You are on page 1of 17

BAB IV

PERANCANGAN DETAIL MESIN PENGHANCUR KACA

4.1 Perhitungan Gaya Rencana


Lebar Kaca sample ( l ) = 150 mm
Tebal kaca Max ( t ) = 5 mm
Berdasarkan data yang diperoleh didapat  rata-rata kaca = 300 kg/cm2 = 29,42 N/mm2
Maka A = Lebar Kaca . Tebal kaca Max diijinkan (t)
= 150 x 5
= 750 mm2
Diketahui luas penampang kaca 750 , maka membutuhkan gaya sebesar :

F =
Keterangan:
A = luas penampang kaca ( )
= kekuatan material (N/ )
F = beban/gaya (N)

F = 29,42 N/ . 750
= 22065 N
Untuk menghitung besarnya torsi pada roller maka terlebih daluhu mengetahui
koefisien gesek (μ) antara baja dengan kaca yaitu 0,84.
Besar gaya pada roller adalah 22065 N. Diameter roller 268 mm maka besarnya
torsi (T) pada roller dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Gambar 4.1. Torsi pada roller


Gaya gesek pada roller :
=F.

63
64

Keterangan :
= gaya gesek (N)
F = gaya (N)
= koefisien antara baja dengan kaca 0,84
= 22065 N. 0,84
= 18534,6 N
Torsi pada roller :
T = .r
Keterangan:
= gaya gesek (N)
T = torsi (Nm)
r = jari-jari roller (m)

T = 18534,6 N. 0,134 m
= 2483,6364 Nm

4.2 Perhitungan Daya Motor Listrik


Didapat gaya (F) dalam menghancurkan kaca sebesar 2483,6364 Nm. Kebutuhan
daya motor penggerak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

( ) ( )
P =

Keterangan :
P = daya (kW)
T = torsi (Nm)
= putaran motor (Rpm)

( ) ( )
P =

= 3,06 kW
Pada perancangan ini, diambil jam kerja 3 – 5 jam dengan variasi beban
sedang, maka diambil faktor keamanan sebesar 1,2. Maka dapat dihitung daya rencana
motor yang dipergunakan adalah:
Pd = fc . P
Keterangan :
65

= daya rencana
= faktor keamanan
P = daya (kW)

Pd = 1,2 . 3,06 kW
= 3,672 kW
Berdasarkan perhitungan kebutuhan daya motor listrik yg dibutuhkan 3,672 kW maka
dipilih motor dengan merek BALDOR ELECTRIC MOTOR ECP3768-T yang Diketahui
memiliki daya motor 5 HP atau 3,73 kw dan kecepatan putaran motor 1200 rpm serta
efisiensi motor 90,2%.

4.3 Perhitungan Puli dan Sabuk Transmisi


Diameter poros rencana puli penggerak

Gambar 4.2 Puli penggerak.


Perbandingan reduksi
Perbandingan reduksi ini dapat dihitung dengan cara membandingkan
putaranya, yaitu sebagai berikut:
n1
i 
n2
1200

300
 4
Pemilihan penampang sabuk
Pemilihan penampang sabuk ini dapat ditentukan dengan cara melihat daya
rencana yaitu sebesar 3,73 KW, dan putaran poros penggerak 1200 rpm. Berdasarkan
diagram pemilihan sabuk, maka didapat penampang sabuk V dengan tipe A.
Diameter lingkaran jarak bagi puli
Untuk penampang sabuk V tipe A, diameter minimum puli yang dianjurkan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel XVII Diameter minimum puli


66

Penampang A B C D E
Diameter min yang diijinkan 65 115 175 300 450
Diameter min yang dianjurkan 95 145 225 350 550

Diameter lingkaran jarak bagi puli penggerak (dp)


dp = 75 mm

Gambar 4.3 Puli yang digerakkan.


Diameter lingka
ran jarak bagi puli yang digerakan (Dp)
Dp = dp . i
= 75 . 4
= 300 mm
Diameter luar puli
 Diameter puli penggerak
dk = dp + 2K
Dimana harga K dapat dilihat dari tabel dibawah ini
Tabel XVIII Ukuran puli V.

