> KORELAS! KARAKTERISTIK PARTIKEL DEBU
PMio / PM2,5 DAN RESIKO KESEHATAN MASYARAKAT DI
RUMAH - RUMAH SEKITAR INDUSTRI SEMEN
{STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA DI PABRIK SEMEN,
‘CITEUREUP - BOGOR)
OLEH:
GATOT SUHARIYONO
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002ABSTRAK
GATOT SUHARIYONO. Korelasi Karakteristik Partikel Debu PMyo / PMz5 dan Resiko
Keschatan Masyarakat di Rumah - Rumah Sekitar Industri Semen. (Studi Kasus
Pencemaran Udara di Pabrik Semen, Citeureup - Bogor). Dibimbing oleh M. SRI SAENI
dan AHMAD BEY,
Masalah pencemaran udara oleh partikel padat yang berdiameter kurang dari 10 sim
i luar rumah (biasa disebut PM (particulate matter)) dan kurang dari 2,5 um di dalam.
rumah (PMp5) diyakini oleh para pakar lingkungan dan Kesehatan masyarakat sebagai
pemicu timbulnya infeksi safuran pernafasan. Berdasatkan Peraturan Pemerintah RI No. 41
tahun 1999 (PP No. 41/1999) tentang pengendalian pencemaran udara yang lebih ketat
yaitu baku mutu udara ambien nasional untuk PMyo sebesar 150 g/m’ (24 jam) dan 50
uugim’ (1 tahun), untuk PM2,5 sebesar 65 g/m’ (24 jam) dan 15 jagim’ (selama 1 tahun).
Dalam rangka mengantisipasi PP No. 41/1999 yang akan berlaku efektif tahun 2002 dan
melindungi masyarakat’ dari resiko yang ditimbulkan, maka perlu dilakukan penelitian
karakteristik debu PMio dan PM2s, khususnya di sumah-rumah sckitar pabrik semen,
Citeureup dibandingkan dengan baku mutu udara ambien (PP No. 41/1999).
Pengukuran debu PMyo dan PM; s dilakukan di rumah-rumah menggunakan cascade
impactor dengan empat arah mata angin dan pada jarak 500, 1000, 1500, 2000, 2500, dan
3000 m dari titik pusat Plant satu pabrik semen di Citeureup - Bogor yaitu : arah utara (di
rumah-rumah desa Gunung Putri, desa Kranggan, desa Bojong Nangka, dan Perumahan
Gunung Putri), arah selatan (desa Tarikolot dan desa Pasir Mukti), arah barat (guest house,
desa Puspanegara, desa Puspasari, dan desa Citatah), dan arah barat laut (desa Puspanegara,
desa Gunung Putri, desa Puspasari, dan desa Kranggan). Pengukuran debu PM dan PM 3
juga dilakukan di pinggir jalan dan di dalam pabrik semen (di raw mill, finish mill, dan
Packaging) serta di tengah-tengah Plant 6, 7, 8 dan 11.
‘Secara kescluruhan distribusi diameter partikel debu PMio di Iuar rumah sekitar
pebrik semen mulai dari diameter 0,4 sampai 4,7 um, sedang distribusi diameter partikel
debu PMs mulai dari diameter 0.4 sampai 2,1 um. Hasit pengukuran konsentrasi partikel
debu PMio dan PM; 5 di rumah-rumah sekitar pabrik semen, di dalam pabrik semen dan di
pinggir jalan melebihi baku mutu udara ambien nasional (PP No. 41/1999). Urutan deposisi
partikel debu PMio dan PM2, rata-rata di rumah-rumah pada balita dan ibu rumah tangea
dari besar ke kecil adalah pada dserah saluran pemapasan alviolar interstisial (AL),
ekstratorak hidung (ET;), hidung belakang (ET2), bronkioiar (bb) dan bronkial (BB).
Sebagian besar kandungan unsur-unsur di dalam partikel debu PMjo dan PMz,s di rummah-
rumah sekitar pabrik semen berasal dari debu bahan baku semen (Si, S, K, Ca, Ti, Cr, Mn,
Fe, Ni, Cu, Zn, St, Hg dan Pb) dan debu tanah (P, S, Ca, Cu, Fe, K, Mn, Ni, Sr, Zn, Hg, dan
Pb), kecuali ada tambahan unsur Pb dari bahan bakar kendaraan di sebelah utara pabrik
semen pada jarak 3000 m dalam PM; ; dan sebelah selatan pabrik semen yaitu pada jarak
1000 m dalam PMs dan pada jarak 2500 m dalam PM;o. Unsur-unsur yang terdapat di
pinggir jalan sama dengan di dalam pabrik semen (di raw mifl) dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu unsur Si, S, K, Ca, Ti, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn, Sr, dan Pb.ABSTRACT
GATOT SUHARIYONO, Characteristic correlation of PMjo / PM: s dust particles and the
risk of society health at the dwellings around the cement industry. (Study of air pollution
case at the cement factory, Citeureup - Bogor). Under the direction of M. SRI SAENI and
AHMAD BEY,
The air pollution case of solid particles that less than 10 ym diameter in outdoor
(ordinary mentioned PMyo (particulate matter) and less than 2.5 um in indoor (PM2 5) is
convinced by the expert of environment and society health as cause of respiratory infection.
Based on the RI government regulation of no. 41 / 1999 (PP No. 41/1999) about contro! of
air pollution is the quality standard of national ambient air for PMyo in the amount of 150
pg/m? (24 hours) and 50 g/m? (1 year), for PM2s as big as 65 g/m’ (24 hours) and 15
g/m’ (1 year). In framework to anticipate PP No. 41/1999 that to be valid effective in
2002 and to protect society of the rise risk, so necessary it has been carried out the
characteristic research of PM;o and PM2 s dust particles, especially at the dwellings around
the cement factory, Citeureup. It is compared with the quality standard of national ambient
air (PP No. 41/1999),
‘Measurement of PMyo and PM; dust has been carried out at the dwellings by using
cascade impactor with four wind directions and on 500, 1000, 1500, 2000, 2500, and 3000
1m distances from center at the Plant one of the cement factory, Citeureup - Bogor. The
‘measurement was north direction (at the Gunung Putri, Kranggan, Bojong Nangka villages,
and Gunung Putri dwelling), south direction (Tarikolot and Pasir Mukti villages), west
direction (guest house, Puspanegara, Puspasari, and Citatah villages), and northwest
direction (Puspanegara, Gunung Putri, Puspasari, and Kranggan villages). Measurement of
PM and PMzs dust has been carried out too at the sidewalk and inside the cement factory
(at the raw mill, the finish mil, and the packaging) as well as at the center of Plant 6, 7, 8,
and 11
‘The diameter distribution of PMio dust particle totality in outdoor around the
cement factory was from 0.4 to 4.7 um diameter. The diameter distribution of PM; 5 dust
particle began from 0.4 to 2.1 um. The measurement result of PMio and PM» s dust particles
‘concentrations at the dwellings around the cement factory, inside the cement factory and at
the sidewalk exceeded the quality standard of national ambient air (PP No. 41/1999), Order
deposition of PMyo and PM; s dust particles average at the dwellings to children under five
years and housewife on a descend scale was on the respiratory region of alveolar interstitial
(AD, extra thoracic anterior nose (ET), extra thoracic posterior nasal (ET), bronchiolar
(bb) and bronchial (BB). Elements contents of PMjo and PM: dust particles at the
‘dwellings around the cement factory for the greater part come from the dust of cement raw
materials (Si, S, K, Ca, Ti, Cr, Ma, Fe, Ni, Cu, Zn, Sr, Hg and Pb) and the soil dust (P, S,
Ca, Cu, Fe, K, Mn, Ni, Sr, Zn, Hg, and Pb). Except there was Pb element addition from fuel
oil beside north of the cement factory in the distance of 3000 m for PM; s and beside south,
of the cement factory in the distance of 1000 m for PMs and 2500 m for PMio. Elements
that there was at the sidewalk were the same as inside the cement factory (at the raw mill)
with different concentrations (Si, S, K, Ca, Ti, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn, Sr, and Pb
elements).PERNYATAAN
‘Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Korelasi Karakteristik Partikel Debu PMs / PMz5 dan Resiko Kesehatan Masyarakat
i Romah-Rumah Sekitar Industri Semen.
(Studi Kasus Pencemaran Udara di Pabrik Semen, Citeureup - Bogor)
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan, Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya,
Bogor, 17 Oktober 2002
‘Yang Menyatakan
01
NRP. P 10500010 / PSL.KORELASI KARAKTERISTIK PARTIKEL DEBU
PM / PMz,5 DAN RESIKO KESEHATAN MASYARAKAT DI
RUMAH - RUMAH SEKITAR INDUSTRI SEMEN
(STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA Di PABRIK SEMEN,
CITEUREUP - BOGOR)
GATOT SUHARIYONO
10500010 / PSL
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002Judul Tesis _ : Korelasi Karakteristik Partikel Debu PMjg / PMz.sDan Resiko
Kesehatan Masyarakat Di Rumah-Rumah Sekitar Industri Semen
(Studi Kasus Pencemaran Udara di Pabrik Semen, Citeureup ~
Bogor)
Nama + Gatot Suhariyono
NRP :P10S00010 / PSL.
Program Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan
Junisan——_: Pencemaran Lingkungan
Menyetujui,
1. Konisi Pembimbing
ae
Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.S.
