You are on page 1of 17

MAKALAH BAHAN PELEDAK DAN TEKNIK PELEDAKAN

PENGENALAN BAHAN PELEDAK

DI SUSUN OLEH :

RIMA ARDYANTI ( D1101151019 )

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

FAKULTAS TEKNIK

PRODI PERTAMBANGAN

TAHUN 2017/2018
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
1. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 3
1.1. PENGERTIAN BAHAN PELEDAK .................................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH : ................................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
2.1. Klasifikasi Bahan Peledak ............................................................................................. 5
3.1. Jenis Bahan Peledak ..................................................................................................... 9
3.1.1. Agen peledakan (blasting agent) .............................................................................. 9
3.1.2. Bahan Peledak Berbasis NG .................................................................................... 10
3.1.3. Bahan peledak permissible Explosive .................................................................... 11
3.1.4. Bahan peledak black powder .................................................................................. 12
3.1.5. Detonator................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

1.1. PENGERTIAN BAHAN PELEDAK

Yang dimaksud dengan bahan peledak adalah zat yang berbentuk padat, cair, gas
ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan,
tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara fisik maupun kimiawi menjadi zat
lain yang lebih stabil. Perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat disertai
dengan tekanan yang sangat tinggi. Pada bahan peledak industri perubahan secara
kimiawi sebagian besar (hampir seluruhnya) berbentuk gas.

1.1.2. SEJARAH BAHAN PELEDAK

Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman
dinasti Sung,terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan nama black
powder. RogerBacon (1242) telah menulis formula dari black powder. Berthold Schwarz
(1300) juga menulis tentang black powder sebagai senjata api. Tiga abad kemudian
Kasper Weindl (1627), untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi
penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun pabriknya di Massachusetts.
Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu
juga dengan Switzeland (1696) menggunakannya untuk konstruksi jalan.Sedangkan di
Amerika (1705) digunakan untuk penambangan tembaga..Perang dunia I (1917)
menghabiskan sebanyak kurang lebih 115.000 ton black powder,akhirnya pada tahun
1940 pemakaian black powder berkurang dan banyak pabrik tutup,selanjutnya bahan ini
jarang digunakan dalam dunia pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih
aman dan ekonomis, sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (
proyektilpeluru )
Bahan peledak “black powder” terindikasi oleh pihak penyidik kepolisian sebagai bahan
peledak lemah (low explosive) yang digunakan oleh pelaku terror bom untuk
mengeksekusi hotel JW. Marriott dan Ritz Carlton beberapa waktu lalu.Apapun jenis dan
bentuk bahan peledaknya yang jelas sifat utama bahan peledak adalah tetap berbahaya
bagi keselamatan orang-orang yang berada disekitarnya dan efeknya dapat merusak dan
membunuh, apabila ditangani oleh orang-orang yang mempunyai niat untuk suatu
kejahatan.

1.2. RUMUSAN MASALAH :

Pembahasan dalam makalah ini antara lain :


 Klasifikasi Bahan Peledak
 Karakter Fisik Bahan Peledak
 Jenis Bahan Peledak
- Agen Peledakan
- Bahan Peledak Berbasis NG
- Permissible Explosive
- Black Pouder
- Detonator
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi Bahan Peledak

2.1.1. Berdasarkan komposisi

 Bahan Peledak senyawa tunggal

Bahan peledak ini terdiri dari satu senyawa saja. Yang merupakan bahan peledak
senyawa tunggal antara lain PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrate) dan TNT (Trinitro
Toluen).

 Bahan Peledak senyawa campuran

Bahan peledak ini merupakan campuran dari berbagai senyawa tunggal misalnya
: ANFO, dinamit dan sebagainya.

