rentang pendinginan dan pendekatan, penurunan kedua parameter ini
berhubungan langsung dengan efisiensi pendinginan sehingga pada
ketinggian tenggorokan pada efisiensi pendinginan 91.12 m hampir
mendekati 80% sehingga peningkatan pendinginan 10 - 12%
dibandingkan dengan tinggi tenggorokan asli 90.12 m. Simulasi CFX
dilakukan untuk mempelajari kontribusi menara pendingin dan
berbagai parameternya terhadap keseluruhan kinerja pembangkit
listrik. Untuk itu, perbaikan parameter operasi menara pendinginan
harus dilakukan pada untuk evaluasi kinerja parameter termal yang
lebih baik. Di mana pada ketinggian menara pendinginan 91.12 m
diperoleh 10 sampai 12% peningkatan dalam efisiensi pendinginan
dan peningkatan 12 sampai 14% pada rentang pendinginan diamati.

2.1.5 PAPER REVIEW 5


JUDUL : APPLICATION OF CFD IN NATURAL DRAFT WET
COOLING TOWER FLOW
PENULIS : Alok singh, S. P. S. Rajput
TAHUN : 2012
ISSN : 2248-9622

Rancangan menara pendingin natural umumnya digunakan pada


pembangkit listrik termal untuk menghilangkan panas yang diserap
dalam sirkulasi air pendingin. Kinerja menara pendingin dapat
dipengaruhi oleh efek kondisi crosswind. Pengetahuan tentang
struktur aliran tiga dimensi dapat membantu kita merancang bagian
dalam menara pendingin. Hal ini penting terutama dalam kasus
dimana gas buang masuk langsung ke menara pendingin. Menara
pendingin rancangan alami dapat beroperasi dalam rezim kerja yang
berbeda. Penyebaran gas buang di dalam menara pendingin sangat
penting dari sudut pandang kehidupan dinas konstruksi. Prosedur
perancangan saat ini didasarkan pada model analisis dua dimensi
untuk koefisien perpindahan panas dan koefisien perpindahan massa.
Pekerjaan tersebut mengusulkan model dua dimensi berdasarkan
sistem persamaan diferensial biasa. Model yang dirancang
memungkinkan untuk memecahkan evolusi waktu negara di menara
pendingin rancangan alami. Model CFD yang dikembangkan dalam
pekerjaan memecahkan aliran steady state multi fasa dalam domain
dua dimensi menggunakan kode komersial "Fluent 12" Aliran udara
dipecahkan sebagai fase kontinyu dengan pendekatan Euler sedangkan
lintasan tetesan dipecahkan sebagai fase terdispersi menggunakan
pendekatan Lagrangian. Pengaruh kondisi crosswind terhadap kinerja
termal menara pendingin basah draft alami juga diselidiki dalam
pekerjaan ini.
Pada Menara Pendingin ( Cooling Tower ) basah, studi ini berkaitan
dengan draft wet cooling tower (NDWCT) alami dalam konfigurasi
counter-flow. Struktur ini paling sering ditemukan di pembangkit
listrik.
Dalam NDWCT dalam konfigurasi counter flow.
Ada tiga zona perpindahan panas dan panas,
1. zona semprot
2. mengisi zona
3. zona hujan

