Professional Documents
Culture Documents
IDAI Mail
Public Articles
Professional Resources
CPD
Publications
Registry
Program IDAI untuk
Membangun Anak Indonesia
About IDAI
1. Beranda
2. Public Articles
3. Klinik
4. ASI
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap bayi diberikan air susu
ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk bayi prematur dan bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR). Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan sekitar 20
juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan oleh kelahiran
sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat dalam kandungan.
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi angka kematian neonatal
(AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR menyumbang lebih dari
seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-8 berdasarkan jumlah
kematian neonatal per tahun menurut data WHO. Prevalensi BBLR di Indonesia berkisar antara
2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN.
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan
untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti mempermudah pemberian ASI
sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR ditengah tingginya
angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini meniru binatang
berkantung kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan di
kantung perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan berupa air
susu induknya.
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam perawatan
BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu, dimana tubuh
ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan kehangatan
(menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI, perlindungan dari
infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan kejadian infeksi,
penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatnya hubungan antara
ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-to-skin contact),
pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support). Literatur terbaru
menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen, yaitu: kangaroo
position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo discharge. Posisi kanguru adalah
menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di antara kedua payudara ibu, tanpa busana.
Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki dan topi sehingga terjadi kontak
kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau
pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah
(ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi.
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi
peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi merupakan salah satu
manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan pemberian
ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara fisik maupun emosi, baik dari
tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya.
Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan PMK sehingga pada saat
ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK bahkan melanjutkannya di rumah.
Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat
digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas.
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat. Bayi
dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan dengan
durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi dengan
PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai
meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan melakukancPMK,
pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan asupan ASI.
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang
membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data
Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit
dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan
jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam
beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju pernapasan, dan laju denyut jantung
bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan
hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso
di RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih cepat
mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit vs. 180 menit)
Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi kejadian infeksi
pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman komensal yang ada pada
tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada
kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam
tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada usia koreksi
41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 - 0,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada
bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian ASI. Pada
PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena bayi
dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu, menempel dan
terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan. Selain itu, ibu
dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti adanya gerakan-
gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan bayi untuk
mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan memasukkan
jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat bayi sudah
terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah memberikan
ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang mendapat
perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga meningkatkan ikatan
(bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi yang mendapat PMK
memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya. Selain itu,
rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan lebih sering
memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke payudara ibu,
atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan
selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan
diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga
meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat minum
melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi dapat dirawat
dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu yang ditandai
dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap jari atau kulit
ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai PMK intermiten.
Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi kontak kulit ke kulit
(Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum memulai menyusui untuk
melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk menempel. Walaupun bayi PMK
umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat menghisap dengan baik danlama,
tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui terlebih dulu, bila tidak berhasil dapat
menggunakan metode minum yang lain.
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 - 32 minggu, pemberian minum biasanya masih
memerlukan penggunaan pipa orogastrik (Gambar 2). Ibu dapat memberikan ASI perah secara
teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan jari
tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik.
Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari
terlebih dulu.
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi kanguru. Pemberian
ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan mengeluarkan bayi dari posisi
kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah pemberian ASI perah selesai
dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila memungkinkan, dapat
dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung ke dalam mulut bayi, cara
ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan bayi dalam posisi kanguru,
dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi siap dan membuka mulut dan
matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan menjilat puting susu dan
membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini dapat diulangi kembali.
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan berhenti saat
menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil mudah lelah,
menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang agak lama setelah
menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat. Biarkan
bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap. Umumnya bayi
kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada awalnya, mungkin bayi tidak
bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih dahulu agar ia mau minum.
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih, umumnya sudah dapat
menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila
perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap
dalam posisi dan pelekatan yang benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan
lancar.
Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan bayi
mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya timbang
bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.