Ketua ee
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Pengelolaan 3, Direktur Program Pascasarjana
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
eae,
Prof, Dr. Ir. M. Sri Saeni, M.S.
‘Tanggal lulus : 17 Oktober 2002RIWAYAT BIDUP
Penulis dilahirkan di Pasuruan, Jawa Timur pada tanggal 4 Juli 1967 dari ayah
‘Nawawi dan ibu Sulastri, Penulis merupakan putra ke tiga dari delapan bersaudara.
Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Nuklir, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, fulus pada bulan Januari 1992. Selama 2
tahun mengikuti kuliah sarjana di UGM mendapat beasiswa dari SUPERSEMAR. Pada
tahun 2000, penulis diterima di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB)
dengan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (PSL), dan
mengambil jurusan Pencemaran Lingkungan. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh
dari STAID BPPT.
Penulis bekerja di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan Radiasi dan
Biomedika Nuklir (P3KRBiN) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sejak tahun
1993. Pemulis menjadi peneliti sejak tahun 1995 sebagai Ajun Peneliti Muda pada bidang
penelitian proteksi radiasiPRAKATA.
Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah pencemaran udara, dengan judul Korelasi Karakteristik Partikel Debu
PMio/ PM. dan Resiko Keschatan Masyarakat di Rumah-Rumah Sekitar Industri Semen.
(Studi Kasus Pencemaran Udara di Pabrik Semen, Citeureup - Bogor).
Terima kasih, penulis ucapken kepada Bapak Prof. Dr. Ir, M. Sri Saeni, M.S. dan
Bapak Dr. Ir. Ahmad Bey sclaku pembimbing, serta ibu Dr. It. Tania June, M.Sc. dan
Bapak Drs. Bunawas yang banyak memberikan saran. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada dr. Melly dan Bapak Anung Supriadi dari Pabrik Semen, Citeureup —
Bogor, Bapak Ir. Suryo Handoto, M.Eng. selaku Koordinator STAID BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi) serta Bapak dr. Kunto Wiharto, Sp. KN. selaku
Kepala Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir (P3KRBiN-BATAN) yang
‘membantu kemudahan pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga kepada Drs.
Yulizon Menry, Gino, Asep Setiawan, Kusdiana, Muji Wiyono, dan teman-teman lain yang
tidak dapat pemutis sebutkan satu persatw ikut terlibat membantu pengumpulan dan analisis
data penelitian. Tidak lupa terima kasih kepada iby, ayah, dan seluruh keluarga termasuk
istri tersayang atas segala dos, kesabaran dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia ilmu pengetahuan,
terutama bagi masyarakat bangsa Indonesia.
Bogor, 17 Oktober 2002
Gatot SubariyonoDAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........
DAFTAR GAMBAR ....
DAFTAR LAMPIRAN ...
PENDAHULUAN ........
Latar Belakang ....
Perumusan Masatah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis .
TINJAUAN PUSTAKA ...... secseeteecieneseesnsnennenseececee
Pabrik Semen di Citeureup - Bogor .
Partikel-Partike! Udara .
Impaktor Bertingkat (Cascade Impactor) .....--
Pencemaran Udara Dalam Ruangan ..
Efek dan Dampak Pencemaran Udara pada Kesehatan Manusia
‘Mekanisme Pengendapan dan pembuangan Polutan di Saluran Pernapasan
Teknik Spektrometer Sinar-X ... :
Prinsip Spektrometer Pendar Sinar-X 00.000 secs rs eevee OT
Sistem Instrumentasi Spektrometer Pendar Sinar-X . fess
Beberapa kelebihan XRF .....
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Peralatan oe
Metoda Pengambilan Contoh
Pengukuran Distribusi Partkel Debu PMs dan PM, di Rumah-Rumah
Pengukuran Distribusi Partikel Debu PMio dan PMz di Pabrik Semen dan
di Pinggir Jalan...
Penentuan Distribusi Diameter Partikel Debu PMjo dan PM:
Penentuan Konsentrasi Partikel Debu PMio dan PM2 5.
Perkiraan Tingkat Deposisi Partikel Debu PMio dan PMos pada
‘Saluran Pemafasan ...
Penentuan kandungan dan konsentrasi unsur-unsur debu PMyo dan PM:HASIL DAN PEMBAHASAN
Wawancara Dengan Penghuni Rumah...
Kondisi dan kegiatan penghuni rumah
Kondisi fisik rumab cco en
Distribusi Diameter Partikel Debu PM dan PM,
Konsentrasi Partikel Debu PMyo dan PM2.
Tingkat Deposisi Partikel Debu PMyo dan PMs -
‘Kandungan dan Konsentrasi Unsur-Unsur Di Dalam Debu PMiy dant PM: s
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...
Saran .
