You are on page 1of 9

FORMULASI PASTA SERBUK KOPI DENGAN VARIASI KONSENTRASI SEBAGAI

DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Viani Anggi

Akademi Farmasi Medika Nusantara Palu

ABSTRACT

Formulation have been conducted Pasta coffee powder with variation concentration
Southwestern As inhibitory against Staphylococcus aureuss, this study to determine whether
the coffee powder can be formulated into a paste and to determine which are most effective
concentration to inhibit the growth of Staphylococcus aureus. Pasta coffee powder made by
vary the concentration of coffee powder that is Formula I, II, III, and IV with coffee beans
concentration 0%, 30%, 35%, and 40% were tested on inhibition against Staphylococcus
aureus using the diffusion method with filter paper. From the results of this study indicate
that coffee powder can be formulated into dosage pasta and able to inhibit the growth of
Staphylococcus aureus, the results of the statistical Ansira test result that of formula I,
formula II, formula III and formula IV there are significant differences. The results were
further using HSD test showed that the concentration of 30% most effectively inhibit the
growth of Staphylococcus aureus.

Keywords: coffee powder, inhibition, bacteria, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN aureus mengandung lysostaphin yang


dapat menyebabkan lisisnya sel darah
Indonesia sebagai negara terbuka
merah. Toksin yang dibentuk oleh
dan memiliki kemajemukan sosial budaya,
Staphylococcus aureus adalah
dewasa ini sedang menghadapi tantangan
haemolysin alfa, beta, gamma delta dan
yang besar dalam pengendalian penyakit
apsilon, toksin lain ialah leukosidin,
infeksi. Penyakit infeksi masih merupakan
enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotoksin
salah satu penyakit dengan angka
dan eksoenzim dapat menyebabkan
morbiditas paling tinggi di Indonesia.
keracunan makanan terutama yang
Penyakit ini merupakan ancaman bagi
mempengaruhi saluran pencernaan,
kelangsungan hidup manusia dan telah
leukosidin menyerang leukosit sehingga
menjadi penyebab kematian ketiga di
daya tahan tubuh akan menurun.
dunia. Perkembangan infeksi bakteri di
Eksofoliatin merupakan toksin yang
negara tropis seperti Indonesia terutama
menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit
disebabkan oleh udara yang lembab,
seperti terkena luka bakar.1
sanitasi yang kurang dengan lingkungan
Infeksi kulit adalah suatu penyakit
yang padat penduduknya. Staphylococcus
infeksi bakteri yang bersifat akut dan sub
aureus adalah bakteri penyebab infeksi
akut yang disebabkan oleh spesies
yang berbentuk kokus dan tersusun
Staphylococcus, biasanya oleh
seperti buah anggur, Staphylococcus
Staphylococcus aureus dan dapat