Air dimasukkan ke menara melalui semprotan nozel Sekitar 8-10


m di atas baskom. Fungsi utama dari zona semprotan adalah untuk
mendistribusikan air secara merata ke seluruh menara. Air melewati
zona semprotan kecil saat tetesan kecil bergerak cepat sebelum
masuk mengisi. Ada berbagai jenis isi. Umumnya mereka cenderung
berupa tipe isi batang splash atau tipe isi film. Jenis bar splash
bekerja untuk memecah aliran air menjadi tetesan yang lebih kecil
dengan bar splash atau cara lainnya. Isi film adalah desain yang
lebih modern yang memaksa air mengalir dalam film di atas pelat
paralel yang dipadukan dengan erat. Ini secara signifikan
meningkatkan luas permukaan untuk perpindahan panas dan massa.
Pemodelan Dinamika Komputasi untuk menganalisis konsepsi yang
berbeda tentang karakteristik menara pendingin. Kode CFD (Anisis)
"FLUENT 12" digunakan untuk pemodelan. Paket ini telah digunakan
dalam penelitian ini untuk mengembangkan simulasi steady state dua
dimensi NDWCT.
Geometri
Pada proses geometri dengan langkah pertama geometri dibuat dalam
2D dengan menggunakan data referensi dimana menyediakan berbagai
bagian menara pendingin dengan mempertimbangkan rincian penting.
Struktur keseluruhan model yang dibayangkan sebelumnya, karena
kemungkinan langkah selanjutnya bergantung pada komposisi bentuk
geometris yang berbeda. Asumsi diajukan untuk mempertimbangkan
fitur utama konstruksi sebenarnya.
Mesh
Setelah geometri mesh dihasilkan. Selama generasi mesh banyak
perhatian harus dibayar dengan persyaratan persyaratan kualitas
mesh di FLUENT. Agar memiliki resolusi yang tepat dari bidang
aliran di dalam menara pendingin, domain komputasi diskrit menjadi
sejumlah besar sel volume terbatas.
Kondisi batas
Kondisi batas inlet kecepatan digunakan untuk menentukan kecepatan
masuk dan sifat udara lainnya. Kecepatan udara bisa normal ke
batas inlet. Turbulensi diambil sebagai intensitas dan skala
panjang. Kondisi termal dan spesies dalam fraksi mol
didefinisikan.
Tekanan keluar membiarkan didefinisikan di luar keluar dari udara.
Zona lain juga menentukan juga.

Udara masuk ke menara pendingin tiba-tiba berubah suhu


karena kontak air panas keluar dari nosel. Zona suhu tertinggi
berada di dekat sumbu menara pendingin. Saat udara mengalir, suhu
turun. Dekat dinding menara pendingin, suhu udara relatif rendah.
Pada saluran masuk, tekanan udara maksimal dan sedikit berkurang
saat udara mengalir. Di atas zona semprotan dan di sekitar sumbu
sampai batas tertentu tekanan memiliki sangat sedikit beberapa,
waktu itu juga negatif. Beberapa jarak dari dinding, nilai tekanan
seperti konstan sepanjang dinding. Di bawah isi itu selalu lebih
tinggi dari atas isi. Tekanan dinamis memiliki nilai lebih tinggi
di dekat dinding dan lebih rendah di dekat sumbu secara
menyeluruh-ketinggian menara pendingin. Tekanan statis menurun
hingga mengisi dan dari pada menurun sampai ke outlet udara. Nilai
koefisien tekanan tinggi pada saluran masuk dan rendah pada
outlet.

Dengan melakukan simulasi CFD 2 dimensi untuk menyelidiki


kinerja termal menara pendingin basah, perubahan keseluruhan
terjadi di tiga zona. Setiap karakteristik termodinamika berubah
setelah zona hujan meningkat atau menurun. Suhu memiliki nilai
tinggi di garis tengah dan lebih rendah di dekat dinding. Tekanan
menurun ke nilai dari 7 pa menjadi nol pada area zona pengisian
daripada sedikit meningkat sesuai dengan tinggi. Nilai
konduktivitas termal tertinggi berada di dekat sumbu. Densitas
memiliki nilai timbal balik suhu. Enthalpy rendah di dekat
dinding. Intensitas turbulen meningkat sampai zona hujan daripada
penurunan, viskositas turbulen menurun ke zona pengisian hujan
daripada kenaikan. Fungsi aliran secara linear konstan untuk poros
dan menurun sesuai ketinggian untuk garis tengah dan garis di
dekat dinding. Enthalpy menurun setelah zona hujan dan nilainya
sangat rendah di dekat daerah dinding.

2.1.6 PAPER REVIEW 6

JUDUL : CFD SIMULATIONS ON SMALL NATURAL DRAFT


DRY COOLING TOWERS
PENULIS : Y. Lu, Z. Guan, and H. Gurgenci
TAHUN : 2012
ISSN : 147-161

Rancangan alami menara pendingin kering (NDDCT) diyakini


merupakan satu-satunya pilihan hemat biaya untuk sistem pendingin
pembangkit listrik tenaga panas bumi yang diusulkan oleh
Queensland Geothermal Energy Center of Excellence (QGECE). Dengan
meninjau literatur yang terkait dengan desain NDDCT, efek
crosswind pada kinerja pendinginan NDDCT tidak dipertimbangkan
dalam teori desain kontemporer untuk sistem menara pendingin.
Operasi praktis pada NDDCT menunjukkan bahwa crosswind yang lebih
besar dari 1 m / s akan memiliki efek mendalam pada kinerja dan
hal itu tidak dapat diabaikan, terutama untuk NDDCT ukuran kecil.

