You are on page 1of 10

Diet dan Olahraga sebagai Upaya Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Ulin Banjarmasin


Tahun 2015

Diet and Exercise As an Effort to Controll Blood Sugar Levels In Patients with Type 2
Diabetes Mellitus Disease In Ulin Hospital Banjarmasin 2015

Nany Suryani1*, Pramono2 , Henny Septiana3


1
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
RSUD Ulin Banjarmasin
3
Alumni STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
*Korespondensi: nan_cdy@yahoo.co.id

Abstract
Diabetes mellitus (DM) type 2 is a metabolic disorder of the endocrine system, particularly an
imbalance glycemic. The type 2 diabetes occurs when the pancreas does not produce
enough insulin to maintain normal levels of glucose in the blood or when the body is unable
to use the insulin that is produced. The type 2 diabetes disease management through the
implementation of the four pillars of diabetes treatment including education, sports, medicine
dietary adjustments or dietary nutrients. This study aims to analysis the diet and exercise as
an effort to controll blood sugar level. The study design used is the means of analytical
investigation with case-control design. The study population was all patients with type 2
diabetes mellitus disease in hospitals Ulin Banjarmasin. A large sample of 34 respondents,
including 17 cases and 17 controls. The sampling was conducted by sampling purpose.. Diet
data and respondents statements were obtained from interviews with exercise and food
recall interlocutor for food intake. Bivariate analysis using the chi-square test. Based on the
statistical test it showed no relationship diet to control sugar levels in the blood (p = 0.001),
with OR 29, and there is a relationship of exercise on the control of blood sugar levels (p =
0.000), with OR 35. From the results it can be concluded that there is a relationship
significant that respondents diet blood sugar is not controlled it will be 29 times greater than
those who did not diet and exercise blood sugar respondents will be checked more than 35
times higher than those who did not exercise. Diet and exercise can help to control blood
sugar levels and help the most effective treatment.

Keywords: levels of diet, exercise and blood sugar.


Pendahuluan terbesar di indonesia (5). Menurut data
Diabetes mellitus adalah penyakit Riset Kesehatan Dasar di Propinsi
multifaktorial, yang ditandai dengan Kalimantan Selatan, Prevalensi dari tahun
sindroma hiperglikemia kronis dan 2007 1,0% dan mengalami peningkatan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak menjadi 1,4% pada tahun 2013 (6). Di
serta protein yang disebabkan insufisiensi RSUD ulin Banjarmasin dari laporan
sekresi insulin ataupun aktivitas endogen terakhir prevalensi jumlah kunjungan rawat
insulin atau keduanya (1). Hiperglikemia jalan penderita diabetes mellitus pada tahun
yang tidak terkontrol juga dapat 2014 jumlah kunjungan rawat jalan pasien
menimbulkan banyak penyakit komplikasi diabetes mellitus sebanyak 1.013 (7).
seperti neuropati, stroke dan penyakit Diabetes melitus dibedakan menjadi
pembuluh darah perifer (2). dua, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan
Prevalensi DM menurut WHO, bahwa diabetes melitus tipe 2. DM tipe 1 terjadi
lebih dari 382 juta jiwa orang di dunia telah karena pankreas tidak bisa memproduksi
mengidap penyakit diabetes mellitus (3). insulin. Pada DM tipe 1 ini terdapat sedikit
Prevalensi DM di dunia dan Indonesia akan atau tidak sama sekali sekresi,sedangkan
mengalami peningkatan, secara pasien yang menderita diabetes tipe 2
epidemiologi, diperkirakan bahwa pada adalah jika tubuhnya masih dapat
tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus memproduksi insulin, namun insulin yang
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang dihasilkan tidak cukup atau sel lemak dan
(4). Selain itu diabetes melitus menduduki otot tubuh menjadi kebal terhadal insulin
peringkat ke enam penyebab kematian (8).