Kesimpulan
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan perawatan
untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya
untuk menghangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah pemberian ASI,
sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI.
metode kanguru
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang terjadi ketika bertemunya ovum dan sperma kemudian
berkembang menjadi embrio. Seiring perkembangan kehamilan terjadi banyak terjadi hal-hal ynag tidak
terduga seperti melahirkan sebelum bayi prematur. Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum
mencapai usia 37 minggu. Bayi prematur memerlukan perawatan khusus untuk menjaga kesehatanya ,
dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang hangat dan nyaman seperti dalam rahim. Salah satu
perawatan yang digunakan untuk bayi prematur adalah dengan meletakkan bayi dalam inkubator.
namun, ada cara alami yang dapat digunakan yaitu metode kanguru. Metode Kanguru ini adalah
dengan melakukan kontak dari kulit ke kulit secara langsung antara ibu dan bayi.
Metode kanguru merupakan metode yang digunakan cara alami untuk mencegah bayi dari
hypotermi. caranya yaitu dengan meletakkan di dada ibu atau dada ayah sehingga terjadi penularan
panas dari ibu kepada bayi. Dengan kehangatan yang diberikan diharapkan mampu meningkatkan barat
badan bayi dan juga menstabilkan suhu tubuh bayi. Selain untuk perawatan bayi prematur, metode
kanguru juga di dapat digunakan untuk bayi baru lahir rendah yaitu bayi yang lahir beratnya kurang dari
2500g. Bayi lahir rendah memiliki kondisi yang lemah dan mudah kedinginan (karena lapisan lemak di
bawah kulitnya sangat tipis). Bayi dengan berat lahir rendah biasanya cepat lelah, dan sering tersedak
ketika mengisap ASI. Akibatnya, bayi jadi malas minum. Padahal, tubuhnya membutuhkan banyak ASI
agar beratnya segera normal. oleh sebab itu, metode kanguru sangat tepat untuk meningkatkan bayi
baru lahir rendah.
2. Tujuan
Untuk mengetahui cara alami yang dapat digunakan untuk merawat bayi prematur atau bayi baru
lahir rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Metode Kanguru adalah sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir dengan cara meletakan
bayi di dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan kehangatan pada bayi. Tujuannya kontak kulit ke kulit
antara ibu dan bayi dapat menurunkan hilangnya panas melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan
untuk mempertahankan neutral thermal environment/NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan sehingga bayi
dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan metabolisme basal minimum dan
kebutuhan oksigen terkecil. Metoda ini dapat juga dilakukan untuk bayi sehat. Sehingga dengan kontak
langsung kulit ibu bayi ini kebutuhan dasar dari bayi berupa kehangatan, ASI, kasih sayang dan
perlindungan bisa dipenuhi.
2. Manfaat Perawatan Bayi Dengan Metode Kanguru
Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) atau perawatan bayi lekat yang kerap disebut
kangaroo mother care sebenarnya sudah banyak dibicarakan di masyarakat. Metode ini diperkenalkan
pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Bogota, Kolombia, dan merupakan metode perawatan bayi kecil
atau bayi prematur yang diilhami oleh cara ibu kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur.
Metode kanguru ditemukan sejak tahun 1983 dan bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir
dengan berat badan rendah, baik itu selama perawatan di rumah sakit maupun di rumah.
Metode kanguru mampu memberikan kebutuhan hak asasi bayi dengan berat lahir rendah,
caranya melalui penyediaan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberikan
peluang untuk beradaptasi lebih baik dengan dunia luar. Metode kanguru juga lebih disenangi bayi dan
bermanfaat karena dapat memberikan rasa aman, nyaman, menguatkan insting bayi dengan merasakan
detak jantung ibunya lalu mencari-cari sendiri putingnya.
Penerapan metode kanguru dapat memberikan manfaat baik bagi ibu maupun bayi (Usman,
2008), yaitu:
2) Kenaikan berat badannya menjadi lebih cepat, pertumbuhan dan perkembangan motorik pun menjadi
lebih baik.
3) Dapat mencegah kedinginan (hipotermia) pada bayi, dapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang
serta jarang menangis.
