You are on page 1of 11

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981

VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PENGGUNAAN E-LEARNING


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PEMOGRAMAN
DI FAKULTAS TEKNIK UNP

Yeka Hendriyani1
Hansi EffendI2

ABSTRACT

This study aims to determine students' perceptions of the use of e-learning as a


supplement or replacement for face-to-face lectures. The method was conducted
by distributing questionnaires to student about the use of e-learning. The
questionnaire consists of two instruments, namely : (1) the instrument about
student opinion on the Programming Language subject which is taught using e-
learning, which consists of 33 items ; and (2) general perceptions of students
about e-learning which consists of a 30 items. In the first questionnaire, after
using e-learning for one semester on Programming Languages course, the
students considered that the use of e-learning in terms of learning objectives,
learning materials, the rules of the role, interactive aspects, and supporting
systems were adequate; whereas in terms of social system of e-learning that was
used is still not enough. In the second questionnaire, students should be
consulted on e-learning in terms of motivation, ease of use, benefits, efficiency,
attractiveness, and a must. The result is that students considered that the use of
e-learning as a supplement or as a substitute for face-to-face classroom lectures
were motivating, easy to use, useful, efficient, attractive and is a must.

Keywords: Perception, E-learning, Supplement

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap


pemanfaatan e-learning sebagai suplemen maupun pengganti beberapa
perkuliahan tatap muka dalam pembelajaran. Metode yang dilakukan yaitu
dengan cara menyebarkan kuesioner untuk mengukur pendapat mahasiswa
terhadap pembelajaran menggunakan e-learning dalam pembelajaran. Kuesioner
terdiri dari dua instrumen, yaitu: (1) instrumen pendapat mahasiswa tentang
pembelajaran pada matakuliah Bahasa Pemrograman menggunakan e-learning,
yang terdiri dari 33 butir pernyataan; dan (2) instrumen persepsi mahasiswa
secara umum tentang e-learning yang terdiri dari 30 butir pernyataan. Pada
kuesioner pertama, setelah menggunakan e-learning selama satu semester pada
matakuliah Bahasa Pemrograman, maka mahasiswa menilai bahwa penggunaan
e-learning dari segi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, aturan peran,
aspek interaktif, dan sistem penunjangnya cukup memadai; sedangkan dari segi
sistem sosial mahasiswa menilai e-learning yang digunakan masih belum cukup.
Pada kuesioner kedua, mahasiswa dimintai pendapat mengenai e-learning

1
Dosen Jurusan FTI FT UNP
2
Dosen Jurusan Elektro FT UNP

48
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

ditinjau dari segi motivasi, kemudahan penggunaan, manfaat, efisiensi, daya


tarik, dan suatu keharusan. Hasilnya yaitu mahasiswa menilai bahwa
penggunaan e-learning sebagai suplemen maupun sebagai pengganti
perkuliahan tatap muka di kelas memotivasi, mudah digunakan, bermanfaat,
efisien, menarik dan merupakan suatu keharusan.