1
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

DM Tipe 2 adalah gangguan merupakan salah satu upaya untuk


metabolisme dari sistem endokrin, terutama meningkatkan derajat kesehatan, dengan
ditandai dengan ketidakseimbangan olahraga yang benar dapat dicapai tingkat
glikemik (American Diabetes Association, kesegaran jasmani yang baik. Badan
2010). DM Tipe 2 terjadi ketika pankreas Kesehatan Dunia (17) menyatakan bahwa
tidak memproduksi insulin yang cukup aktivitas fisik yang dirancang menurut usia
untuk mempertahankan kadar glukosa dan status fisik merupakan bagian dari
darah normal atau ketika tubuh tidak pengobatan diabetes mellitus DM, namun
mampu menggunakan insulin yang tidak semua olahraga dianjurkan. Olahraga
dihasilkan (resistensi insulin). DM tipe 2 yang dilakukan adalah yang terukur, teratur,
disebabkan oleh beberapa faktor terkendali dan berkeseimbangan (18).
diantaranya genetik, obesitas, aktifitas fisik, Olahraga yang dianjurkan bersifat aerobik
umur, gaya hidup yang salah, dan seperti jalan kaki, bersepeda santai,
kebiasaan makan yang tidak sehat (9). jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan
Komplikasi medis dari DM Tipe 2 lainnya secara teratur 3-5 kali seminggu, selain itu
yang berhubungan dengan sistem saraf aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan
pusat menimbulkan penyakit Alzheimer dan seperti berkebun, membersihkan rumah,
demensia vaskular (10). Prinsip dari berjalan ke pasar dan naik turun tangga,
pengelolaan penyakit DM tipe 2 yaitu olahraga selama 30-45 menit mampu
melalui pelaksanaan 4 pilar pengelolaan meningkatkan pemasukan gula darah ke
DM diantaranya edukasi, olahraga, obat- dalam sel sampai 20 kali dibandingkan tidak
obatan pengaturan pola makan atau diet melakukan olahraga (19).
nutrisi (11). Manfaat olahraga bagi penderita DM
Pengaturan pola makan pada adalah menurunkan kadar gula darah,
Penderita DM Menurut Perkeni (12) yaitu meningkatkan sensivitas insulin,
dengan memperhatikan pedoman 3J yang menurunkan berat badan, dan
harus di ketahui dan dilaksanakan oleh meningkatkan fungsi jantung serta
penderita diabetes melitus yaitu, tepat menurunkan tekanan darah (20) Menurut
jumlah memerlukan perhitungan kebutuhan Ermita (21) olahraga pada pasien diabetes
kalori dan zat gizi yang sesuai status gizi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
penderita diabetes melitus, bukan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif,
berdasarkan tinggi rendahnya gula darah sehingga secara langsung latihan jasmani
(12). Tepat jenis dengan memperhatikan/ dapat menyebabkan penurunan glukosa
mengontrol indeks glikemik dari setiap darah.
bahan makanan yang dikonsumsi, Menurut Yoga (22) hubungan antara
Pengontrolan indeks glikemik dapat empat pilar pengelolaan DM (Edukasi, diet,
membantu mencegah timbulnya komplikasi olahraga, dan obat) dengan keberhasilan
penyakit lain (13). Tepat jadwal, makan pengelolaan DM menunjukan hasil bahwa
sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 2- faktor yang berpengaruh terhadap
3 kali makan selingan dengan interval lebih keberhasilan pengelolaan DM adalah
sering, dan dalam porsi sedang (14). keteraturan olahraga, Keteraturan olahraga
Perencanaan makan untuk pasien diabetes mempengaruhi keberhasilan pengelolaan
mellitus bertujuan untuk mencapai dan DM sebesar 40%. Penelitian lain dilakukan
mempertahankan kadar glukosa darah dan oleh Shenoy, et al (23) tentang efektivitas
lemak darah normal. Makanan yang program olahraga menunjukan hasil bahwa
dikonsumsi pasien perlu diperhatikan baik program aerobic dapat menurunkan
jenis makanan, jumlah yang dimakan glukosa darah sebesar 37%. Manfaat
maupun jadwal waktu makan, hal ini akan olahraga terhadap penurunan kadar gula
berpengaruh pada kadar glukosa darah darah dan sensivitas insulin dibuktikan oleh-
(15). Telah ditemukan bahwa ada penelitian Shill (24). Hasil Penelitian
hubungan antara faktor terapi diet dengan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
pengendalian diabetes mellitus (16). glukosa darah sebesar 8,1% pada 9 wanita
Selain menerapkan diet, olahraga juga penderita DM setelah mengikuti program
memegang peranan penting dalam olahraga selama 4 minggu dan meningkat
pengelolaan DM tipe 2. Olahraga 12,5% penurunan glukosa darah selama 16