3. Tujuan
Tujuan perawatan metode kanguru yaitu :
a. Meningkatkan berat badan bayi prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR)
b. Menstabilkan denyut jantung, pola pernafasan dan saturasi oksigen
c. Memberikan kehangatan pada bayi
d. Meningkatkan durasi tidur
e. Mengurangi tangisan bayi dan kebutuhan kalori
f. Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak
g. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
h. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi menyusui
a. Kontak langsung kulit bayi dengan ibu yang berlangsung lam (24 jam) dalam posisi kanguru.
b. Pemberian ASI sebagai nutrisi dasar
c. Pulang lebih cepat dari rumah sakit dalam posisi kanguru.
d. Pemantauan tumbuh kembang bayi dalam perawatan rawat jalan.
Penggunaan metode kanguru dihentikan, jika bayi sudah tidak membutuhkan lagi minimal berat
badan > 2.500 gram, suhu stabil yaitu 37,5oC dan menetek kuat (Usman, 2008).
Prinsip pelaksanaan metode kanguru adalah kulit bayi menempel pada kulit ibu, agar bayi dapat
mengambil panas dari tubuh ibunya. Pada dasarnya mekanisme kerja metode kanguru adalah sama
seperti perawatan inkubator yang berfungsi sebagai termoregulator dengan memberikan lingkungan
termonetral pada bayi melalui aliran panas konduksi dan radiasi. Lingkungan termonetral adalah
lingkungan suhu agar bayi dapat mempertahankan suhu optimal dengan mengeluarkan kalori yang
minimal. Pengaliran panas melalui konduksi adalah indetik kontak kulit ibu-bayi seperti sumber panas
dari bahan inkubator ke kulit bayi. Pengaliran panas melalui radiasi adalah udara hangat di dalam
inkubator seperti udara hangat dalam baju kanguru dan bayi (Usman, 2008).
Tahapan penggunaan metode kanguru menurut Perinasia (2001), adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga, tujuan bayi dirawat dengan metode kanguru, bahwa metode kanguru
mempermudah proses menyusui serta mampu menghangatkan suhu tubuh bayi.
b. Bila ibu dan keluarga setuju bayi dirawat dengan metode kanguru maka lakukan langkah-langkah, sebagai
berikut:
1) Siapkan ibu, dengan menjaga kebersihan daerah perut dan dada menggunakan waslap atau kain yang
bersih.
2) Siapkan bayi, bayi tidak perlu dimandikan cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat, kepala bayi
ditutup dengan topi, tidak perlu baju, bayi hanya memakai popok saja.
3) Gunakan baju biasa atau baju kanguru, selama pelaksanaan ibu tidak perlu memakai baju dalam. Pilih baju
yang agak longgar atau dapat direnggangkan. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi dapat digunakan
handuk atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
Lepaskan bayi dari baju kanguru hanya untuk membersihkan popok dan mengganti ibu kanguru.
4) Posisi tegak, kepala miring ke kanan atau ke kiri ketika ibu berdiri atau duduk sesuai dengan kenyamanan
bayi dan kulit ibu, serta posisi bayi tengkurap atau miring ketika berbaring atau tidur.
c. Monitor bayi, ajarkan ibu untuk memantau pernafasan bayi, suhu tubuh, gerakan bayi, frekuensi berak
dan kencing
8. Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan pada bayi dengan perawatan metode kanguru menurut Sudarti dan
Khoirunnisa (2010), adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan pada ibu mengenai pola pernafasan dan warna bayi normal serta kemungkinan variasi yang
masih dianggap normal. Mintalah pada ibu waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau
tidak normal.
b. Jelaskan pula bahwa metode kanguru penting agar pernafasan bayi baik dan mengurangi risiko terjadinya
apnea, dibanding bila bayi diletakkan dalam boks.
c. Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau menyentil kaki bayi) bila bayi
tampak biru di daerah lidah, bibir, atau sekitar mulut atau pernafasan berhenti lama.
1) Tidak perlu melakukan pemantauan suhu selama bayi kontak dengan kulit ibu.