Kata Kunci: Persepsi, E-learning, Suplemen

49
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

PENDAHULUAN pembelajarannya. Tetapi tidak


Banyak universitas telah tertutup kemungkinan suatu saat
memanfaatkan e-learning untuk nanti dosen-dosen UNP diwajibkan
pembelajarannya, begitu juga menggunakan e-learning sebagai
dengan Universitas Negeri Padang suplemen maupun sebagai
(UNP). Sejak semester Juli- pengganti beberapa pertemuan
Desember 2013, UNP meluncurkan mata kuliahnya.
e-learning yang dapat dimanfaatkan Sehubungan dengan
oleh seluruh dosen yang membina penggunaannya sebagai suplemen
suatu mata kuliah dan mahasiswa atau tambahan dalam pembelajaran,
yang terdaftar pada mata kuliah e-learning dapat dimanfaatkan untuk
tersebut. Mahasiswa yang terdaftar memasukkan bahan ajar,
pada suatu mata kuliah tertentu memberikan pengumuman kepada
secara otomatis terdaftar sebagai mahasiswa, memberikan kuis online,
peserta perkuliahan dalam e- sebagai tempat diskusi secara
learning. sinkron (melalui chatting) maupun
Sebagai universitas negeri, asinkron (forum diskusi), sebagai
tentu UNP tidak bisa melakukan tempat mengumpulkan tugas-tugas,
pembelajaran yang seratus persen dan lain sebagainya.
berbasis e-learning. Sehingga e- Penggunaan e-learning dalam
learning yang ada hanya bisa pembelajaran cocok dilakukan pada
dimanfaatkan sebagai suplemen perguruan tinggi. Salah satu filosofi
atau sebagai pengganti sebagian perancangan dan pengembangan e-
perkuliahan yang ada. Istilahnya learning yaitu konstruktivisme.
menurut Robin Mason (1998) dari Konstruktivisme sebagai paradigma
United Kingdom Open University baru pendidikan berpendapat bahwa
yaitu perkuliahan yang bersifat belajar adalah proses aktif dan
“partially online” atau dikenal dengan konstruktif. Peserta didik adalah
blended learning. Definisinya seperti konstruktor informasi. Informasi baru
yang dituliskan oleh Garrison dan dikaitkan dengan pengetahuan yang
Vaughan (2008:4), blended learning telah ada sebelumnya, sehingga
adalah pembelajaran yang mental bersifat subjektif.
memadukan antara komponen Konstruktivisme menganggap bahwa
online dan komponen tatap muka di semua pengetahuan dibangun dari
kelas. pengetahuan peserta didik
Pada saat ini penggunaan e- sebelumnya, terlepas dari
learning di UNP maksimal hanya bagaimana seseorang menerima
sebagai suplemen dalam pengetahuan itu. Oleh karena itu
pembelajaran, karena walaupun dalam konsep konstruktivistik
pelatihan penggunaan e-learning peserta didik yang menjadi aktif
terhadap dosen sudah dilakukan, menjadi penting.
tapi tidak semua dosen ikut dalam Cheng (2005:29) dalam
pelatihan tersebut. Bagi yang belum bukunya “New Paradigm for Re-
ikut dapat mempelajarinya secara engineering Education:
otodidak melalui dokumen panduan Globalization, Localization, and
penggunaan yang ada pada e- Individualization” memperlihatkan
learning. Dari pihak manajemen, bahwa saat ini mahasiswalah yang
penggunaan e-learning sebagai menjadi pusat pembelajaran. Dosen
suplemen pembelajaran juga belum tidak lagi menjadi satu-satunya
diwajibkan kepada dosen-dosen di sumber informasi, tetapi menjadi
UNP. Dosen yang berminat fasilitator, motivator, katalisator, atau
dipersilahkan mempergunakan e- mediator bagi mahasiswa.
learning sebagai media dalam Mahasiswa dituntut harus bersikap