DAFTAR PUSTAKA 0.2.2. - creer OB
LAMPIRAN ...--.----- - . eesectieeeseesse seas enseeeane sen LOB,xv
ES
=
|. Kategori ISPU untuk partikulat PMyo .
|. Hasil perhitungan MMD, CMD dan standar deviasi geometri (o,)
). Nilai ambang batas unsur-unsur
. Hubungan diameter partikel debu PMio dan PMs ‘tata ponent et
Bass ISPU untuk unk PMs selma 24 jam pada subu 25°C dan
tekanan 760 mm Hg...
. Kons Min Psa 24 eng ump eg
tekanan (P) dan kelembaban (RH) normal
Kandungan unsur-unsur di dalam debu PMio dan PMz,s di rumah-rumah ...
DAFTAR GAMBAR
Bagan alir kerangka pemikiran penelitian karakteristik debu PMio dan PM s....
‘Arah angin di dacrah pabrik semen, Citeurcup ~ Bogor ..
Jangkavan ukuran partikel ...
Penampang garis alir impaktor ....
Grafik efisiensi koleksi impaktor . . sesseetnerse teeter
Penampang impaktor bertingkat 0.2 .csestseveeseeseseeeeste sel
Deposisi partikel debu pads paru-parw .........scccscesesse seeesestesee sees veetenec24
Prinsip spektrometer pendar sinar-X 27
‘Skema alat spektrometer pendar sinar-X ..
. Penganbilan conto debu PMio dan PM dengan oucade impactor Andersen. 37
|. Eubungan perentase brat terbadap ngs diameter pare deb PM dan PMs
i rumah-rumah sebelah utara pabrik semen ...... 57
i rumah-rumah sebelah barat laut pabrik semen ...13,
14
15.
16.
7.
18.
19.
SR8RESRREBRE
31.
Hubungan persniase bret terhadap farsi ameter paritldebu PMo dan Pas
di rumah-rumah sebelah barat pabrik semen ....... 60
Hubungan persentase berat terhadap fungsi diameter pari debu PMo dan NPs
di rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen
Hubungan persentase berat terhadap fungsi same pris debu PMio dan PMs
di dalam pabrik semen dan di pinggir jalan.
Deposis patel deb PMs dan PM terhadap sluranperapasan bata dan
‘bu rumah tanga di rumah-rumah sebelah utara pabrik semen ...
Deposits partied debu PM dan PB trap sles penepason bli dan
‘bu rumah tangga di rumab-rumah sebelah barat laut pabrik semen... .ceec soso TT7
Deposisi partikel debu PMyo dan PM; 5 terhadap saluran pernapasan balita dan
‘bu rumah tangga di rumah-rumah sebelah barat pabrik semen... 78
Deposit patil debu PMs dan PMs erhadap sluranperapasan bala dan
‘bu rumah tangga di rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen .........
Deposisi partikel debu PMio dan PMb 5 terhadap saluran pernapasan balita, ibu
rumah tangga dan pekerja di dalam pabrik semen dan di pinggir jalan...
Konsentrasi unsur-unsur yang dikandung bahan balcu semen cose
Konseatrasi unsur-unsur di dalam pabrik semen dan di pinggir jalan... .0...-85
‘Ukuran Mass Median Diameter (ium) ......
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PMyo di sebelah utara pabrik semen
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PM; di sebelah utara pabrik semen ........
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PMjo di sebelah barat laut pabrik semen ....91
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PM; di sebelah barat laut pabrik semen ....91
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PMio di sebelah barat pabrik semen 92
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PM;, di sebelah barat pabrik semen ........92
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PM, di sebelah selatan pabrik semen .....93
Konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PM: s di sebelah selatan pabrik semen .......93DAFTAR LAMPIRAN
‘Gambar lokasi pabrik semen, di Citeureup ~ Bogor
2, Gambar lias pengutara debo PM dan PM seta pak semen,
Citeureup ~ Bogor ...
3. Gumbar oka penambangan ban bau seen (quarry) pbk semen,
Citeureup- Bogor .
4. Foto pengambilan contoh di sumah-rumah dengart cascade impactor... oe. .0--- VN
5. Formulir wawancara ......
6 Tbe trakerst penghun! dan koe remah pas st peaguaan debu
PMio dan PMa5...... oe
7, Tabel hasil pengukuran distribusi partikel PMio dan PMp 5 di rumah-rumah ..
8 Tabel kon cuca pst penglarandebu PM atau PMs dan rah
pintu rumah ...
9. Cont ga ameterprticeldebu PMio sebagai fangs! % emai
Juar rumah, utara, $00 mi ...... .
10. Tabel deposisi PMio dan PM? s pada bayi dan ibu rumah tangga di rumah (%/hari) ..129
1, Tabel deposisi Mio dan PMs pada bayi dan ibu rumah tangga di rumah (ug/hari) 130
12, Tabel deposisi PMio dan PMz.s di datam pabrik semen dan di pinggir jalan............131
13. Tabet konsentrasi unsur-unsur dalam debu pada bahan baku semen .......-..-1e132
14, Tabel konsentrasi unsur-unsur dalam debu di dalam pabrik dan di pinggir jalan... 132
15. Tabel konsentrasi unsur-unsur dalam debu PMyo dan PM; di rumab-rumah ..........133TI. PENDAHULUAN
1}, Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia yang tumbuh pesat selain berdampak positip
bagi pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat, juga betdampak negatip terhadap
Kesehatan, Karena berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, misalnya asap dan
debu dari industri yang dapat mencemari udara. Pencemaran udara oleh partikel padat
halus dalam bentuk debu, asap dan ap air dapat menurunkan kualitas lingkungan, yang
peda gilirannya menurunkan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan industri tersebut,
‘Masalah pencemaran udara oleh partikel padat yang berdiameter kurang dari 10 yum
4i luar rumah (biasa disebut PMyo (particulate matter)) dan kurang dari 2,5 um di dalam
sumah (PM;5) diyakini oleh para pakar fingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai
pemicu timbulnya infeksi saluran pemafasan, karena pertikel padat PM. dan PM;,; dapat
mengendap pada saluran pemafasan daerah bronki dan alveoli (UNEP / WHO, 1994,
Bunawas, et al., 1999, dan Lundgren, et al., 1996), Oleh karena itu perlu dilakukan
pemantauan kualitas udara di sekitar sentral industri secara kontinyw dan terkoordinasi
dengan penguasa kawasan industri setempat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RJ No. 41
tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara yang lebih ketat yaitu baku mut udara
ambien nasional untuk PMjo sebesar 150 g/m’ (24 jam) dan 50 g/m’ (1 tahun), untuk
PM; ;sebesar 65 jagim’ (24 jam) dan 15 g/m’ (1 tahun) (BAPEDAL, 1999),Menurut Setiawan (1992), penyakit batuk, sakit tenggorokan, brokhitis akut dan
Jaonik, asma, pncumonia, emphysema paru, dan kanker peru merupakan manifestasi
penyakit saluran pemnapasan, akibat adanya pemajanan terhadap pencemar udara secara
terus-menerus dan bertangsung cukup lama. Pencemaran udara dari industri, asap
kendaraan, dan debu tua di dalam ruangan adalah salah satu penyebab infeksi saluran
pemafasan atas (ISPA). Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan, memperkirakan
150,000 balite per tahun meninggal akibat ISPA (Purwana, 1997). Kualitas udara menjadi
kkajian para pakar lingkungan semenjak kasus kabut (fog) London tahun 1952 dengan
konsentrasi partikel 1200 jagim? yang berdiameter 2 pm mengakibatkan kematian 4.000
orang selama 4 dan 5 hari.
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan (1995), dalam profil Kesehatan
‘Nasional, dan Dinas Kesehatan Jawa Barat (1996), dalam profil Keschatan Jawa Barat
temyata penyakit ISPA menempati uruian atas dalam 10 besar penyakit wlama untuk
beberapa tahun terakhit. Bahkan hasil survai kesehatan rumah tangga tahun 1992 (Depkes,
1995), penyebab utama kematian bayi (36 %) dan anak balita (13 %) adalah penyakit ISPA.
ISPA merupakan penyebab terbanyak kematian anak dibawah umur $ tahun, Sementara itu
diperkirakan bahwa 40 sampai 60 % dari pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan
berhubungan dengan kasus ISPA (WHO, 1992).
