You are on page 1of 7

Jurnal Peternakan Vol 10 No 1 Februari 2013 (24 - 30) ISSN 1829 – 8729

KUALITAS SUSU KAMBING SEGAR DI PETERNAKAN UMBAN


SARI DAN ALAM RAYA KOTA PEKANBARU
W. N. H. ZAIN
Laboratorium Teknologi Pascapanen
Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Email : tsahzain@gmail.com

ABSTRACT

Goat milk quality is an important aspect to get high quality goat milk for consumer. Hence, the information goat milk
quality is still not defined. This study aimed to know goat milk quality in Pekanbaru city. A study was conducted to observe
milk goat quality at 2 dairy goat farms (Umban Sari farm and Alam Raya farm). The data then analyzed using t-test for
comparing the two farms. Parameters used to determine goat milk quality are total plate count (TPC), protein, fat, acidity
degree (pH), alcohol test and spesific density of raw goat milk. Research result indicated that raw milk goat from Alam Raya
farm was significantly difference (P<0,05) higher than raw goat milk from Umban Sari. The total plate count of raw goat
milk from Alam Raya farm is exceed the standard of SNI 01-3141-1998. Results of protein, fat and pH raw goat milk were
appropriate to the minimun standard of INS 01-3141-1998 and Thai Agriculture Standard (TAS) of raw goat milk. On the
other hand, result showed in milk spesific gravity that is less than INS 01-3141-1998 and Thai Agriculture Standard (TAS)
standard.

Keywords : goat milk, quality, Alam Raya and Umban Sari Farm

PENDAHULUAN dan halal. Kontaminasi


Dalam rangka memenuhi kebutuhan mikroorganisme dan penanganan yang
pangan hewani, khususnya di Kota tidak baik dapat menurunkan kualitas
Pekanbaru, pemerintah melalui dinas susu kambing. Susu kambing di
terkait telah menempuh berbagai upaya. Indonesia kurang mendapat perhatian
Salah satunya adalah program pemberian dibandingkan susu sapi. Masyarakat
bantuan ternak kepada masyarakat yang Indonesia mengenal susu kambing
telah digulirkan dengan tujuan memenuhi
sebagai obat, dengan cara
kebutuhan pangan hewani dan membuka
mengkonsumsi langsung, tanpa ada
lapangan kerja bagi masyarakat.
pengolahan terlebih dahulu.
Susu segar merupakan salah satu Berdasarkan hasil penelitian Taufik et
pangan hewani yang kaya zat gizi dan al. (2011) terdapat 6,96 log CFU/ml
mudah dicerna karena berbentuk cair. total plate count (TPC) pada susu
Susu segar diperoleh dari ternak kambing segar di daerah Bogor.
perah, baik ternak sapi, kerbau atau Jumlah ini melebihi standar jumlah
kambing. Peternakan kambing perah maksimal bakteri yang ada pada susu
Umban Sari dan Alam Raya segar, yaitu 6 log10 CFU/ml (BSN,
merupakan peternakan kambing perah 1998). Pemerintah telah menetapkan
di Kota Pekanbaru. Kedua peternakan standar khusus untuk suatu produk.
ini menjual produk susu kambing Indonesia saat ini baru mempunyai
kepada masyarakat secara komersial. standard untuk susu sapi segar yang
tercantum dalam SNI 01-1341-1998,
Pemeliharaan ternak dan sedangkan khusus untuk susu kambing
penanganan baik pada saat pemerahan segar belum mempunyai standar.
dan pasca pemerahan merupakan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor penting untuk menghasilkan kualitas susu kambing segar di peternakan
susu kambing yang aman, sehat, utuh