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 90


mengenai kulit. Penyakit ini ditemukan di banyak digunakan sebagai basis adalah
seluruh dunia dan dapat menyerang baik vaselin mengingat konsistensi, kelunakan
laki-laki maupun perempuan semua umur. dan sifatnya yang netral serta kemampuan
Serbuk kopi secara tradisional digunakan menyebarnya yang mudah pada kulit.Hal
untuk pengobatan luka bakar, kudis, inisesuai dengan sifat vaselin yang
koreng, luka, dan disentri. Penelitian oleh merupakan basis yang berminyak dan
Hendro Sudjono menunjukkan bahwa bebas air sehingga dapat bertahan pada
serbuk kopi mempunyai daya antibakteri kulit untuk waktu yang lama. Basis vaselin
terhadap Staphylococcus aureus. Serbuk juga mudah bercampur dengan bahan
kopi ini juga akan lebih bermanfaat bila obat dan stabil dalam penyimpanan.4
diformulasi dalam sebuah bentuk Berdasarkan latar belakang di atas,
2
sediaan. untuk itu dilakukan penelitian ini yang
Sediaan yang cocok untuk bertujuan untuk merancang suatu
pengobatan topikal adalah pasta. Pasta formulasi pasta serbuk kopi yang
biasanya dibuat dengan mencampurkan mempunyai daya hambat terhadap bakteri
bahan obat yang berbentuk serbuk dalam Staphylococcus aureus dan untuk
jumlah besar dengan vaselin atau dengan mengetahui konsentrasi mana yang paling
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat efektif dalam menghambat pertumbuhan
dengan gliserol, digunakan sebagai bakteri Staphylococcus aureus. Adapun
antiseptikum atau pelindung kulit. rumusan masalah dari penelitian ini
Penggunaan pasta dapat memungkinkan adalah apakah serbuk kopi dapat
kontak dengan tempat aplikasi lebih lama diformulasikan menjadi sebuah pasta
sehingga pelepasan zat aktif serbuk kopi sebuk kopi yang memiliki efektivitas untuk
akan lebih maksimal. Selain itu sediaan kulit dan pada konsentrasi berapakah
pasta juga lebih disukai karena lebih pasta serbuk kopi efektif dalam
praktis, mempunyai sifat pengering untuk menghambat pertumbuhan bakteri
luka akut yang cenderung mengeras, Staphylococcus aureus. Manfaat dari
menggelembung atau mengeluarkan penelitian ini diharapkan dapat
cairan, melindungi daerah yang terluka memberikan informasi kepada masyarakat
dari udara luar dan mempermudah luas dan industri farmasi mengenai
perbaikan kulit serta menghantarkan obat pengembangan formulasi pasta serbuk
pada kulit untuk efek khusus topikal. kopi sebagai zat antibakteri yang potensial
Pelepasan zat aktif dalam sediaan pasta dalam bidang farmasi. Analisis yang
tidak lepas dari pemilihan basis yang digunakan untuk menguji mutu fisik pasta
cocok karena basis pasta juga turut serbuk kopi ada dua yaitu dengan
berperan pada keberhasilan terapi membandingkan hasil yang diperoleh
pemakaian pasta.3 Bahan yang paling dengan persyaratan yang tercantum pada

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 91


pustaka. Analisis yang kedua adalah uji diblender menjadi bentuk serbuk dan
statistik dengan menggunakan Analisis diayak menggunakan mesh no. 40.
Sidik Ragam (ANSIRA) menurut uji F. Dari Pengujian Kualitatif
hasil analisis sidik ragam jika terdapat Dalam penelitian ini akan dilakukan uji
perbedaan yang signifikan maka dilakukan kualitatif yang meliputi :
uji lanjutan. 1. Pengujian alkaloid
Identifikasi dilakukan dengan
METODE PENELITIAN menggunakan pereaksi Dragendroff
Bahan dengan tahapan sebagai berikut : 1
Aquadest, Bakteri Staphylococcus gram sampel dimasukkan ke dalam
aureus, Gliserol, NA Sintetik, NaCl 0,9%, tabung reaksi ditambahkan HCL 1 %
Nipasol, Pati jagung, Serbuk kopi, Vaselin sebanyak 5 ml kemudian dipanaskan
kuning. selama 30 menit, lalu disaring dan
Alat selanjutnya ditambahkan pereaksi
Aluminium foil, Autoklaf (Vertical dragendroff sebanyak 3 tetes, jika
Type Autoclave), Batang terbentuk endapan kuning, orange
pengaduk,Cawan petri (scot), Cawan sampai merah bata berarti sampel
Porselin, Erlenmeyer, Gelas kimia (pyrex), mengandung alkaloid.
Gelas ukur (pyrex), Inkubator (memmert), 2. Pengujian Flavonoid
Jarum ose, Kapas, Kertas perkamen, Menguapkan hingga kering 1 ml
Kertas Saring, LAF (SW-CJ-IF), Lampu larutan sampel, dilarutkan dalam 1 ml
spritus, Lemari pendingin, Mortir dan etanol (95%) P; menambahkan 0,1
stamfer, Neraca Analitik (sarltorius),Objek serbuk magnesium P dan 10 ml asam
glass, oven (memmert), Penangas air klorida pekat P; jika terjadi warna
(memmert), pH Meter (hanna), Pinset, merah jingga sampai merah ungu,
Pipet tetes, Pipet volum (germany), Rak menunjukkan adanya flovonoid, jika
tabung, Sendok tanduk, Spoit, Stopwatch, terjadi warna kuning, jingga
Sudip, Tabung reaksi (pyrex), Tube. menunjukkan adanya flovon, kalkon
dan auron.
Cara Kerja
3. Pengujian Saponin
Prosedur Penelitian
1 gram sampel dimasukkan ke dalam
Sampel yang digunakan adalah biji kopi
tabung reaksi ditambahkan 5 ml air
yang diperoleh dari Morowali, Provinsi
panas, dinginkan kocok kuat-kuat
Sulawesi Tenggah. Biji kopi yang sudah
selama 30 detik jika terbentuk buih
tua dipetik, dikumpulkan, disortasi basah
yang mantap selama tidak kurang dari
kemudian dicuci dengan air mengalir,
10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm.
selanjutnya disangrai. Setelah itu sampel

