You are on page 1of 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Abortus

a. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang

berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang

terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus.

Abortus provokatus dibedakan menjadi abortus medisinalis yaitu abortus yang

didasarkan atas pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan abortus

provokatus kriminalis ( Saifuddin, 2008 ).

b. Macam – Macam Abortus

1) Abortus iminens

Sering juga disebut dengan keguguran membakat. Diagnosis abortus

iminens (threatened abortion) di pikirkan apabila terjadi perdarahan pada

kehamlan muda, namun pada tes kehamilan masih menunjukan hasil

positif, bercak (spotting) atau perdarahan pervaginam yang menunjukkan

ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti

ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau di pertahankan.


6
Perdarahan pada abortus iminens umumnya sedikit, tetapi dapat

menetap selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Kemudian akan

terjadi peningkatan resiko hamil yang suboptimal dalam bentuk kelahiran

preterm, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dan kematian perinatal.

Jika setelah beberapa minggu ternyata perdarahan masih ditemukan

dan dalam dua kali tes kehamilan menunjukan hasil yang negatif, maka

harus dilakukan kuretase karena hal tersebut menandakan abortus sudah

terjadi ( Tyara, 2011).

2) Abortus insipiens

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil

konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Kondisi ini menunjukan proses

abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit

atau komplit. Abrotus Insipiens terjadi apabila ditemukan adanya

perdarahan lebih banyak pada kehamilan muda, perut mules lebih hebat,

dan disertai dengan membukanya osteum uteri dan terabanya selaput

ketuban ( Tyara, 2011 ).

3) Abortus inkomplit

Perdarahan dalam kehamilan muda di mana sebagian dari hasil

konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis. Pada

abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta

biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara

terpisah. Apabila sebagian atau seluruh plasenta tertahan di uterus, cepat


atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus

inkomplit. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang

sedemikian aktif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.

Pada pasien dalam abortus tipe ini jika pasien terjadi perdarahan

pervaginam disertai pengeluaran janin tanpa pengeluaran desidua atau

plasenta. Gejala yang menyertai adalah amenore, sakit perut karena

kontraksi perdarahan yang keluar bisa banyak atau sedikit. Pada

pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan kadang masih

teraba jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil dari usia kehamilannya

( Tyara, 2011 ).

4) Abortus komplit

Abortus komplit atau keguguran lengkap yaitu seluruh hasil konsespi

telah di keluarkan. Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien dengan

perdarahan pervaginam disertai dengan pengeluaran seluruh hasil

konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim menjadi kosong, uterus telah

mengecil dan kanalis servikalis telah menutup ( Tyara, 2011 ).

5) Abortus habitualis

Pasien termasuk dalam abortus tipe ini telah mengalami keguguran

berturut-turut selama lebih dari tiga kali. Secara umum, sebagian besar

penelitian menjumpai bahwa wanita dengan tiga kali atau lebih keguguran

lebih besar kemungkinannya mempunyai anomali kromosom, gangguan

endokrin, atau perubahan sistem imun ( Tyara, 2011 ).

6) Abortus infeksius
Abortus Infeksius adalah abortus yang disertai komplikasi

infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan

kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau

peritonitis. Keguguran disertai infeksi sebagian besar dalam bentuk tidak

lengkap dan dilakukan dengan cara kurang legeartis. Abortus infeksius

memerlukan tindakan medis khusus (Tyara, 2011).

7) Missed abortion

Missed abortion didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi yang

telah meninggal in utero selama beberapa minggu. Perdarahan pada

kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati

hingga 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan

hanya dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu

pengamatan dan pemeriksaan ulangan ( Tyara, 2011).

c. Etiologi

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :

1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada

kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini

ialah :

a) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi

X. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom termasuk

kromosom seks,

b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna,


c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan

alkohol.

2) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi

menahun.

3) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan, dan

toksoplasmosis.

4) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus

pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan

uterus

( Tyara, 2011 ).

d. Patofisiologi

Abortus biasanya disertai dengan pendarahan didalam desidua basalis

dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan

tempat perdarahan. Hal tersebut menyebabkan ovum dapat terlepas

seluruhnya atau sebagian dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus,

sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

Sebelum minggu kesepuluh, hasil konsepsi biasanya akan dikeluarkan

lengkap. Hal ini disebabkan karena villi koriales belum menanamkan diri

dengan erat kedalam desidua, hingga hasil konsepsi mudah lepas. Pada

kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan secara sempurna yang

dapat menyebabkan banyak pedarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas,

umumnya mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul


beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang lengkap terbentuk. Perdarahan

tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap ( Seputar

kedokteran. 2009).

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin lahir mati atau dilahirkan

hidup.

e. Komplikasi

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil

konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena

perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada

waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam

posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya

perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya

perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.

3) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

4) Infeksi

Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang

merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu


staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,

Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,

sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci, Gram

negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur

(Eliana, 2011).

You might also like