24
Vol 10 No 1 KUALITAS SUSU KAMBING

Umban Sari dan Alam Raya Kota Prosedur Penelitian


Pekanbaru.
Uji Alkohol (SNI, 1998)
Berdasarkan latar belakang di atas, Uji alkohol dilakukan dengan
telah dilakukan penelitian untuk memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung
mengetahui kualitas susu kambing segar reaksi selanjutnya ditambahkan alkohol
di Kota Pekanbaru. Susu kambing 70% dalam jumlah yang sama.
diperoleh dari 2 (dua) lokasi peternakan Pengamatan dilakukan terhadap adanya
kambing yang ada di Pekanbaru. gumpalan dan atau pemisahan bagian-
MATERI DAN METODE bagian susu. Hasil uji positif jika terdapat
butiran atau gumpalan susu pada tabung
Penelitian ini dilaksanakan pada
reaksi.
bulan September – Oktober 2012. Analisis
sampel dilaksanakan di Laboratorium Total Plate Count (SNI, 1998)
UPT Pengujian dan Sertifikasi Mutu Perbanyakan bakteri dilakukan
Barang Dinas Perindustrian dan dengan menggunakan media Plate Count
Perdagangan Provinsi Riau. Agar (PCA) dengan cara 1 ml inokulan
Bahan yang digunakan adalah susu dipipet ke dalam cawan petri steril dan
kambing segar yang diperoleh dari selanjutnya medium PCA dengan suhu
peternakan Umban Sari dan Alam Raya berkisar antara 40-50ºC dituangkan ke
kota Pekanbaru. Bahan untuk uji dalam cawan petri steril tersebut sebanyak
mikrobiologis menggunakan PCA (plate 12-15 ml. Campuran tersebut
count agar). Alat yang digunakan adalah dihomogenkan dengan cara cawan petri
pH meter, tabung reaksi, erlenmeyer, buret, digerakkan membentuk angka delapan.
H2SO4 pekat, larutan selenium mix, larutan Cawan petri diinkubasi setelah agar
asam borat jenuh, larutan HCl 0,02 N, alat mengeras dengan posisi terbalik pada
ekstraksi Soxhlet, desikator, cawan Petri, suhu 37ºC selama 24-48 jam. Jumlah
kertas saring, timbangan digital, oven, bakteri ditentukan dengan metode
gelas piala 500 ml dan laktodensimeter. hitungan cawan dan untuk melaporkan
hasil analisis digunakan Standard Plate
Prosedur pengambilan susu
Count (SPC).
Susu kambing sebagai sampel berasal
Kadar Protein (SNI, 1998)
dari induk laktasi produktif sebanyak 2
liter dari masing-masing peternakan. Susu Sampel ditimbang sebanyak 10-15 mg,
kambing segar berasal dari 3 ekor kemudian dimasukkan ke dalam labu
kambing dengan umur laktasi ke-2 dan ke- Kjeldahl dan ditambahkan 2,5-5 gram
3. Susu yang dianalisis berasal dari hasil selenium mix serta 25 ml H2SO4 pekat dan
pemerahan pagi hari. Sampel ditempatkan beberapa batu didih dan dipanaskan pada
pada wadah plastik kemudian disimpan ruang asap. Pemanasan mula-mula
pada cooling box. Sampel langsung dibawa dengan api kecil, kemudian dibesarkan
ke laboratorium untuk dianalisis. hingga larutan berwarna kehijauan dan
uap SO2 hilang. Larutan tersebut
Peubah yang diamati
selanjutnya dipindahkan ke dalam labu
Peubah yang diamati pada penelitian ukur 100 ml dan diencerkan sampai tanda
ini adalah TPC, kadar protein, kadar tera larutan dipipet sebanyak 10 ml,
lemak, pH dan berat jenis susu. Uji alkohol kemudian dimasukkan ke dalam labu
dilakukan pada setiap sampel. Uji t destilasi dan ditambahkan 10 ml NaOH
dilakukan untuk membandingkan kualitas 0,02% lalu dilakukan penyulingan. Proses
susu kambing segar dari dua peternakan destilasi dilakukan sampai uap destilasi
yang berbeda dengan jumlah ulangan tidak bereaksi basa lagi (diuji dengan
sebanyak 3 kali (Steel dan Torrie, 1993).