Sebuah studi tentang kinerja menara pendingin kering alami


setinggi 15m dengan kondisi crosswind yang berbeda disajikan dalam
makalah ini. Model CFD ( baik 2D dan 3D ) berdasarkan media
berpori telah ditetapkan untuk simulasi numerik dinamika udara dan
perpindahan panas di dalam dan di luar menara pendingin. Hasil CFD
telah divalidasi dengan membandingkan hasilnya tanpa kondisi
crosswind dengan yang diperoleh dalam perhitungan teoritis (model
1D). Simulasi 3D CFD menunjukkan bahwa total kapasitas pendinginan
NDDCT kurang terpengaruh oleh angin silang, dan pada kondisi
tertentu penolakan panas pada menara pendingin dapat dikurangi
secara signifikan. Kecenderungan ini sesuai dengan hasil
penelitian serupa pada NDDCT besar yang ditemukan dalam literatur
terbuka dengan baik.

Dalam NDDCT, udara dipanaskan oleh penukar panas yang disusun


secara horizontal pada saluran masuk menara sehingga densitasnya
kurang dari pada udara di luar menara. Akibatnya, udara panas
diangkat oleh gaya apung sehingga perbedaan tekanan antara menara
di dalam dan luar terjadi yang menyebabkan aliran udara terus
menerus melewati penukar panas. Aliran udara distabilkan ketika
dua keseimbangan terpenuhi di menara: keseimbangan aerodinamis
bahwa jumlah semua hambatan aliran harus sama dengan gaya total
rancangan dan keseimbangan energi yang dipanaskan oleh penukar
air, udara dan panas semuanya sama. Dasar ideal dari rancangan
alami menara pendingin kering ini adalah dasar untuk perancangan
dan perataan menara, namun tidak mempertimbangkan pengaruh
eksternal dalam operasi nyata seperti yang paling penting yaitu
crosswind.

Telah terbukti baik dalam operasi komersil maupun penelitian


akademis bahwa kinerja pendinginan NDDCT dipengaruhi oleh
penyimpangan sekitar sampai luasan tertentu. Studi sistematis
tentang efek crosswind pada NDDCT dengan ukuran yang lebih besar
dari 80m pada tinggi menara telah dilakukan oleh banyak peneliti.
Untuk NDDCT ukuran kecil (tingginya kurang dari 30m) diharapkan
efek crosswind akan lebih signifikan daripada NDDCT yang besar.
Sayangnya karena terbukanya publikasi terbuka mengenai pertanyaan
ini, sejauh mana efek ini akan masih belum jelas

Model NDDCT 3D skala penuh diasumsikan sebagai silinder


dengan dimensi tinggi 15 m dan diameter dasar 12m, sedangkan
struktur pendukung menara disederhanakan sebagai permukaan
silinder dengan tahanan tekanan tertentu. Dalam studi CFD awal,
ditemukan bahwa hasil numerik dipengaruhi oleh ukuran domain
komputasi kecil. Oleh karena itu domain silinder dengan tinggi 6
kali dan diameter 10 kali dari pada dimensi menara yang sesuai
digunakan untuk memperoleh ketepatan simulasi yang dapat diterima.
Efek crosswind pada kinerja pendinginan NDDCT ukuran kecil
diperiksa dalam makalah ini. Benang penukar panas yang diatur
secara horisontal di bagian bawah menara disimulasikan dengan
model gabungan radiator dan zona media berpori. Simulasi dengan
kecepatan crosswind yang berbeda menunjukkan bahwa perpindahan
panas pada menara pendingin telah dipengaruhi oleh crosswind
secara signifikan:
1. Aliran udara yang diajukan di dalam menara terganggu oleh
aliran silang horizontal yang membentuk dua vortisitas utama
dan aliran udara terbalik. Dan penyelidikan lebih lanjut
menunjukkan alasan utama dari hal ini adalah efek isap di bawah
penukar panas di menara bawah.
2. Bila terjadi aliran udara terbalik, perpindahan panas total
antara penukar panas dan udara Qr tidak berarah, malah bisa
hilang melalui outlet menara dan inlet menara pada waktu
bersamaan. Jadi lebih penting untuk memeriksa Qr dalam kasus
ini.
3. Seiring dengan meningkatnya kecepatan silang, perpindahan
panas total menurun terlebih dahulu, kemudian berubah
menjadi naik dan akhirnya melebihi nilai aslinya pada kasus
tanpa crosswind.
4. Total panas yang ditransfer Qr bisa turun sebesar 37%
dibandingkan dengan
kondisi tanpa crosswind pada kecepatan penyilangan 5m / s,
yang menyebabkan turunnya daya netto secara signifikan di bawah
kondisi angin silang ini.