Diameter nominal
Penampang (diameter
(0) W* L0 K K0 e f
sabuk V lingkaran jarak
bagi, dp)

71 – 100 34 11,95
A 101 – 125 36 12,12 9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
126 atau lebih 38 12,30

125 – 160 34 15,86


B 161 – 200 36 16,07 12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
201 atau lebih 38 16,29
67

200 – 250 34 21,18


C 251 – 315 36 21,45 16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
316 atau lebih 38 21,72

D 355 – 450 36 30,77 24,6 9,5 15,5 37,0 24,0


451 atau lebih 38 31,14

E 500 – 630 36 36,95 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0


631 atau lebih 38 37,45

dk = 75 + 2(4,5)
= 84 mm
 Diameter luar puli yang digerakkan
Dk = Dp + 2K
= 300 + 2(4,5)
= 309 mm
Kecepatan linier sabuk
d p. n1
v
60.1000
75.1200

60.1000
 1,5 m / s
Kecepatan V adalah 1,4 < 30 m/s, jadi baik.
Panjang keliling sabuk
C = 2. Dp
= 2. 300
= 600 mm
Maka panjang keliling sabuk adalah:

L  2C  Dp  dp 
1
Dp  dp2
2 4C

 2(600 )  300  75   300  752
1
2 4(600 )

 1200  375   225 2
1
2 2400
 1200  589,05  21,095
 1810 ,15 mm
Maka nomor sabuk V yang digunakan adalah: No. 72, dengan panjang 1829 mm.
68

Jarak sumbu poros

dp Dp

Gambar 4.4 Jarak sumbu poros.


jarak sumbu poros yang sebenarnya adalah sebagai berikut:

b  b 2  8( D p  d p ) 2
C
8
Dimana :
b  2 L   D p  d p 
 2. 1810,15    . 300  75
 3620,3 1178,097
 2442,2 mm
Maka jarak sumbu poros adalah:

2442 ,2  2442 ,2 2  8300  75 


2

C
8
2442 ,2  2442 ,2 2  405000

8
2442 ,2  2357 ,64

8
 599,98 mm
≈ 600 mm
(Kesimpulan: sabuk yang digunakan adalah tipe A, No. 72, dk = 84 mm, Dk = 309 mm).

4.4 Perencanaan Poros dan Pasak

4.4.1 Poros Dengan Beban Puntir

Gambar 4.5 Poros.


69

Gaya yang bekerja pada poros


Dalam perancangan ini penulis mengambil bahan poros S45C yang mempunyai
kekuatan tarik 58 kg/mm2. Untuk faktor keamanan, maka penulis mengambil ketentuan
sebagai berikut:
Sf1 = faktor kelelahan, untuk bahan SC sebesar 6,0.
Sf2 = faktor konsentrasi tegangan diambil 2,8.
Kt = faktor koreksi beban tumbukan = 2
Cb = faktor beban lentur = 2
Maka, tegangan geser yang terjadi pada poros adalah:
b
g 
Sf1 . Sf 2
58

6 . 2,8
 3,45 kg / mm 2
Momen puntir rencana (T)
Pd Pd
T1  9,74.10 5 T2  9,74.10 5
n2 n2
3,672 3,672
 9,74.10 5  9,74.10 5
1200 300

 2980 ,44 Kg.mm  11921,76 Kg.mm

Untuk menghitung diameter poros yang akan dipergunakan maka dapat dicari dengan
rumus:
1
1  5,1   3

 5,1   3
ds2    K t . Cb . T 
d s1    K t .Cb .T 
    g  
  g  
1
1  5,1   3
 5,1   3
   2. 2.11921,76
   2. 2. 2980 ,44 
 3,45  
 3,45  

 25,05 mm  Ø28mm  41,31 mm  Ø42mm

Poros Ø28
Anggap lah diameter Ø28 pada bagian yang menjadi tempat bantalan adalah : 30 (mm)
Jari-jari filet (30 - 28)/2 = 1,0 (mm)
70

Alur pasak 8 x 4 x filet 0,4


Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga pada Ø28
1,0/28 = 0,034 30/28 = 1,07 → β = 1,3 (diagram R.E. Petersen)
Faktor konsentrasi tegangan akibat pasak Ø28
0,4/28 = 0,014 α = 2,8 (diagram R.E. Petersen) α>β
5,1.T
  3
d s1
5,1.2980 ,44

(28) 3
 0,692 kg / mm 2

Koreksi konsentrasi tegangan pada poros Ø28


τa . sf2 / α
3,45 . 2,8/2,8 = 3,45 (kg/mm2)
τ Cb . Kt
0,692 . 2 . 2 = 2,77 (kg/mm2)
τa . sf2 / α > τ Cb . Kt
Jadi, Diameter poros : Ø28 x Ø30 x r fillet 1 mm
Pasak :8x7
Alur Pasak : 8 x 4 x fillet 0,4 mm

Poros Ø48
Anggap lah diameter Ø48 pada bagian yang menjadi tempat bantalan adalah : 50 (mm)
Jari-jari filet (45 - 42)/2 = 1,5 (mm)
Alur pasak 14 x 5,5 x filet 0,6
Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga pada Ø48
1,5/48 = 0,036 45/42 = 1,07 → β = 1,35 (diagram R.E. Petersen)
Faktor konsentrasi tegangan akibat pasak Ø42
0,6/42 = 0,014 α = 2,8 (diagram R.E. Petersen) α>β
5,1.T
  3
d s1
5,1.11921,76

(42) 3
 0,821 kg / mm2
71

Koreksi konsentrasi tegangan pada poros Ø42


τa . sf2 / α
3,45 . 2,8 / 2,8 = 3,45 (kg/mm2)
τ Cb . Kt
0,821 . 2 . 2 = 3,3 (kg/mm2)
τa . sf2 / α > τ Cb . Kt
Jadi, Diameter poros : Ø48 x Ø50 x r fillet 1 mm
Pasak : 14 x 9
Alur Pasak : 14 x 5,5 x fillet 0,6 mm

4.4.2 Perencanaan Pasak


Poros Ø28
Material S45C :  B = 58 Kg/mm2
Sf1 = faktor kelelahan, untuk bahan SC sebesar 6,0.
Sf2 = faktor konsentrasi tegangan diambil 2,8.
T1
F
d s1 / 2
2980 ,44

28 / 2
 212,9 kg
Penampang Pasak 8 x 7
Kedalaman alur pasak pada poros t1 : 4,5 (mm)
Kedalaman alur pasak pada naf t2 : 3,5 (mm)
Jika bahan pasak S45C dicelup dingin dan dilunakkan, maka :
 B = 70 kg/mm2 , Sfk1 = 6 , Sfk2 = 3 , Sfk1 . Sfk2 = 18

Tegangan geser yang diizinkan τka =  B / Sfk1 . Sfk2 = 70/18 = 3,9 kg/mm
2

Tekanan permukaan yang diizinkan Pa = 8 kg/mm2


⸫ ≥ 6,8

⸫ ≥ 7,6

l = 7,6 mm
lk = 23 mm

, 0,25 < 0,286 < 0,35 baik


72

, 0,75 < 0,821 < 1,5 baik

Ukuran pasak : 8 x 7 (standard)


Panjang pasak yang aktif : 23 (mm)
Bahan pasak: S45C, dicelup dingin, dan dilunakkan
Poros Ø48
Material S45C :  B = 58 Kg/mm2
Sf1 = faktor kelelahan, untuk bahan SC sebesar 6,0.
Sf2 = faktor konsentrasi tegangan diambil 2,8.
T1
F
d s1 / 2
11921,76

42 / 2
 283,85 kg
Penampang Pasak 14 x 9
Kedalaman alur pasak pada poros t1 : 5,5 (mm)
Kedalaman alur pasak pada naf t2 : 3,8 (mm)
Jika bahan pasak S45C dicelup dingin dan dilunakkan, maka :
 B = 70 kg/mm2 , Sfk1 = 6 , Sfk2 = 3 , Sfk1 . Sfk2 = 18