25
ZAIN Jurnal Peternakan

kertas pH). Setelah proses destilasi selesai, Nilai pH (Apriyantono et al., 1989)
ujung kondensor dibilas dengan akuades,
Pengukuran pH menggunakan pH
larutan H3BO3 dititrasi dengan HCl
meter yang distandardisasi dengan larutan
standard dan sebagai indikator digunakan
buffer pH 4 dan 7 sebelum digunakan.
metal merah. Kadar protein dihitung
Sampel sebanyak 10 ml diambil, kemudian
sebagai persen nitrogen dikalikan dengan
elektroda dibilas dengan air akuades.
faktor koreksi. Rumus persen kandungan
Elektroda dikeringkan dengan kertas tisue
protein menggunakan rumus sebagai
kemudian dicelupkan ke dalam sampel.
berikut:
Elektroda dibiarkan tercelup beberapa
% kandungan protein saat. Nilai yang dibaca adalah nilai saat
pH meter telah stabil.
=
Berat Jenis (SNI, 1998)
Keterangan :
Pengukuran berat jenis susu
N = Normalitas H Cl
dilakukan dengan mengaduk susu terlebih
A = jumlah HCl yang digunakan
dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam
untuk titrasi sampel (ml)
gelas piala ukuran 500 ml. Laktodensimeter
B = jumlah HCl yang digunakan
dengan hati-hati dimasukkan ke dalam
untuk titrasi blanko (ml)
gelas piala yang berisi susu, sehingga
1,4 = berat dari N (secara analitik),
dapat terapung dengan bebas. Diusahakan
ekivalen untuk 1 ml HCl 0,1 N
supaya laktodensimeter berada di tengah-
C = berat sampel susu yang
tengah tidak menyentuh dinding gelas.
digunakan (g)
Laktodensimeter yang telah diam kemudian
Kadar Lemak (AOAC, 1995) dibaca berat jenis dan suhunya. Angka
yang tertulis pada skala kemudian dicatat
Penentuan kadar lemak dengan dan hasilnya disesuaikan dengan berat
metode ekstraksi Soxhlet dilakukan jenis pada suhu 27,5ºC.
dengan menggunakan labu lemak yang
sudah disiapkan, dikeringkan dalam oven Sistem Pemeliharaan
pada suhu 10ºC selama 30 menit. Labu Sumber pakan ternak kambing di
lemak didinginkan dalam desikator peternakan Umban Sari adalah hijauan
selama 15 menit dan ditimbang (A). dan setiap akhir minggu diberikan limbah
Karena susu berupa cairan, maka untuk dari pabrik roti sebagai pengganti
mengekstraksi lemaknya dengan konsentrat. Peternakan Alam Raya
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian menggunakan pakan hijuan dan ampas
dibungkus dengan kertas saring yang tahu. Ternak kambing diperah 1 kali
berisi sampel sebanyak 5 gram (S). Pelarut sehari pada pagi hari antara pukul 08.00-
lemak dilarutkan secukupnya ke dalam 10.00.
labu lemak dan dimasukkan ke dalam alat
HASIL DAN PEMBAHASAN
ekstraksi selama 3-4 jam. Setelah selesai
pelarutnya disuling kembali, kemudian Pengujian susu kambing meliputi
labu lemak diangkat dan dikeringkan total mikroba susu kambing segar, kadar
dalam oven pada suhu 105ºC sampai tidak protein, kadar lemak, pH, berat jenis dan
ada penurunan berat lagi (berat tetap), uji alkohol. Hasil uji alkohol menunjukkan
labu lemak didinginkan dalam desikator susu kambing segar yang diperoleh dari
selama 20-30 menit dan ditimbang (B). peternakan Umban Sari dan peternakan
Alam Raya adalah negatif. Uji alkohol
Penghitungan kadar lemak
negatif ditunjukkan dengan tidak adanya
= . gumpalan yang terjadi setelah susu
dimasukkan ke dalam alkohol 70%. Hal ini