2.1.7 PAPER REVIEW 7

JUDUL : PERFORMANCE ANALYSIS FOR NATURAL


DRAUGHT COOLING TOWER THROUGH
NUMERICAL SIMULATION
PENULIS : Kanteyya A, Kiran Kumar Rokhade
TAHUN : 2015
ISSN : 2319 - 8753

Bidang aliran air di menara pendingin alami hiperbolik alami, memiliki


dampak besar pada ekonomi dan keamanan pembangkit listrik, dipelajari melalui
simulasi numerik. Model matematis dibuat dan dianalisis untuk mengoptimalkan
menara pendingin dan untuk mengevaluasi efisiensinya dan sebuah studi numerik
pada sistem aliran ini dilakukan untuk menjelaskan perilaku perpindahan panas
dan aliran fluida. Model CFD 2D dengan aliran draft alami pada menara
pendingin dan cerobong asap dikembangkan dengan model multipulase Euler,
yang akan digunakan untuk mensimulasikan perpindahan panas dan massa di
dalam zona hujan pendinginan menara draft alami dan model turbulen. RNG
dengan opsi terdispersi digunakan untuk pemodelan turbulensi aliran multiphase.
Hasilnya disajikan dalam hal pengukuran suhu udara lokal di dalam saluran yang
dipanaskan secara simetris dan antara ekstensi adiabatik.
Menara pendingin sangat penting dalam memperlengkapi pembangkit listrik
yang dapat mengurangi suhu air yang beredar melalui pertukaran panas dan massa
dan melepaskan panas yang berasal dari kondensor ke lingkungan dengan
efisiensi tinggi. Konveksi alami adalah proses pengangkutan energi yang terjadi
akibat gerakan fluida yang terjadi di hadapan medan gaya tubuh. Menurut penulis
Mohiuddin & Kant dijelaskan metodologi rinci untuk desain termal dari jenis
aliran basah, counter flow dan cross flow dari menara pendingin mekanis dan
alami. Menurut penulis Chu & Rahman mempresentasikan sebuah laporan awal
mengenai satu titik data masing-masing untuk konfigurasi adaptor cerobong asap
tanpa kabel kawat, pada beban panas nominal 2,35 kW model penukar panas yang
didinginkan udara, menunjukkan draft peningkatan 45% dengan konfigurasi yang
pas dengan adaptor cerobong asap kawat. Bahan untuk baja cerobong digunakan
atau beberapa saat pasir dan batu bata digunakan
Metodologi: 1) Pre Processing Terdiri dalam konstruksi geometri jala pada
permukaan atau jilid. Untuk 2D ada jaring dipetakan dengan segiempat dan
bentuk lainnya yang lebih mudah untuk berkembang seperti segitiga
2) Kondisi batas dan parameter lainnya, seperti kondisi awal dan sebelum
memulai simulasi di FLUENT, jala harus diperiksa dan diskalakan dan
dimodifikasi jika perlu. Ini termasuk pilihan kompresibilitas, viskositas,
pertimbangan perpindahan panas, aliran laminar atau turbulen, aliran stabil atau
tergantung waktu.
3) Resolusi masalah, yang dilakukan melalui iterasi sampai konvergensi variabel
diperoleh. Pertama-tama, variabel arus harus diinisialisasi dan ditetapkan untuk
dihitung dari bagian tertentu yang ditentukan oleh pengguna
4) Post Processing atau analisis hasil perhitungan. Ada banyak pilihan: Kontur,
plot X-Y, vektor kecepatan, jalur jalur. Di dalamnya, beberapa variabel dapat
dianalisis: kecepatan, tekanan, turbulensi, gaya, densitas dan lain-lain.