2
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

minggu, hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
olahraga teratur dalam jangka waktu lama Pasien DM tipe 2 Di Poliklinik Penyakit
dapat menurunkan kadar glukosa darah Dalam RSUD Ulin Banjarmasin tahun
lebih besar. 2015.
Diet Kasus kontrol N
Penelitian lain tentang terapi nutrisi N % N %
membuktikan efektivitas dari pengelolaan Tidak Diet 16 94,1 6 35,3 22
diet terhadap penurunan kadar glukosa Diet 1 5,9 1 64,7 12
darah, penelitian lain yang dilakukan oleh 17 100 17 100 34
Pastor et al (25) tentang efektivitas terapi
nutrisi medis dalam penanganan DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 1 diketahui
menunjukan hasil bahwa terapi nutrisi dapat bahwa dari 17 responden pada kelompok
menurunkan kadar gula darah sebesar kasus responden yang tidak diet sebanyak
1,0% - 2,0%. DM akan terawat lebih baik 16 orang (94,1%) dan yang menjalankan
apabila terdapat keseimbangan yang baik diet sebanyak 1 orang (5,9%). Sedangkan
antara diet dan olahraga secara teratur dari 17 responden pada kelompok kontrol,
untuk dapat memperbaiki metabolisme yang tidak diet sebanyak 6 orang
glukosa, asam lemak, dan benda-benda (35,3%)dan responden yang menjalankan
keton. Dari latar belakang diatas Peneliti diet sebanyak 11 orang (64,7%).
tertarik untuk mengangkat judul “Diet dan Hasil analisa statistik menggunakan
Olahraga sebagai Upaya Pengendalian uji chi-square diperoleh nilai P=0.01
Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes (P<0.05) berarti ada hubungan yang
Mellitus Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam bermakna antara diet terhadap
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2015”. pengendalian kadar gula darah pada pasien
DM tipe 2. Diketahui dengan Nilai OR
Metode Penelitian sebesar 29,333 hal ini dapat dikatakan
Jenis penelitian yang akan dilakukan bahwa responden yang diet gula darahnya
merupakan penelitian epidemiologi analitik akan terkendali 29 kali dibandingkan
yang bertujuan untuk membuktikan faktor dengan responden yang tidak diet.
yang tidak dapat diubah dan faktor yang
dapat diubah sebagai upaya pengendalian 2. Olahraga Merupakan Salah Satu Upaya
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Metode penelitian kuantitatif yang Pasien DM tipe 2.
digunakan adalah metode observasional Tabel2.Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan
dengan rancangan penelitian studi kasus Olahraga sebagai salah satu upaya
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
kontrol (case control), sering juga disebut Pasien DM tipe 2 Di Poliklinik Penyakit
retrospective study karena arah pengusutan Dalam RSUD Ulin Banjarmasin tahun
dimulai dengan pendefinisian individu- 2015.
individu sebagai kasus dan kontrol, Olahraga kasus Control N
kemudian di telusuri ke belakang untuk N % N %
Tidak 14 82,4 2 11,8 16
mengamati riwayat karakteristik atau Olahraga
paparan yang diduga mengakibatkan Olahraga 3 17,6 15 88,2 18
terjadinya penyakit (26). 17 100 17 100 34
Desain penelitian kasus kontrol dipilih
dengan mempertimbangkan rancangan ini Berdasarkan Tabel 2 diketahui
dapat digunakan untuk mencari hubungan bahwa dari 17 responden pada kelompok
seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi kasus responden yang tidak olahraga
terjadinya penyakit, dalam hal ini kekuatan sebanyak 14 orang (82,4%) dan responden
sebab akibat (27). yang menjalankan olahraga sebanyak 3
(17,6%) orang. Sedangkan dari 17
Hasil Penelitian responden pada kelompok kontrol
1. Diet Merupakan salah satu Upaya responden yang tidak olahraga sebanyak 2
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada orang (11,8%)dan responden yang
Pasien DM tipe2. menjalankan olahraga sebanyak 15 orang
Tabel1.Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan (88,2%).
Diet Merupakan salah satu upaya

3
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

Hasil analisa statistik menggunakan sebagian besar responden berumur 51-60


uji chi-square diperoleh nilai P= 0,00 tahun.
(P<0.05) berarti ada hubungan yang Sejalan dengan penelitian
bermakna antara olahraga terhadap Soegondo (31) bahwa risiko Diabetes
pengendalian kadar gula darah pasien DM Melitus terjadi pada usia lebih dari 45 tahun.
tipe 2. Diketahui nilai OR sebesar 35,000 Menurut Waspadji (32) faktor-faktor yang
hal ini dapat dikatakan bahwa responden paling besar asosiasinya dengan timbulnya
yang olahraga gula darahnya akan diabetes melitus adalah faktor kelompok
terkendali sebesar 35 kali dibandingkan umur, disusul oleh faktor kelompok gemuk
dengan responden yang tidak olahraga. dan baru faktor lainnya yaitu kelompok
sosial ekonomi kaya dan kelompok dengan
Pembahasan pekerjaan yang sedikit memerlukan tenaga.
Karakteristik Responden Semakin bertambahnya usia, terutama
1. jenis Kelamin setelah 40 tahun, resiko terjadinya DM
Hasil penelitian karakteristik semakin meningkat. Hal tersebut mungkin
responden berdasarkan jenis kelamin pada dikarenakan semakin tua, orang cenderung
kelompok kasus dan kelompok kontrol kurang gerak, massa otot berkurang,dan
sebagian besar berjenis kelamin berat badan bertambah.
perempuan. Hal ini terjadi karena Menurut Brunner and Suddarth (33)
perempuan pada umumnya lebih beresiko Seiring bertambahnya umur juga akan
mengidap penyakit DM. Pada penyakit diikuti oleh penurunan fungsi organ tubuh.
diabetes melitus tipe 2 jenis kelamin Menurut penelitian iswanto (34)
merupakan salah satu faktor dalam menemukan bahwa ada hubungan yang
perkembangan penyakit diabetes melitus signifikan antara umur dengan kejadian DM,
tipe 2.karena secara fisik wanita memiliki selain itu study yang dilakukan Khatab (35)
peluang peningkatan indeks massa tubuh juga menemukan bahwa kelompok umur
yang lebih besar (28) Secara keseluruhan yang paling banyak menderita DM adalah
insiden penyakit diabetes melitus tipe 2 kelompok umur 50-62 (47,5%). Peningkatan
lebih besar terjadi pada perempuan dari resiko DM seiring dengan umur, khususnya
pada laki-laki(29). Data Riskesdas (6) pada usia lebih dari 45 tahun, disebabkan
peningkatannya mencapai angka 2,3 % karena pada usia tersebut mulai terjadi
lebih banyak diderita oleh perempuan. peningkatan intolenransi glukosa. Adanya
Sindroma siklus bulanan proses penuaan menyebabkan
(premenstrual syndrome), pasca berkurangnya kemampuan sel β pancreas
monepouse yang membuat distribusi lemak dalam memproduksi insulin (36). Selain itu
tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat pada individu yang berusia lebih tua
proses hormonal tersebut sehingga wanita terdapat penurunan aktivitas mitokondria di
beresiko, menderita diabetes mellitus tipe 2. sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian berhubungan dengan peningkatan kadar
yang dilakukan oleh Shara Kurnia (30) yang lemak di otot sebesar 30% dan memicu
menunjukan bahwa pasien Diabetes resistensi .
mellitus tipe 2 lebih banyak perempuan
yaitu 62% dibandingkan dengan laki-laki 3. Pendidikan
yaitu 61%. Hasil penelitian karakteristik
responden berdasarkan pendidikan pada
2. Umur kelompok kasus dan kelompok kontrol
Usia atau umur adalah masa hidup menunjukan bahwa sebagian besar
dari saat kelahiran sampai dengan responden berpendidikan SD. Tingkat
penghitungan usia responden yang pendidikan memiliki pengaruh terhadap
dinyatakan dalam satuan tahun dan sesuai kejadian penyakit DM tipe 2. Orang yang
dengan pernyataan responden. Hasil tingkat pendidikannya lebih tinggi akan
penelitian karakteristik responden memiliki banyak pengetahuan tentang
berdasarkan umur pada kelompok kasus kesehatan, dengan adanya pengetahuan
dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa tersebut orang akan memiliki kesadaran
dalam menjaga kesehatanya (37).