50
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

aktif, mandiri, inisiatif, analitis dalam interaction, productivity and


belajar. Sehingga pembelajaran accountability, dan leadership and
yang dikembangkan haruslah responsibility. Seharusnya beberapa
berpusat kepada mahasiswa keterampilan ini dapat diajarkan
(student-centered), dapat dipelajari secara tidak langsung dalam
secara mandiri (self-learning), fokus pembelajaran menggunakan e-
kepada bagaimana belajar (how to learning.
learn), memiliki sumber yang cukup Penggunaan e-learning juga
dalam menunjang pembelajaran sejalan dengan falsafah
(multiple sources), tidak berbatas pembelajaran orang dewasa.
ruang dan waktu, dan memberikan Sebagai orang dewasa, pada
feedback kepada mahasiswa, serta hakekatnya mahasiswa cendrung
bersifat interaktif. untuk belajar secara individual,
Kurikulum 2013 juga menuntut karena mereka sudah memiliki
mahasiswa untuk aktif dalam kesadaran dan tanggung jawab
pembelajaran. Selain menguasai untuk belajar. Mahasiswa belajar
kompetensi bidang ilmu, mahasiswa dan membentuk pengetahuan
juga dituntut dapat mengembangkan berdasarkan pengetahuan yang ada
keterampilan generic (softskill) pada dirinya dan berdasarkan
seperti jujur, berfikir kritis, kreatif, pengalaman yang dialaminya.
mampu bekerja sama dengan orang Penggunaan e-learning juga efektif
lain (bekerja berkelompok), problem karena mahasiswa dapat belajar
solver, mampu mengambil sesuai dengan kecepatannya, dapat
keputusan, dan bertanggung jawab mengontrol sendiri
terhadap pekerjaannya sendiri atau pembelajarannya, dan juga efektif
pekerjaan kelompok. Mata kuliah karena adanya pengulangan-
yang mengajarkan ini tidak ada di pengulangan (repetition).
universitas, sehingga pengajarannya Permasalahan dalam
perlu diselipkan pada semua mata pemakaian e-learning tentu juga
kuliah yang ada. Sebagai pendidik ada, seperti belum terbiasanya
kita harus merancang pembelajaran dosen dan mahasiswa dalam
yang mengakomodasi itu semua, penggunaan e-learning untuk
baik kompetensi mengenai pembelajaran, perlu waktu dalam
pembelajaran itu sendiri, juga merancang pembelajaran, menjamin
kompetensi pendukung dan soft interaksi antara dosen dan
skill-nya. mahasiswa, mahasiswa dengan
Trilling dan Fadel (2009) dalam materi, dan mahasiswa dengan
bukunya “21st century skills: learning mahasiswa. Jika tidak ada panduan
for life in our times” menyatakan ada yang jelas, bisa jadi dosen hanya
3 (tiga) kategori keterampilan yang memindahkan hasil kerjanya ke e-
harus dimiliki pada abad 21, yaitu: learning sehingga tidak tercapai
(1) Learning and innovation skills, tujuan pembelajaran.
meliputi: critical thinking and problem Sebagai sesuatu yang baru
solving, communications and tentu banyak kendala yang dihadapi
collaboration, dan creativity and baik oleh mahasiswa maupun dosen
innovation; (2) Digital literacy skills, dalam pemanfaatan e-learning. Oleh
meliputi: information literacy, media karena itu, pada tahap awal
literacy, dan information and penelitian ini, perlu diketahui
communication technologies (ICT) bagaimana persepsi mahasiswa
literacy; dan (3) Career and life dalam penggunaan e-learning untuk
skills, meliputi: flexibility and pembelajaran. Diharapkan dapat
adaptability, initiative and self- juga diungkap kendala-kendala yang
direction, social and cross-cultural dihadapi oleh mahasiswa dalam

51
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

menggunakan e-learning sebagai berbagai latar belakang telah


suplemen maupun sebagai memiliki pengetahuan awal yang
pengganti beberapa pertemuan banyak dalam diri mereka. Suatu
dalam perkuliahan nantinya. pembelajaran yang memungkinkan
Berdasarkan informasi yang didapat mereka membagi berbagai
nantinya juga akan dapat ditemukan pengalaman ini dengan peserta
metode pembelajaran yang tepat didik/mahasiswa yang lain akan
dalam penggunaan e-learning dalam sangat mendukung pembelajaran
pembelajaran. mereka.
Prinsip keempat tentang
PENDEKATAN PEMECAHAN kesiapan belajar memberikan aturan
MASALAH bahwa konsep yang akan diajarkan
Pendidikan Orang Dewasa kepada mahasiswa sebagai orang
Cara orang dewasa belajar dewasa haruslah memiliki aplikasi
berbeda dari anak-anak. Menurut dan dapat diterapkan pada
Knowles dkk dalam Lehmann & kehidupannya. Kesiapan ini tentu
Chamberlin (2009:24) ada 6 (enam) tergantung kepada mahasiswa itu
prinsip pembelajaran orang dewasa, sendiri.
yaitu: (a) kebutuhan untuk Prinsip kelima yaitu orientasi
mengetahui, (b) konsep diri peserta belajar berarti bahwa pengetahuan
didik, (c) pengalaman peserta didik, dan keterampilan yang
(d) kesiapan belajar, (e) orientasi didapatkannya haruslah dapat
pembelajaran, dan (f) motivasi. diaplikasikan pada kehidupannya
Prinsip yang pertama, dan bahkan sejalan dengan
kebutuhan untuk mengetahui, minatnya, karena orang dewasa
maksudnya yaitu sebagai seorang pada dasarnya berorientasi pada
yang telah dewasa mahasiswa akan hidup. Mahasiswa ingin orientasi
banyak bertanya dan tidak berhenti tugas-tugasnya dapat dikaitkan
sampai dia mendapatkan jawaban dengan bagian nyata dari
yang memuaskannya. Pertanyaan kehidupannya. Kuncinya yaitu
seperti: “Kenapa saya butuh bagaimana merancang
mengetahui hal ini?” akan sangat pembelajaran sehingga
sering ditanyakan sehubungan pengetahuan yang didapatkan oleh
dengan keuntungan pribadi yang mahasiswa berguna bagi dirinya.
didapatkannya jika dia mempelajari Prinsip keenam, motivasi,
suatu hal. secara sederhana menyatakan
Konsep kedua, konsep diri bahwa sebagai orang dewasa
peserta didik mengungkapkan mahasiswa tidak lagi termotivasi dari
bahwa mahasiswa butuh untuk luar. Orang yang dapat
mandiri dan bertanggung jawab memotivasinya adalah dirinya
terhadap pembelajarannya. Mereka sendiri.
tidak akan suka dengan situasi yang Semua prinsip di atas
memaksakan keinginan terhadap berhubungan dengan filosofi
mereka. Pada konsep ini konstruktivisme. Semua pembelajar
pembelajaran yang cocok yaitu dewasa, termasuk mahasiswa akan
pembelajaran yang memberi pilihan sangat berhasil jika semua
kepada mereka bagaimana suatu rancangan pembelajaran yang
tugas dilakukan. dibuat untuk mereka berdasarkan
Pengalaman peserta didik aktivitas konstruktivisme.
yang merupakan prinsip ketiga
memberikan ide bahwa sebenarnya Pembelajaran Konstruktivisme
sebagai pembelajar dewasa, Konstruktivisme sebagai
mahasiswa yang berasal dari paradigma baru pendidikan