Tujuan dari studi representasi dari makalah ini adalah :


4. Untuk menentukan koefisien perpindahan panas dan massa rata-rata
5. Untuk menguji pengaruh berbagai parameter seperti laju alir umpan, laju
alir udara, suhu air masuk, entalpi, konduktivitas termal, kepadatan,
kekentalan turbulen, dll pada kinerja menara pendingin.
6. Studi pada sistem saluran cerobong asap dilakukan untuk menjelaskan
perilaku perpindahan panas dan aliran fluida. Area gerak fluida yang berbeda
diamati di dalam cerobong asap. Aliran udara terdeteksi di bagian bawah rasio
perpanjangan, terutama untuk nilai rasio lebar cerobong asap yang besar dengan
saluran berpemanas
Hasil dan diskusi pada makalah ini membahas mengenai beberapa cakupan
yaitu :
C) Menara pendingin: Kontur suhu statis udara. Udara yang memiliki suhu sekitar
masuk ke menara pendingin dan tiba-tiba mengubah suhu karena kontak air panas
keluar dari nosel. Sehingga hasil menunjukkan zona suhu tertinggi berada di dekat
sumbu tengah menara pendingin, di antara sumbu vertikal dan dinding menara
pendingin. Saat udara mengalir, suhu akan turun dan di dekat dinding menara
pendingin, suhu udara akan berkurang.
D) Tekanan konstan sepanjang dinding pendingin menara dan di bawah isiannya
selalu lebih tinggi dari atas isi. Tekanan dinamis memiliki nilai lebih tinggi di
dekat dinding menara pendingin dan nilai yang lebih rendah di dekat sumbu
vertikal tinggi menara pendingin.

Untuk analisis kinerja termal tiga garis telah ditarik sebagai sumbu dekat,
dinding dekat dan antara sumbu dan dinding. Suhu memiliki nilai tinggi di garis
tengah 318 K dan lebih rendah di dekat dinding 307 K karena di tengah udara
kontak dengan air panas keluar dari nosel. Tekanan total tiba-tiba turun dari 7 Pa
menjadi 0 Pa pada area pengisian dan kemudian sedikit meningkat sesuai dengan
tinggi menara Pendingin dan kerapatannya tinggi di dekat dinding menara
pendingin. Konduktivitas termal fluida adalah 1400 W / mk pada poros menara
pendingin karena suhu tinggi dan kepadatan rendah. Intensitas Turbulensi berubah
secara acak sampai ke 12m dan kemudian mengambil nilai kelancarannya.

KESIMPULAN
Dengan melakukan simulasi CFD dua dimensi untuk menyelidiki kinerja termal
menara pendingin basah, perubahan keseluruhan terjadi di tiga zona.
 Konduktivitas termal fluida lebih pada sumbu vertikal menara pendingin.
 Kepadatan fluida memiliki nilai resiprokal suhu masukan.
 Enthalpy cairan rendah di dinding menara pendingin.
 Intensitas turbulen meningkat sampai ke zona hujan dan kemudian
menurun,
viskositas turbulen menurun sampai zona pengisian dan kemudian
meningkat.
Fungsi aliran secara linear konstan untuk sumbu dan menurun menurut tinggi
untuk garis tengah dan garis dekat dinding Enthalpy menurun setelah zona hujan
dan nilainya rendah di dekat area dinding.

2.1.8 PAPER REVIEW 8

JUDUL : HEAT AND MASS TRANSFER IN NATURAL DRAFT


COOLING TOWERS
PENULIS : M. M. Hemmasian Kashani and K. V. Dobrego
TAHUN : 2013
ISSN : 1008-1018

Menara pendingin (CT) merupakan unit penting di sebagian besar pembangkit listrik. Hal ini
telah diselidiki secara intensif selama 70 tahun terakhir. Kelimpahan karya membuat sulit untuk
"melihat" total area investigasi CT dan untuk menemukan hasil yang paling mendesak dan
penting. Artikel ini berisi ikhtisar ringkas publikasi kontemporer (selama 11 tahun terakhir) di
bidang perpindahan panas dan massa di Cooling Tower, terutama di draft alami menara
pendingin basah (NDWCT), dan fenomena terkait. Perhatian secara khusus dibayarkan pada
penyelidikan komputasi numerik modern.
Menara pendinginan (CT) adalah bagian besar dan penting dari
pembangkit listrik modern dengan tingkat aliran air 30.000 ton per
jam dan lebih banyak lagi. Menara pendingin adalah perangkat
penolakan panas yang mengekstrak limbah panas ke atmosfir melalui
aliran air pendingin ke suhu yang lebih rendah. Ada banyak desain
menara pendingin atau configuration. Menurut mekanisme onset
konveksi, menara pendingin dibagi menjadi dua kelas besar: menara
draft alami dan pendingin pendorong kipas. Menurut mekanisme
penolakan panas, menara pendingin dibagi menjadi tipe basah dan
kering. Di menara pendingin basah, air disemprotkan langsung ke
udara. Jenis penolakan panas di menara semacam itu disebut
menguapkan seperti di sini sebagian kecil air yang menguap menjadi
aliran udara yang bergerak memberikan pendinginan yang signifikan
dari aliran air lainnya. Udara meninggalkan CT basah pada suhu
tinggi dan kelembaban relatif mendekati 100%. Penolakan panas
evaporatif jauh lebih efektif dibandingkan dengan yang kering atau
yang didinginkan udara. Pada CT basah biasa, sekitar 95% penolakan
panas total diberikan oleh penguapan dan kurang dari 5% melalui
mekanisme perpindahan panas lainnya. Kehilangan air adalah bagian
yang cukup besar dari biaya operasional CT yang basah. Biasanya 1-
2% air dikonsumsi untuk penguapan, yang terdiri dari ratusan nada
air yang harus diganti. Selain itu, cukup banyak air diambil dari
CT dalam bentuk tetesan. Perbaikan kinerja termal CT draft alamI
(NDCT) dapat menyebabkan penurunan ukuran CT dan biaya konstruksi,
serta pengurangan kehilangan air. Masalah ekolog, misalnya,
pengurangan generasi kebisingan dan pengendapan air di sekitar CT
juga masuk dalam agenda.

Optimalisasi NDWCT adalah masalah rumit bagi para insinyur


dan desainer. Kapasitas komputer yang meningkat mendorong sejumlah
besar penyelidikan numerik mengenai perpindahan panas dan massa di
NDWCT yang layak mendapat tinjauan yang agak kritis dan kompeten.
Tujuan artikel ini adalah memberikan tinjauan singkat literatur
tentang publikasi yang ditujukan untuk masalah penyelidikan. dari
kinerja NDWCT, terutama untuk masalah perpindahan panas dan massa
di NDWCT, yang dapat membantu peneliti dan insinyur yang bekerja
di bidang menara pendingin dan penukar panas yang kuat. Kajian ini
disusun sesuai dengan objek penyelidikan utama dalam rentang ini.
Heat and Mass Transfer di Menara Pendingin dan kinerjanya.
Penolakan panas dari aliran fluida ke udara di CT terjadi dengan
perpindahan panas dan massa (pada tipe basah) atau dengan hanya
perpindahan panas (pada tipe kering), dan intensitas perpindahan
panas (sensibel atau laten) secara langsung menentukan kinerja
menara pendingin. Secara umum proses perpindahan panas dan massa
dalam CT dapat diselidiki dengan metode analisis, eksperimental,
dan numerik. Metode ini memiliki spesifikasi, reliabilitas,
keakuratan, dan lain-lain. Misalnya, metode numerik dapat
memberikan informasi yang spesifik dan terperinci mengenai proses
panas dan massa, namun memerlukan analisis serius dan kritis
terhadap pernyataan masalah dan prosedur verifikasi. Generalisasi
hasil simulasi numerik adalah tugas yang tidak penting. Data dan
hasil eksperimen memiliki signifikansi praktis jangka panjang
sejauh digunakan untuk pengujian dan verifikasi simulasi numerik.