2.1.2. Berdasarkan Kepekaan

Beberapa bahan peledak dengan mudah dapat meledak apabila terkena api, panas,
gesekan dan benturan. Sebaliknya ada juga bahan peledak yang bila kena api hanya
terbakar, dan apabila kena gesekan dan benturan sukar meledak, bahan peledak ini pada
prinsipnya hanya akan meledak apabila ada ledakan lain yang mendahuluinya.
Berdasarkan kepekaan ini bahan peledak dibagi menjadi dua, yaitu :

 Bahan Peledak primer

Bahan peledak primer adalah bahan peledak yang mudah meledak dengan adanya api,
benturan, gesekan dan sebagainya. Misalnya : Hg(OCN)2, DDNP, PbN6 dan lain-lain.
Bahan peledak ini biasanya digunakan untuk mengisi detonator.

 Bahan Peledak sekunder

Bahan peledak sekunder adalah bahan peledak yang relatif tidak mudah meledak dengan
adanya api, benturan dan gesekan. Bahan peledak ini hanya akan meledak apabila ada
ledakan yang mendahuluinya, misalnya adanya ledakan detonator. Bahan peledak
sekunder antara lain DNT dan ANFO.

Berdasarkan kepekaan ini maka penyimpanan kedua jenis bahan peledak ini tidak boleh
disatukan, misalnya dinamit dengan detonator. Bila ditinjau dari kecepatan reaksinya,
bahan peledak sekunder lebih tinggi.
Dalam suatu alat peledak atau sistem peledakan bahan peledak primer hanya
dipakai dalam jumlah yang terbatas, sekedar untuk memulai terjadinya ledakan.
Ledakan yang sebenarnya diperoleh dari meledaknya bahan peledak sekunder.
Meskipun bahan peledak sekunder dikatakan tidak mudah meledak dengan
adanya api, benturan, gesekan dan sebagainya, namun segala upaya pencegahan
terjadinya kebakaran harus benar-benar diusahakan pada saat kita mengelola
bahan peledak. Bila sebagian massanya sudah mulai terbakar maka api akan
segera menjalar ke seluruh massa bahan peledak. Dan apabila bahan peledak
tersebut tertutup atau menumpuk akan terjadi ledakan. Peristiwa ini disebut
pemanasan lokal.

2.1.3. Penggunaanya berdasarkan tujuan

 Bahan Peledak militer

Merupakan bahan peledak yang digunakan dalam operasi-operasi militer.

 Bahan Peledak komersil

Merupakan bahan peledak yang digunakan dalam operasi-operasi


konstruksi maupun pembangunan sarana dan prasarana untuk kesejahteraan
manusia. Pada kenyataannya ada beberapa bahan peledak militer yang digunakan
sebagai bahan peledak komersil dan sebaliknya, misalnya: PETN, Black
powder,dsb.

2.1.4. Berdasarkan kecepatan rambat reaksi

Ledakan merupakan reaksi kimia yang merambat dari satu titik ke titik
yang lain dalam massa bahan peledak. Berdasarkan kecepatan rambat reaksinya
bahan peledak dibagi menjadi :

Low explosive

Merupakan bahan peledak yang kecepaan rambat reaksinya di bawah 1000 meter
per detik, misalnya black powder (sumbu api). Peristiwa perambatan reaksinya
disebut pembakaran (sangat lambat) atau deflargasi (agak cepat).

 High explosive

Merupakan bahan peledak yang kecepatan rambat reaksinya di atas 1000 meter
per detik, misalnya : dinamit, TNT, PETN. Peristiwa perambatan reaksi disebut
detonasi (ledakan).
2.2. Karakter Fisik Bahan Peledak

2.2.1. Densitas

Densitas secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat


per volume. Pernyataan densitas pada bahan peledak dapat mengekspresikan
beberapa pengertian, yaitu:

1. Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume
dinyatakan dalam satuan gr/cc
2. Densitas pengisian (loading density) adalah berat bahan peledak per meter
kolom lubang tembak (kg/m)
3. Cartridge count atau stick count adalah jumlah cartridge (bahan peledak
berbentuk pasta yang sudah dikemas) dengan ukuran 1¼” x 8” di dalam
kotak seberat 50 lb atau 140 dibagi berat jenis bahan peledak.

Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai contoh densitas
ANFO antara 0,8 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak yang mempunyai densitas
tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi. Bila
diharapkan fragmentasi hasil peledakan berukuran kecil-kecil diperlukan bahan
peledak dengan densitas tinggi; bila sebaliknya digunakan bahan peledak dengan
densitas rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan diledakkan berbentuk
massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang mempunyai densitas
tinggi; sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak dapat digunakan bahan
peledak dengan densitas rendah.

Densitas pengisian ditentukan dengan cara perhitungan volume silinder, karena


lubang ledak berbentuk silinder yang tingginya sesuai dengan kedalaman lubang.

2.2.2. Sensitifitas

Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi


bahan peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Sifat sensitif bahan
peledak bervariasi tergantung pada kompisisi kimia bahan peledak, diameter,
temperature, dan tekanan ambient.

Bahan peledak ANFO tidak sensitif terhadap detonator No. 8 dan untuk
meledak-kannya diperlukan primer (yaitu booster yang sudah dilengkapi
detonator No. 8 atau detonating cord 10 gr/m) di dalam lubang ledak. Oleh sebab
itu ANFO disebut bahan peledak peka (sensitif) terhadap primer atau “peka
primer”.
2.2.3. Ketahanan terhadap air (water resistance)

Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran kemampuan suatu


bahan peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau
efisiensi. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek
(mudah larut), berarti bahan peledak tersebut dikatagorikan mempunyai ketahanan
terhadap air yang “buruk” atau poor, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut
“sangat baik” atau excellent.

Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air “buruk” adalah
ANFO, sedangkan untuk bahan peledak jenis emulsi, watergel atau slurries dan
bahan peledak berbentuk cartridge “sangat baik” daya tahannya terhadap air.
Apabila di dalam lubang ledak terdapat air dan akan digunakan ANFO sebagai
bahan peledaknya, umumnya digunakan selubung plastik khusus untuk
membungkus ANFO tersebut sebelum dimasukkan ke dalam lubang ledak.

2.2.4. Kestabilan kimia (chemical stability)

Kestabilan kimia bahan peledak maksudnya adalah kemampuan untuk


tidak berubah secara kimia dan tetap mempertahankan sensitifitas selama dalam
penyimpanan di dalam gudang dengan kondisi tertentu. Bahan peledak yang tidak
stabil, misalnya bahan peledak berbasis nitrogliserin atau NG-based explosives,
mempunyai kemampuan stabilitas lebih pendek dan cepat rusak.

Faktor-faktor yang mempercepat ketidak-stabilan kimiawi antara lain panas,


dingin, kelembaban, kualitas bahan baku, kontaminasi, pengepakan, dan fasilitas
gudang bahan peledak. Tanda-tanda kerusakan bahan peledak dapat berupa
kenampakan kristalisasi, penambahan viskositas, dan penambahan densitas.
Gudang bahan peledak bawah tanah akan mengurangi efek perubahan
temperature.

2.2.5. Karakteristik gas (fumes characteristics)

Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume, yaitu gas-gas, baik yang
tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung racun (toxic). Gas-gas hasil
peledakan yang tidak beracun seperti uap air (H2O), karbondioksida (CO2), dan
nitrogen (N2), sedangkan yang beracun adalah nitrogen monoksida (NO),
nitrogen oksida (NO2), dan karbon monoksida (CO). Pada peledakan di tambang
bawah tanah gas-gas tersebut perlu mendapat perhatian khusus, yaitu dengan
sistem ventilasi yang memadai; sedangkan di tambang terbuka kewaspadaan
ditingkat-kan bila gerakan angin yang rendah.

Diharapkan dari detonasi suatu bahan peledak komersial tidak menghasilkan gas-
gas beracun, namun kenyataan di lapangan hal tersebut sulit dihindari akibat
beberapa faktor berikut ini:

1. pencampuran ramuan bahan peledak yang meliputi unsur oksida dan


bahan bakar (fuel) tidak seimbang, sehingga tidak mencapai zero oxygen
balance,
2. letak primer yang tidak tepat,
3. kurang tertutup karena pemasangan stemming kurang padat dan kuat,
4. adanya air dalam lubang ledak,
5. sistem waktu tunda (delay time system) tidak tepat, dan
6. kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak dengan batuan (sulfida
atau karbonat).