Berdasarkan Puskesmas keliling PT Indocement Tunggal Prakarsa (PT [TP),
Citeureup - Bogor, didapatkan data kesehatan dari 7 Puskesmas sekitar PT. ITP (Bojong
Nangka, Kalapa Nunggal, Kranggan, Leuwinutug, Tajur, Citewreup dan Bojong) yang
meliputi cakupan wilayah 13 desa (Lulut, Nambo, Bantarjati, Leuwikaret, Gunung Putri,Talajung, Citeureup, Puspanegara, Tajur, Gunung Sari, Tarikolot, Pasir Mukti dan
Hambalang) menunjukkan selama tahun 2001 mulai Januari sampai Desember, penyakit
ISPA rata-rata menempati urutan pertama terbesar (31,19 %) dan penyakit TBC urutan
kedua (13,58 %) dari total penyakit yang pemah dideteksi (mata, lambung, ginjal, otot,
tulang, gigi, mufut, dan lain-lain) masing-masing rata-rata dibawah 10 %, Dalam rangka
‘mengantisipasi Peraturan Pemerintah RI No, 41 tahun 1999 yang akan berlaku efektif tahun
2002 untuk PMyp dan PMs, dan melinduugi masyarakat dari resiko yang ditimbulkan,
‘maka perlu dilakukan penelitian karakteristik debu PMyo dan PM2.s, khususnya di ramah-
rumah sekitar pabrik semen di Citeureup dibandingkan dengan baku mutu udara ambien
yang ditetapkan pemerintah,
Pengukuran debu PM,o dan PM; s dilakukan menurut SK Menteri KLH No. 2 / Men
KIH/ 1988 diukur pada radius berbeda-beda. Pengukuran debu PMyo dan PM; 5 dilakukan
i rumah-rumah dengan empat arah mata angin dan pada jarak 500, 1000, 1500, 2000,
2500, dan 3000 m dengan titik pusat di Plant satu pabrik semen di Citeureup - Bogor yaitu
arah utara (di rumah-rumah Perumahan Gunung Putri, desa Gunung Putri, desa Kranggan,
dan desa Bojong Nangka), arah selatan (desa Tarikolot dan desa Pasir Mukti), arah barat
(guest house, desa Puspanegara, desa Puspasari, dan desa Citatah), dan arah barat laut (desa
Puspanegara, desa Gunung Putri, desa Puspasari, dan desa Kranggan). Pengukuran arah
barat laut dilakukan tanpa jarak 3000 m, karena pada jarak tersebut tidak ada rumah
1L2. Perumusan Masalah
Pencemaran udara yang berasal dari buangan industri dan kendaraan bermotor
berupa partikel debu PMio atau PM, apabila terhirup masuk ke sistem saluran pernafasan
3dapat mengendap pada daerah trakhea - bronkhi (TB) dan Pulmo (P). Akumulasi
pengendapan kronik dapat menyebabkan ISPA yang dapat berakibat bronkhitis akut,
‘emfisema paru, dan asma bronkhiole (OPD) dan pada anak-anak yang sedang tumbuh dan
berkembang, dapat menjadi penyebab penurunan tingkat keoerdasan (1Q), Pengukuran dan
Pengawasan yang ketat terhadap pencemar tersebut perlu dilakukan dengan melakukan
pemantauan secara kontinyu pada dacrah yang diduga udaranya sudah tercemar. Pabrik
semen, Citeurep - Bogor dipilih untuk penelitian ini dengan mengukur debu PMie dan
PM;5, katena pabrik semen di Citeureup - Bogor dikelilingi oleh penduduk yang sangat
padat yakni 154.280 orang dengan juas 165,81 km? dan juga terdapat fasilitas umum seperti
perkantoran dan pasar (PEMDA Bogor, 2000). Hasil pengukuran debu PMyy dan PM)
selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis distribusi diameter pastikel debu Pg dan
PM,;, konsentrasi partikel debu, kandungan unsur-unsur di dalam debu dan tingkat
pengendapan (deposisi) partikel debu pada saluran pernafasan masyarakat di sekitar pabrik
semen, Citeureup - Bogor. Hasil analisis tersebut dapat dibandingkan dengan baku mutu
udara ambien yang ditetapkan pemerintah,
1.3. Kerangka Pemikiran
Semakin pesat perkembangan pembangunan sarana fisik di Indonesia, maka
kebutuban akan semen semakin meningkat, Pembangunan pabrik semen di Citeureup -
Bogor diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semen dalam negeri dan tidak
‘menggantungkan pada produk semen dari luar negeri. Akan tetapi pembangunan tersebut
disamping berdampak positip, perlu juga dipertimbangkan dampak negatip terhadap
4Jingkungan, terutama terhadap Kesehatan masyarakat di sekitar pabrik semen. Salah satu
dampak negatip tersebut adalah adanya pencemaran debu PMiy dan PMzs yang dapat
terhisap ke saluran pemafasan yang berakibat pada penyakit ISPA. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian karakteristik partikel debu PMyo dan PM: 5 terhadap resiko kesehatan
‘masyarakat di rumah-rumah sekitar pabrik semen, Citeureup — Bogor. Hal ini ditampitkan
dalato bagan alir pada Gambar 1.
Perkembangan pabrik semen di Citeurcup -
Berdampak negatif pada keschatan
Pencemaran tingkungan |—» [_Pencemaran udara_}—® | Debu (0,1 - 100 um)}
Mengendap | ¢————/ Pemicu 4PM outdoor
i parw-paru penyakit ISPA PMp5 indoor
PP. RINoAl | 1999
Kematian » { Perlu pemamtauan) __. | PMo: 150 jagim’ (24 jam)
‘kualitas udara 50 jug/m? (1 tahun)
PM25: 65 ug/m’ (24 jam)
15 yg/m’ (1 tahun),
Belum dilakukan pengukuran debu PMy. dan PM; s
Perlu dilakukan penelitian karakteristik debu PM) PM;
Program “Langit Bir”
i rumah-rumah sekitar pabrik semen dan di dalam pabrik.
Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian karakteristik debu PMie dan PM; 514, Tujuan Penelition
Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1, Menentukan distribusi diameter partikel debu PMy dan PM; di sckitar kawasan
ppabrik semen, Citeureup - Bogor.
2. Menentukan konsentrasi debu PMjo dan PM; di rumah-rumah sekitar pabrik semen,
dan di dalam pabrik semen, Citeureup - Bogor dibandingkan dengan baku mutu udara
ambien yang ditetapkan pemerintah.
3. Memperkirakan tingkat pengendapan (deposisi) partikel debu pada saluran pernafasan
yang diterima masyarakat di sekitar pabrik semen, Citeureup - Bogor dan di datam
pabrik semen dengan program komputer Dustdep.
4, Mengetabui kandungan dan konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PMyo dan PM:
yang diterima masyarakat dibandingkan dengan kandungan dan konsentrasi unsur-
unsur di dalam debu PMjo dan PM; s di dalam pabrik semen, Citeureup - Bogor.
£5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dibarapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
1. Membanou pemerintah khususnya BAPEDAL mengendalikan keluaran debu PM dan
PM, dari cerobong pabrik semen, Citewreup - Bogor dalam rangka mengantisipasi
peraturan pemerintah I No.41 tahun 1999 yang akan berlaku efektif tahun 2002
2. Membantu pabrik semen di Citeureup - Bogor dan masyarakat sekitar pabrik semen
untuk memperkirakan tingkat kesehatan yang diterima, akibat debu semen ukuran
PMjo di Iuar rumah dan PM; si dalam rumah,16. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data arah angin di pabrik semen, Citeureup - Bogor selama bulan Oktober sampai
Desember dan bulan Januari tahun 2000 lebih banyak ke arah utara (Gambar 2.). Oleh
Karena itu hasil pengukuran‘selama penclitian di rumab-rumah dapat diperkirakan
konsentrasi debu PMyp dan PMys di rumah-rumah bagian utara sekitar pabrik semen di
Citeureup - Bogor lebih besar daripada konsentrasi pada arah angin selain utara,
Gambar 2. Arah angin di daerah pabrik semen, Citeureup — Bogor (Data : Badan
Meteorologi dan Geofisika, Bogor, 2000)
2. Kategori kualitas udara untuk PMyo di rumah-ramah sebelah selatan pabrik semen
kebanyakan bersifat berbahaya dibandingkan kualitas udare di rumah-rumah arab lain,
arena dekat dengan conveyor belt yang menghubungkan tempat penambangan bahan
taku semen dengan pabrik semen.
3. Diameter partikel debu PMyo dan PMy. di dalam pabrik semen cenderung dominan
debu kasar dibandingkan diameter partikel debu di rumah-rumah dan di pinggir jalan,IL. TINJAUAN PUSTAKA.
ILL. Pabrik Semen Di Citeureup - Bogor
Pabrik semen di Citeureup berlokasi sekitar 40 km di selatan Jakarta. Pabrik ini
terletak di kecamatan Citeureup, Cileungsi dan Gunung Putri, kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Luas total 4.030,60 ha, sedangkan 3.782,12 ha merupakan persediaan cadangan
bahan baku (PT ITP, 2000). Gambar lokasi pabrik semen di Citeureup - Bogor ditampitkan
pada Lampiran |.
Pabrik semen di Citeureup - Bogor dibangun pada tahun 1972 dan mutai beroperasi
pada tahun 1975. Pabrik semen ini terdiri dari 9 unit pabrik dengan kapasitas produksi 11,6
juta ton pada tahun 2001 terus menerus siang-malam dan ketinggian cerobong antara 50
ddan 60 m di atas bangunan rata - rata 20 m. Sebagian besar kebutuhan semen skala nasional
(9.2 juta ton per tahun) dipenubi olch pabrik semen di Citeurcup - Bogor.
Keberadaan pabrik semen ini memberikan dampak penting tethadsp lingkungan
sekitarnya, Oleh karena wilayah yang dikuasai sangat tuas dan lokasinya berada pada
daerah kecamatan Citeureup yang berpenduduk sangat padat yakni 154.280 orang dengan
luas 165,81 km? (PEMDA Bogor, 2000). Disamping itu aktivitas produksinya potensial
mencemari lingkungan sekitarnya.