26
Vol 10 No 1 KUALITAS SUSU KAMBING

sesuai dengan standar SNI untuk susu plate count dapat memberikan gambaran
segar bahwa uji alkohol pada susu segar umum tentang kondisi mikrobiologis
hasilnya adalah negatif. Hasil uji alkohol secara menyeluruh dari mikroorganisme
negatif di kedua peternakan menghasilkan yang terkandung dalam produk (susu
susu segar yang baik. kambing segar) meliputi bakteri, kapang
dan khamir (Walstra et al., 2006).
Hasil pengujian terhadap kualitas
Mikroorganisme dominan pada susu segar
susu kambing di peternakan Umban Sari
menurut Robinson (1981) adalah golongan
dan Alam Raya dapat dilihat pada Tabel 1.
bakteri Micrococcus dan Staphylococcus,
Kandungan total mikroba (total plate count
sedangkan Legowo et al. (2009)
= TPC) susu kambing segar selanjutnya
menyatakan susu dengan jumlah bakteri
diuji menggunakan t-test dan
awal tinggi didominasi oleh bakteri Gram
menunjukkan populasi total mikroba lebih
negatif.
tinggi secara nyata (P<0,05) di peternakan
Alam Raya dibandingkan dengan populasi Total mikroba susu kambing segar di
total mikroba di peternakan Umban Sari. peternakan Umban Sari, yaitu 4,56 log10
Total mikroba susu kambing segar di CFU/ml telah memenuhi standar susu
peternakan Alam Raya melebihi standar segar menurut SNI 01-3141-1998 dan TAS
(6,20 log10 CFU/ml) yang ditetapkan pada 6006-2008 yang termasuk kelas premium
SNI susu segar (1998) yaitu sebesar 1 x 106 (total mikroba <4,69 log10 CFU/ml).
atau 6 log10 CFU/ml dan Thai Agricultural Rendahnya kandungan total mikroba susu
Standard (TAS, 2008) untuk kelas susu kambing segar di peternakan Umban Sari
kambing segar standar sebesar 2 x 105 atau menunjukkan sumber kontaminasi dapat
5,30 log10 CFU/ml. Tingginya kandungan diminimalisir, salah satunya dari alat
total mikroba pada susu segar yang penampungan susu yang tertutup.
diperoleh dari peternakan Alam Raya Legowo et al. (2009) menyatakan susu
kemungkinan disebabkan oleh adanya dengan jumlah bakteri awal yang rendah
kontaminasi yang bersumber dari udara, didominasi oleh bakteri Gram positif.
tubuh pemerah dan sanitasi peralatan
pemerah yang masih sangat minim. Total

Tabel 1. Kualitas susu kambing segar di peternakan kambing Umban Sari dan Alam Raya
Peternakan
Parameter Pengujian
Umban Sari Alam Raya
Uji alkohol negatif Negatif
Total Plate Count (log10 CFU/ml) 4,56a ± 0,24 6,20b ± 0,17
Kadar Protein (%) 7,53a ± 1,07 7,03a ± 0,21
Kadar Lemak (%) 6,27a ± 0,45 7,60b ± 1,21
pH 6,57a ± 0,06 6,67b ± 0,12
Berat Jenis 1,0258 ± 0,0017
a 1,0264a ± 0,0020
Ket : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%
(P<0,05)
dan 7,03%. Kadar protein ini sesuai
Hasil analisis statistik terhadap kadar dengan standar susu segar menurut SNI
protein susu kambing segar menunjukkan (1998) dan TAS (2008), dengan nilai kadar
kandungan yang berbeda tidak nyata protein masing-masing adalah minimum
(P>0,05) pada kedua peternakan 2,8% dan >3,7% untuk susu kambing segar
(peternakan Umban Sari dan Alam Raya). kelas premium, serta berdasarkan hasil
Kandungan protein susu kambing segar di penelitian Zurriyati et al. (2011)
peternakan Umban Sari dan peternakan kandungan protein susu kambing PE
Alam Raya, berturut-turut adalah 7,53% sebesar 4,29%. Kandungan protein susu