Sebagian besar simulasi analitik dan numerik dalam rentang


perpindahan panas dan massa di menara pendingin (CT) dikhususkan
untuk mentransfer fenomena di zona hujan, air, dan hujan, serta
interaksi tetesan udara. Sejumlah besar artikel ditujukan untuk
simulasi numerik CTD 1D, 2D, dan 3D. Beberapa penulis berpendapat
bahwa simulasi 3D menghasilkan akurasi dan keandalan hasil yang
lebih baik, walaupun perlu dipahami bahwa untuk sistem sumbu
simetris, simulasi semacam itu tidak tepat. Sejumlah besar artikel
eksperimental baru-baru ini dikhususkan untuk menyelidiki efek
penyeberangan pada kinerja termal CT, yang saat ini merupakan
salah satu masalah yang paling mendesak seiring dengan interaksi
aerodinamis CT dengan CT dan bangunan sekitarnya lainnya. Perlu
dicatat bahwa aerodinamika dan perpindahan panas dan massa di zona
over shower tidak tercakup dalam karya yang disimpulkan,
bagaimanapun masalah penting kehilangan air CT dalam tetesan
(sampai 300 ton / jam untuk pembangkit listrik ukuran menengah)
tidak dapat dilakukan. diselesaikan tanpa investigasi rinci panas
dan perpindahan massa di zona ini.
4.2 Perkiraan Biaya Penelitian
Diberikan rincian biaya penelitian yang mengacu pada kegiatan penelitian yang
diuraikan dalam Metode Penelitian. Rekapitulasi biaya penelitian : 1. Honorarium,
maksimum 40%, 2. Bahan dan Peralatan Penelitian, 3. Perjalanan, 4. Biaya Lain-
Lain, yang mencakup biaya untuk seminar, laporan, dan lain-lain.

BIAYA YANG DIUSULKAN

NO URAIAN KEGIATAN 3 BULAN


3 BULAN
PERTAMA
KEDUA

1 Pengumpulan dan Analisa Data

Analisa data 1.500.000

Identifikasi user requirement 350.000

Desain dan programming sistem 500.000

Testing 300.000

300.000
Implementasi
150.000
Training metode pelayanan @5 kali pelaksanaan
2
BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN
HARDWARE:
5.300.000
Laptop 14” Asus
4.000.000
iPad 2 sebagai tools aplikasi @ 1 unit
BIAYA YANG DIUSULKAN

NO URAIAN KEGIATAN 3 BULAN


3 BULAN
PERTAMA
KEDUA

8.000.000
Mac Server
500.000
Apple TV
300.000
Connector
SOFTWARE SIMULATION:
300.000
CFD
300.000
CFX
2.000.000
Mac Os server
3 Perjalanan

Transportasi seminasi
– Ongkos transport dalam kota 150.000 150.000

4 Administrasi

50.000 50.000
Kertas A4
100.000 100.000
Tinta Printer /cartridge
100.000
Kabel Roll 15 Meter
5
Biaya Lain-lain
Laporan awal:
Laporan triwulan 300.000 600.000

Final report 200.000

Seminasi hasil penelitian 300.000

21.450.000,- 1.550.000,-
Jumlah Biaya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KESIMPULAN

1. Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar,
disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor.
2. Unsur utama yang terdapat pada bahan bakar adalah
a. Karbon ( C ) dan
b. Hidrogen ( H )
3. Pembakaran sempurna/ baik membutuhkan :
a. Suhu yang cukup untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar,
b. Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik,
c. Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.
4. Setiap reaksi atau proses suatu pembakaran akan menghasilkan energi, yaitu panas atau
kalor.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/kecepatan-reaksi-dan-
energi/kalor-pembakaran-bahan-bakar/
2. http://makalahproposal.blogspot.co.id/2014/05/pendahuluan-makalah.html
3. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/reaksi-kimia-kimia-kesehatan-
materi_kimia/reaksi-pembakaran/
4. http://bermula.wordpress.com/2008/08/11/proses-pembakaran-batubara-dengan-o2co2/
5. http://ss-stefan.blogspot.com/2010/02/bahan-bakar-proses-pembakaran.html
6. http://www.chem-is-
try.org/tanya_pakar/bagaimana_bahan_bakar_menghasilkan_energi_dan_berapa_besar_en
ergi_yang_dihasilkan/

7. http://agungkristanto.wordpress.com/2011/01/24/analisis-proses-pembakaran-bahan-bakar-
gas-alamnatural-gas-2/#more-94

You might also like