Fumes hasil peledakan memperlihatkan warna yang berbeda yang dapat


dilihat sesaat setelah peledakan terjadi. Gas berwarna coklat-orange adalah fume
dari gas NO hasil reaksi bahan peledak basah karena lubang ledak berair. Gas
berwarna putih diduga kabut dari uap air (H2O) yang juga menandakan terlalu
banyak air di dalam lubang ledak, karena panas yang luar biasa merubah seketika
fase cair menjadi kabut. Kadang-kadang muncul pula gas berwarna kehitaman
yang mungkin hasil pembakaran yang tidak sempurna.
3.1. Jenis Bahan Peledak

3.1.1. Agen peledakan (blasting agent)

Agen peledakan adalah campuran bahan-bahan kimia yang tidak


diklasifikasikan sebagai bahan peledak, di mana campuran tersebut terdiri dari
bahan bakar (fuel) dan oksida. Pada udara terbuka, agen peledakan tersebut tidak
dapat diledakkan oleh detonator (blasting capsule) nomor 8. Agen peledakan
disebut juga dengan nama nitrocarbonitrate, karena kandungan utamanya nitrat
sebagai oksidator yang diambil dari ammonium nitrat (NH4NO3) dan karbon
sebagai bahan bakar. Kadang-kadang ditambah bahan kimia lain, baik yang bukan
bahan peledak, misalnya alumunium atau ferrosilicon, maupun sebagai bahan
peledak, yaitu TNT, dan membentuk bahan peledak baru seperti terlihat pada
Gambar 3.1.

Keuntungan agen peledakan adalah aman dalam pengangkutan, penyimpanan, dan


penanganannya murah. Agen peledakan mempunyai ketahanan terhadap air buruk
atau mudah larut dalam air, kecuali sudah diubah kebentuk bahan peledak slurry
atau watergel. Sangat sukar menentukan secara tepat sifat agen peledakan karena
sifat tersebut akan berubah tergantung dari ukuran butir bahan, densitas, derajat
pengurungan (confined degree), diameter muatan, kondisi air, coupling ratio, dan
jumlah primer. Pada umumnya produsen agen peledakan akan mencantumkan
spesifikasinya sesuai dengan kondisi normal, termasuk batas waktu
kadaluarsanya.
3.1.2. Bahan Peledak Berbasis NG

Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol,


nitrocotton dan material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau
sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil
dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dalam pengangkutan maupun
pengemasan adalah dengan mencampur nitrogliserin dengan bahan yang mudah
menyerap cairan, diantaranya adalah serbuk gergaji. Serbuk gergaji sekarang
sudah tidak dipakai lagi karena terlalu mudah terbakar dan daya serapnya kurang.
Alfred Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai penyerap
nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan peledak
dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan
energi yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya.

Bahan peledak ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti


lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan
ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada
lubang ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung
polyethylene untuk mencegah penyerapan air dari udara bebas. Tabel 3.7
memperlihatkan beberapa produk bahan peledak berbasis NG dan Gambar 3.10
seri AN Gelinite buatan ICI Explosives.

Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini adalah :

ð Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik


maupun pengangkutan

ð Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak


atau tergilas oleh kendaraan

ð Membuat kepala pusing

ð Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi

ð Biaya pembuatan tinggi


Tabel 3.7. Jenis bahan peledak berbasis nitrogliserin

Du Pont Dynamites
Densitas
Diameter,
Merk dagang bhn peledak/ VoD, m/s
mm gr/cc
karton
Straight Dynamite (granular) 32 1,37 104 4900
Ammonia Dynamite (granular) 32 1,16 – 1,29 110 – 120 1750 – 4000
Ammonia Dynamite (semi
32 0,94 – 1,29 110 – 150 3450 – 4000
gelatin)
Straight Dynamite (gelatins) 32 1,32 107 6000
Ammonia Dynamite (gelatins) 32 1,26 – 1,60 88 – 107 4000 – 6000
Ammonia Granular (permissible) 32 0,85 – 1,15 120 – 165 1740 – 2750
Ammonia Gelatin (permissible) 32 1,37 102 5030
ICI Explosives
AN Gelignite 60 22 – 32 1,40 130 – 265 3500
AN Gelignite Dynamite 95 25 – 95 1,45 6 – 188 3200
Ajax (permissible/P1) 32 1,50 — 2500
Dynagex (permissible/P5) 32 1,42 — 2900

3.1.3. Bahan peledak permissible Explosive

Bahan peledak permissible adalah bahan peledak yang khusus digunakan


pada tambang batubara bawah tanah. Bahan peledak ini harus lulus beberapa
tahapan uji keselamatan yang ketat sebelum dipasarkan. Pengujian terutama
diarahkan pada keamanan peledakan dalam tambang batubara bawah tanah yang
umumnya berdebu agar bahan peledak tersebut tidak menimbulkan kebakaran
tambang. Bahan peledak yang lulus uji akan diklasifikasikan kedalam “permitted
explosive” dengan rating P1 atau P5, di mana kode rating menunjukkan tingkat
kekuatan bahan peledak tersebut. Bahan peledak permissible P1 dapat digunakan
untuk meledakkan batubara yang keras, pembuatan vertical shaft, dan lubang
bukaan bahwa tanah lainnya; sedangkan P5 lebih cocok digunakan pada tambang
batubara bawah tanah yang berdebu.

Bahan peledak permissible bisa berbasis NG maupun emulsi dan yang


terlihat pada Tabel 3.7 adalah bahan peledak permissible berbasis NG. Komposisi
bahan peledak permissible ditambah dengan garam yang dapat menekan
temperature saat peledakan berlangsung disebut fire suppressant salts. Derajat
penekanan tersebut tergantung pada distribusi dan persentase garam yang dapat
memberikan jaminan keamanan agar tidak terjadi kebakaran debu batubara pada
udara ketika proses peledakan. Disamping garam terdapat pula cara lain untuk
menekan temperatur tersebut, yaitu dengan memanfaatkan system pertukaran ion
atau yang disebut reinforced safety. Bahan peledak ini biasanya dibuat dengan
persentase NG kecil ditambah bahan bakar dan sodium nitrat serta ammonium
chloride, reaksinya adalah:

NaNO3 + NH4Cl NaCl + NH4NO3

Hasilnya adalah ammonium nitrat sebagai oksidator dan sodium chloride yang
mempunyai daya pendinginan yang besar, bahkan lebih besar dibanding dengan
pencampuran yang pertama. ICI- Explosive membuat bahan peledak permissible
berbasis emulsi yang dinamakan seri Permitted Powergel

3.1.4. Bahan peledak black powder

Black powder atau gunpowder pertama kali dibuat pada abad ke 13 dan
digunakan baik untuk keperluan militer maupun penambangan. Komposisi black
powder adalah serbuk batubara, garam, dan belerang. Bahan peledak ini terbakar
cepat sekali, bisa mencapai kecepatan rambat 100 ±10 detik per meter atau 60
meter per detik pada kondisi terselubung, tetapi tidak bisa meledak. Oleh sebab itu
black powder diklasifikasikan sebagai bahan peledak lemah (low explosive).
Kapabilitas black powder sangat dipengaruhi oleh cuaca yang memperburuk
kemampuan bakarnya. Karena kelemahan inilah black powder tersingkir
penggunaannya sebagai bahan peledak utama dalam industri pertambangan
setelah diketemukan nitrigleserin dan bahkan sekarang bahan peledak berbasis
emulsi yang mempunyai kekuatan detonasi sangat tinggi dan aman. Walaupun
demikian black powder saat ini masih tetap dimanfaatkan untuk mengisi sumbu
api atau sumbu bakar atau safety fuse untuk peledakan dengan menggunakan
detonator biasa. Untuk keperluan militer, black powder digunakan sampai
sekarang sebagai mesiu di dalam selongsong peluru yang berfungsi sebagai
pelontar proyektil peluru (propellant) dan juga digunakan pada berbagai
keperluan piroteknik.

3.1.5. Detonator

Fuse Caps

Penemuan generasi demi generasi Fuse Caps bertujuan untuk menjawab


pengapian yang berbahaya dari produk bahan peledak yang digunakan selama periode
considered. Keselamatan Miner selalu menjadi salah satu tujuan utama dalam
pembangunan aksesoris peledakan. Bubuk hitam dikatakan sebagai penemuan Cina,
digunakan sebagai kembang api, tertanggal dari abad pertama Masehi. Meskipun
penggunaan bubuk hitam berdasarkan "Api-Yunani" dalam pertempuran kuno, 1380
adalah tanggal yang umumnya diakui untuk studi pertama pada bubuk hitam. Monk
Fransiskan Jerman, Berthold Schwarts mengembangkan mesiu dari rumus Antique.
Tercatat pertama kali digunakan bubuk hitam untuk peledakan batu berawal dari 1627, di
Hongaria. Selengkapnya untuk Sejarah Bahan Peledak dan Peledakan. Kecepatan
pembakaran ini tidak dapat diandalkan demikian membuat bubuk hitam sangat berbahaya
dan mengakibatkan banyak kecelakaan. Pengapian yang berbahaya diatasi pada tahun
1831 dengan penemuan "Miners Safety Fuse" oleh William Bickford, seutas tali dengan
seuntai benang dipadukan dengan bubuk hitam. Ascanio Sobrero synthetized
nitroglycerin pada tahun 1846. Nitroglycerin adalah yang pertama ditemukan, bahan
peledak menjadi lebih kuat dari bubuk hitam. Penggunaannya di lapangan masih sangat
berbahaya terutama sampai 1863, ketika Alfred Nobel meluncurkan "detonator praktis"
nya: plug kayu bubuk hitam dimasukkan ke biaya yang lebih besar dari liquid
nitroglycerin, tertutup di shell logam. Pada tahun 1865, Nobel mengembangkan mercury
blasting cap yang merupakan pengurangan substansial dalam biaya produksi dan karena
itu berkontribusi terhadap penyebarannya di seluruh industri. Menjadi sangat murah, Fuse
Caps masih banyak digunakan saat ini dalam industri pertambangan, khususnya di negara
berkembang. Fuse Caps ini juga, dengan desain yang tidak sensitif terhadap medan
elektromagnetik.

Detonator Listrik

Prototipe pertama detonator menggunakan listrik sebagai sinyal inisiasi sumber


energi muncul pada akhir 1880-an. Tutup peledak listrik mirip dengan Fuse Caps, tetapi
dengan dua kabel listrik diisolasi menonjol dari salah satu ujungnya, bukan sumbu.
Detonator listrik seketika dikembangkan terlebih dahulu. Pada tahun 1868, H. Julius
Smith mempatenkan teknologi yang lebih mudah dan aman, yang memungkinkan
pengapian melalui campuran mercury fulminate, resistensi platinum jembatan kawat yang
tinggi dan sebuah plug belerang. Dimasukkannya delay powder train memungkinkan
diperkenalkannya pre yang diprogram electric delayed detonators. Teknologi ini
memungkinkan sebuah offset antara dua muatan berturut-turut dan oleh karena itu,
penciptaan urutan initiation, membuka pintu untuk shot lebih terkontrol tetapi terbatas
pada sejumlah batas kombinasi. delay detonators setengah detik muncul di awal 1900-an,
sementara millisecond delay detonators tiba di market pada tahun 1943. Detonator listrik
sensitif terhadap panas, goncangan, listrik statis, energi frekuensi radio dan radiasi
elektromagnetik.