Tegangan geser yang diizinkan τka =  B / Sfk1 . Sfk2 = 70/18 = 3,9 kg/mm
2

Tekanan permukaan yang diizinkan Pa = 8 kg/mm2


283,85
⸫ ≥ 5,2

283,85
⸫ ≥ 9,34

l = 9,34 mm
lk = 34 mm

, 0,25 < 0,292 < 0,35 baik

, 0,75 < 0,833 < 1,5 baik

Ukuran pasak : 14 x 9 (standard)


Panjang pasak yang aktif : 40 (mm)
Bahan pasak: S45C, dicelup dingin, dan dilunakkan
73

4.4.3 Gaya yang bekerja pada puli


Fpuli = berat puli + gaya tarik sabuk pada puli
= (volume Dp x berat jenis bahan puli) + (gaya tarik sabuk)
= [(¼.π x Dp² x l x aluminium) + (momen puntir / r pully digerakkan)]
= [(¼.π x 0,3² x 0,035) x (2700 kg/m³) + (11921,52 / 150)
= 6,67981138 + 79,4768
= 86,15661138 kg
Vtool = [(¼.π x Dmax2 x t) + (¼.π x Dmin2 x t)]
= [(¼.π x 0,286² x 0,46) - (¼.π x 0,254² x 0,46)
= 0,02595 - 0,02331
= 0,00264 m3
Wtool = Volume tool + berat jenis steel
= (Volume tool x massa jenis bahan tool) + (gaya menghancurkan kaca)
= [(¼.π x D² x l x massa jenis steel) + (berat gaya menghancurkan kaca)]
= [(0,00264 m3) x (7850 kg/m³) + (2483,64 Nm/9,81)
= 20,724 + 253,1743119
= 273,8983119 kg
Fpemberat = Volume x berat jenis steel
= [(¼.π x D² x l x berat jenis steel)
= [(¼.π x 0,32 x 0,03 x 7850 kg/m³)
= 16,64651407 kg F pully = 86,1566 kg
W= 273,8983 kg
F pemberat = 16,6465
kg

Ra

Rb

72 265 265 92

Gambar 4.6 Gaya-gaya pada poros.


74

Analisa gaya pada poros


 Besarnya reaksi di tumpuan B:
MA = 0
-Fpemberat. 72 + W. 265 – Rb. 530 + Fpully. 622 = 0
(- 16,6465) 72 + (273,8983) 265 – Rb. 530 + 86,1566. 622 = 0
124973,9067 = Rb. 530
RB. 530 = 124973,9067
RB = 235.799824 kg
 Besarnya reaksi di tumpuan A:
MB = 0
Fpully. 92 - W. 265 + Ra. 530 - Fpemberat. 602 = 0
86,1566. 92 - (273,8983). 265 + Ra. 530 – (16,6465). 602 = 0
-74677,8353 = -Ra. 530
Ra. 530 = 74677,8353
Ra = 140,901576 kg

 Untuk koreksi

RA + RB = beban
235,799824 kg + 140,901576 kg = 16,6465 kg + 273,8983 kg + 86,1566 kg
376,7014 kg = 376,7014 kg

 Besarnya Momen di masing-masing titik:


MA = 0
MB = 0
ME = - (140,901576) . 72 = - 10144,91347 kg
MD = - (16,6465) . 337 + (140,901576) . 265 = 31729,04714 kg
MC = - (235.799824) . 92 = - 21693,58381 kg
 Besarnya gaya geser di masing-masing titik:
DE = 16,6465 kg
DA = 16,6465 – (140,901576) = -124,255076 kg
DD = 16,6465 – (140,901576) + 273,8983 = 149,643224 kg
DB = 16,6465 – (140,901576) + 273,8983 - (235.799824) = -86,1566 kg
DC = 16,6465 – (140,901576) + 273,8983 - (235.799824) + 86,1566 = 0 kg
75

F pemberat = 16,6465 kg

F pully = 86,1566 kg
W= 273,8983 kg
kg

Ra

Rb
72 265 265 92

-21693,58381
-10144,,91347

31729,04714

DC
DA
DE

DD

DB

Gambar 4.7 Diagram momen dan bidang geser gaya vertikal


76

4.5 Perencanaan Bantalan (Bearing)

Gambar 4.8 Bantalan.