52
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

berpendapat bahwa belajar adalah metakognitif. Metakognitif yaitu ide


proses aktif dan konstruktif. Peserta dimana individual sadar akan proses
didik adalah konstruktor informasi. mental atau kognitif dan cara belajar
Informasi baru dikaitkan dengan mereka.
pengetahuan yang telah ada
sebelumnya, sehingga mental Pembelajaran Campuran
bersifat subjektif. Originator dan (Blended Learning)
kontributor penting dalam teori Perkembangan teknologi
konstruktivistik adalah Vygotsky, informasi dan komunikasi (TIK) telah
Piaget, Kwek, Vico, Rorty, Bruner. memberikan pengaruh luar biasa
Konstruktivisme menganggap terhadap dunia pendidikan
bahwa semua pengetahuan khususnya dalam proses
dibangun dari pengetahuan peserta pembelajaran. Menurut Muhammad
didik sebelumnya, terlepas dari Surya (2006), dengan
bagaimana seseorang menerima perkembangan TIK ini ada 5
pengetahuan itu. Bahkan pergeseran dalam proses
mendengarkan ceramah-pun pembelajaran: (a) dari pelatihan ke
melibatkan usaha-usaha aktif untuk penampilan; (b) dari ruang kelas ke
membangun pengetahuan baru. dimana saja dan kapan saja; (c) dari
Oleh karena itu dalam konsep kertas ke online; (d) dari fasilitas fisik
konstruktivistik peserta didik yang ke fasilitas jaringan; dan (e) dari
menjadi aktif menjadi penting. waktu siklus ke waktu nyata.
Menurut Pritchard (2007:2) Komunikasi sebagai media
ada 3 prinsip tentang pembelajaran pendidikan dapat dilakukan dengan
konstruktivisme yang perlu menggunakan media-media
diperhatikan, yaitu: “… (1) Learning komunikasi seperti telefon,
is a process of interaction between komputer, internet, email, dan
what is known and what is to be sebagainya. Interaksi antara dosen
learned; (2) learning is a social dan mahasiswa tidak hanya
process; (3) learning is a situated dilakukan melalui hubungan tatap
process; and (4) learning is a muka tetapi juga dilakukan dengan
metacognitive process…” menggunakan media-media
Prinsip di atas menyatakan tersebut. Dosen dapat memberikan
bahwa belajar adalah proses layanan tanpa harus berhadapan
interaksi antara apa yang telah kita langsung dengan peserta didik.
ketahui dengan apa yang akan kita Demikian pula mahasiswa dapat
pelajari. Setiap individu memiliki memperoleh informasi dalam lingkup
pengetahuan dan pemahaman awal yang luas dari berbagai sumber
pada dirinya akan sesuatu hal yang melalui cyber space atau ruang
dapat digunakan kembali pada maya dengan menggunakan
situasi baru. Belajar adalah proses komputer atau internet. Hal yang
sosial berkaitan dengan teori paling mutakhir yaitu “cyber
konstruktivisme sosial yang teaching” atau pengajaran maya,
menekankan interaksi antara yaitu proses pengajaran yang
pebelajar dengan yang lainnya, dilakukan dengan menggunakan
seperti orang tua, pebelajar lainnya, Internet.
dan guru/dosen. Pada prinsip ketiga Mason dan Rennie (2009)
yang berbunyi belajar adalah proses menyatakan biasanya definisi e-
dalam konteks tertentu, learning berbeda tergantung pada
mengandung pengertian bahwa penekanannya, ada yang
semua pembelajaran selalu memiliki penekanannya fokus pada konten,
konteks tertentu. Prinsip yang ada yang fokus pada komunikasi,
terakhir yaitu belajar adalah proses dan ada yang fokus pada teknologi.