4
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

4. Pekerjaan mengakibatkan insulin semakin meningkat


Hasil penelitian karakteristik sehingga kadar gula dalam darah akan
responden berdasarkan pekerjaan pada berkurang. Pada orang yang jarang
kelompok kasus dan kelompok kontrol berolahraga, zat makanan yang masuk ke
menunjukan bahwa sebagian besar dalam tubuh tidak dibakar tetapi di timbun
responden bekerja sebagai ibu rumah dalam tubuh sebagai lemak dan gula, jika
tangga. .Pekerjaan juga erat kaitannya insulin tidak mencukupi untuk mengubah
dengan kejadian DM. pekerjaan seseorang glukosa menjadi energi maka akan timbul
juga mempengaruhi aktifitas fisiknya (38). penyakit DM (40). Menurut Ilyas (41)
olahraga juga sangat berperan pada kontrol
5. Diet gula darah otot yang berkontraksi atau aktif
Hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak kurang memerlukan insulin untuk
pada kelompok kasus dari 17 responden memasukan glukosa ke dalam sel, karena
sebagian besar tidak menjalankan diet. pada otot yang aktif lebih sensitif terhadap
Sedangkan pada kelompok kontrol insulin, sehingga kadar gula darah menjadi
sebagian besar responden menjalankan turun.
diet. Diet bagi penderita DM tipe 2
merupakan bagian dari penatalaksanaan Diet Sebagai Salah Satu Upaya
DM tipe 2 secara total (12). Pengendalian Kadar Gula Darah Pada
Penatalaksanaan diet meliputi 3 hal utama Pasien DM Tipe 2
yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh Diet sangatlah penting peranannya
penderita DM, yaitu jumlah makan, jenis dalam pengendalian kadar gula darah pada
makan, dan jadwal makan (12). Menurut pasien DM. Dapat diketahui bahwa dari 17
ADA (8) penatalaksanaan diet pada responden pada kelompok kasus sebagian
penderita DM tipe 2 berfokus pada besar responden tidak diet sebanyak 16
pembatasan jumlah energi, karbohidrat, orang (94,1%) dan yang menjalankan diet
lemak jenuh dan natrium. Menurut sebanyak 1 orang (5,9%), sedangkan pada
Budiyanto (39) gizi dan diabetes kelompok kontrol sebagian besar
mempunyai hubungan yang erat. Strategi responden menjalankan diet yaitu sebanyak
atau perencanaan makanan yang tepat 11 orang (64,7%) dan yang tidak diet
merupakan pengobatan diabetes yang sebanyak 6 orang (35,3%). Dari hasil uji
penting. Pengelolaan diet membuktikan statistik menggunakan uji chi-square
penurunan kadar glukosa dalam darah (25). diperoleh nilai P=0,01 yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara diet
6. Olahraga terhadap pengendalian kadar gula darah
Hasil peneltian ini di ketahui pada pasien DM tipe 2, dengan nilai OR sebesar
kelompok kasus sebagian besar responden 29,33 bahwa responden yang menjalankan
tidak olahraga dan pada kelompok kontrol diet gula darahnya akan terkendali 29 kali di
sebagian besar responden berolahraga. bandingkan dengan responden yang tidak
Sesuai dengan teori, olahraga sangat diet.
bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi Berdasarkan hasil penelitian
darah, menurunkan berat badan dan tersebut diketahui bahwa ada
memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, kecenderungan responden yang
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa menjalankan diet DM sebagian besar
darah. Dengan kadar glukosa darah memiliki kadar gula darah terkendali. Diet
terkendali maka akan mencegah komplikasi diabetes mellitus adalah pengaturan
kronik Diabetes mellitus. Olahraga rutin makanan yang diberikan kepada penderita
(lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 penyakit diabetes mellitus tipe 2, dimana
menit) akan memperbaiki metabolisme diet yang dilakukan adalah tepat jumlah
karbohidrat, berpengaruh positif terhadap kalori yang dikonsumsi dalam satu hari,
metabolisme lipid dan sumbangan terhadap tepat jadwal sesuai 3 kali makanan utama
penurunan berat badan. dan 3 kali makanan selingan (15). Tujuan
Olahraga dapat mengontrol gula diet penyakit diabetes mellitus adalah
darah, glukosa akan di ubah menjadi energi membantu pasien memperbaiki kebiasaan
pada saat olahraga. Olahraga makan mendapatkan kontrol metabolik