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 92


Pada penambahan 1 tetes asam dalam penangas air mendidih.
klorida 2 N buih tidak hilang. Disaring panas-panas, setelah dingin
4. PengujianTanin tambahkan pereaksi besi III klorida
1 gram serbuk sampel diuapkan diatas sebanyak 3 tetes. Terjadi warna hijau-
penangas air dan ekstraksi dengan 20 biru menunjukkan adanya polifenol.
mL air panas, tambahkan larutan NaCl 6. Pengujian Steroid
10% sebanyak 3 tetes kemudian Meneteskan larutan sampel dengan
direaksikan dengan larutan FeCl3 bila pereaksi LB. Jika larutan
terbentuk warna biru hitam mengandung triterpenoid atau steroid
menandakan adanya tanin. maka akan memberikan warna hijau,
5. Pengujian Polifenol biru sampai ungu.
Serbuk tumbuhan 1 gram dipanaskan
dengan air 10 mL selama 10 menit

Formulasi Pasta18
Formula standar
Zinc oxide 25,0%
Starch 25,0%
Calamine 5,0%
White petrolatum qs 100%
Rancangan Formulasi Pasta Serbuk Kopi

Formula
Bahan Fungsi
I II III IV
Serbuk Biji Kopi
Zat aktif 0 4.5 g 5.25 g 6g
(0%,30%,35%,40%)

Pati Jagung (3%) Pengeras 0.45 g 0.45 g 0.45 g 0.45 g

Nipasol (0,6%) Pengawet 0.09 g 0.09 g 0.09 g 0.09 g

Gliserol (20%) Pelembut 2.4 g 2.4 g 2.4 g 2.4 g

Vaselin Kuning
Basis pasta 12.06 g 7.56 g 6.81 g 6.06 g
ad hingga 15
Keterangan :
Formula I:Formulasi sebagai kontrol terhadap bakteri S.aureus dengan konsentrasi 0%
Formula II: Formulasi serbuk kopi terhadap bakteri S.aureus dengan konsentrasi 30%
Formula III: Formulasi serbuk kopi terhadap bakteri S.aureus dengan konsentrasi 35%
Formula IV:Formulasi serbuk biji kopi terhadap bakteri S.aureus dengan konsentrasi 40%