27
ZAIN Jurnal Peternakan

dipengaruhi oleh jenis pakan yang SNI (1998) yaitu sebesar 3,0%. Kadar
diberikan. Peternakan Umban Sari lemak susu kambing segar dari
menggunakan pakan hijauan (rumput peternakan Umban Sari dan peternakan
lapang) sebagai pakan setiap harinya dan Alam Raya termasuk kelas premium
limbah dari pabrik roti pada akhir menurut standar TAS (2008).
minggu. Demikian halnya di Peternakan
Hasil analisis statistik terhadap nilai
Alam Raya yang memberikan pakan
pH susu kambing segar di peternakan
hijauan (rumput lapang) dan ampas tahu.
Alam Raya secara nyata (P<0,05) lebih
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
tinggi dibandingkan nilai pH di
Sukarini (2006) yang melakukan
peternakan Umban Sari. Hal ini
kombinasi pakan hijauan dan konsentrat
kemungkinan disebabkan oleh kandungan
sehingga mampu menghasilkan kadar
susu segar yang baru diperah
protein susu kambing PE lebih tinggi
mengandung CO2, fosfat, sitrat dan
dibandingkan dengan kambing PE tanpa
protein (kasein dan whey protein) yang
diberi pakan konsentrat. Kualitas pakan
disebut apparent acidity. Beberapa senyawa
yang baik pada ternak cenderung akan
ini menunjang kemampuan buffer susu,
meningkatkan kandungan solid non fat
yaitu larutan yang menahan perubahan
dalam susu. Protein adalah salah satu
pH atau adanya penambahan sedikit asam
dari komponen solid non fat (bahan
kuat maupun basa kuat. Secara alami,
kering tanpa lemak) (Zurriyati et al., 2011).
kemampuan buffer susu dapat
Kadar lemak yang dihasilkan menghambat kerusakan susu yang
menunjukkan nilai lebih tinggi di diindikasikan dengan perubahan pH dan
peternakan Alam Raya dibandingkan keasaman susu. Nilai pH yang dihasilkan
peternakan Umban Sari (P<0,05). Kadar pada penelitian ini termasuk ke dalam
lemak susu kambing segar di Peternakan nilai pH normal susu segar, yaitu 6,5-6,7
Umban Sari sebesar 6,27% dan kadar (Legowo et al., 2009) dan juga sesuai
lemak susu kambing segar dari standar pH susu kambing segar menurut
peternakan Alam Raya sebesar 7,60%. Hal TAS (2008) sebesar 6,5-6,8. Bila terjadi
ini kemungkinan dipengaruhi oleh banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri,
pemberian jenis pakan yang terdiri dari maka nilai pH akan menurun di bawah
hijauan dan konsentrat. Pemberian pakan nilai normal 6,5-6,7 (Swadayana et al.,
hijauan berhubungan dengan kadar 2012), sedangkan nilai pH lebih tinggi dari
lemak susu yang dihasilkan. Kadar lemak 6,7 biasanya menunjukkan kemungkinan
yang tinggi di dalam susu kambing dalam adanya mastitis (Legowo et al., 2009).
penelitian ini disebabkan oleh pemberian
Analisis statistik terhadap berat jenis
hijauan pakan untuk pembentukan lemak
susu kambing segar berbeda tidak nyata
susu (Makin, 2011). Pakan hijauan
(P>0,05) di kedua peternakan. Nilai berat
merupakan sumber serat, semakin
jenis susu kambing segar di peternakan
banyak produksi asetat, semakin banyak
Umban Sari dan peternakan Alam Raya
sintesis asam lemak yang kemudian
masing-masing adalah 1,0258 dan 1,0264.
menghasilkan peningkatan kadar lemak
Nilai berat jenis pada penelitian ini lebih
susu. Kandungan lemak dalam susu
rendah dari standar menurut SNI (1998)
adalah komponen terpenting disamping
dan TAS (2008), yaitu sebesar 1,028. Hal
protein yang mempengaruhi harga jual
ini dapat dipengaruhi oleh kadar lemak
susu (Zurriyati et al., 2011).
yang terkandung pada susu. Legowo et al.,
Kombinasi pakan hijauan dan ampas (2009) menyatakan bahwa berat jenis susu
tahu mampu menghasilkan kadar lemak tergantung dari kandungan lemak dan
cukup tinggi pada penelitian ini, melebihi bahan padat susu. Kandungan lemak
standar minimum kadar lemak menurut berpengaruh negatif terhadap berat jenis