Detonator Non-Eletrik

Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari gelombang
kejut, dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator non-eletrik menekan
pasar pada tahun 1973, menawarkan semua keuntungan dari inisiasi listrik tetapi
menambahkan manfaat keamanan (ketidakpekaan terhadap listrik, energi frekuensi radio
dan radiasi elektromagnetik) dan fleksibilitas operasional yang luas (lebih mudah untuk
merancang urutan inisiasi yang lebih besar, secara teoritis dengan tak terbatas jumlah
penundaan). Sistem inisiasi terdiri dari tabung kejut terhubung ke detonator down-the-
hole dan konektor permukaan. Meskipun lapisan mereka bubuk reaktif dan berkat starter,
tabung kejut mengirimkan gelombang kejut ke detonator non-elektrik. Sambungan di
lapangan adalah "plumbing-like", dengan asumsi gelombang getaran seperti air, yang
beredar dalam tabung dari detonator yang lain. Detonator non-elektrik yang banyak
digunakan di seluruh dunia. Amerika Serikat selalu menjadi salah satu pasar terbesar
untuk jenis detonator.

Detonator Elektronik

Komponen elektronik diperkenalkan di anisiasi-anisiasi eletrik dunia di akhir


1960-an. Meningkatkan ukuran setiap shot berubah menjadi strategis untuk pasar
inisiator, untuk detonator elektrik untuk dapat bersaing dengan yang baru diperkenalkan
detonator non-elektrik. Perkembangan elektronik membuat penciptaan mesin peledakan
sekuensial. Sekuensial mesin peledakan memberikan waktu semburan secara elektronik
waktu energi dapat diatur untuk beberapa kawat timah, secara dramatis meningkatkan
jumlah maksimum detonator listrik blasters dapat terhubung dan karenanya meningkatkan
jumlah kombinasi potensial. Pada tahun 1990, miniaturisasi peningkatan komponen
elektronik melahirkan ide baru: menggunakan jam elektronik untuk memulai
menggantikan pyrotechnical (powder) unsur penundaan yang menciptakan ketidaktepatan
untuk detonator elektrik. Dari tahun 1990 sampai 2000, gerakan penelitian dan
pengembangan besar-besaran dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk
mengembangkan pre-programmed atau diprogram detonator elektronik. Detonator
elektronik Programmable merupakan langkah maju dalam logika, menawarkan
fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini bersama-sama
dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan short
rangkaian inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat yang signifikan
(pengurangan gangguan, meningkatkan produktivitas) kepada stakeholder pertambangan.
Perangkat lunak simulasi numerik telah dikembangkan untuk membantu insinyur
pertambangan untuk berurusan dengan sejumlah besar kemungkinan dalam desain shots
mereka.
BAB III

PENUTUP

Dari penguraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya
yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan
akan berupa secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan
suasana kerja atau lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang
menguntungkan dan bebas dari segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat,
material ataupun metode kerja pada saat dilakukannya operasi penambangan. bilamana
peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan lingkungan pun perlu di perhatikan
sebagai bagian utama dari melakukan suatu peledakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/93327671/PELEDAK
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CC0QF
jAA&url=http%3A%2F%2F180.245.203.132%2Fpower_point%2FPENGETAHUAN%2
520DASAR%2520BAHAN%2520PELEDAK%25201.ppt&ei=3ROvUPaPHoerrAecoY
D4Dw&usg=AFQjCNFYJFN4JBbSKY7XNvF1Yvofb8_QMw
http://www.miningsite.info/bahan-peledak
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/05/peledakan-tambang.html
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/08/blasting.html
http://akubernapas.blogspot.com/2009/06/bahan-explosive.html
http://suyitno01.wordpress.com/pertambangan/peledakan-blasting/pengetahuan-dasar-
bahan-peledak-komersil/
http://kasmui.blog.com/archives/213/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.explosives.or
g/index.php/component/banners/click/10
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.infoplease.co
m/encyclopedia/science/explosive-applications-explosives.html
http://www.anekatambang.net/berita-tambang/istilah-populer-dunia-pertambangan.html
http://www.miningsite.info/bahan-peledak
http://www.scribd.com/doc/42119480/MAKALAH-TEKNIK-PELEDAKAN
http://www.scribd.com/doc/95553765/PENANGANAN-BAHAN-PELEDAK
http://geotambang.blogspot.com/
http://selvifoni.blogspot.com/2012/05/metoda-penambangan.html
http://migasnet05niko8045.blogspot.com/2010/01/bagaimana-eksplorasi-dan-
eksploitasi.html
mining.about.com

You might also like