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 93


Prosedur pembuatan pasta serbuk kopi diinginkan yaitu coklat. Aromanya diuji
Penimbangan serbuk biji kopi, masing- dengan cara mencium sediaan
masing 4,5 gram, 5,25 gram dan 6 gram, tersebut yang menghasilkan aroma
pati jagung (amylum maydis), gliserol kopi. Sampel diamati selama 14 hari,
(gliserin), vaselin kuning (vaselinum sejak terbentuk pasta sampai hari
flavum), dan nipasol (propylis yang ke 14 dan dicatat perubahan
parabenum), dengan teliti sesuai dengan yang terjadi.
jumlah yang telah diperhitungkan. 3. Uji Homogenitas
Pembuatan pasta bahan dasar yang Homogenitas sediaan dapat dilihat
berbentuk setengah padat dicairkan lebih dari ketercampuran bahan-bahan yang
dulu, baru dicampur dengan bahan padat digunakan pada basis semisolida.
dalam keadaan panas agar lebih Tahapan uji homogenitas : 0,01 gram
tercampur dan homogen. Kemudian pasta dari 4 tempat berbeda diambil.
digerus serbuk kopi, kemudian Tiap sampel diletakkan pada kaca
ditambahkan sedikit demi sedikit setengah objek, lalu dengan bantuan kaca objek
vaselin kuning yang tidak dileburkan lain dilihat homogenitas, jika ditandai
hingga homogen, setelah itu ditambahkan dengan susunan yang teratur dari
pati jagung, nipasol, sisa vaselin yang sediaan yang diolesi pada kaca objek.
dilebur 300C sambil digerus tambahkan Pengujian Dengan Menggunakan
gliserol sedikit demi sedikit sampai Bakteri
diperoleh pasta yang homogen. Masukkan Bakteri uji Staphylococcus aureus yang
ke dalam tube dan memberi etiket berasal dari biakan murni, diambil 1 ose
18
Evaluasi Sediaan lalu diinokulasikan dengan cara
1. Pengukuran pH digoreskan pada mediun Nutrien Agar
Menyiapkan alat dan bahan,lalu (NA) miring, kemudian diinkubasikan pada
menimbang sampel sebanyak 1 gram. suhu 370C selama 24 jam.Uji daya
Mengukur pH sampel menggunakan hambat serbuk biji kopi dilakukan dengan
alat pH meter pada hari ke 1, hari ke 7 metode difusi agar menggunakan kertas
dan hari ke 14 Mencatat hasil pH yang saring.Disiapkan medium Nutrient Agar
diperoleh, lalu hasil data yang (NA) dalam Erlenmeyer lalu disterilkan
diperoleh diolah dan kemudian dibuat dalam autoklaf, pada suhu 1210C selama
grafik. 15 menit, kemudian didinginkan sampai
2. Pengamatan organoleptis suhu 40-450C. Setelah agak dingin
Pengamatan organoleptis yaitu dituang secara aseptik ke dalam cawan
dengan menuangkannya pada wadah petri steril sebanyak 10 ml lalu
dan melihat warna yang dihasilkan ditambahkan 1 ml suspensi bakteri uji
sesuai dengan spesifikasi yang yang telah disiapkan sebelumnya,

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 94


selanjutnya dihomogenkan dan dibiarkan tersebut terdapat perbedaan signifikan,
hingga memadat, kemudian atur kertas maka dilakukan uji lanjutan yang
saring yang telah dibuat berbentuk cakram disesuaikan dengan nilai koefisien
dan telah dicelupkan pada pasta serbuk keragaman (KK) yang diperoleh.
kopi pada permukaan medium uji.
kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C HASIL PENELITIAN DAN
selama 24 jam, mengamati dan mengukur PEMBAHASAN
zona hambat yang terbentuk. Hasil Penelitian
ANALISA DATA Pada penelitian ini telah dilakukan
Analisa data yang diperoleh dari uji uji kualitas pasta serbuk kopi yang
daya hambat pasta serbuk kopi distatistik meliputi uji homogenitas, uji pH, dan
dengan menggunakan Analisis Sidik pengamatan organoleptis, serta uji daya
Ragam (uji F) pada taraf kepercayaan hambat pasta serbuk kopi terhadap
95% dan 99%. Jika berdasarkan ANSIRA Staphylococcus aureus:
Hasil pengujian Pasta Serbuk Kopi terhadap bakteriStaphylococcus aureus dengan
menggunakan metode difusi agar dengan kertas saring.
Tabel 1. Data Pengamatan Diameter Hambatan Pasta Serbuk Kopi terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus

Pengulangan (mm) Jumlah Rerata


Konsentrasi (%) Formula b/b
1 2 3 (Σx) ( x̅ )

0 0 0 0 0 0
30 22 23 23 68 22,6
35 24 25 25 74 24,6
40 26 26 26 78 26

Keterangan :

0 %: Formula I Sebagai kontrol (-) terhadap bakteri Staphylococcus aureus.


30%: Formula II Serbuk kopi terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
35%: Formula III Serbuk kopi terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
40%: Formula IV Serbuk kopi terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 95


Hasil pengujian pH selama penyimpanan pasta serbuk kopi adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pengukuran pH Pasta Serbuk Kopi

Konsentrasi Waktu Pengulagan


Jumlah Rerata
(%) Formula Penyimpanan 1 2 3

1 4,42 4,48 4,54 13,44 4,48


0 7 4,12 4,21 4,30 12,63 4,21
14 4,04 4,09 4,14 12,27 4,09
1 4,58 4,10 4,51 13,19 4,40
30 7 4,09 4,96 4,82 13,87 4,63
14 4,02 4,71 4,62 13,35 4,45
1 4,94 4,20 4,00 13,14 4,38
35 7 4,57 4,01 4,16 12,74 4,25
14 4,90 4,87 4,03 13,80 4,60
1 4,29 4,34 4,17 12,80 4,27
40 7 4,27 4,01 4,50 12,78 4,26
14 4,11 4,10 4,00 12,21 4,07
PEMBAHASAN keempat formula menunjukkan hasil
Hasil uji kualitatif serbuk kopi homogen yang ditandai dengan susunan
menunjukkan bahwa serbuk kopi positif yang teratur dari sediaan pasta setelah
mengandung alkaloid, saponin, tanin dan dioleskan pada sekeping kaca. Hal ini
polifenol, yang berfungsi menghambat menunjukkan bahwa serbuk kopi
atau membunuh pertumbuhan bakteri terdispersi secara homogen dalam
Staphylococcus aureus penyebab infeksi sediaan pasta sehingga diharapkan dapat
kulit, hal ini sesuai dengan literatur yang memberikan efek yang sama pada
menyatakan bahwa serbuk kopi permukaan kulit. Selanjutnya dilakukan
mengandung alkaloid saponin, dan pengamatan organoleptik dan uji pH untuk
polifenol. Salah satu aspek yang harus melihat kestabilan pasta serbuk kopi
dilakukan untuk mengetahui kualitas pasta secara fisik dan kimia selama masa
yang dihasilkan untuk memperoleh penyimpanan. Pengamatan organoleptik
sediaan pasta yang berkualitas dengan dilakukan dengan mengamati perubahan
mutu yang diinginkan maka perlu warna dan bau pada pasta serbuk kopi
dilakukan beberapa uji diantaranya, uji selama dua minggu masa penyimpanan.
homogenitas, uji pH dan pengamatan Selama masa penyimpanan tersebut,
organoleptik yang meliputi warna dan bau. warna dan bau pasta serbuk kopi tidak
Dari beberapa pengujian yang didapatkan mengalami perubahan, dimana hasil
hasil, yang pertama uji homogenitas dari pengamatan organoleptik didapatkan
sediaan yang tetap berwarna kuning untuk

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 96


formula I, berwarna coklat untuk formula menghasilkan nilai daya hambat tertinggi
II, III, IV dan berbau khas kopi. Untuk uji yaitu sebesar 26 mm, jika dibandinkan
pH diperoleh nilai masing-masing formula dengan konsentrasi 30% dan 35% yang
dengan konsentrasi 0%, 30%, 35%, dan masing-masing hanya menghasilkan nilai
40% adalah 4,26, 4,50, 4,41 dan 4,2. Dari daya hambat 22,6 mm dan 24,6 mm. Hal
nilai pH tersebut menunjukkan bahwa ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
semua formula memenuhi persyaratan konsentrasi serbuk kopi dalam sediaan
standar sesuai dengan literatur yang pasta, maka semakin besar pula nilai
mengatakan bahwa nilai pH yang baik daya hambat yang dihasilkan. Sedangkan
untuk sediaan farmasi dalam bentuk pasta untuk konsentrasi 0% sebagai
berkisar antara pH 4 sampai pH 6. pembanding tidak menghasilkan zona
Melihat hasil uji kualitas di atas, hambatan, yang berarti bahwa bahan
maka dapat dikatakan bahwa sediaan tambahan dalam sediaan pasta tidak
pasta serbuk kopi stabil secara fisik dan mempengaruhi hasil zona hambatan yang
kimia dimana tidak terjadi perubahan terbentuk.
karakteristik sediaan selama dua minggu Daya hambat terhadap antibakteri
masa penyimpanan, sehingga dapat pasta serbuk kopi disebabkan karena
disimpulkan bahwa serbuk kopi dapat adanya komponen-komponen kimia
diformulasikan menjadi pasta serbuk kopi. alkaloid, saponin, tanin dan polifenol yang
Uji kualitas pasta serbuk kopi dilanjutkan terkandung pada serbuk kopi. Saponin
dengan uji biologis untuk melihat aktivitas dan alkaloid dapat menyebabkan lisis sel
antibakteri pasta sebuk kopi terhadap mikroba dan bekerja sebagai antimikroba.
bakteri Staphylococcus aureus, dengan Hal ini disebabkan oleh reaksi antara
mengamati zona hambatan yang saponin dengan sterol dari membran sel
terbentuk pada medium uji setelah masa mikroorganisme yang dapat
inkubasi selama 24 jam. Hasil penelitian menyebabkan denaturasi protein serta
ini memperlihatkan bahwa pasta serbuk menghambat pembentukkan protein dan
kopi mampu menghambat pertumbuhan asam nukleat sehingga terjadi lisil sel
bakteri uji yang ditandai dengan bakteri. Polifenol berperan dalam kerja
terbentuknya zona bening disekeliling antibakteri yaitu mengakibatkan lisis sel
cakram kertas saring yang mengandung dan menyebabkan denaturasi protein,
pasta serbuk kopi. Zona hambatan serta menghambat pembentukan protein
tersebut disebabkan oleh terhambatnya dan asam nukleat. Tanin mempunyai
pertumbuhan mikroorganisme yang ada di kemampuan membentuk kompleks
dikertas saring. dengan makromolekul terutama dengan
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa formula protein (yang berhubungan dengan
pasta serbuk kopi konsentrasi 40% pencernaan beberapa enzim lain). Melihat