2) Bila suhu normal selama 3 hari berturut-turut, ukur suhu setiap 12 jam selama 2 hari kemudian hentikan
pengukuran.
9. Keuntungan Perawatan Bayi Menggunakan Metode Kanguru
Adapun beberapa keuntungan dari perawatan bayi dengan menggunakan metode kanguru, di
antaranya :
a. Berikan bayi Anda pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu.
b. Letakkan bayi di dada Anda, dengan posisi tegak dan bersentuhan langsung dengan kulit Anda. Pastikan
kepala bayi sudah terfiksasi pada dada Anda. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala
dan dada bayi terletak di dada Anda dengan kepala agak sedikit mendongak. Anda juga dapat
mengenakan baju dengan ukuran besar sehingga posisi bayi bisa diletakkan di antara payudara lalu baju
ditangkupkan. Kenakan selendang yang dililitkan di perut Anda agar bayi tidak terjatuh.
c. Jika baju tidak dapat menyokong bayi, Anda dapat menggunakan handuk atau kain lebar yang elastis
atau kantong yang khusus dibuat untuk menjaga tubuh bayi.
d. Selama melakukan metode kanguru ini, Anda masih dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bergerak
bebas walaupun berdiri, duduk, berjalan, makan dan mengobrol. Namun pastikan, saat tidur, posisi
Anda setengah duduk atau meletakkan beberapa bantal di belakang punggung.
e. Jika Anda lelah, metode ini dapat dilakukan juga oleh ayah atau orang lain.
f. Perhatikan persiapan sang ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI, dan kebersihan
ibu juga bayinya.
Metode ini dapat diterapkan sampai bayi tidak ingin menjalani jenis perawatan ini lagi, atau
biasanya sekitar usia 36 minggu karena bayi sudah besar. Dan di usia ini, dokter akan memeriksa retina
agar kebutaan dapat dicegah, telingga, tulang, dan vaksinasi, namun biasanya menunggu sampai bayi
beratnya mencapai 2 kg.
Dokter juga akan memeriksa jumlah dan waktu minum bayi, misalnya ada libitum atau
kemampuam bayi dalam meminum ASI (kira-kira 180-200 ml/kg/hari). Lalu memeriksa kenaikan berat
badan sang bayi, minimal 20-30 gram atau 1 minggu sekitar 2 ons dan memantau pertumbuhannya.
Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi baik ditambah dengan kenaikan berat badan,
maka bayi prematur ini sudah siap dirawat di rumah dan tumbuh seperti bayi normal lainnya.
b. Berat badan naik > 20 gram/hari selama 3 hari berturut-turut. Beri dorongan bahwa ibu dapat merawat
bayinya dan dapat melanjutkan perawatan metode kanguru di rumah, dan dapat kembali untuk
melakukan kunjungan tindak lanjut secara rutin.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Metode kanguru merupkan perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah kurang dari 2.500
gram, terutama yang terlahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu, membutuhkan pengawasan
khusus untuk pencegahan hypothermia atau keadaan dimana bayi mengalami cedera dingin akibat
pengaturan suhu dalam sistem syaraf pusatnya belum sempurna dan perawatan bayi sederhana untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan dasar bayi, antara lain kehangatan, ASI, perlindungan infeksi, dan
stimulasi.
Pada perawatan bayi dengan berat badan rendah maupun prematur, tentu membutuhkan
bantuan alat penghangat atau inkubator. Namun bila keadaan tidak memungkinkan seperti tidak
tersedianya alat penghangat, maka pilihan alami adalah dengan menggunakan metode Kanguru.
Metode Kanguru ini adalah dengan melakukan kontak dari kulit ke kulit secara langsung antara ibu dan
bayi.
Metode kanguru dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran, dan terdapat beberapa kriteria
bayi yang dapat melakukan perawatan dan juga terdapat langkah-langkah untuk melakukan metode
kanguru. Terdapat pula keuntungan dalam melakukan perawatan metode kanguru bagi ibu dan bayi.