53
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

Munir (2009) menyatakan bahwa belajar yang memadukan berbagai


persepsi dasar e-learning terbagi media pembelajaran atau berbagai
dua yaitu: a) e-learning adalah kesempatan pembelajaran: di tingkat
pembelajaran yang memanfaatkan yang paling dasar, mereka
teknologi informasi dan komunikasi, melibatkan berpikir, membaca dan
terutama perangkat yang berupa pencampuran informasi baru dengan
elekronik; dan b) e-learning adalah pengetahuan yang sudah ada.
pembelajaran yang menggunakan
fasilitas internet yang bersifat online Persepsi Mahasiswa Terhadap
sebagai instrument utamanya. Naidu E- learning
(2006) mendefinisikan e-learning Bagaimana mengukur persepsi
sebagai peng-gunaan teknologi mahasiswa terhadap e-learning?
informasi dan komunikasi dalam Institute of Higher Education Policy
pengajaran dan pembelajaran. (IHEP) telah mengembangkan suatu
Banyak sekali model set standar untuk mengukur
pembelajaran berbasis web persepsi mahasiswa dalam
berkembang saat ini. Ada yang lingkungan pembelajaran jarak jauh.
memanfaatkan media web sebagai Standar ini dikembangkan
suplemen atau tambahan saja, ada berdasarkan reviu literatur dan
yang memanfaatkan media web interviu 147 orang yang terdiri dari
sebagai pengganti sebagian anggota fakultas, mahasiswa, dan
pembelajaran tatap muka di kelas, anggota administrasi enam institusi
dan ada pula yang memakai media pendidikan jarak jauh yang sudah
web secara penuh untuk proses terakreditasi.
belajar mengajarnya. Menurut Standar ini terdiri dari 45
Kudwadi (2002) jika bobot pertanyaan yang terdiri atas 7
pembelajaran tradisional lebih besar kategori, yaitu: (1) dukungan
dari pembelajaran berbasis web institusi, (2) pengembangan kursus,
disebut Web Enhanced Course, (3) proses belajar mengajar, (4)
sedangkan jika berbasis web lebih struktur kursus, (5) dukungan
besar disebut Web Centric Course, terhadap mahasiswa, (6) dukungan
sedangkan jika seratus persen fakultas, dan (7) evaluasi dan
berbasis web disebut Web Course. asesmen. Standar ini telah banyak
Sedangkan Mason (1998) dari digunakan untuk mengukur persepsi
United Kingdom Open University dalam penggunaan teknologi seperti
menyatakan bahwa kebanyakan pembelajaran jarak jauh,
perkuliahan online yang ada pembelajaran berbasis web, dan
sekarang bersifat “partially online” pembelajaran e-learning.
atau “fully online-learning course”. Dalam penelitian ini akan
Untuk partially online biasanya digunakan dua instrumen, yaitu: (1)
dikenal dengan blended learning. instrumen untuk mengukur pendapat
Blended learning atau hybrid mahasiswa mengenai pembelajaran
courses adalah pembelajaran yang dengan e-learning setelah
memadukan antara komponen mengalami pembelajaran pada
online dan komponen tatap muka. matakuliah Bahasa Pemrograman;
Kenyataannya, program belajar yang dan (2) instrumen mengenai
mengandung komponen online persepsi mahasiswa mengenai e-
sekecil apa pun (misalnya: situs web learning secara umum.
pendukung, akses email ke Instrumen pertama diadopsi
instruktur, daftar bacaan online) dari instrumen IHEP dengan
kadang-kadang disebut sebagai e- mempertimbangkan tiga kategori
learning. Lebih jauh, hal itu juga saja yaitu proses belajar mengajar,
menggambarkan semua program struktur mata kuliah, dan dukungan

54
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

mahasiswa. Kategori ini diambil sistem evaluasi pembelajaran, dan


karena berhubungan langsung karakteristik matakuliah.
dengan pembelajaran mahasiswa. Caraivan (2011) dalam
Dari tiga kategori tersebut papernya menganalisis konsep dan
dikembangkan 6 (enam) aspek, proses blended learning, komponen
yaitu: tujuan pembelajaran, materi kunci yang membentuk proses ini,
pembelajaran, sistem sosial, aturan dan model yang telah dikembangkan
peran, aspek interaktif, dan sistem selama 10 tahun terakhir. Paper ini
penunjang. Instrumen ini terdiri dari menuliskan karakteristik pengguna
33 butir pernyataan. yang harus diperhatikan oleh dosen
Instrumen kedua terdiri dari 30 dalam mendesain e-learning, yaitu:
(tiga puluh) kata sifat yang dibuat (1) kebutuhan mahasiswa; (2) bakat;
secara random sehubungan dengan (3) prestasi; (4) waktu yang
penggunaan e-learning sebagai dibutuhkan untuk mendapatkan
suplemen maupun sebagai keterampilan tertentu; (5) derajat
pengganti perkuliahan tatap muka di kebutuhan untuk dibimbing; (6)
kelas. Kata-kata sifat tersebut kemampuan menghadapi tugas
nantinya akan dikategorikan yang kompleks; (7) kemampuan
menggunakan analisi faktor untuk menggunakan objek; (8) menjadi
menggambarkan sikap mahasiswa kreatif dan imajinatif; dan (9)
mengenai e-learning. memecahkan masalah. Kemudian
disebutkan bahwa model-model
Kajian Penelitian yang Relevan blended learning yang telah ada
Beberapa penelitian yang yaitu: (1) supplemental model; (2)
berhasil dikumpulkan dapat replacement model; dan (3)
disimpulkan sebagai berikut. emporium model. Dan untuk
Kudwadi dan Suryadi (2010) kesemua model, bahan kuncinya
dalam penelitiannya yang berjudul (key ingrediens) yaitu adanya: (1)
Pengembangan Kerangka Model e- live event; (2) online content; (3)
learning dalam Pembelajaran collaboration; (4) assessment; dan
Teknologi dan Kejuruan diantaranya (5) reference material. Sebagai
menyimpulkan sebagai berikut: (1) kesimpulan dari paper ini yaitu
pembelajaran e-learning dapat dalam menghadapi persoalan ini
diselenggarakan dengan pertanyannya bukanlah apakah kita
menghubungkan pebelajar dengan harus mencampur (blend), tetapi
sumber belajarnya secara langsung apakah bahan/ingredient untuk
(synchronous) dan tidak langsung mencampur tersebut? Sehingga
(asynchronous); (2) sistem dapat disimpulkan bahwa langkah
pembelajaran yang dikembangkan awal dalam mengadopsi blended
yaitu Web Enhanced Course, Web learning yaitu mengidentifikasi
Centric Course, dan Web Course; ingredient tersebut.
(3) kegiatan yang bisa dilaksanakan Lin, Kuo, Chiu, et al. (2012)
dengan e-learning seperti: kegiatan mengusut faktor-faktor yang
pengajaran, diskusi, membaca, berhubungan dengan pembelajaran
penugasan, presentasi, dan online berdasarkan studi empiris.
evaluasi; dan (4) model Khususnya yaitu faktor yang
pembelajaran pendidikan teknologi berhubunagn dengan area unjuk
dan kejuruan bisa dilakukan dengan kerja pembelajaran dalam konteks e-
model presentasi, model interaktif, learning dari aspek andragogi.
model kolaborasi, atau gabungan Temuan yang didapat yaitu bahwa
ketiganya. Dasar pemakaian model faktor-faktor kunci yang
yaitu tujuan, materi bahan ajar, mempengaruhi partisipasi
pembelajaran online meliputi: rasa

55
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

komunitas, keterlibatan instruktur, Pemrograman di Jurusan Teknik


karakteristik kehidupan dan Elektro FT-UNP.
pengalaman sebelumnya, interaksi,
gaya belajar, dan motivasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurczyk, etal (2014) mencoba Data dari 75 (tujuh puluh lima)
mengukur persepsi mahasiswa mahasiswa dikumpulkan dengan
dalam pembelajaran berbasis web. dua buah angket yang masing-
Dia menyebarkan angket pada awal masing terdiri dari 33 (tiga puluh
perkuliahan, pertengahan tiga) dan 30 (tiga puluh) pernyataan.
perkuliahan, dan akhir perkuliahan Data yang dikumpulkan mencakup
untuk mengukur persepsi pendapat subjektif mahasiswa
mahasiswa terhadap perkuliahan terhadap penggunaan e-learning
berbasis web yang dilaksanakan. pada matakuliah Bahasa
Pengukuran persepsi siswa ini Pemrograman dan persepsi
berguna untuk melihat mahasiswa terhadap e-learning
kecendrungan permasalahan yang secara umum.
dihadapi oleh mahasiswa dalam Pendapat mahasiswa setelah
mengikuti pembelajaran berbasis mengalami pembelajaran
web sehingga dosen dapat menggunakan e-learning pada
menyesuaikan cara mengajarnya matakuliah Bahasa Pemrograman
sesuai dengan kecendrungan yang dikatego-rikan menjadi 6 (enam)
didapatkan. aspek, yaitu: (1) tujuan
pembelajaran, (2) materi
METODEOLOGI PENELITIAN pembelajaran, (3) sistem sosial, (4)
Metode penelitian yang aturan peran, (5) aspek interaktif,
digunakan yaitu metode penelitian dan (6) sistem penunjang.
survei yang gunanya untuk Kesimpulan mengenai hal ini
mengungkap bagaimana persepsi diperlihatkan pada Tabel 1.
mahasiswa terhadap pembelajaran Dari Tabel 1 dapat disimpulkan
campuran yang dilakukan selama bahwa dari segi tujuan
satu semester. Instrumen yang pembelajaran, materi pembelajaran,
digunakan yaitu dua set kuesioner aturan peran, interaktivitas, dan
yang terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) sistem penunjang, mayoritas
dan 30 (tiga puluh) butir pernyataan. mahasiswa setuju bahwa desain
Kuesioner pertama nantinya akan pembelajaran e-learning yang
dianalisa dengan analisis statistik berhubungan dengan aspek-aspek
deskriptif. Sedangkan instrumen tersebut memadai. Sedangkan dari
kedua dianalisis dengan analisis aspek sistem sosial, mahasiswa
faktor. menilai bahwa perancangan aspek
Kuesioner disebar kepada 75 tersebut dalam e-learning masih
(tujuh puluh lima) mahasiswa yang belum cukup.
mengambil matakuliah Bahasa
Tabel 1. Pendapat Mahasiswa Setelah Menggunakan E-learning Sebagai
Suplemen Pada Mata Kuliah Bahasa Pemrograman
Skor Skor Standar
Aspek Rerata
Minimum Maksimum Deviasi
Tujuan Pembelajaran 2,20 4,00 3,15 0,36
Materi Pembelajaran 2,20 4,00 2,97 0,42
Sistem Sosial 2,00 3,17 2,59 0,29
Aturan Peran 2,00 4,00 2,90 0,42
Interaktivitas 2,13 4,00 3,07 0,46
Sistem Penunjang 2,00 4,00 3,04 0,49

56
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

Tabel 2. Persepsi Mahasiswa tentang Penggunaan E-learning


Skor Skor Standar
Aspek/Segi Rerata
Minimum Maksimum Deviasi
Motivasi 2,00 4,00 2,95 0,46
Kemudahan 1,40 4,00 2,84 0,48
Manfaat 1.60 4,00 3,07 0,48
Efisiensi 2,40 4,00 3,15 0,41
Daya tarik 2,20 3,60 2,72 0,30
Keharusan 2,00 4,00 3,04 0,47