5
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

yang lebih baik (42). Responden yang penyakit DM. Karena seiring dengan gejala
menjalankan diet sesuai dengan aturan yang di timbulkan dari penyakit DM yaitu
yang di sarankan oleh ahli gizi yaitu diet 3J. sering lapar, sehingga makanan yang
Dari hasil analisa penelitian diet berserat tinggi akan berperan dalam
tepat jumlah, asupan kalori mengacu pada pengontrolan pengosongan lambung lebih
kebutuhan setiap individu responden yang lama sehingga pasien DM akan tidak cepat
sesuai dengan kebutuan kalori per hari lapar hal ini berkaitan dengan anjuran yang
kurang lebih 10% dari kebutuhan kalori ke 3 yaitu tepat jadwal juga mempengaruhi
berdasarkan perhitungan kalori perkeni terhadap ketaatan menjalankan diet
2011. Asupan zat gizi berperan dalam disebabkan responden yang teratur jadwal
pengendalian kadar gula darah pada pasien makanya akan lebih terkontrol frekuensi
DM karena beberapa zat gizi antara lain asupan makanan nya sehingga dapat
karbohidrat, protein dan lemak yang membantu pengendalian kadar gula darah
bersumber dari bahan makanan yang pada pasien DM tipe 2.
dikonsumsi setiap hari. Dalam proses Hasil penelitian ini sebanding
perubahannya menjadi energi zat-zat dengan penelitian Titin Windayanti (45)
makanan tersebut harus dipecah menjadi yang menyatakan bahwa ada hubungan
bahan dasar seperti glukosa serta masuk yang bermakna antara diet dengan kadar
terlebih dahulu ke dalam sel melalui proses gula darah. Sejalan dengan hasil penelitian
metabolisme (43). Di dalam sel, zat yang dilakukan oleh Rofiah (45) yang
makanan terutama glukosa dibakar melalui menyatakan bahwa responden yang patuh
proses kimia, yang hasil akhirnya adalah terhadap diet berpeluang 3,039 kali memiliki
timbulnya energi, proses ini disebut gula darah terkontrol dibandingkan dengan
metabolisme. Dalam proses metabolisme responden yang tidak diet.
itu insulin memegang peran yang sangat Sebagian besar responden yang
penting yaitu bertugas memasukkan tidak menjalankan diet salah satunya
glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dipengaruhi oleh gaya hidup modern yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar sering mengkonsumsi makanan siapsaji
(43). Glukosa merupakan bahan dasar saat ini mengakibatkan peningkatan
energi dan proses masuknya glukosa terhadap pengaruh risiko munculnya
kedalam sel membutuhkan hormon insulin penyakit diabetes melitus tipe 2, sehingga
yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. sangat sulit dilakukan oleh sebagian orang
Pada pengidap penyakit diabetes melitus untuk melakukan diet DM, konsumsi
tipe 2 memiliki jumlah insulin normal atau minuman yang mengandung pemanis gula
berlebih, namun reseptor insulin yang berlebihan juga berhubungan dengan
terdapat pada permukaan sel kurang peningkatan risiko. Konsumsi beras putih
sehingga jumlah glukosa yang masuk ke yang terlalu berlebih juga berperan dalam
dalam sel lebih sedikit (44). Dengan meningkatkan risiko penyakit DM. Beberapa
demikian dapat dijelaskan bahwa tidak responden mengatakan dengan banyaknya
terkendalinya kadar glukosa darah pada tempat-tempat makanan siap saji yang
pengidap DM tipe 2 disebabkan oleh terus menjamur mengakibatkan keinginan
tingginya produksi glukosa yang berasal untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
dari asupan energi yang melebihi Hal ini juga didukung dengan tinjauan teori
kebutuhan sehingga tidak mampu diserap dari Suyono (46) pola makan yang tinggi
dan diedarkan ke dalam sel- sel yang lemak, garam, dan gula mengakibatkan
membutuhkan karena rendahnya reseptor masyarakat mengkonsumsi makanan
insulin. secara belebihan, selain itu pola makanan
Hasil penelitan analisa diet 3J tepat yang serba instan saat ini memang sangat
jenis sebagian besar responden yang digemari oleh sebagian masyarakat dan
menjalankan diet juga membatasi bahan dapat mengakibatkan peningkatan kadar
makanan yang mengandung indeks gula darah dan timbulnya penyakit DM tipe
glikemik tinggi dan hasil olahan makanan 2.
lainya yang dibatasi, dihindari serta memilih Olaraga Merupakan Faktor Resiko
jenis makanan yang berserat tinggi sesuai terhadap Pengendalian Kadar Gula
dengan daftar bahan makanan penukar Darah Pada Pasien DM tipe 2.