Bantalan yang digunakan dalam perancangan mesin penggiling kulit padi ini
adalah bantalan gelinding jenis terbuka. Berdasarkan ukuran poros dengan diameter 25
mm, maka pada perancangan ini menggunakan bantalan dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Jenis bantalan : Bantalan jenis terbuka
Nomor bantalan : 6210
Diameter dalam (d) : 50 mm
Diameter luar (D) : 90 mm
Lebar bantalan (b) : 20 mm
Jari-jari (r) : 2 mm
Kapasitas nominal dinamis (C) : 2750 kg
Kapasitas nominal statis (C0) : 2100 kg
Dari data diatas, maka dapat direncanakan untuk menghitung umur bantalan,
kekuatan bantalan, dan tekanan bantalan yang sesuai untuk perancangan mesin
penghancur kaca ini.
Untuk memudahkan perawatan yang berhubungan dengan life time bantalan
yang sesuai dengan bantalan diatas, bahwa umur bantalan minimumnya adalah 2000 –
3000 jam, yaitu berdasarkan fungsinya sebagai penerus putaran yang diambil 1200 rpm
dimana semakin besar putaran maka semakin kecil umur bantalan.
Untuk pengecekan bantalan ini apakah bisa digunakan dalam perancangan ini
atau tidak. Berikut ini adalah proses perhitungannya:

Analisa pada tumpuan titik B


 Gaya aksial yang terjadi pada titik B adalah sebesar RB.
FrB = RB
= 235.799824 kg.
77

 Beban ekuivalen dinamis (Pr)


PrB = X. V. FrB + Y. Fa
Karena gaya aksial Fa = 0, maka berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang
berputar, dan harga faktor X = 1, maka,
PrB = X. V. FrB
= 1. 1. 235.799824
= 235,799824 kg
(Sumber, Deutchmen Michel Wilson hal 669)
 Beban ekuivalen statis (P0)
P0 = FrB = 235,799824 kg
 Beban rata-rata

Pm  P PrB .
P

dimana, P = 3 untuk bantalan bola dan  = 1 karena tanpa variasi beban dan putaran.

 PrB .
P P
Pm

 3
235,799824 3.1

 235,799824 kg
 Faktor kecepatan
1
 33,3  3
fn  
 n 

1
 33,3  3
 
 1200 

 0,303
 Faktor umur
C
fh  fn
Pm

2750
 0,303 .
235,799824

 3,534
78

 Umur bantalan B adalah:

 500 f h
3
Lh

 500 . 3,534 
3

 22068 ,34 jam


Karena bantalan B lebih dari umur minimum maka bantalan tersebut baik.

Analisa pada tumpuan A


 Gaya aksial yang terjadi pada titik A adalah sebesar RA.
FrA = RA
= 140,901576 kg.
 Beban ekuivalen dinamis (Pr)
PrA = X. V. FrA + Y. Fb
Karena gaya aksial Fb = 0, maka berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang
berputar, dan harga faktor X = 1, maka,
PrA = X. V. FrA
= 1. 1. 140,901576
= 140,901576 kg.
(Sumber, Deutchmen Michel Wilson hal 669)
 Beban ekuivalen statis (P0)
P0 = FrA = 140,901576 kg
 Beban rata-rata

Pm  P PrA .
P

dimana, P = 3 untuk bantalan bola dan  = 1 karena tanpa variasi beban dan putaran.

 PrA .
P P
Pm

 3 140,901576 3.1

 140,901576 kg

 Faktor kecepatan
79

1
 33,3  3
fn  
 n 

1
 33,3  3
 
 1200 

 0,303
 Faktor umur
C
fh  fn
Pm

2750
 0,303
140,901576

 5,914
 Umur bantalan A adalah:

 500 f h
3
Lh

 500 . 5,914 
3

 103422 ,246 jam


Karena umur bantalan B lebih dari umur bantalan minimum maka bantalan ini baik.

You might also like