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 97


kemampuan serbuk kopi dalam menghambat pertumbuhan bakteri
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus maka tepat KEPUSTAKAAN
kiranya jika tanaman ini digunakan Alan W.B. dan Bealer B.K., 2010 The
sebagai bahan alami pembuatan pasta Miracle of Caffein, Qanita PT. Mizan
Pustaka Bandung. 255-263
serbuk kopi antibakteri.
Hasil perhitungan statistik pasta Anonim. 1978. Formularium Nasional
1978, Departemen Kesehatan RI.
serbuk kopi terhadap bakteri
Jakarta. 326
Staphylococcus aureus menggunakan
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk
ANSIRA diperoleh F hitung (38,59) lebih
Sediaan Farmasi. Ed.IV. UI-Press.
besar dari F tabel pada taraf uji 5% (5,14) Jakarta. 515
dan taraf uji 1% (10,92), hal ini
Ciptadi, W., dan Nasution, M.Z. 1985.
menunjukkan adanya perbedaan yang Pengolahan Kopi. Fakultas
signifikan dari berbagai konsentrasi pasta Teknologi Institut Pertanian. Bogor.
serbuk kopi. Dari hasil perhitungan KK
Hanafiah A. K,1991., Rancangan
(2,5%) dan dilanjutkan uji BNJ, Percobaan Teori dan Aplikasi, Ed.
menunjukkan konsentrasi yang paling Ke-III, FakultasPertanianUniversitas
Sriwijaya, Palembang. 37-41
efektif adalah konsentrasi 30% karena
konsentrasi tersebut merupakan Kibbe, A.H, 1999., Handbook of
Pharmaceutical Exipients, Ed. III,
konsentrasi serbuk kopi terkecil dari
London United Kindom, American
keempat formula pasta yang sudah Pharmaceution Association
memberikan efek antibakteri dengan Washington D.C. 220, 223, 362,
menghambat pertumbuhan bakteri 450, 522

Staphylococcus aureus. Lachman Leon, dkk,. 2008, Teori dan


KESIMPULAN Praktek Industri II, Ed. III,
Universitas Indonesia (UI Press).
1. Serbuk kopi dapat diformulasikan
Jakarta.1091-1092,1119
menjadi pasta serbuk kopi, yang
Lukas, T. 2008. Tanaman Obat dan Jus
mampu menghambat pertumbuhan
Untuk Mengatasi Penyakit Jantung,
bakteri Staphylococcus aureus.
Hipertensi, Kolesterol, dan Stroke. Cet.1.
2. Pada konsentrasi 30%, 35% dan 40%
Agromedia Pustaka. Jakarta.
pasta serbuk kopi memiliki aktivitas
sebagai antibakteri, tetapi pada Najiyati, S.D., 1989. Kopi Budidaya dan
Penanganan Lepas Panen, Penebar
konsentrasi 30%, sudah efektif Swadaya. Jakarta.7,10,11,13,14
Siswoputranto, P.S. 1992. Kopi Slamet, dkk. 1995,. Farmakope Indonesia,
Internasional dan Indonesia. Ed.IV. Departemen Kesehatan RI.
Kanasius. Jogyakarta. 11 Jakarta. 7, 14, 417, 823

JF FIK UINAM Vol.4 No.3 2016 98

You might also like