6
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

Berdasarkan hasil penelitian penderita DM. Olahraga selama 30-40


diketahui dari 17 responden pada kelompok menit, dapat meningkatkan pemasukan
kasus sebagian besar responden tidak glukosa ke dalam sel sebesar 7-20 kali
olahraga yaitu sebanyak 14 orang (82,4%) lipat, dibandingkan tanpa olahraga.
dan yang menjalankan olahraga sebanyak Afriwardi (47) juga menyatakan bahwa pada
3 orang (17,6%). Sedangkan pada sistem metabolisme yang berolahraga
kelompok kontrol sebagian besar secara teratur jumlah dan efisiensi kerja
responden olahraga sebanyak 15 orang enzim-enzim yang terlibat dalam
(88,2%) dan responden yang tidak olahraga metabolisme pada orang yang terlatih, hal
sebanyak 2 orang (11,8%).hasil analisa uji ini secara langsung glukosa darah yang
statistik menggunakan uji chi-square terdapat dalam darah dapat dimetabolisme
diperoleh nilai P=0,000 (P<0.05) yang pada saat melakukan olahraga.
berarti ada hubungan yang bermakna Hasil penelitian ini juga didukung oleh
antara olahraga terhadap pengendalian pendapat Soegondo (31) dimana pada saat
kadar gula darah pasien DM tipe 2. Dengan berolahraga glukosa dan lemak merupakan
Nilai OR sebesar 35,000berarti bahwa sumber energi utama. Setelah berolahraga
responden yang menjalankan olahraga gula 10 menit glukosa akan meningkat 15 kali
darahnya akan terkendali 35 kali di dari jumlah kebutuhan biasa, setelah
bandingkan dengan responden yang tidak berolahraga 60 menit glukosa meningkat
olahraga. sampai 35 kali jumlah kebutuhan biasa.
Sebagian besar responden yang Setelah 60 menit kadar glukosa dalam
menjalankan olahraga melakukan olahraga darah akan menurun dikarenakan
>3-5 kali seminggu dalam durasi waktu 30- penurunan metabolisme sehingga terjadi
60 menit, beberapa responden melakukan penurunan glikogen yang secara langsung
olahraga pada waktu pagi hari pada saat akan mempengaruhi penurunan kadar
sebelum memulai aktifitas dan sebagian glukosa dalam darah.
besar responden memilih bersepeda saat Penelitian ini sejalan dengan
ketempat aktifitas, juga sebagian responden penelitian yang dilakukan oleh Shara Kurnia
banyak yang meluangkan waktunya pada pada tahun 2013 bahwa ada hubungan
sore hari untuk berjalan kaki mengitari yang signifikan antara aktivitas fisik
komplek perumahan.Hasil penelitian (olahraga) dengan kejadian DM tipe 2.
didukung oleh pendapat Afriwardi (47) Orang yang memiliki aktivitas fisik sehari
dimana pada otot yang berkontraksi saat harinya berat memiliki resiko lebih rendah
olahraga, aliran darah ke otot untuk menderita DM tipe 2 di bandingkan
akanmeningkat guna menyediakan dengan orang yang aktifitas fisik nya ringan
makanan dan oksigen sebagai sumber dengan OR 29,999.
energi. Peningkatan aliran darah sebanding
dengan jumlah serabut otot yang terjadi Kesimpulan
selama olahraga. Pada olahraga yang 1. Karakteristik responden dipoliklinik
intensitas teratur dan melibatkan banyak penyakit dalam RSUD Ulin Banjarmasin
serabut otot, aliran darah keotot dapat baik pada kelompok kasus maupun
meningkat lebih dari tiga kali lipat, apalagi kelompok kontrol sebagian besar
Pada latihan fisik yang berdurasi lebih dari berjenis kelamin perempuan, sebagian
20 menit, glukosa merupakan sumber besar berumur 51-60 tahun, pendidikan
energi utama dan dominan,dimana pada sebagian besar SD, dan berdasarkan
latihan fisik dengan intensitas sedang pekerjaan yaitu ibu rumah tangga .
terjadi keseimbangan antara peningkatan 2. Diet merupakan salah satu upaya
utilisasi glukosa dan produksi glukosa. pengendalian kadar gula darah pada
Pernyataan dari Ermita Ilyas (21) pasien DM tipe 2 di ruang poliklinik
juga mendukung bahwa pada olahraga juga penyakit dalam RSUD Ulin Banjarmasin
sangat membantu meningkatkan (p=0,001) dengan nilai OR sebesar
sensitivitas reseptor insulin (Diabetes 29,333. Sehingga responden yang
Melitus tipe 2), sehingga glukosa dapat melakukan diet, gula darahnya akan
masuk ke dalam sel, untuk memenuhi terkendali 29 kali di bandingkan dengan
kebutuhan sumber energi bagi tubuh responden yang tidak diet .