28
Vol 10 No 1 KUALITAS SUSU KAMBING

susu, karena berat jenis lemak lebih Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-
rendah dibandingkan berat jenis air 2782-1998. Metoda Pengujian Susu Segar.
ataupun plasma susu. Kadar lemak susu BSN. Jakarta.
berasal dari produksi asam asetat (bahan Legowo, A.M., Kusrahayu dan S. Mulyani.
baku pembentuk asam lemak susu, yaitu 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. Badan
butirat, oleat, palmitat dan stearat). Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi
Kesimpulan Perah. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Kualitas susu kambing segar Mardalena, L. Warly, E. Nurdin, W.S.N.
berdasarkan uji alkohol, total mikroba, Rusmana dan Farizal. 2011. Milk quality
kadar protein, kadar lemak dan pH di of dairy goat by giving feed supplement
peternakan Umban Sari telah memenuhi as antioxidant source. J. Indonesian Trop.
standar susu segar menurut SNI 01-3141- Anim. Agric. 36 : 205-212.
1998 dan Thai Agricultural Standard pada Novita, C.I. 2005. Performans Reproduksi,
susu kambing segar, sedangkan kualitas Produksi dan Kualitas Susu kambing
susu kambing dari peternakan Alam Raya Peranakan Ettawah yang Diberi Ransum
hanya memenuhi standar susu segar Komplit Berbasis Jerami Padi
menurut SNI 01-3141-1998 dan Thai Terfermentasi. Tesis. Institut Pertanian
Agricultural Standard dari aspek uji Bogor. Bogor.
alkohol, kadar protein, kadar lemak dan Nurdin, E. 2011. Manajemen Sapi Perah.
nilai pH. Berat jenis susu kambing segar Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
pada kedua peternakan berada di bawah Robinson R. K. 1981. Dairy Microbiology: The
standar menurut SNI 01-3141-1998 dan microbiology of milk. Volume 1. Applied
Thai Agricultural Standard. Science Publisher. London.
Saran Steel R.G.D dan Torrie J.H. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Biometrik. B. Sumantri; penerjemah. PT.
terhadap kualitas susu kambing yang Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
dipasarkan (sampai konsumen) di wilayah
Pekanbaru. Berat jenis susu yang rendah Sudono A., I.K. Abdulgani, dan H. Nadjib.
1989. Diktat Ilmu Produksi Ternak Perah.
dapat ditingkatkan dengan pemberian
Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas
pakan berkualitas.
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Bogor.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of Sukarini, I.A.M. 2006. Produksi dan komposisi
The Association of Analytical Chemists, air susu kambing Peranakan Etawah yang
Washington D.C. Diberi Tambahan Konsentrat pada Awal
Laktasi. Majalah Ilmiah Peternakan. 9(1) :
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, 1-12.
Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Petunjuk
Laboratorium Analisis Pangan. Institut Swadayana A., P. Sambodho, dan C. Budiarti.
Pertanian Bogor. Bogor. 2012. Total bakteri dan pH susu akibat
lama waktu diping puting kambing
Budiarsana, I.G.M. dan I.K. Sutama. 2001. Peranakan Ettawa laktasi. Animal
Efisiensi produksi susu kambing. Seminar
Agricultural Journal. 1(1) : 12 – 21.
Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Hal. 427-434. Taufik, E., G. Hildebrandt, J. N. Kleer, T. I.
Wirjantoro, K. Kreausukon, K. H. Zessin,
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01- M. P. O. Baumann, dan F. H. Pasaribu.
3141-1998. Susu Segar. BSN. Jakarta. 2011. Microbiological quality of raw goat
milk in Bogor, Indonesia. Media
Peternakan. 43: 105-110.

29
ZAIN Jurnal Peternakan

Thai Agricultural Standard. TAS 6006-2008. Zurriyati Y., R.R. Noor dan R.R.A. Maheswari.
Raw Goat Milk. National Bureau of 2011. Analisis molekuler genotipe kappa
Agricultural Commodity and Food kasein (κ-kasein) dan komposisi susu
Standards, Ministry of Agriculture and kambing Peranakan Etawah, Saanen dan
Cooperatives. ICS 67.100.01. Published in Persilangannya. Jurnal Ilmu Ternak dan
the Royal Gaze tte Vol. 125 Section 139 D. Veteriner. 16(1) : 61-70.
Thailand.
Walstra P., J.T.M. Wouters dan T.J. Geurts.
2006. Dairy Science and Technology. 2nd
Ed. CRC Press Taylor & Francis Group.
New York.

30

You might also like