Persepsi mahasiswa mengenai a. Desain pembelajaran


e-learning secara umum dijaring yang digunakan sebagai
dengan 30 (tiga puluh) pernyataan. suplemen maupun pengganti
Mutu pernyataan dan instrumen ini perkuliahan tatap muka di kelas
diuji dengan validitas dan reliabilitas. dinilai cukup memadai
Uji validitas dengan mengunakan dipandang dari segi tujuan
korelasi Product Moment Pearson pembelajaran, materi
menunjukkan 29 (dua puluh pembelajaran, aturan peran,
sembilan) pernyataan valid pada interaktivitas, dan sistem
alpha 0,01 dan satu pernyataan penunjang.
tidak valid. Uji reliabilitas dengan b. Satu aspek yang
alpha Cronbach menghasilkan dinilai masih belum cukup yaitu
koefisien reliabilitas instrumen aspek sistem sosial.
sebesar 0,917. Artinya instrumen c. Informasi dari
untuk mengukur pendapat pendapat subjektif mahasiswa
mahasiswa mengenai e-leaning mengenai e-learning
sangat baik. Setelah diolah dengan menunjukkan bahwa baik dosen
analisis faktor pertanyaan- maupun mahasiswa
pertanyaan ini terkelompok menjadi berpendapat bahwa pembe-
enam kelompok yang diberi nama lajaran dengan e-learning
aspek motivasi, kemudahan, motivatif, mudah digunakan,
manfaat, efisiensi, daya tarik, dan bermanfaat, efisien, menarik,
keharusan. dan merupakan suatu
Informasi Tabel 2 menunjukkan keharusan.
bahwa baik dosen maupun
mahasiswa berpendapat bahwa DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran dengan e-learning
motivatif, mudah digunakan, [1] Caraivan, Luiza. (2011).
bermanfaat, efisien, menarik, dan Blended learning: from concept
merupakan suatu keharusan. to implementation. Euromentor
Journal Volume II No. 4. Diambil
KESIMPULAN pada tanggal 20 Oktober 2012,
Berdasarkan survei yang dari
dilakukan terhadap 75 mahasiswa http://euromentor.ucdc.ro/dec20
yang telah mengalami pembelajaran 11/en/blendedlearningfrom
menggunakan e-learning pada concepttoimplementation
matakuliah Bahasa Pemrograman di luizacaraivan_12.pdf.
Jurusan Teknik Elektro FT-UNP
didapatkan kesimpulan sebagai [2] Cheng, Y. C. (2005). New
berikut: Paradigm for Re-engineering
Education: Globalization,

57
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 2086 – 4981
VOL. 8 NO. 1 Maret 2015

Localization, and http://www.jgbm.org/page/21%2


Individualization. Netherland: 0ShinYi%20Lin.pdf.
Springer.
[9] Mason, Robin & Frank Rennie.
[3] Garrison, D. R., & Vaughan, N. (2009). Elearning: panduan
D. (2008). Blended learning in lengkap memahami dunia digital
higher education: framework, dan internet. Diterjemahkan
principles, and guidelines. San dari: Elearning oleh Taylor
Fransisco: John Willey & Sons. Francis, London-New York,
2009. Surabaya: Penerbit Baca!
[4] IHEP. (2000). Quality on the
line: Benchmark for success in [10] Munir. (2009). Pembelajaran
internet-based distance jarak jauh berbasis teknologi
education. The Institute of informasi dan komunikasi.
Higher Education Policy. Bandung: Alfabeta.

[5] Jurczyk, J., Benson, S.N.K., & [11] Naidu, Som. (2006). Elearning:
Savery, J.R. (2013). Measuring a guide book of principles,
student perceptions in web- procedures, and practices. New
based courses: a standards- Delhi: Creative Workshop.
based approach. Available in:
http://www.westga.edu/~distanc [12] Pritchard, A. (2007). Effective
e/ojdla/winter74/jurczyk.htm. Teaching with Internet
Technologies: Pedagogy and
[6] Kudwadi, Budi & Dedy Suryadi. Practice. London: Paul
(2010). Pengembangan Chapman Publishing.
kerangka elearning dalam
pembelajaran teknologi dan [13] Surya, M. (2006). Potensi
kejuruan. Artikel penelitian. teknologi informasi dan
komunikasi dalam peningkatan
[7] Lehmann, Kay & Lisa mutu pembelajaran di kelas.
Chamberlin. (2009). Making the Makalah dalam Seminar
move to elearning: putting your Pemanfaatan TIK untuk
course online. USA: Rowman Pendidikan Jarak Jauh dalam
and Littlefield Education. Rangka Peningkatan Mutu
Pembelajaran. Diselenggarakan
[8] Lin, S. Y., Kuo, C., Chiu, C. K., oleh Pustekkom Depdiknas,
etal. (2012). Factors affecting Tanggal 12 Desember 2006 di
participation in online learning: Jakarta.
evidences from andragogy.
Journal of Global Business [14] Trilling, B. & Fadel, C. (2009).
Management. Diambil pada 21st century skills: learning for
tanggal 20 Oktober 2012, dari life in our time. San Fransisco:
Jossey Bass.

58

You might also like