7
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

3. Olahraga merupakan faktor resiko 23. [http://search.proquest.com] diakses


terhadap pengendalian kadar gula darah pada tanggal 20 juli 2015
pada pasien DM tipe 2 di poliklinik 10. Banu S., Jabir N.R., Manjunath N.C.,
penyakit dalam RSUD Ulin Banjarmasin Firoz C.K., Kamal M.A., Tabrez S.(2013)
dengan nilai (p=0,000) dan nilai OR Comparative study on non-HDL
sebesar 35,000. Sehingga responden cholesterol levels and lipid profile in pre-
yang menjalankan olahraga gula diabetic and diabetic patients. CNS
darahnya akan terkendali 35 kali Neurol. Disord. Drug Targets. ;13:402–
dibandingkan dengan pasien yang tidak 407.
olahraga. 11. Williams textbook of endocrinology.
(2012). Philadelphia: Elsevier/Saunders.
DAFTAR PUSTAKA hlm. 1371–1435 Williams textbook of
1. Price, S & Wilson, L, endocrinology. (ed. 12th). Philadelphia:
(2005).Patofisiologi: Konsep Klinis Elsevier/Saunders. hlm. 1371–1435
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta 12. Perkeni (2002).konsensus
: EGC pengelolaan diabetes mellitus tipe-2 di
2. Cade W.T.(2008) Diabetes-related Indonesia. Jakarta ; PB PERKENI
microvascular and macrovascular 13. SolísI., Hurtado N., Demangel D.,
diseases in the physical therapy setting. Cortés C., Soto N. (2012). Glycemic
Phys. Ther.;88:1322–1335. control in diabetic patients hospitalized
3. P.B. PERKENI (2011) Konsensus in a non-critical care hospital setting.
Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe Rev. Med. Chil. 140:66–72
2 di Indonesia 2011 Jakarta: PERKENI 14. Hartono A. (2006) Terapi gizi dan diet
4. Almaida piteto,(2015). Health Education rumah sakit. Jakarta :Penerbit Buku
in the Management of Diabetes at the Kedokteran.
Primary Health Care Level: is there a 15. Tjokroprawiro, Askandar dkk
Gender Differens?. Eastern (2007)Diabetes mellitus, Buku ajaqr
Mediterranean Health Journal, 8(1): 18- Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
23. [http://search.proquest.com] diakses Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.
pada tanggal 20 juli 2015 Soetomo Surabaya, cetakan 1,
5. CDC Ching-de Chiu (2012). Factors Airlangga University press, Surabaya
Predicting Glycemic Control in Middle- ,p.32-38,4670
Aged and Older Adults with Type 2 16. Slamet Suyono, (2006) Diabetes
Diabetes. Preventing Chronic Disease Melitus Di Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Public Health Research, Practice and Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan
Policy, 7(1): 1-11. [www.cdc.gov]. Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
diakses pada tanggal 27 Januari 2015. Fakultas Kedokteran Universitas
6. Riskesdas (2013). Laporan Hasil Riset Indonesia
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 17. WHO (2007).Risk Factor blood
Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan preasure.World Health Organization
Pengembangan Kesehatan 18. Akhtyo, (2009).Senam Kaki Diabetes
7. RSUD. Ulin Banjarmasin (2015) Data Mellitus.http:www
Kunjungan Rawat jalan Poliklinik Akhtyo.blogspot.com//Senam-kaki-
penyakit Dalam. diabetes mellitus.Diakses pada 17
8. American Diabetes Association (ADA) februari 2015
(2010). Standards of Medical Care In 19. Webster, MW (2011). "Clinical practice
Diabetes Diabetes Care.; 30: 65-73. and implications of recent diabetes
[www.carediabetesjournals.org]. diakses trials". Current opinion in cardiology 26
pada tanggal 22 januari 2015 (4): 288–93
9. Almaida piteto,(2015). Health Education 20. Preat,S.F.E.,Loan,L.J.C.V.(2009)
in the Management of Diabetes at the Excercise Therapy In Type
Primary Health Care Level: is there a Diabetes.Acta Diabetol Journal,46;263-
Gender Differens?. Eastern 278
Mediterranean Health Journal, 8(1): 18- 21. Ermita (2006). Mencegah Diabetes
Mellitus dengan Olahraga.Jakarta:

8
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

Fakultas Kedokteran Universitas 33. Brunner, L dan Suddarth, D.


Indonesia. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medical
22. Yoga, Yulianti, Pramono. (2011), Bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M.
Hubungan antara empat pilar Ester, Y. Asih, Terjemahan).(Ed.8) Vol
pengelolaan diabetes mellitus dengan 1.Jakarta : EGC.
keberhasilan pengelolaan diabetes 34. Iswanto ,(2009) Diabetes-related
mellitus tipe 2.Universitas microvascular and macrovascular
diponegoro.Semarang diseases in the physical therapy setting.
23. Shenoy,S, Guglany, R,Shandhu,S, Phys. Ther.;88:1322–1335.
(2010) Effectivennes Of Aerobicaking 35. Khattab, Maysa et al (2010). Factors
Programme Using Heart Rate Monitor Assosiated with poor glycemic control
and Pedometer On The Parameters Of among patients with type 2 diabetes.
Diabetes Control In Asian Indians Ith Journal of Diabetes and its
Type 2 Diabetes,(4),41-5 Complications, 24: 84-89.
24. Shills, Maurice et al. (2006). Modern [www.jdcjournal.com] diakses pada
Nutrition in Health and Disease 10th tanggal 20 Februari 2015
edition. Baltimore: Lippincot Williams 36. Sunjaya, I Nyoman. 2012. Pola
and Wilkins. Konsumsi Makanan Tradisional Bali
25. Pastor et al. (2002). Dietary fiber for the sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus
treatment of the type 2 diabetes mellitus: Tipe II di Tabanan
a meta-analysis. The journal of the 37. Dewi, Rosita Purnama (2010). Faktor
American board of family medicine, 26: Risiko Perilaku yang Berhubungan
16-23. [www.jabfm.org] diakses pada dengan Kadar Gula Darah pada
tanggal 27 Februari 2015 Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
26. Leon G (2000) Epidemiology, Second RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal
Edition, WB Saundens Company A. kesehatan masyarakat, 2(1): 1-11.
Harcourt Health Sceinces Company, [http://ejournals.undip.ac.id] diakses
Philadelphia London, New York,.p.140- pada tanggal 27 Februari 2015
156. 38. Fatimah (2002). Hubungan Antara
27. Rothman KJ (2002) Epidemiology : an Perilaku Pengendalian Diabetes dan
Introduction. Neww York : Oxford Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat
University Press,. Jalan Diabetes Mellitus (Studi Kasus di
28. Irawan, Dedi(2010). Prevalensi dan RSUD Arjawinangun Kabupaten
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Cirebon). Jurnal kesehatan masyarakat,
Tipe 2 di Daerah Urban 1(2): 466-478.
Indonesia(Analisa Data Sekunder [http://ejournals1.undip.ac.id] diakses
Riskesdas 2007). Thesis Universitas pada tanggal 27 Februari 2015
Indonesia. 39. Kumar, Budiyanto; Fausto, Nelson;
29. Price, S & Wilson, L, Abbas, Abul K.; Cotran, Ramzi S. ;
(2005).Patofisiologi: Konsep Klinis Robbins, Stanley L (2005). Robbins and
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta Cotran Pathologic Basis of Disease (ed.
: EGC 7th). Philadelphia, Pa.: Saunders. hlm.
30. Shara Kurnia Trisnawati (2013) Faktor 1194–1195
Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II 40. Kemenkes RI (2011) Riset Kesehatan
Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Dasar 2013. Jakarta: Kementrian
Jakarta Barat .Jurnal Ilmiah Kesehatan Kesehatan RI
5(1):Januari 2013 41. Ilyas (2006). Mencegah Diabetes
31. Soegondo dkk (2006) Konsensus Mellitus dengan Olahraga.Jakarta:
Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe Fakultas Kedokteran Universitas
2 Di Indonesia. PB Perkeni. Jakarta Indonesia.
32. Waspadji, S,. (2009).Diabetes melitus : 42. Almatsier S, (2009) Prinsip Dasar ilmu
Mekanisme dasar dan pengelolaannya Gizi Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
yang rasional dalam : Penatalaksanaan 43. Syahbudin, S. (2002) Diabetes Melitus
Diabetes Melitus Terpadu Edisi 2. dan Pengelolaannya. Cetakan 2,Pusat
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

9
Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret 2016 Nany Suryani,dkk

Diabetes & Lipid RSUP Nasional Dr.


Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta
44. Asdie, A.H. (2000), Patogenesis dan
terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. Edisi 1,
Cetakan 1, Medika Fakultas
KedokteranUGM, Yogyakarta.
45. Titin Windayati (2004)Hubungan antara
Faktor Karakteristik, Kepatuhan Berobat
dan Diit dengan Kadar Glukosa Darah
Sewaktu pada Penderita DM Tipe 2
Rawat Jalan di RS Bhayangkara
Semarang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. UniversitasMuhammadiyah
Semarang.
46. Sugiyono (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif .Band
47. Afriwardi,(2011). Ilmu Kedokteran
Olahraga. Jakarta: EGC

10

You might also like