2. Saran
Sebaiknya bidan ataupun tenaga kesehatan melakukan sosialisasi tentang metode kanguru.
Metode kanguru merupakan metode alami yang digunakan untuk membantu menciptakan suasana
kehangan yang mampu meningkatkan berat badan bayi terutama pada bay prematur dan bayi berat
lahir rendah sehingga sangat berguna bagi masytarakat dengan ekonomi rendah karna dapat membantu
mempersingkatperawatan dirumah sakit.
(SAP)
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Di Susun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Satuan Acara Penyuluhn (SAP) telah disahkan dan disetujui sebagai Laporan Praktek
Kebidanan 1 yang dilaksanakan pada tanggal 02 Mei di Ruang Nicu RSU Haji Surabaya.
Mahasiswa Praktek
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek Klinik
D3 Kebidanan Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surabaya
(Umi Ma’rifah, SST, M.Kes) (Siti Juwariyah)
I. Latar belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram (WHO, 1994:9). Berat lahir dipengaruhi dua proses penting, yaitu: lamanya (umur)
kehamilan dan pertumbuhan intrauterine. Resiko kematian neonatal dengan BBLR adalah 6,5
kali lebih besar bila dibandingkan dengan bayi lahir berat badan cukup (Ronoatmodjo, 1996).
BBLR dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, ganguan
pendengaran, penglihatan, ganguan belajar, serta rentan terhadap infeksi saluran pernafasan
bagian bawah.
Sekitar 45 % kematian bayi berat lahir rendah (BBLR) (Depkes, 1996). Penelitian ini di
amerika menyatakan bahwa risiko kematian neonatal pada bayi dengan BBLR hamper 40 kali
lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan cukup. Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006). WHO
memperkirakan lebih dari 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahun dan
mempengaruhi sekitar 16 % dari BBLR di Negara berkembang.
Di Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara nasional menurut analisa SDKI 2002-2003
kejadian BBLR sebesar 6 %. Kejadian BBLR berdasarkan provinsi bervariasi dengan rentang 2
%-15,1 % dimana yang terendah di provinsi sumatera utara dan tertinggi di provinsi Sulawesi
selatan. Di jawa berat BBLR merupakan penyebab kematian bayi (0-1 tahun) nomor 3 pada
tahun 1998 (8,5 %) dan nomor 4 pada tahun 1999 (8,71 %).
II. Tujuan instruksional umum
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang bayi baru lahir, ibu dapat memahami dan
mengerti tentang:
1. Pengertian BBLR
2. Klasifikasi BBLR
3. Etiologi BBLR
4. Manifestasi Klinis BBLR
5. Diagnosis BBLR
6. Masalah – masalah kelainan pada BBLR
7. Penatalaksanaan BBLR
V. Proses Pelaksanaan
2. Pernafasan
a) Pusat pengatur pernafasan belum sempurna
b) Otot pernafasan lemah
3. Alat pencernaan makanan
a) Penyerapan makanan lemah
b) Mudah terjadi reguritasi
c) Otot pencernaan
G. Penatalaksaan BBLR
Perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) :
1) Pengaturan Suhu
Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hiportemi, oleh sebab itu
suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
Prinsip untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat agar tetap hangat walaupun dalam
keadaan dilakukan tindakan. Kepala bayi ditutup topi.
Rawat bayi kecil diruang yang hangat
Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda dingin
Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin
Ganti popok setiap kali basah
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
7) Perawatan di rumah sakit kalau ada masalah pernafasan kita pasang nasal jika ada
masalah pencernaan kita pasang sonde
bayi premature atau BBLR mempuyai masalah menyusui karena reflek menghisapnya masih
lemah.untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan
pada bayi dengan pipa lambungtau pipet.dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu
,bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan
dengan pipet atau selang kecil untuk menempel pda puting
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bahwa pentingnya menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat akan berdampak Pada
perkembangan bayi dan sistem motorik pada bayi sehingga disini para petugas agar tetap
menjaga merawat dengan baik agar tidak berdampak fatal .
2. Saran
Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR
Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
BBLR
Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR