You are on page 1of 20

Hambatan interaksi sosial

Definisi : insufisiensi atau kelebihan kuantitas atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial

Batasan Karakteristik
 Ketidaknyamanan dalam situasi sosial
 Disfungi interaksi dengan orang lain
 Laporan keluarga tentang perubahan interaksi (mis, gaya, pola)
 Ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan rasa keterikatan sosial yang memuaskan (mis.,rasa
memiliki, perhatian, minat, berbagi cerita)
 Ketidakmampuan menerima rasa keterikatan sosial yang memuaskan (mis, rasa memiliki,
perhatian, minta, berbagi cerita)
 Penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak efektif

Faktor Yang Berhubungan :


 Ketiadaan orang terdekat
 Kendala komunikasi
 Deficit tentang cara meningkatkan kebersamaan (mis, pengetahuan, keterampilan)
 Gangguan proses piker
 Kendala lingkungan
 Hambatan mobilitas fisik
 Gangguan konsep diri
 Ketidak sesuaian sosiokultural
 Isolasi terapeutik

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
 Self esteem, situational
 Communication impaired verbal
Kriteria Hasil :
 Lingkungan yang suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga
 Menggunakan aktivitas yang menenangkan, menarik, dan menyenangkan untuk meningkatkan
 Kesejahteraan, interaksi sosial dengan orang, kelompok, atau organisasi
 Memahami dampak dari perilaku diri pada interaksi sosial
 Mendapatkan/ meningkatkan keterampilan interaksi sosial, kerjasama, ketulusan dan saling
memahami
 Mengungkapkan keinginan untuk berhungan dengan orang lain
 Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak sesuai dengan usianya

Intervensi Keperawatan :
NIC
Socialization Enhancement :
 Buat interaksi terjadwal
 Dorong pasien ke kelompok atau program keterampilan interpersonal yang membantu
meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau sosialisasi, jìka perlu
 Identifikasi perubahan perilaku tertentu
 Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain
 Fasilitas pasien dalam memberi masukan dan membuat perencanaan
 Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya dalam berintraksi dengan orang lain
 Anjurkan menghargai orang lain
 Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain
 Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik berkomunikasi
 Minta dan harapkan adanya komunikasi verbal
Self-Esteem Enhancement
Family Process Maintenance
Complex Relationship Building

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Hambatan interaksi sosial

Definisi : insufisiensi atau kelebihan kuantitas atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial

Batasan Karakteristik
 Ketidaknyamanan dalam situasi sosial
 Disfungi interaksi dengan orang lain
 Laporan keluarga tentang perubahan interaksi (mis, gaya, pola)
 Ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan rasa keterikatan sosial yang memuaskan (mis.,rasa
memiliki, perhatian, minat, berbagi cerita)
 Ketidakmampuan menerima rasa keterikatan sosial yang memuaskan (mis, rasa memiliki,
perhatian, minta, berbagi cerita)
 Penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak efektif

Faktor Yang Berhubungan :


 Ketiadaan orang terdekat
 Kendala komunikasi
 Deficit tentang cara meningkatkan kebersamaan (mis, pengetahuan, keterampilan)
 Gangguan proses piker
 Kendala lingkungan
 Hambatan mobilitas fisik
 Gangguan konsep diri
 Ketidak sesuaian sosiokultural
 Isolasi terapeutik

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
 Self esteem, situational
 Communication impaired verbal
Kriteria Hasil :
 Lingkungan yang suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga
 Menggunakan aktivitas yang menenangkan, menarik, dan menyenangkan untuk meningkatkan
 Kesejahteraan, interaksi sosial dengan orang, kelompok, atau organisasi
 Memahami dampak dari perilaku diri pada interaksi sosial
 Mendapatkan/ meningkatkan keterampilan interaksi sosial, kerjasama, ketulusan dan saling
memahami
 Mengungkapkan keinginan untuk berhungan dengan orang lain
 Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak sesuai dengan usianya

Tujuan dan Kriteria Hasil :


NOC
 Self esteem, situational
 Communication impaired verbal
Kriteria Hasil :
 Lingkungan yang suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga
 Menggunakan aktivitas yang menenangkan, menarik, dan menyenangkan untuk meningkatkan
 Kesejahteraan, interaksi sosial dengan orang, kelompok, atau organisasi
 Memahami dampak dari perilaku diri pada interaksi sosial
 Mendapatkan/ meningkatkan keterampilan interaksi sosial, kerjasama, ketulusan dan saling
memahami
 Mengungkapkan keinginan untuk berhungan dengan orang lain
 Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial anak sesuai dengan usianya

Intervensi Keperawatan :
NIC
Socialization Enhancement :
 Buat interaksi terjadwal
 Dorong pasien ke kelompok atau program keterampilan interpersonal yang membantu
meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau sosialisasi, jìka perlu
 Identifikasi perubahan perilaku tertentu
 Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain
 Fasilitas pasien dalam memberi masukan dan membuat perencanaan
 Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya dalam berintraksi dengan orang lain
 Anjurkan menghargai orang lain
 Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi
dengan orang lain
 Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik berkomunikasi
 Minta dan harapkan adanya komunikasi verbal
Self-Esteem Enhancement
Family Process Maintenance
Complex Relationship Building

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
HAMBATAN INTERAKSI SOCIAL
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hambatan interaksi social NOC NIC


Definisi : insufisiensi atau Socialization Enhancement
kelebihan kuantitas atau  Self esteem, situational :
ketidakefektifan kualitas  Communication
pertukaran social impaired verbal  Buat interaksi terjadwal
 Dorong pasien ke
Batasan Karakteristik kelompok atau program
Kriteria Hasil : keterampilan
 Ketidaknyamanan dalam interpersonal yang
situasi social  Lingkungan yang membantu meningkatkan
 Disfungi interaksi dengan suportif yang bercirikan pemahaman tentang
orang lain hubungan dan tujuan pertukaran informasi
 Laporan keluarga tentang anggota keluarga atau sosialisasi, jìka
perubahan interaksi (mis,  Menggunakan aktivitas perlu
gaya, pola) yang menenangkan,  Identifikasi perubahan
 Ketidakmampuan untuk menarik, dan perilaku tertentu
mengkomunikasikan rasa menyenangkan untuk  Berikan umpan balik
keterikatan social yang meningkatkan positif jika pasien
memuaskan (mis.,rasa  Kesejahteraan, interaksi berinteraksi dengan
memiliki, perhatian, minat, sosial dengan orang, orang lain
berbagi cerita) kelompok, atau  Fasilitas pasien dalam
 Ketidakmampuan menerima organisasi memberi masukan dan
rasa keterikatan social yang  Memahami dampak dari membuat perencanaan
memuaskan (mis, rasa perilaku diri pada  Anjurkan bersikap jujur
memiliki, perhatian, minta, interaksi sosial dan apa adanya dalam
berbagi cerita)  Mendapatkan/ berintraksi dengan orang
 Penggunaan perilaku meningkatkan lain
interaksi social yang tidak keterampilan interaksi  Anjurkan menghargai
efektif sosial, orang lain
kerjasama, ketulusan  Bantu pasien
dan saling memahami meningkatkan kesadaran
Faktor Yang Berhubungan :  Mengungkapkan tentang kekuatan dan
keinginan untuk keterbatasan dalam
 Ketiadaan orang terdekat berhungan dengan orang berkomunikasi dengan
 Kendala komunikasi lain orang lain
 Deficit tentang cara  Perkembangan fisik,  Gunakan teknik bermain
meningkatkan kebersamaan kognitif, dan psikososial peran untuk
(mis, pengetahuan, anak sesuai dengan meningkatkan
keterampilan) usianya. keterampilan dan teknik
 Gangguan proses piker berkomunikasi
 Kendala lingkungan  Minta dan harapkan
 Hambatan mobilitas fisik adanya komunikasi
verbal
 Gangguan konsep diri
 Ketidak sesuaian Self-Esteem Enhancement
sosiokultural Family Process
 Isolasi terapeutik Maintenance
Complex Relationship
Building

DAFTAR PUSTAKA :
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
seseorang dalam berhubungan sosial. Tiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan
sosial pada berbagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim biasa sampai hubungan saling
ketergantungan. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhan tanpa adanya hubungan dengan
lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungaN interpersonal (Teguh, 2009)
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan
oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif dan mengancam (Townsend, 1998) dan ada juga
pendapat yang mengemukakan bahwa isolasi social merupakan pengabaian hubungan interpersonal,
Individu tidak mempunyai keinginan untuk berinteraksi sosial dan lebih senang melakukan aktivitas
soliter/menyendiri (Copel, 2007)
Isolasi sosial adalah terjadinya pemutusan proses hubungan terkait erat dengan dengan ketidakpuasan
individu terhadap proses hubungan yang disebabkan kurangnya peran serta respon lingkungan yang
negatif. Kondisi dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindari dari
orang lain (rasa tidak percaya dengan orang lain). Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering
melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha
untuk melindungi diri sehingga pasien jadi pasif dan berkepribadian kaku,pasien menarik diri juga
melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien
menarik diri,semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998)
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan berpartisipasi dalam
kuantitas dan kualitas tidak efektif dari pertukaran sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian
yang dialami seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif atau mengancam dirinya
(Townsend, 2011)
Penarikan diri (withdrawl) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung/ isolasi sosial (Depkes, 1989).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain dan tidak bisa berbagi pikiran
dan perasaannya (Rawlins, 1993).
Individu merasa kehilangan teman dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi pikiran, perasaan
dan pengalaman serta mengalami kesulitan berinteraksi secara spontan dengan orang lain. Individu
yang demikian berusaha untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut,
kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman dengan berbagai respon. Respon yang terjadi
dapat berada pada rentang adaptif sampai maladaptif (Stuart, 2006).

B. Rentang Respon Sosial


Rentang Respon Sosial

Respon adaptif ResponMaladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik Diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme

Saling Ketergantungan

Sumber : (Stuart, 2006)

Keterangan dari rentang respon sosial


Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat diterima oleh
norma masyarakat. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon ini meliputi :

1. Solitude (menyendiri)
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau dilakukan
dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
2. Autonomy atau otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial. Individu mampu menetapkan untuk interdependen dan pengaturan diri.
3. Mutuality atau kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan menerima dalam
hubungan interpersonal.
4. Interdependen atau saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan, saling tergantung antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
5. Kesepian
Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak adanya perhatian dengan orang lain atau
lingkungannya.
6. Menarik Diri
Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau
lingkungannya.
7. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat
untuk berkuasa kepada orang lain.
8. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat diduga, tidak
dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman, dan miskin
penilaian.
9. Narsisisme
Respon sosial ditandai dengan Individu memiliki tingkah laku egosentris, harga diri yang rapuh, terus
menerus berusaha mendapat penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.
10. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya

C. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat menciderai diri sendiri (Carpenito, 2006). Ada beberapa
hal yang dapat menyebabkan timbulnya menarik diri, adapun faktor tersebut antara lain:

1. Factor predisposisi
Faktor predisposisi pada gangguan isolasi sosial menarik diri yaitu (Teguh, 2009):
a. Faktor perkembangan
Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus terpenuhi. Apabila
tugas tersebut tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi hubungan sosial. Misalnya anak yang kurang
kasih sayang, dukungan, perhatian dan kehangatan dari orang tua akan memberikan rasa tidak aman
dan menghambat rasa percaya
b. Faktor Biologis
Organ tubuh dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial. Misalnya kelainan struktur
otak dan struktur limbic di duga menyebabkan skizofrenia. Pada klien skizofrenia terdapat gambaran
struktur otak yang abnormal: otak atrofi, perubahan ukuran dan bentuk sel limbic di daerah kortikal.
c. Faktor sosial budaya
Norma-norma yang salah di dalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan gangguan hubungan
sosial. Misalkan pada klien lansia, cacat, dan penyakit kronis yang disingkirkan dari lingkungan.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidak jelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

2. Faktor Presipitasi
a.stressor sosial budaya
Adalah stress yang ditimbulkan oleh sosial dan budaya masyarakat. Kejadian atau perubahan dalam
kehidupan sosial-budaya memicu kesulitan berhubungan dengan orang lain dan cara berperilaku.
b. Stressor Psikologis
Adalah stres yang disebabkan karena kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya individu untuk
tidak mempunyai kemampuan mengatasinya.

D. Tanda Dan Gejala


Isolasi sosial yaitu menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut : sedih,afek
tumpul, menjadi tidak komunikatif, kurang spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak
memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan
makanan terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti fetus, asyik dengan
pikirannya sendiri, disfungsi interaksi dengan teman sebaya, keluarga, atau orang lain (Townsend, 1998)

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha untuk mengatasi ansietas yang sering digunakan
adalah regresi, represi, dan isolasi. Individu yang mempunyai respon sosial maladaptif berupaya
menggunakan berbagai mekanisme koping yang berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-masalah
berhubungan :

1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian antisosial yaitu proyeksi, splitting ( pemisahan ),
merendahkan orang lain.
2. Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian yaitu splitting ( pemisahan ), formasi reaksi,
proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain, dan identifikasi proyektif (Stuart, 2006).

F. Masalah Keperawatan (Keliat, 2009)


a. Kerusakan interaksi sosial
b. Tidak efektifnya koping individu
c. Potensial kambuh kembali penyakitnya
d. Kurangnya perawatan diri
e. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
f. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

halusinasi
POHON MASALAH

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

E. Komplikasi
a. kebutuhan fisiologi dan biologis
· nutrisi : menolak makan atau sebaliknya, makan secara berlebihan
· istirahat dan tidur : melamun dan timbul kecemasan, dan gelisah menyebabkan gangguan tidur
· eleminasi : kurangnya aktivitas menurunkan metabolisme tubuh dan peristaltik usus sehingga
menyebabkan konstipasi
· aktivitas sehari –hari : keinginan hidup produktif berkurang sehingga pemenuhan kebutuhan aktivitas
terganggu
· seksual : sulit mengekspresikan keinginan membina hubungan lawan jenis
b. Kebutuhan rasa aman
Karena kurangnya mengembangkan kehangatan emosional dalam membina hubungan yang positif
cenderung tidak mempunyai rasa percaya diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan
dengan orang lain akhirnya menimbulkan kecemasan dan dampak yang ditimbulakn adalah gangguan
rasa aman.
c. Kebutuhan mencintai dan memiliki
Karena hilangnya hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan berbagi rasa, pikiran prestasi
sehingga menyulitkan terjadinya hubungan interpersonal termasuk hubungan untuk mencintai dan
dicintai.
d. Kebutuhuan akan harga diri
Cenderung merasa rendah diri, merasa tidak berharga lagi, dan tidak berguna dampaknya adalah
gangguan kebutuhan akan harga diri..
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Biasanya gagal dalam mengaktualisasi diri karena pada klien denga gangguan berhubungan, minatnya
berkurang tidak berambisi, emosinya dangkal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan kultural. Data
yang akan muncul pada klien isolasi sosial pada data subjektif dapat ditemukan klien mengatakan malas
berinteraksi, klien mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya, klien merasa tidak berguna. Pada
data objektif akan timbul adalah klien terlihat menyendiri, klien tidak mau bercakap – cakap dengan
orang lain, klien terlihat mondar-mandir tanpa tujuan, klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang
lain, kontak mata kurang.

1. Faktor penyebab ( predisposisi )


a. Faktor perkembangan.Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial
yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai masalah ini adalah orang
yang tidak berhasil memisahkan diri dari orang tua. Keluarga sering kali mempunyai peran yang tidak
jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga dapat mempengaruhi seseorang berespon
sosial maladaptif.
b. Faktor biologis.aktor genetik juga dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Ada bukti
terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dallam perkembangan gangguan ini, namun masih tetap
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
c. Faktor sosiokultural. Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari
norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, prilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari kelompok mayotritas. Harapan
yang tidak realistik tehadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.

2. Faktor pencetus ( presipitasi )


Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti kehilangan,
uang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Stresor pencetus dapat digolongkan dalam katagori :
a. stresor sosiokultural (Stres dapat ditimbulkan oleh Menurunnya stabilitas unit keluarga,Perpisahan
dengan orang yang berarti dalam kehidupannya).
b. Stresor psikoligis (ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan
orang lain untuk mengetahui kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi)
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan system, meliputi system integument, kardiovaskuler, system gastrointestinal, system
urogenital, system musculoskeletal. Istirahat dan tidur, meliputi kapan mulai tidur dan terbangun,
jumlah jam tidur, hal yang mengganggu tidur dan upaya mengatasinya.

4. Status mental
a) Penampilan, meliputi cara berpakaian, cara berbicara, aktivitas motorik, interaksi klien selama
wawancara.
b) Status emosi, alam perasaan klien biasanya pasien sedih, apatis, cemas, menyalahkan diri sendiri,
afek tumpul.
c) Halusinasi, disebabkan karena keterbatasan dan kegagalan dalam berkomunikasi yang
menyebabkan tidak adanya rangkaian cara berfikir, sehingga menimbulkan proses berfikir.
d) Proses pikir, cenderung mengalami gangguan proses piker waham curiga, tidak percaya pada orang
lain.
e) Sensori dan kognisi, klien tidak mengalami gangguan orientasi, memori, biasanya konsentrasi klien
mudah teralih dan klien menggunakan koping yang tidak konstruktif.
f) Psiko sosial spiritual
· Konsep diri: klien mempunyai harga diri rendah, selalu mencari kelemahan sendiri, menyalahkan
diri sendiri, merasa tidak berguna.
· Social: klien mengalami kegagalan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
· Spiritual: klien kehilangan harapan, keyakinan akan kehidupan yang tidak baik, pesimis dengan
kehidupan yang akan dating, klien merasa putus asa karena harapan tidak terkabulkan, akhirnya klien
kurang minat dalam menjalankan ibadat sehari-hari.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan hubungan sosial adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan
masalah
3. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat
5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai
dirinya.

C. Perencanaan keperawatan
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan harga diri rendah
a) Tujuan jangka panjang
· Pasien mampu mendemonstrasikan untuk berinteraksi dengan petugas dan pasien yang lain
dibangsal tanpa merasa tidak nyaman.
b) Tujuan jangka pendek
· Terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
· Klien mengetahui dan mengerti tentang interaksi social.
· Klien mampu terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
c) Kriteria hasil
Dalam satu minggu:
· Klien mau berkenalan dengan perawat
· Klien mau tersenyum dengan perawat
· Klien mau menyapa dan disapa
· Klien dapat menyebutkan pengertian interaksi social, manfaat, cara dan akibatnya bila tidak
melakukan interaksi social
· Klien mau terlibat dalam kegiatan kelompok
d) Intervensi dan rasional
· Lakukan pendekatan dan bina rasa percaya klien terhadap perawat: dengan melakukan
pendekatan secara terapetik akan menumbuhkan dan membina rasa saling percaya sehingga klien mau
mengungkapkan perasaannya pada perawat.
· Beri penjelasan pada klien mengenai interaksi social, mulai dari pengertian, manfat, cara-cara
melakukan interaksi, unsir-unsur penting dalam berinteraksi serta akibat yang ditimbulkan: dengan
memberikan kejelasan mengenai interaksi social maka pengetahuan klien akan meningkat.
· Ajak klien dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan klien lain: dengan mengajak klien
melakukan aktivitas maka klien akan merasa diperhatikan dan diberi kepercayaan sehingga klien mau
bergaul dengan orang lain.

2. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan ketidaktahuan klien dalam pemecahan
masalah
a)Tujuan jangka panjang
· Klien mampu menggunakan koping yang efektif.
b)Tujuan jangka pendek
· Terbinanya hubungan saling percaya
· Klien mengetahui dan mengerti koping individu yang efektif dan destruktif
· Klien mampu menggunakan koping baru yang efektif dalam mengatasi masalah
c)Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu:
· Klien mau mengenal perawat
· Klien mau disapa dan menyapa
· Klien dapat memilih dan menggunakan koping yang efektif

d) Intervensi dan rasional


· Lakukan pendekatan dengan klien dan bina rasa percaya antara klien dengan perawat:
menumbuhkan dan membian rasa percaya klien pada perawat.
· Beri penjelasan pada klien mengenai koping yang efektif dan tidak efektif dalam mengatasi
permasalahan serta akibat-akibat penggunaan koping yang tidak efektif: pengetahuan klien akan
meningkat.
· Bantu klien dalam mengenal dan mencari alternative penggunaan koping baru yang efektif dalam
menyelesaikan masalah: klien menjadi tahu koping baru yang efektif.
· Beri dukungan yang positif terhadap klien: untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga klien
mau menggunakan koping yang efektif.

3. Potensial kambuh kembali penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.


a) Tujuan jangka panjang
Penyakit klien tidak kambuh lagi.
b) Tujuan jangka pendek
· Terbinanya hubungan saling percaya
· Pengetahuan klien dan keluarga mengenai perawatan klien dirumah meningkat.
· Pengetahuan klien dan keluarga mengenai lingkungan yang terapetik bertambah.
c) Kriteria evaluasi.
Dalam waktu satu minggu:
· Keluarga dan klien percaya dan mau berkenalan.
· Keluarga dan klien mengetahui penyebab dan tanda-tanda kambuh.
· Keluarga dan klien dapat menyebutkan cara perawatan klien di rumah.
· Keluarga dan klien dapat menyebutkan mengenai lingkungan yang terapeutik.
d) Intervensi dan rasional
· Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga: agar terbina hubungan saling percaya.
· Beri penjelasan tentang penyebab dan tanda-tanda kambuh: dapat menambah pengetahuan klien
dan keluarga.
· Beri penjelasan kepada keluarga dan klien mengenai lingkungan terapeutik: akan meningkatkan
pengetahuan keluarga dan klien.

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurangnya minat.


1) Tujuan jangka panjang
· Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2) Tujuan jangka pendek
· Terbinanya hubungan saling percaya.
· Klien mengetahui dan mengerti manfaat makan bagi tubuh.
· Klien mengetahui akibatnya apabila tidak makan.
· Klien berminat untuk makan.
3) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu:
· Klien mau berkenalan
· Klien dapat menyebutkan pengertian makan, manfaat makan dan akibatnya apabila kekurangan
makan.
· Porsi makan yang disediakan habis.
· Berat badan klien bertambah.
4) Intervensi and rasional
· Lakukan pendekatan dengan klien dan bina hubungan saling percaya: untuk menumbuhkan rasa
percaya terhadap perawat sehingga klien mampu mengungkapkan perasaannya.
· Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya makan bagi tubuh: dapat meningkatkan pengetahuan
klien tentang pentingnya makan.
· Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan aman: akan merangsang minat klien untuk makan.
· Beri kesempatan pada klien untuk memilih makanan yang disukainya : agar klien makan makanan
tersebut.
· Timbang berat badan klien tiap satu minggu sekali: untuk dapat mengetahui peningkatan dan
penurunan berat badan.

5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan penilaian yang salah mengenai dirinya.
a) Tujuan jangka panjang
· Harga diri klien meningkat.
b) Tujuan jangka pendek
· Klien mampu mengungkapkan perasaannya pada perawat.
· Klien mau mengetahui penyebab penilaiannya yang salah pada dirinya.
· Pengetahuan klien meningkat mengenai konsep diri terutama tentang harga diri.
· Rasa percaya diri klien meningkat.
c) Kriteria evaluasi
Dalam satu minggu
· Klien mau mengenal perawat.
· Klien mau disapa dan menyapa.
· Klien mau bercerita pada perawat.
· Klien menyebutkan mengenai konsep diri.

d) Intervensi dan rasional


· Lakukan pendekatan dengan klien dan bina saling percaya: akan menumbuhkan dan membina
saling percaya.
· Bantu klien dalam mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan merasa salah pada dirinya: karena
dapat dicari alternatif pemecahan masalah.
· Beri penjelasan mengenai konsep diri klien, meliputi pengertian unsur-unsur konsep diri,
pentingnya konsep diri: maka pengetahuan klien mengenai konsep diri meningkat.
· Beri dukungan atas keberhasilan yang telah dilakukan oleh klien: dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien.
D. Implementasi
Dalam melaksanakan intervensi yang telah dibuat maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menetapkan hubungan saling percaya.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka.
c. Kenal dan dukung kelebihan pasien.
d. Membatasi orang yang berhubungan dengan pasien pada awal terapi.
e. Melakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin.
f. Membicarakan dengan pasien mengenai peristiwa yang menyebabkan pasien menarik diri.
g. Menerangkan harapan dari tindakan secara bersama-sama dengan klien.
h. Menganjurkan kepada keluarga untuk tetap melakukan hubungan dengan pasien.
i. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok.
j. Memperhatikan kebutuhan fisiologis klien.
k. Membantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai melaksanakannya sendiri.
l. Memberikan obat sesuai dengan program medik dengan prinsip lima benar.
m. Memfasilitasi pasien untuk berperan serta dalam terapi kelompok.

E. Evaluasi
1. Evaluasi Diagnosa I
a) klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan pasien lain.
b) Klien dapat memahami pengertian interaksi sosial, manfaat interaksi sosial, cara-cara melakukan
interaksi sosial, unsur-unsur penting dalam interaksi sosial, dan akibatnya bila tidak melakukan interaksi
sosial.
2. Evaluasi Diagnosa II
a)Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengetahui dan mengerti mengenai koping yang efektif.
c) Klien dapat menggunakan dan mempraktekan koping yang efektif dalam mengatasi masalah.

3. Evaluasi Diagnosa III


a) Penyakit klien tidak kambuh lagi.
b)Klien dan keluarganya dapat memahami cara-cara perawatan klien di rumah.
c) Pengetahuan klien dan keluarga mengenai cara-cara perawatan klien di rumah bertambah.
d)Klien dapat merawat dirinya secara kontinyu dan mandiri.
e) Klien dapat memahami cara-cara perawatan diri dan akibatnya bila tidak merawat diri.
4. Evaluasi Diagnosa IV
a) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
b) Klien dapat memahami manfaat makan dan guna makan bagi tubuh.
c) Berat badan meningkat.
5. Evaluasi Diagnosa V
a) Harga diri klien meningkat
b) Klien dapat memahami pengertian konsep diri.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang
ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik :
tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak
mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap
usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami
perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C.
Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998 ).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat diekspresikan secara
langsung dan tak langsung.hal ini ditandai dengan adanya upaya menarik diri dari lingkungannya,yang
disebabkan dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.

B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat bergantung pada
kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu hubungan yang baik antara sesama
anggota dan klien maka akan sulit membangun kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan
yang diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga
perlu memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan hasil kerja
yang terbaik, dalam memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar. Tentunya
dengan melibatkan keluarga klien maka kesembuhan klien akan berlangsung lebih cepat dibandingkan
dengan tanpa melibatkan anggota keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998


http://atiners.wordpress.com/2010/01/29/asuhan-keperawatan-klien-dengan-gangguan-hubungan -
sosial//

You might also like