You are on page 1of 14

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No.

2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


FISIKA MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MELATIHKAN KEMAMPUAN MULTI
REPRESENTASI SISWA SMA
Binar Kurnia Prahani1), Soegimin W. W.2), Leny Yuanita3)

1)
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
E-mail: binarprahani@gmail.com

Abstract : The purpose of this research is produce physics learning material through guided inquiry model that valid, practical,
and effective to try multiple representation ability of student in senior high school. The development of learning material used the
Kemp model and was tested in class X of SMAN 19 Surabaya second semester in academic year 2013/2014 with One-Group
Pretest-Posttest Design. The data collection used observation method, test, and quetionnaires. The data analysis techniques used
descriptive analysis of quantitative, qualitative and statistic non parametric. The results of this research are: 1) Learning material
developed has a valid category; 2) Learning material in terms of a practical category in feasibility of lesson plans and the
students’ activities in accordance with steps of guided inquiry model; and 3) The learning material effectiveness in terms of: (a)
Improving students’ learning achievement seen from the n-gain score with high category; (b) Improving multiple representation
ability of student by getting the n-gain score with high category and the analysis results of statistic non parametric are: 1)
nothing different of multiple representation ability of student at each class, 2) different of multiple representation ability of
student, and 3) nothing different of improving multiple representation ability of student at each class; and (c) The students’
responds toward material and implementation of learning are very positive. It’s conclusion that the learning material through
guided inquiry model are valid, practical, and effective to try multiple representation ability of student in senior high school.

Keywords: Learning Material, Guided Inquiry, Multiple Representation

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing yang valid,
praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan multi representasi siswa SMA. Pengembangan perangkat pembelajaran
menggunakan model Kemp dan diujicobakan di kelas X SMAN 19 Surabaya semester genap tahun ajaran 2013/2014 dengan
One-Group Pretest-Posttest Design. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, kualitatif dan uji statistik non parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan,: 1)
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori valid; 2) Perangkat pembelajaran ditinjau dari keterlaksanaan RPP
berkategori praktis dan aktivitas siswa sesuai dengan tahap-tahap pada model inkuiri terbimbing; dan 3) Keefektifan perangkat
pembelajaran ditinjau dari: (a) Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari n-gain dengan kategori tinggi; (b) Peningkatan
penguasaan kemampuan multi representasi siswa terlihat dari n-gain dengan kategori tinggi dan hasil analisis uji statistik non
parametrik, yaitu: 1) tidak terdapat perbedaan kemampuan multi representasi awal siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang
lain, 2) terdapat peningkatan kemampuan multi representasi siswa, dan 3) tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
multi representasi siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang lain; dan (c) Respon siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan
pembelajaran sangat positif. Disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model inkuiri terbimbing yang dikembangkan valid,
praktis, dan efektif untuk melatihkan kemampuan multi representasi siswa SMA.

Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Inkuiri Terbimbing, Multi Representasi

I. PENDAHULUAN Benckert & Pettersson, 2008). Jika ditinjau dari


Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam pendapat siswa, maka pendidik diwajibkan menyajikan
(IPA). Fisika adalah jantung dari perkembangan pembelajaran fisika bermakna dan generasi muda
teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah tertarik mempelajarinya.
secara mendasar kehidupan manusia. Berdasarkan Kompetensi siswa dibentuk ketika siswa terlibat
pandangan global dan historis, ilmu fisika menyediakan aktif dalam aktivitas mental, fisik, dan sosialnya. Pada
metode lebih dinamis dalam membantu manusia SKL mata pelajaran fisika mengisyaratkan
menyelesaikan masalah kehidupan yang kompleks. pembelajaran harus bersifat student centered berbasis
Pada kenyataannya ditemukan banyak siswa belajar kegiatan ilmiah. Siswa memerlukan penghayatan dari
fisika tidak tertarik dan tidak memiliki pemahaman sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang mereka
setelah belajar fisika (Prahani, dkk., 2014; David, et al., dapat dari pembelajaran kemudian menyesuaikan
2013; Coletta, et al., 2012; Nieminen, et al., 2010; terhadap pengalaman-pengalaman mereka melalui multi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 503
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
representasi. Peserta didik akan belajar lebih efektif dan Berdasarkan kurikulum 2013 pada materi kalor
efisien ketika mereka aktif untuk mengolah informasi diwajibkan untuk merencanakan dan melaksanakan
dengan multi representasi (David, et al., 2013; percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu
Nieminen, et al., 2012; Mahardika, 2012; bahan, terutama kapasitas kalor. Siswa membutuhkan
Abdurrahman, dkk., 2011; Schnotz, et al., 2010; dan kemampuan multi representasi untuk melakukan
Waldrip, et al., 2010). kegiatan ilmiah dan mengembangkan kemampuan sains
Berdasarkan tes kemampuan multi representasi di (Waldrip, et al., 2010). Salah satu pembelajaran untuk
SMA Negeri 19 Surabaya pada sampel 32 siswa kelas kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran materi kalor
X yang menyelesaikan dengan benar permasalahan adalah model pembelajaran inkuiri. Model
fisika sub pokok bahasan pengaruh kalor terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai alternatif perlu
wujud zat secara multi representasi hanya 12.50%. dikembangkan untuk mencapai kompetensi dasar topik
Hasil observasi melalui wawancara dan angket pada kalor dan melatihkan kemampuan multi representasi
siswa dan guru ditemukan beberapa penyebab belum siswa melalui penyelidikan dan bimbingan. Kohl dan
terlaksana secara maksimal upaya melatihkan Finkelstein (2008) menyatakan pembelajaran yang
kemampuan multi representasi dalam pembelajaran dapat melatihkan kemampuan multi representasi adalah
fisika, yaitu: (1) Keterbatasan waktu guru mata penyelidikan (inquiry) dan bimbingan. Setiap langkah
pelajaran fisika untuk dapat menyediakan perangkat dalam model inkuiri membutuhkan kemampuan
pembelajaran dalam melatih kemampuan multi representasi. Ketika siswa mampu menggunakan
representasi siswa; (2) Siswa mengalami kesulitan kemampuan multi representasi secara maksimal
menggunakan kemampuan multi representasi fisika; diharapkan dapat memudahkan untuk menyelesaikan
dan (3) Guru bidang studi fisika kesulitan menangani permasalahan pada materi kalor.
siswa dengan kemampuan rendah dapat aktif dan Model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari
termotivasi belajar fisika. Guru fisika idealnya harus enam tahap, yaitu: (a) perencanaan, (b) mendapatkan
memahami fisika secara konseptual dan mendalam, informasi, (c) memproses informasi, (d) membuat
mampu melakukan penalaran kualitatif maupun informasi, (e) mengkomunikasikan informasi, dan (f)
kuantitatif, memahami dan mampu mengembangkan mengevaluasi (Branch & Oberg, 2004). Pembelajaran
multi representasi, serta memiliki keterampilan dalam inkuiri terbimbing memberi kesempatan para siswa
inkuiri sains, dan mampu mengantisipasi kesulitan membangun pengetahuan secara multi representasi dan
konseptual yang dialami siswa (McDermott, 2004). membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep
Pada pembelajaran fisika peserta didik perlu (Pandey, et al., 2011; Stricklyn, 2011; Lee, et al., 2010;
dilatih untuk mengembangkan kemampuan multi Minner, et al., 2010; Wilson, et al., 2010; dan David,
representasi. Multi representasi merupakan salah satu 2006).
metode yang baik dan sedang berkembang untuk Kemampuan representasi matematik dan verbal
menanamkan pemahaman konsep, penyelesaian diperlukan dalam inkuiri antara lain untuk:
masalah fisika dan kesulitan yang disebabkan karena mengabstraksikan dari data analisis ke konsep
banyaknya keterlibatan gambaran mental (David, et al., diperlukan kesebandingan matematik, memecahkan
2013; Nieminen, et al., 2013; Bryce, 2012). Heuvelen soal diperlukan hitungan matematik yang tepat,
& Zou (2001), Meltzer (2005), dan Kohl & Finkelstein memahami definisi, saat berdiskusi, menyusun kalimat,
(2008) menyatakan bentuk dari kemampuan multi mengkomunikasikan, mengartikan, merumuskan dan
repesentasi fisika adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan hasil kesimpulan (Maliyah, dkk.,
menyelesaikan masalah-masalah fisika dengan proses 2012). Penggunaan model inkuiri terbimbing
representasi yang bermacam cara yaitu matematis, diharapkan dapat melatihkan multi representasi
verbal (tulisan atau oral), dan visual (notasi, gambar, khususnya pada setiap fase model inkuiri terbimbing.
dan grafik). Fungsi utama multi representasi dalam Pada tahap mengkomunikasikan informasi siswa
pembelajaran bagi siswa, yaitu: sebagai pelengkap dituntut untuk menggunakan semua pengetahuan
proses kognitif, pembatas interpretasi antar representasi, direpresentasikan dalam berbagai representasi agar hasil
dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 2006; 1999). proses inkuri dapat disajikan secara valid (David,
Permasalahan mengenai kurangnya kemampuan multi 2006). Setelah siswa melakukan penyelidikan, pada
representasi siswa menyelesaikan permasalahan fisika tahap evaluasi siswa diberikan soal tes kemampuan
dapat diatasi dengan memberikan pengalaman baru multi representasi fisika untuk melihat penguasaan
yang menantang bagi siswa (Putri, dkk., 2012; kemampuan multi representasi fisika siswa. Hasil
Acevedo, et al., 2010). Tantangan dalam pembentukan penelitian Kohl dan Finkelstein (2008; 2007)
kemampuan multi representasi dapat dicapai dengan menyatakan bahwa siswa belum ahli masih
menggunakan model inkuiri (Mahardika, dkk., 2012; membutuhkan bimbingan ketika penyelesaian masalah
David, 2006). menggunakan multi representasi dalam membangun
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 505
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015
deskripsi verbal, visual, dan matematis pada kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan
penyelidikan (inkuiri). Siswa (LKS), buku ajar materi kalor, instrumen
Siswa harus memperoleh pemahaman konsep dan penilaian hasil belajar dan instrumen tes kemampuan
membutuhkan kegiatan pembelajaran yang dapat multi representasi.
menyajikan konsep yang mereka miliki secara utuh Subjek penelitian dari penerapan hasil
dengan multi representasi (Nieminen, et al., 2011; pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri
Cook, 2006; Jong, et al., 2010; Larkin & Simon, 1987; terbimbing pada materi kalor pada uji coba adalah siswa
Meij & Jong, 2006). Hasil penelitian Putri, dkk. (2012) kelas X SMA Negeri 19 Surabaya tahun pelajaran
menyimpulkan melalui kegiatan inkuiri dapat mengatasi 2013/2014. Pada uji coba I melibatkan 13 siswa dan uji
kurangnya kemampuan multi representasi siswa dalam coba II sebanyak 93 siswa pada 3 kelas.
menyelesaikan permasalahan fisika. Maliyah, dkk. Rancangan uji coba digunakan untuk
(2012) menyimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri mengujicobakan hasil pengembangan perangkat
terbimbing pada materi suhu dan kalor berpengaruh pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing.
terhadap kemampuan representasi dan prestasi belajar Rancangan penelitian menggunakan rancangan one-
siswa SMA. Mahardika, dkk. (2012) dan David (2006) group pretest-posttest design. Rancangan penelitian ini
menyimpulkan model inkuiri dapat meningkatkan melibatkan satu kelompok yang diobservasi pada tahap
kemampuan multi representasi dan hasil belajar fisika pretest (O1) yang kemudian dilanjutkan dengan
siswa SMA. Kemampuan multi representasi fisika telah perlakuan tertentu (X) dan posttest (O2) (Sugiyono,
diteliti di negara lain diantaranya oleh: Dolin (2001), 2014).
Heuvelen & Xueli (2001), Meltzer (2005), Kohl & O1 X O2
Finkelstein (2008; 2007; 2006; 2005), Nieminen, et al. Dengan:
(2013; 2012; 2011; 2010), Schnot, et al. (2010), dan O1 adalah uji awal (pretest) untuk mengetahui
Waldrip, et al. (2010; 2006). Penelitian lebih lanjut penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sebelum
khususnya terhadap materi kalor pada siswa SMA pembelajaran.
berdasarkan kurikulum 2013 yang mengacu untuk O2 adalah uji awal (posttest) untuk mengetahui
melatihkan kemampuan multi representasi penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sesudah
menggunakan model inkuri terbimbing sangat perlu pembelajaran.
dilaksanakan. X adalah perlakuan pembelajaran dengan
Berdasarkan penjelasan di atas maka dipilih model menggunakan perangkat pembelajaran model inkuiri
inkuiri terbimbing untuk melatihkan kemampuan multi terbimbing.
representasi fisika siswa SMA Negeri 19 Surabaya pada
materi kalor. Peneliti akan merancang dan melakukan Pengembangan perangkat pembelajaran dalam
penelitian berjudul “Pengembangan Perangkat penelitian ini mengadopsi sembilan unsur dari model
Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing untuk pengembangan Kemp, et al. (2007). Pemilihan model
Melatihkan Kemampuan Multi Representasi Siswa ini dikarenakan tiap-tiap langkah pengembangannya
SMA”. berhubungan langsung dengan aktivitas revisi dan dapat
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk dimulai dari tahap manapun sesuai dalam siklus
menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model tersebut. Kurikulum yang berlaku secara nasional di
inkuiri terbimbing yang valid, praktis, dan efektif untuk
Indonesia berorientasi pada tujuan, maka proses
melatihkan kemampuan multi representasi siswa SMA. pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian
ini dimulai dari tujuan dan berakhir pada evaluasi.
II. METODE PENELITIAN Keseluruhan prosedur pada penelitian ini dibagi
Penelitian ini merupakan penelitian menjadi tiga tahap yaitu:
pengembangan. Penelitian ini mengembangkan 1) Tahap pertama pengembangan, revisi I, dan validasi
perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model perangkat pembelajaran yang meliputi rencana
inkuiri terbimbing pada materi kalor untuk melatihkan pelaksanaan pembelajaran, lembar kegiatan siswa,
kemampuan multi representasi. Penelitian buku ajar, instrumen aspek pengetahuan, instrumen
pengembangan ini mengacu pada model pengembangan penilaian tes kinerja, instrumen penilaian sikap
Kemp, et al. (2007). Model pengembangan tersebut siswa, dan instrumen penilaian kemampuan multi
terdiri atas: 1) Instructional problems; 2) Learner representasi.
characteristics; 3) Task analysis; 4) Instructional 2) Tahap kedua adalah mengujicobakan perangkat
objectives; 5) Content sequencing; 6) Instructional yang telah dikembangkan dengan jumlah siswa yang
strategies; (7) Instructional delivery; 8) Evaluation terbatas (13 siswa).
instrumens; dan 9) Instructional resources. Perangkat 3) Tahap ketiga adalah revisi II dan membuat laporan
pembelajaran yang dihasilkan meliputi Rencana komprehensif.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 506
Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
4) Tahap keempat adalah mengujicobakan perangkat Tahap kelima adalah revisi III dan membuat laporan
yang telah dikembangkan dengan 3 replikasi (93 tesis.
siswa).
Langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dideskripsikan
pada diagram alur pada Gambar 1.
Permasalahan dalam pembelajaran dan
analisis tujuan

Analisis karakteristik siswa

Analisis isi Analisis konsep

Menyusun urutan konsep

Merumuskan tujuan
pembelajaran

Merancang strategi pembelajaran

Pemilihan media Menentukan layanan Menyusun instrumen


pembelajaran penunjang evaluasi

Desain awal perangkat pembelajaran (Draft 1)

Validasi perangkat Revisi I: Draft 2

Analisis hasil uji coba I Uji Coba I

Revisi II: Draft 3 Laporan Komprehensif

Uji Coba II Revisi III: Draft 4

Revisi III: Draft 5 Laporan Tesis

Gambar 1 Diagram alur pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan peneliti


adaptasi dari model Kemp (2007)

Teknik pengumpulan data digunakan untuk pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penelitian ini
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan adalah sebagai berikut:
dapat digunakan dengan tepat sesuai tujuan penelitian. 1) Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Teknik analisis data validitasi perangkat
penelitian ini adalah: (1) pengamatan; (2) tes; (3) pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, LKS,
dokumentasi; dan (4) angket. instrumen tes pengetahuan, instrumen penilaian sikap,
instrumen tes kinerja dan kemampuan multi
Teknik Analisis Data representasi menggunakan deskriptif kualitatif. Data
Analisis hasil pengembangan perangkat yang diperoleh dianalisis dengan rata-rata skor tiap
pembelajaran dan hasil ujicoba perangkat aspek.
pembelajaran fisika yang menggunakan model
2) Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 507
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015
Teknik analisis data keterlaksanaan pembelajaran Kemampuan multi representasi siswa setelah kegiatan
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Nilai pembelajaran diukur mengunakan instrumen tes
dari keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh kemampuan multi representasi.
dua pengamat yang sudah memahami lembar
pengamatan secara benar, kemudian data diolah N-gain menunjukkan peningkatan kemampuan multi
dengan menghitung dengan menggunakan persamaan representasi fisika siswa sebelum dan setelah
sebagai berikut: perlakuan.
Spost  Spre
 g 
P=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
𝑥 100% S max  Spre
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑎𝑛
Dengan :
Pelaksanaan pengamatan masing-masing g  : Nilai gain
pengamat memberikan penilaian (4: baik, 3: cukup Spost : Nilai posttest
baik, 2: kurang baik, dan 1: tidak baik). Kriteria Spre : Nilai pretest
penilaian yang diperoleh dengan membandingkan rata- Smax : Nilai maksimal
rata skala penilaian diberikan kedua pengamat dengan
kriteria penilaian di bawah ini: Selanjutnya dari hasil perhitungan n-gain tersebut
1.00 – 1.49 : Tidak baik kemudian dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:
1.50 – 2.49 : Kurang baik Tabel 1. Kriteria normalized gain
2.50 – 3.49 : Cukup baik Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain
3.50 – 4.00 : Baik 0.70 < N-Gain Tinggi
(Ratumanan & Laurens, 2011) 0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 Sedang
N-Gain < 0.30 Rendah
3) Analisis Aktivitas Siswa
Teknik analisis data pengamatan aktivitas siswa (Hake, 1999)
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
untuk memberikan deskripsi aktivitas siswa selama Kemampuan multi representasi siswa setelah
kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran diberikan perlakuan menggunakan model inkuiri
inkuiri terbimbing. Data hasil pengamatan aktivitas terbimbing, dilakukan analisis statistik inferensial
siswa selama kegiatan pembelajaran dianalisis dengan dengan SPSS 20 sebagai berikut:
menggunakan persentase. Rumus persentase aktivitas Uji perbedaan pretest dan posttest dilakukan pada
siswa dapat disajikan dalam bentuk persamaan berikut. kelas X1, X2 dan X3 menggunakan statistik inferensial
∑𝑅 non parametrik dengan taraf signifikansi α = 0.05 (2-
P=∑ 𝑥 100%
𝑁 tailed).
Keterangan : 1) Perbedaan Kemampuan Multi Representasi Awal
P : persentase aktivitas siswa Siswa
∑R : jumlah frekuensi kategori pengamatan
Untuk mengetahui persamaan pemahaman awal
∑N : jumlah frekuensi seluruh kategori pengamatan
siswa menggunakan uji U Mann-Whitney pada data
(Arifin, 2010)
pretest dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan multi
4) Analisis Kemampuan Multi Representasi Fisika
representasi awal siswa pada kelas yang satu
Teknik analisis peningkatan kemampuan multi
dengan kelas yang lain.
representasi fisika siswa menggunakan deskriptif
H1: Terdapat perbedaan kemampuan multi representasi
kualitatif dan statistik inferensial non parametrik.
awal siswa pada kelas yang satu dengan kelas
Analisis kemampuan multi representasi fisika siswa
yang lain.
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Pada pengujian hipotesis kriteria untuk menolak
sebagai berikut:
atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
sebagai berikut:
KMR = 𝑥 100 Jika P-value < α, maka H0 ditolak
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
Jika P- value ≥ α, maka H0 tidak dapat ditolak
Keterangan: KMR = Kemampuan Multi Representasi (Sugiyono, 2014)
Ketika nilai minimal siswa mencapai 75 disetiap 2) Peningkatan Kemampuan Multi Representasi
kemampuan representasi (matematis, visual, dan Siswa
matematis), maka siswa dinyatakan sudah mencapai Peningkatan kemampuan multi representasi siswa
kemampuan multi representasi (Mahardika, 2012). secara signifikan untuk setiap kelas dapat ditentukan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 508


Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
mengunakan uji Wilcoxon matched pairs pada data Angka 81 % - 100 % = Sangat kuat
pretest dan posttest dengan hipotesis sebagai berikut: (Riduwan, 2010)
H0: Tidak terdapat peningkatan kemampuan multi
representasi siswa.
H1: Terdapat peningkatan kemampuan multi III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
representasi siswa.
A. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Jika P-value < α, maka H0 ditolak
Hasil pengembangan perangkat pembelajaran
Jika P- value ≥ α, maka H0 tidak dapat ditolak
fisika model inkuiri terbimbing yang dikembangkan
(Sugiyono, 2014)
valid untuk digunakan dalam pembelajaran fisika
untuk melatihkan kemampuan multi representasi.
3) Perbedaan Peningkatan Kemampuan Multi
Representasi Siswa
Persamaan kemampuan multi representasi siswa
antara kelas yang satu dengan yang lain ditentukan
dengan menggunakan uji U Mann-Whitney pada data
gain ternormalisasi (n-gain) dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
multi representasi siswa pada kelas yang satu
dengan kelas yang lain.
H1:Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan multi
representasi siswa pada kelas yang satu dengan
kelas yang lain.

Jika P-value < α, maka H0 ditolak


Jika P- value ≥ α, maka H0 tidak dapat ditolak Gambar 2. Hasil validasi pengembangan perangkat
(Sugiyono, 2014) pembelajaran fisika

Keterangan:
4) Analisis untuk Data Respon Siswa 1. RPP
Data tentang respon siswa diperoleh dari angket 2. LKS
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan 3. Buku Ajar
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif 4. Instrumen Tes Pengetahuan
5. Instrumen Tes Kinerja
kualitatif. Data respon yang diperoleh digunakan
6. Instrumen Sikap
menindaklanjuti kegiatan pembelajaran dengan 7. Instrumen Tes Multi Representasi
menggunakan model inkuiri terbimbing. Analisis data
angket respon siswa menggunakan skala Guttman. B. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Siswa menjawab Ya bernilai (1) dan siswa menjawab 1) Keterlaksanaan RPP
Tidak bernilai (0). Data dianalisis berdasarkan
kelompok responden yang menjawab “Ya” dan
kelompok responden yang menjawab “Tidak”. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
∑𝐾
𝑃= 𝑥 100%
∑𝑁
Keterangan:
P : Persentase skor respon siswa
∑𝐾 : Jumlah siswa yang memilih jawaban Ya atau
Tidak
∑𝑁 : Jumlah siswa yang mengisi angket

Persentase respon siswa dikonversi dengan kriteria


sebagai berikut: Gambar 3. Keterlaksanaan RPP di kelas X1
Angka 0 % - 20 % = Sangat lemah Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam
Angka 21 % - 40 % = Lemah RPP di kelas X1 terlaksana dan secara rata-rata
Angka 41 % - 60 % = Cukup keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.65
Angka 61 % - 80 % = Kuat dengan kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 96.19%
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 509
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015
Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam di tiap pertemuaan. Berdasarkan hasil di atas dapat
RPP di kelas X2 terlaksana dan secara rata-rata disimpulkan bahwa aktivitas siswa sudah sesuai
keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.54 dengan tahap-tahap model inkuri terbimbing untuk
dengan kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 94.79% melatihkan kemampuan multi representasi.

Keefektifan perangkat pembelajaran melalui


implementasi dengan tiga replikasi di kelas X1, X2,
X3 dilihat dari:
a. Penerapan perangkat pembelajaran fisika model
inkuiri terbimbing dapat melatihkan kemampuan
multi representasi siswa. Peningkatan kemampuan
multi representasi dapat dilihat dari n-gain dari
ketiga kelas replikasi diperoleh n-gain rata-rata
dari kelas X1, X2, dan X3 adalah sebesar 0.78,
0.75, dan 0.78 dengan kategori tinggi. Berdasarkan
Gambar 4. Keterlaksanaan RPP di kelas X2 hasil analisis statistik non parametrik, yaitu: 1)
Pada kelas X1 dan X2; kelas X1 dan X3; kelas X2
dan X3 tidak terdapat perbedaan kemampuan multi
representasi awal siswa pada kelas yang satu
dengan kelas yang lain.; 2) Pada kelas X1, X2, dan
X3 terdapat peningkatan kemampuan multi
representasi siswa; dan 3) Pada kelas X1 dan X2,
kelas X1 dan X3, kelas X2 dan X3 tidak terdapat
perbedaan peningkatan kemampuan multi
representasi siswa pada kelas yang satu dengan
kelas yang lain.
b. Siswa merespon sangat positif hasil pengembangan
Gambar 5. Keterlaksanaan RPP di kelas X3 perangkat dan pelaksanaan pembelajaran dengan
model inkuiri terbimbing. Hal tersebut dapat dilihat
Semua tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam dari hasil analisis data respon siswa sebanyak
RPP di kelas X3 terlaksana dan secara rata-rata 88.98% siswa merespon dengan kriteria sangat
keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.51 kuat.
dengan kategori baik. dan rata-rata reliabilitas 95.13%.
Keterlakasanaan RPP 1, RPP 2, dan RPP 3 pada Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan
kelas X SMAN 19 Surabaya dalam proses bahwa perangkat pembelajaran model inkuri
pembelajaran dengan dua replikasi secara rata-rata terbimbing yang telah dikembangkan efektif untuk
keseluruhan skor keterlaksanaannya adalah 3.60 melatihkan kemampuan multi representasi siswa SMA.
berkategori baik. Berdasarkan penerapan hasil pengembangan
Aktivitas siswa pada uji coba II sesuai dengan perangkat dapat meningkatkan kemampuan multi
tahap-tahap pada model inkuiri terbimbing. Hasil representasi dengan n-gain rata-rata dari kelas X1, X2,
pengamatan aktivitas siswa pada uji coba II dengan dan X3 adalah sebesar 0.78, 0.75, dan 0.78 dengan
tiga replikasi diketahui bahwa pada aktivitas kategori tinggi (Hake, 1999). Berdasarkan rata-rata
memperhatikan penjelasan, menjawab pertanyaan ketuntasan tujuan pembelajaran kemampuan multi
guru, merumuskan rumusan masalah dan hipotesis representasi pada uji coba II kelas X1, X2, dan X3
percobaan, menentukan variabel percobaan, menjawab sebesar 93.55%, 77.25%, dan 95.93%. Aspek
dan menanggapi pertanyaan diskusi, merumuskan kemampuan multi representasi yang paling tinggi
kesimpulan hasil percobaan, menyajikan dan terdapat para representasi matematis dan yang
mengkomunikasikan hasil percobaan secara multi terendah pada representasi verbal.
representasi, mengerjakan soal kemampuan multi Uji normalitas data pretest dan posttest
representasi mengalami peningkatan di tiap pertemuan. kemampuan multi representasi menggunakaan uji
Aktivitas yang menonjol adalah merancang dan Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi α = 0.05 (2-
melakukan percobaan, menganalisis data hasil tailed). Hasil uji normalitas diperoleh data pretest dan
percobaan secara multi representasi di tiap pertemuan. posttest pada kelas X1, X2, dan X3 nilai sig. < 0.05,
Aktivitas bertanya kepada guru mengenai bimbingan hal ini berarti data pretest dan posttest berdistribusi
dan tindakan yang tidak relevan mengalami penurunan tidak normal. Hasil uji normalitas diperoleh data n-
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 510
Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
gain pada kelas X1 dan X2 nilai sig. < 0.05, hal ini 3) Perbedaan Peningkatan Kemampuan Multi
berarti data n-gain pada kelas X1 dan X2 berdistribusi Representasi Siswa
tidak normal. Pada kelas X3 nilai sig. > 0.05, hal ini Uji perbedaan peningkatan kemampuan multi
berarti data n-gain pada kelas X3 berdistribusi normal. representasi setelah pembelajaran siswa menggunakan
n-gain kemampuan multi representasi tiap kelas
Uji Perbedaan Kemampuan Multi Representasi Siswa menggunakaan uji Mann-Whitney U dengan taraf
1) Perbedaan Kemampuan Multi Representasi Awal signifikansi α = 0.05 (2-tailed) .
Siswa Pada kelas X1 dan X2; kelas X1 dan X3; kelas
Uji perbedaan kemampuan multi representasi X2 dan X3 memiliki nilai sig. > 0.05, hal ini berarti
awal siswa menggunakan data pretest kemampuan tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
multi representasi menggunakaan uji Mann-Whitney U multi representasi siswa pada kelas yang satu dengan
dengan taraf signifikansi α = 0.05 (2-tailed). kelas yang lain.
Tabel 2 Hasil uji U Mann-Whitney pada data pretest Tabel 4 Hasil Uji U Mann-Whitney pada n-gain
Std. Asymp. Asymp.
Sam Mea Mann- Mann-
Deviatio Z Sig. Std. Sig.
pel n Whitney U Sampel Mean Whitney Z
n (2-tailed) Deviation (2-
U
Pret tailed)
6.64
est - N-gain
6 1.77045 .7656 .09993
X1 404.000 1.32 .185 X1 dan 456.000 -.555 .579
1.50 .50395 1.51 .504
dan 4 X2
7
X2 N-gain
.7821 .08083
Pret X1 dan 444.500 -.298 .766
7.18 1.98 1.008
est - X3
1 1.24238
X1 394.000 1.11 .264 N-gain
1.98 1.00816 .7668 .09448 -
dan 7 X2 dan 402.500 .273
3 2.48 .504 1.097
X3 X3
Pret
6.67
est -
8 1.92054 Heuvelen & Zou (2001); Meltzer (2005); Kohl &
X2 438.000 1.07 .281
2.48 .50382
dan 8 Finkelstein (2008; 2007; 2006; 2005) menyatakan
3
X3
bentuk dari kemampuan multi representasi fisika
adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah-
Pada kelas X1 dan X2; kelas X1 dan X3; dan
masalah fisika dengan proses representasi yang
kelas X2 dan X3 nilai sig. > 0.05, hal ini berarti tidak
bermacam cara yaitu matematis, verbal (tulisan atau
terdapat perbedaan kemampuan multi representasi
oral), dan visual (simbol/notasi, gambar, dan grafik).
awal siswa pada kelas yang satu dengan kelas yang
Kemampuan multi representasi siswa diperoleh dari
lain.
tes kemampuan multi representasi fisika pada materi
kalor yang terdiri dari 9 indikator yang dijabarkan
2) Peningkatan Kemampuan Multi Representasi
dalam 18 soal essay dengan menggunakan taksonomi
Siswa
Bloom baru (direvisi oleh Anderson & Krathwoll) dari
Uji peningkatan kemampuan multi representasi
C4 (menganalisis) sampai C6 (mencipta).
siswa menggunakan data pretest dan posttest
Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes awal
kemampuan multi representasi tiap kelas
(pretest) dan tes akhir (posttest). Nilai pretest
menggunakan uji Wilcoxon matched pairs dengan
digunakan untuk mengetahui kemampuan multi
taraf signifikansi α = 0.05 (2-tailed) pada Tabel 4.33
representasi awal siswa sebelum pembelajaran
dan Lampiran 2x.
menggunakan perangkat pembelajaran fisika model
Tabel 3 Hasil uji Wilcoxon matched pairs pada data
inkuiri terbimbing. Nilai posttest yang diperoleh siswa
pretest dan posttest
menggambarkan tentang penguasaan kemampuan
Data
Std. Asymp. Sig. multi representasi siswa setelah mengikuti
Pretest- Mean Z
Deviation (2-tailed)
Posttest pembelajaran model inkuiri terbimbing dapat diketahui
4.5161 9.25156 tentang ada tidaknya peningkatan dari perangkat
X1 -5.008a .000
84.5161 8.09885 dengan model inkuiri terbimbing yang diterapkan pada
2.1875 6.08243
X2 -4.980a .000 materi kalor. Peningkatan kemampuan multi
79.0625 12.79097
1.0000 4.02578 representasi dapat dilihat dari n-gain dari ketiga kelas
X3 -4.832a .000
82.6667 13.37350 replikasi. N-gain rata-rata dari kelas X1, X2, dan X3
Pada kelas X1, kelas X2, dan kelas X3 nilai sig. < adalah sebesar 0.78, 0.75, dan 0.78 dengan kategori
0.05, hal ini berarti terdapat peningkatan kemampuan tinggi (Hake, 1999). Peningkatan yang ditunjukkan
multi representasi siswa. oleh hasil analisis dengan menggunakan n-gain ini
menunjukkan tentang penerapan dari pengembangan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 511


Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015
perangkat pembelajaran fisika model inkuiri mengerjakan dan kurang yakin ketika mengerjakan
terbimbing efektif dalam meningkatkan penguasaan soal tes multi representasi.Pada kenyataannya
kemampuan multi representasi fisika pada materi kesulitan yang mereka alami dikarenakan selama
kalor. Dari ketiga replikasi menunjukkan konsistensi pembelajaran mereka tidak melakukan aktivitas yang
dari perangkat pembelajaran model inkuiri yang relevan dengan skenario pembelajaran yang telah
dikembangkan untuk melatihkan kemampuan multi dikembangkan oleh peneliti. Mereka tidak aktif dan
representasi. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberi lebih dominan dalam aktivitas yang tidak relevan,
kesempatan para siswa membangun pengetahuan selain itu mereka merasa sangat kesulitan dalam
secara multi representasi dan membantu siswa merepresentasikan konsep yang abstrak. Pada tujuan
mengembangkan pemahaman konsep (Pandey, et al., pembelajaran yang tidak tuntas diberikan solusi
2011; Stricklyn, 2011; Lee, et al., 2010; Minner, et al.,
remedial dengan pendampingan pembelajaran agar
2010; Wilson, et al., 2010; dan David, 2006). mampu memvisualkan dan merepresentasikan secara
Ada beberapa siswa yang tes pengetahuannya verbal dalam proses memahami konsep dalam
tidak tuntas, ternyata tes kemampuan multi pembelajaran yang bermakna. Siswa yang mampu
representasi juga tidak tuntas. Hal ini dimungkinkan merepresentasikan dengan memvisualkan konsep
peserta didik yang pemahamannya kurang mengenai abstrak lebih mudah untuk memahami konsep kalor
suatu konsep maka akan mengalami kesulitan dalam dari pada siswa yang masih belum ahli (Kautz, et al.,
mengerjakan soal yang berbentuk multi representasi. 2005; Meltzer, 2004; Loverude, 2002).
Lebih jauh lagi siswa sangat membutuhkan konsep- Solusi yang memungkinkan untuk diterapkan
konsep untuk mengartikan dan menghubungkan antara dalam rangka mencapai ketuntasan indikator bagi
masing-masing representasi yang mana ini adalah siswa yang masih lemah dalam kemampuan multi
elemen penyusun dari kemampuan multi representasi representasi adalah memberikan lebih banyak soal
(Ainsworth, 2008; 1999; Cheng & Gilbert, 2007; yang berkaitan, siswa memperoleh pemahaman konsep
Chittleborough & Treagust, 2008; Cook, 2006; Meij & fisika yang kontekstual melalui kegiatan multi
Jong, 2006). Solusi bagi siswa yang masih kurang representasi, dan bimbingan guru selama pembelajaran
adalah pembelajaran remedial secara efektif dalam harus lebih intensif bagi siswa yang memiliki
pembelajaran untuk mengaktifkan kemampuan belajar kecepatan belajar yang masih rendah. Hasil penelitian
fisika yang bermakna. Kohl & Finkelstein (2008) menyimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil tiga replikasi ditemukan bahwa siswa belum ahli masih membutuhkan bimbingan
kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan untuk menggunakan multi representasi khusus dalam
representasi verbal masih kurang maksimal. Hasil membangun deskripsi verbal dan visual dari suatu
penelitian ini relevan dengan PISA dan Trends in masalah untuk dikonversikan menjadi representasi
Mathematics and Science Study (2011) dan matematis.
Programme for International Student Assessment Respon siswa yang menonjol dan terekam selama
(2009) yang mengisyaratkan bahwa kemampuan siswa pembelajaran adalah siswa merasa sangat perlu
Indonesia dalam bidang sains masih rendah, salah bimbingan guru dalam pembelajaran ketika mereka
satunya menyelesaikan masalah secara multi mengalami kesulitan yang khususnya pada materi baru
representasi. Hal tersebut menjadi permasalahan yang dan bersifat abstrak. Hal tersebut menjadi bukti nyata
pokok dalam pembelajaran sains di Indonesia. Oleh dan memperkuat bahwa model inkuiri terbimbing
karena itu guru harus mengimplementasikan mampu untuk mengajarkan kemampuan multi
kurikulum 2013 secara holistik agar pembelajaran bisa representasi melalui bimbingan ke siswa yang belum
menyentuh elemen dasar dari setiap komponen mata ahli. Penggunaan multi representasi berperan penting
pelajaran yang akan dibahas dalam pembejaran. dalam membantu siswa membangun pemahaman
Ditemukan juga masih ada beberapa siswa yang dengan lebih mudah dan lebih baik, karena konsep
belum tuntas kemampuan multi representasi. Hal yang kompleks dan luas dapat disajikan lebih
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Cook (2006); sederhana dan holistik (Ainsworth, 2006; 1999;
Jong, et al. (2010); Larkin & Simon (1987); Meij & Ainsworth, et al., 2002; Ainsworth & Loizou, 2003;
Jong (2006) yang menyimpulkan siswa harus Ainsworth & Labeka, 2004).
memperoleh pemahaman konsep dan membutuhkan Hasil analisis statistik inferensial dilakukan untuk
kegiatan pembelajaran yang dapat menyajikan konsep mengetahui kemampuan multi representasi siswa
yang mereka miliki secara utuh dengan multi setelah pembelajaran menggunakan perangkat
representasi matematis, visual, dan verbal (multi pembelajaran fisika model inkuiri terbimbing yang
representasi) sehingga berhasil dalam pencapaian telah dikembangkan oleh peneliti. Berdasarkan
kompetensi yang diinginkan. Hal tersebut sesuai tinjauan data untuk uji normalitas diperoleh bahwa
dengan respon mereka yang menyatakan kesulitan data tidak berdistribusi normal, jadi analisis statistik
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 512
Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
yang digunakan berupa analisis statistik inferensial pertanyaan dan materi atau bahan penunjang
non parametrik (uji Mann-Whitney U dan Wilcoxon). ditentukan oleh guru. Bimbingan dalam bentuk
Kemampuan multi representasi awal siswa masalah, pertanyaan, dan analogi ini yang mendorong
dianalisis dari data pretest kemampuan multi siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan
representasi pada uji Mann-Whitney U dengan taraf jawabannya (Acevedo, et al., 2010; Bao, et al., 2009).
signifikansi α = 0.05 (2-tailed). Pada kelas X1 dan X2; Vygostky menyatakan bahwa anak-anak
kelas X2 dan X3; kelas X1 dan X3 mempunyai nilai mengembangkan konsep-konsep yang lebih sistematis,
sig. > 0.05, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan logis, dan rasional yang merupakan hasil dari dialog
kemampuan multi representasi awal siswa pada kelas bersama pembimbing yang terampil (Yu, et al., 2013;
yang satu dengan kelas yang lain. Hal tersebut Zydney, 2010; dan Yu, 2009).
menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan Pembelajaran dengan menggunakan perangkat
multi representasi yang sama pada awa pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing menitikberatkan pada
multi representasi. kegiatan penyelidikan dengan interaksi sosial, latihan
Peningkatan kemampuan multi representasi siswa dan tugas-tugas mengenai kemampuan multi
dianalisis dari data pretest dan posttest kemampuan representasi fisika pada materi kalor, dan bimbingan
multi representasi tiap kelas (X1, X2, dan X3) guru melalui pertanyaan dan analogi. Hal tersebut
menggunakaan uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi sesuai dengan teori kontruktivisme oleh Vygotsky
α = 0.05 (2-tailed). Pada kelas X1, kelas X2 dan kelas yang mempunyai tiga implikasi utama dalam
X3 nilai sig. < 0.05, hal ini berarti adanya peningkatan pembelajaran, yaitu: 1) Melalui interaksi sosial siswa
kemampuan multi representasi siswa secara signifikan menjadi sadar fungsi mental dasarnya dan mampu
pada materi kalor untuk setiap kelas setelah menggunakannya untuk pertumbuhan; 2) Guru
menggunakan perangkat pembelajaran fisika model memberikan tugas-tugas dalam jangkauan siswa (zone
inkuiri terbimbing. of proximal development); dan 3) Memberikan
Hasil uji perbedaan peningkatan kemampuan pembelajaran dengan scaffolding (Arends, 2012).
multi representasi setelah pembelajaran siswa Melatihkan kemampuan multi representasi dapat
menggunakan n-gain kemampuan multi representasi dilakukan pada tiap tahap model inkuiri (Maliyah,
tiap kelas menggunakaan uji Mann-Whitney U dengan dkk., 2012).
taraf signifikansi α = 0.05 (2-tailed) pada Lampiran Pada perangkat pembelajaran model inkuiri
2x. Pada kelas X1 dan X2; kelas X1 dan X3; kelas X2 terbimbing yang dikembangkan oleh peneliti juga
dan X3 memiliki nilai sig. > 0.05, hal ini berarti tidak menggunakan pertanyaan dan analogi sebagai
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan multi bimbingan saat kegiatan eksperimen dan penyelidikan
representasi siswa pada kelas yang satu dengan kelas untuk melatihkan kemampuan multi representasi.
yang lain. Analogi dan pertanyaan akan menjadi bimbingan bagi
Hasil uji Mann-Whitney U digunakan untuk siswa belum ahli untuk melatihkan kompetensi yang
mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dari diharapkan (Yu, et al., 2013; Melero, et al., 2012;
peningkatan kemampuan multi representasi siswa Zydney, 2010; dan Yu, 2009). Kemampuan siswa
SMA dikelas X1, X2, dan X3. Hasilnya menunjukkan dalam multi representasi sangat penting karena siswa
bahwa tidak ada perbedaan signifikan peningkatan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika bila
kemampuan multi representasi siswa SMA dikelas X1, siswa dapat menyajikan dengan multi representasi
X2, dan X3. Hal tersebut bisa terjadi dimungkinkan konsep fisika yang miliki (Kohl, Rosengrant &
karena guru sudah mengimplementasikan perangkat Finkelstein, 2007; Rosengrant, Van Heuvelen &
pembelajaran yang dikembangkan secara maksimal. Etkina, 2008; dan Meij, 2007). Pembelajaran inkuiri
Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan siswa terbimbing dapat melatihkan kemampuan multi
disebabkan oleh peran guru dalam mendesain representasi. Hasil penelitian pengembangan perangkat
pembelajaran dan aktivitas siswa sudah maksimal ini diperkuat oleh Putri dkk. (2012) dan Mahardika,
dalam pembelajaran (Axford, et al., 2009). dkk. (2012) yang menyimpulkan model inkuiri dapat
Berdasarkan hasil ketuntasan indikator meningkatkan kemampuan multi representasi dan hasil
pembelajaran, n-gain, analisis statistik non parametrik, belajar fisika siswa SMA. Pembelajaran inkuiri
aktivitas siswa dan respon siswa menunjukkan tentang terbimbing pada materi suhu dan kalor menggunakan
penerapan dari pengembangan perangkat pembelajaran metode eksperimen dan demonstrasi diskusi
fisika model inkuiri terbimbing efektif dalam membutuhkan kemampuan multi representasi yang
melatihkan kemampuan multi representasi fisika pada berpengaruh terhadap prestasi belajar (Maliyah, dkk.,
materi kalor. Model inkuiri terbimbing (guided 2012).
inquiry) diartikan sebagai salah satu model
pembelajaran inkuiri yang penyajian masalah, IV. KESIMPULAN
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 513
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015

A. Simpulan Ashiq H. A., Muhammad, A., and Azra, S. (2011).


Berdasarkan hasil analisis, diskusi, dan “Physics teaching methods: scientific inquiry
vs traditional lecture”. International journal
pembahasan, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
of humanities and social science. Vol.1
perangkat pembelajaran fisika model inkuiri No.19, pp. 269-276.
terbimbing yang dikembangkan sudah valid, praktis, Axford, B., Harders, P., and Wise, F. (2009).
dan efektif untuk melatihkan kemampuan multi Scaffolding literacy. An integrated and
representasi siswa SMA. sequential approach to teaching reading,
spelling and writing. Australia: Acer Press.
Bao, L. Fang, K. Cai, T. Wang, J. Yang, L. Cui, L.
B. Saran Han, J. Ding, L. and Luo, Y. (2009).
Saran dapat dikemukakan oleh peneliti “Learning of content knowledge and
berdasarkan penelititan yang telah dilakukan adalah development of scientific reasoning ability: A
Pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri cross culture comparison”. American journal
terbimbing dapat melatihkan kemampuan multi of physics. Vol.77 No.12, pp. 1118-1123.
representasi fisika siswa SMA pada materi kalor Berg, C. A. R. Bergendahl, V. C. B. and Lundberg, B.
K. S. (2003). “Benefiting from an open-ended
sehingga diharapkan untuk penelitian lanjutan pada experiment? A comparison of attitudes to, and
materi fisika yang lain dan dilengkapi dengan media outcomes of, an expository versus an open-
pembelajaran yang lebih memudahkan siswa inquiry version of the same experiment”.
memvisualkan konsep-konsep yang abstrak International journal of science education.
Vol.25 No.3, pp. 112-121.
REFERENSI Belland, B. R. Walker, A. Olsen, W. and Leary, H.
(2012). “Impact of scaffolding characteristics
Abdurrahman, Liliasari, Rusli, A. dan Bruce, W.
(2011). “Implementasi pembelajaran berbasis and study quality on learner outcomes in
STEM education: A meta-analysis”. Paper
multi representasi untuk peningkatan
presented at the AERA annual convention,
penguasaan konsep fisika kuantum”.
Vancouver, British Columbia, Canada, 2012.
Cakrawala pendidikan. Vol.30 No.1, pp. 30-
Benckert dan Pettersson. (2008). “Learning physics in
45.
small-group discussions- there examples”.
Acevedo, N. A. Van Dooren, W. Clarebout, G. Elen, J.
and Verschaffel, L. (2010). “Representational Eurasia journal of matematics, science, and
technology education. Vol.2 No.1, pp. 121-
flexibility in linear-function problems: a
134.
choice/no-choice study”. In L. Verschaffel, E.
Borich, G. (1994). Observation skill for effective
De Corte, T. de Jong and J. Elen (Eds.) Use
teaching. New York: Mac Millan Publishing
or representations in reasoning and problem
Company.
solving: Analysis and improvement, 74-79.
Milton Park, UK: Routledge. Branch, J. and Oberg, D. (2004). Focus on inquiry a
teacher guide to implementing inquiry based
Ainsworth, S. (2006). “DeFT: A conceptual
learning. Canada: Alberta Education, Alberta.
framework for considering learning with
Bryce, D. (2012). “Scaffolding in Teaching Knowledge
multiple representations”. Learning and
Representation”. Present at CCSC: Rocky
instruction. Vol.16 No.3, pp. 183-198.
____________. (1999). “The Functions of Multiple Mountain Conference, Utah State University
Changbalengula, Mumba, dan Mbewe. (2012). “How
Representations”. Computers and Education.
pre-service teachers’ understand and perform
Vol. 33 No. 1, pp. 131–152.
science process skills”. Journal of research in
Ainsworth, S. and Van Labeke, N. (2004). “Multiple
science teaching. Vol.22 No.4, pp. 167-176.
forms of dynamic representation”. Learning
Cheng, M. and Gilbert. (2009). “Towards a better
and instruction. Vol.14 No.1, pp. 241–255.
Ainsworth, S. and Loizou, A. (2003). “The effects of utilization of diagram in research into the use
of representative levels in chemical education.
self-explaining when learning with text or
model and modeling in science education:
diagrams”. Cognitive science. Vol. 27 No.1,
Multiple representations in chemical
pp. 669–681.
education”. Springer Science+Business
Akbulut, Y. (2007). “Implications of two well-known
Media B.V. p. 55 – 73.
models for instructional designers in distance
education: Dick-Carey versus Morrison-Ross- Chittleborough, G. and Treagust, D. (2008). “Correct
interpretation of chemical diagrams requires
Kemp”. Journal of distance education-
transforming from one level of representation
TODJOE Anadolu University. Vol.8 No.2, pp.
to another”. Research in science education.
5.
Vol.38 No.4, pp. 463–482.
Arends, R. (2012). Learning to teach, 9th edition. New
York: Mc-Graw Hill. Coletta, V. P. Phillips, J. A. and Steinert, J. (2012).
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: “FCI Normalized Gain, Scientific Reasoning
Ability, Thinking in Physics, and Gender
PT Remaja Rosda Karya.
Effects” Present at AIP Conf. Proc. LA, 2012.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 514


Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Cook, M. (2006). “Visual representations in science Science education. Vol.90 No.10, pp. 1092-
education: The influence of prior knowledge 1112.
and cognitive load theory on instructional Hake. (1999). Analyzing change/gain scores. (Online).
design principles”. Science Education. Vol.90 Tersedia http://www.
No.6, pp. 1073-1091. physicsindiana.edu/sdi/Analyzing-Change-
Crawford, B. A. (2000). “Embracing the essence of Gain. pdf.
inquiry: new roles for science teachers”. Harrison, A. and De Jong, O. (2005). “Exploring the
Journal of research in science teaching. use of multiple analogical model when
Vol.37 No.9, pp. 916–937. teaching and learning chemical equilibrium.
Crockett, M. D. (2002). “Inquiry as professional Journal of research in science teaching.
development: creating dilemmas through Vol.42 No.9, pp. 1135–1159.
teachers’ work”. Teaching and teacher Heron, P. R. L. and Meltzer, D. E. (2005). “Future of
education. Vol.18 No.5, pp. 609–624. physics education research: Intellectual
David, M. J. Christophe, D. J. Norma, A. J. (2013). challenges and practical concerns”. American
“The effect of representations on difficulty journal of physics. Vol.73 No.5, pp. 390-394.
perception and learning of the physical Heuvelen, V. and Zou. X. L. (2001). “Multiple
concept of pressure”. Themes in science and representations of work-energy processes”.
technology education. Vol.6 No.2, pp. 91- American journal of physics. Vol.69 No.2, pp.
108. . 184.
De Jong, T. (2010). Cognitive load theory, educational Izhak and Sherin, M. G. (2003). “Exploring the Use of
research, and instructional design: Some food New Representation as a Resource for
for thought. Instructional science. Vol.38 Teaching Learning”. Journal school science
No.3, pp. 105-134. and mathematics. Vol.20 No.1, pp. 103.
Dolin, J. (2001). “Representational forms in physics” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
Paper presented at Third International Modul pelatihan implementaasi kurikulum
Conference of the European Science (2013). Jakarta: Badan Pengembangan
Education Research Association, August, Sumber Daya Manusia Pendidikan dan
2001. Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Eisenkraft, A. (2010). Active Physics. New York: It’s Pendidikan.
About Time. Kemp, J. E. and Morison. (2007). Designing effective
Etkina, E. (2006). “Scientific abilities and their instruction. New York: Macmillan College
assessment”. Physical review special topics- Publishing Company.
Physics education research. Vol.2 No.3, pp. Khan, M. S. Hussain, A. R. Majoka, M. I. and
20-29. Ramzan, M. (2011). “Effect of inquiry
Fellenz, M. R. (2004). “Using assessment to support method on achievement of students in
higher level learning: the multiple choice item chemistry at secondary level”. International
development assignment”. Assessment and journal of academic research. Vol.3 No.1, pp.
education in higher education. Vol.29 No.6, 955-959.
pp. 703-719. Kirschner, P. A. Sweller, J. and Clark, R. E. (2006).
Fu, Y. Han C. T. and Hui, L. W. (2013). “Effects of “Why minimal guidance during instruction
online procedural scaffolds and the timing of does not work: an analysis of the failure of
scaffolding provision on elementary constructivist, discovery, problem-based,
taiwanese students' question-generation in a experiential, and inquiry based teaching”.
science class”. Australasian journal of Educational psychologist. Vol.41 No.2, pp.
educational technology. Vol.29 No.3, pp. 89- 75–86.
98. Kohl, P.B. and Noah, D.F. (2008). “Pattern of multiple
Gerald, F. L. (2011). “The twin purposes of guided representation use by expert and novices
inquiry: guiding student inquiry and evidence during physics problem solving”. Physical
based practice”. Scan. Vol 30 No 1. pp. 26- review special topics-Physics education
41. research. Vol.4 No.1, pp. 1-13.
Gilbert, K. J. (2010). “The role of visual Kohl, P.B. and Noah, D.F. (2006). “Effect of
representations in the learning and teaching of representational on students solving physics
science: An introduction”. Asia-pacific forum problem : A fine-grained characterization”.
on science learning and teaching. Vol.11 Physical review special topics-Physics
No.1, pp. 1-10. education research. Vol.2 No.1, pp. 1-8.
Gronlund, N. E. and Linn, R. L. (1995). Measurement Kress, G. Jewitt, C. Ogborn, J. Tsatsarelis, C. (2003).
and assesment in teaching (7th ed). New “Exploring learning through visual, actional
Jersey: Merril Englewood Cliffs. and lingusitic communicaion: The multimodal
Gunel, M. et al. (2006). “Comparing student environment of a science classroom”.
understanding of quantum physics when Educational Review. Vol.53 No.1, pp. 120-
embedding multimodal representations into 127.
two different writing formats: Presentation
format versus summary report format”.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 515
Inkuiri Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ISSN : 2089-1776
Vol. 4 No. 2 Mei 2015
Kuhlthau, C. C. Maniotes, L. K. and Caspari, A. K. verbal siswa”. Jurnal Inkuiri. Vol.1 No.3, pp.
(2012). Guided inquiry design. Libraries 227-234.
Unlimeted:Imprint ABC. Mayer, R .(1997). Multimedia learning: Are we asking
Kuhlthau, C.C. (2010). “Guided inquiry”. School the right questions”. Educational
libraries worldwide. Vol.16 No. 1, pp. 17-28. Psychologist. Vol.32 No.2, pp. 1–19.
Larkin, J. and Simon, H. (1987). “Why a Diagram is Mayer, R. (2001). Multimedia learning. New York:
(sometimes) worth ten thousand words”. Cambridge University Press.
Cognitive Science. Vol.11 No.1, pp. 65-99. Mayer, R. E. (2003). “The promise of mulitmedia
Lee, H. Linn, M. Varma, K. and Liu, O. (2010). “How learning: Using the same instructional design
do Technology-Enhanced Inquiry Science methods across different media”. Learning
Units Impact Classroom Learning”. Journal and instruction. Vol.13 No.3, pp. 125– 139.
of research in science teaching. Vol.47 No.1, Mayer, R. (2005). The cambridge handbook of
pp. 71-90. multimedia learning. Cambridge: Cambridge
Lu, L. and Ortlieb. E. T. (2009). “Teacher candidates University Press.
as innovative change agents”. Current issues McDermott, L. C. Heron, P. R. L. Shaffer, P. S. and
in education. Vol.11 No.5, pp. 111-119. Stetzer, M. R. (2006). “Improving the
preparation of k-12 teachers through physics
Luft, J. (2001). “Changing inquiry practices and education research”. American journal of
beliefs: The impact of an inquiry-based physics. Vol.74 No.9, pp. 763-767.
professional development programs on McDermott, L. C. (2004). Physics by inquiry [Online].
beginning and experienced secondary science Tersedia:
teachers”. International journal of science http://www.phys.washington.edu/RGoups/peg
education. Vol.23 No.5, pp. 517–534. /pbi.html.
Loverude, M. Kautz, C. and Heron, P. (2002). Meij, J. and Jong, T. (2007). Learning with multiple
“Student understanding of the first law of representations. Paper presented at the
thermodynamics: relating work to the EARLI Conference, Padua, Italy, 26 August,
adiabatic compression of an ideal gas.” 2007.
American journal of physics. Vol.70 No.2, pp. Meij, J. and Jong, T. (2006). “Supporting students’
137–48. learning with multiple representations in a
Madden, K. (2011). “The use of inquiry-based dynamic simulation-based learning
instruction to increase motivation and environment”. Learning and instruction.
academic success in a high school biology Vol.16 No.3, pp. 199-212.
classroom”. (PDF). Retrieved April 30, Meltzer, D. E. (2005). “Relation between students'
(2014) from Montana State University library. problem-solving performance and
Mahardika K . I. Agus, S. dan Dadi, R. (2012). “Model representational format”. American journal
inkuiri untuk meningatkan kemampuan of physics. Vol.73 No.5, pp. 463.
representasi verbal dan matematis pada Mercer, N. Dawes, L. Wegerif, R. and Sams, C.
pembelajaran fisika di SMA”. Jurnal (2004). Reasoning as a scientist: ways of
pembelajaran fisika. Vol.1 No.2, pp. 165-171. helping children to use language to learn
Mahardika, K. I. (2012). Karakteristik bahan ajar science. British educational research journal.
mekanika (BAM) untuk meningkatkan Vol.30 No.3, pp. 359-377.
kemampuan representasi verbal, matematis, Michal, Z. (2007). “The spectrum of dynamic inquiry
gambar, dan grafis (VMG2) mahasiswa calon teaching practices”. Research Science
guru fisika. (Disertasi Doktor pendidikan Education. Vol.3 No.2, pp. 59–67.
tidak dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ministrell, J. and Kraus, P. (2005). “Guided Inquiry in
Indonesia. the Scinece Classroom”. In Donovan, M. S
McDonald, E. K. (2009). Engage every student. and Bransford, J.D. How students learn:
Motivation tools for teachers and Parent. history, mathematics, science in the
USA: Search institute. classroom, 475-513. Washington: The
Minner, D. Levy, A. and Century, J. (2010). “Inquiry National Press.
based science instructions-what is it and does Moreno, R. and Durán, R. (2004). “Do multiple
it matter? results from a research synthesis representations need explanations? The role
years 1984 to 2002”. Journal of research in of verbal guidance and individual differences
science teaching. Vol.47 No.2, pp. 474 – 496. in multimedia mathematics learning”. Journal
Muliyardi. (2008). Pengembangan model of educational psychology. Vol.96 No.3, pp.
pembelajaran matematika dengan 492–503.
menggunakan komik di kelas 1 SD. (Disertasi Nieminen, P., Savinainen, A. and Viiri, J. (2013).
Doktor tidak dipublikasikan). Universitas “Representational consistency and the
Negeri Surabaya. learning of forces in upper secondary school
Maliyah, N. dkk. (2012). “Pembelajaran fisika dengan physics”. Jyväskylä: Jyväskylä University
inkuiri terbimbing melalui metode Printing House.
eksperimen dan demontrasi diskusi ditinjau Nieminen, P. Savinainen, A. and Viiri, J. (2012).
dari kemampuan matematik dan kemampuan “Relations between representational
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri 516
Terbimbing untuk...
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
consistency, conceptual understanding of the Schnotz, W. and Lowe, R. (2003). “Special issue
force concept, and scientific reasoning”. introduction: External and internal
Physical review special topics – Physics representations in multimedia learning”.
education research. Vol.8 No.1, pp. 11-23. Learning and instruction. Vol.13 No.2 116–
Nieminen, P. Savinainen, A. Nurkka, N.and Viiri, J. 122.
(2011). An intervention for using multiple Schnotz, W., and Bannert, M. (2003). “Construction
representations of mechanics in upper and interference in learning from multiple
secondary school courses, in Proceedings of representation”. Learning and instruction,
the ESERA (2011) Conference, Lyon, 2011. 13(2).
Pandey1, G. K. Nanda, and Ranjan, V. (2011). Seufert, T. (2003). “Supporting coherence formation in
“Effectiveness of inquiry training model over learning from multiple representations”.
conventional teaching method on academic Learning and instruction. Vol.13 No.3, pp.
achievement of science students in India”. 227–237.
Journal of innovative research in education. Stricklyn, J. (2011). What effect will using inquiry
Vol.1 No.1, pp. 7-20. methods of teaching science have on sixth
Prahani, B. K. Rachmadani, D. dan Paramartha, A, I. grade students?. Montana State University
(2014). “Optimalisasi hasil belajar ipa melalui Library.
pengembangan perangkat pembelajaran IPA Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi (mixed
terpadu tipe webbed”. Prosiding Seminar methods). Bandung: ALFABETA.
Nasional Pendidikan Sains (2014), Surabaya, Trilling, B dan Fadel, C. (2009). 21st century skills:
2014. learning for life in our times. USA: Jossey-
Putri, M. A. Mahardika, dan Ketut. (2012). “Model Bass.
pembelajaran free inquiry (inkuiri bebas) Waldrip, B. Prain, V. and Carolan, J. (2010). “Using
dalam pembelajaran multirepresentasi fisika multi-modal representations to improve
di MAN 2 Jember”. Jurnal pembelajaran learning in junior secondary science”. Res.
fisika. Vol.1 No.3, pp. 324-327. science education. Vol.40 No.1, pp. 65-80.
Ratumanan, G. T. dan Laurens. (2011). Evaluasi hasil Waldrip, B. Prain, V. and Carolan, J. (2006).
belajar pada tingkat satuan pendidikan. “Learning junior secondary science through
Surabaya: Unesa Unversity Press. multi-modal representations”. Electronic
Riduwan. (2010). Skala pengukuran variabel-variabel journal of science education. Vol.11 No.1,
penelitian. Bandung: Alfabeta. pp. 86-105.
Rosengrant, D. Van Heuvelen, A. and Etkina, E. Wenning, C. J. (2011). “Experimental inquiry in
(2006). “Two year study on students’ use of introductory physics courses” .JPTEO
free-body diagrams”. Paper present at (Journal of Physics Teacher Education
NARST Annual Meeting, San Francisco, CA, Online) Illinois State University Physics
2006. Dept. USA. Vol.6 No.2, pp. 7.
Rosengrant, D. Van Heuvelen, A. and Etkina, E. Wilson, C. D. Taylor, J. A. Kowalski, S. M. and
(2009). “Do students use and understand free- Carlson, J. (2010). “The relative effects and
body diagrams?”. Physical review special equity of inquiry-based and commonplace
topics-Physics education research. Vol.5 science teaching on students’ knowledge,
No.1, pp. 1-8. reasoning, and argumentation”. Journal of
Rust, P. (2011). The effects of inquiry instruction on research in science teaching. Vol.47 No.5,
problem solving and conceptual knowledge in pp. 276 – 301.
a ninth grade physics class. (PDF). Retrieved Yoshioka, D. (2007). Statical physics an introduction.
April 30, (2014) from Montana State German: Springer.
University Library. Yu, F. Y. (2009). “Scaffolding student-generated
Schnotz, W. Baadte, C. Müller, A. and Rasch, R. questions: Design and development of a
(2010). Creative thinking and problem customizable online learning system”.
solving with depictive and descriptive Computers in human behavior. Vol.25 No.5,
representations. In L. Verschaffel, E. De pp. 1129-1138.
Corte, T. de Jong and J. Elen (Eds.), Use of Zydney, J. M. (2010). “The effect of multiple
representations in reasoning and problem scaffolding tools on students' understanding,
solving: Analysis and improvement (pp. 11- consideration of different perspectives, and
35). Milton Park, UK: Routledge. misconceptions of a complex problem”.
Schnotz, W. and Lowe, R. (2010). “External and Computers and education. Vol. 54 No.3, pp.
internal representations in multimedia 150-159.
learning”. Learning and instruction Vol.13
No.3, pp. 117– 123.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model 517


Inkuiri Terbimbing untuk...

You might also like