Kegiatan pabrik semen di Citeurenp - Bogor mencakup penambangan bahan baku
sampai dengan proses produksi semen, Proses pembuatan semen pada prinsipnya terdiri
dari 4 tahap yaitm : tahap pengeringan dan penggilingan bahan baku (raw mill), tahap
pembakaran dan pendinginan terak, tahap penggilingan akhir semen (finish mill), dan tabap
pengantongan semen (packaging). Semen yang diproduksi meliputi portland cement (PC),oil well cement (OWC), dan white cement (WC), PC digunakan untuk konstruksi umum
dan pekerjaan beton. OWC digunakan khusus untuk pengeboran minyak bumi dan gas
alam, baik di pantai maupun lepas pantai. WC merupakan PC yang kandungan Fe;O3~ nya
rendah dibawah 0,3 %, biasanya digunakan untuk beton cor dan estetika, Bahan baku
semen terdiri dari batu kapur (limesione), tanah liat (clay), pasit besi, pasic silika dan
sipsum.
Pemantauan dan pengukuran debu TSP (lofal suspended particulate = pastikel
melayang) menggunakan ESP (elektrostatic precipiator) di lingkungan masyarakat
dilakukan pabrik semen di Citeureup - Bogor secara kontinyu setiap semester di delapan
arah angin (setiap 45° dari utara) dengan radius 1000, 1500 dan 2500 m dari pusat pabrik
semen, Pengukuran debu PMio diukur setiap semester sekali pada jarak 2500 m di SLTP
Bantarjati (arah timur), desa Bantarjati (rah timur laut), Perumahan Griya Persada (arah
barat daya), dan kecuali di SLTP Puspanegara (arah barat daya) diukur pada jarak 1500 m
dari pusat pabrik semen,
11.2. Partikel-Partikel Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai hadimya kontaminasi atmosfir oleh gas, cairan
atau limbah padat serta produk samping dalam konsentrasi dan waktu yang sedemikian
rupa, schingga menciptakan gangguan, kerugian atau memiliki potensi merugikan terhadap
kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbub-tumbuhan atau benda serta menciptakan
ketidak nyamanan, Pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia, kelestarian
tanaman dan hewan, dapat merusak bahan-bahan, menurunkan daya penglihatan, dan
‘menghasifkan bau yang tidak menyenangkan (BAPEDAL, 1999). :Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan akibat pencemaran udara
yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas dan partikel kecil yang dinamakan aerosol) ke
dalam udara (Soedomo, 1999). Aerosol didefinisikan berupa partikel cair maupun padat
‘yang tersuspensi di dalam gas (Hinds, 1982, dan Colbeck, 1998). Ukuran partikel aerosol
antara 0,001 dan 100 um.
Karakteristik partikulat termasuk diantaranya ukuran, distribusi ukuran, bentuk
kepadatan, kelengketan, sifat korosif, reaktivitas dan toksisitas, Salah satu karakteristik
yang paling penting dari suspensi partikel adalah distribusi ukuran partikel aerosol. Ukuran
partikel merupakan parameter terpenting untuk memberi ciri perilaku aerosol. Semua sifat
acrosol bergantung sangat kuat pada ukuran partikel. Partikel-partikel yang berdiameter
kurang dari 2,5 um pada umumnya dianggap halus dan partikel yang berdiameter lebih
besar dari 2,5 um dianggap kasar.
‘Sumber aeresol digolongkan sebagai aerosol primer dan sekunder. Aerosol primer
adalah aerosol yang dipancarkan langsung dari berbagai sumber, seperti debu yang terbawa
oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel-partikel asap yang dipancarkan dari
‘cerobong asap. Aerosol sekunder merujuk pada partikel-partikel yang dihasitkan di dalam
atmosfir yang mengalami reaksi-reaksi kimia dari komponen-komponen gas. Beberapa
istitah bahan partikulat udara adalah sebagai berikut (Hinds, 1982, Colbeck, 1998, Samuel,
1973, dan Saeni, 1989)
1. Asap (smoke) yaitu aerosol yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak sempurna,
misalnya pembakaran bahan bakar minyak (oi! smoke) dan tembakau (tobacco smoke}
Aerosol ini dapat bertindak sebagai zat pencemar, Karena mengandung gas CO yangdapat mengikat hemoglobin di dalam udara, Partikel-partikel asap dapat berupa bahan
padat atau cair dan biasanya berdiameter kurang dari t ym.
. Uap air (mist) dan kabut (og) merupakan aerosol cair yang dihasilkan dari proses
stominasi (pemecahan cairan) atau kondensasi. Jika ukuran partikeinya antara 5 dan 40
tum disebut kabut, sedangkan pada ukuran febih dari 40 yum disebut uap air. Sebagai
contoh adalah uap air yang mengandung sulfur dioksida (SOz mist). Apabila kadar
aerosol cukup tinggi dapat menyebabkan radang paru-paru dan kepucatan pada daun-
daun tanaman. Gas SO; di atmosfir sebagaian besar berasal dari hasil pembakaran
rminyak burni dan batu bara.
. Debu (dust) merupakan aerosol padat yang terbentuk, karena proses pemisahan suatu
bbahan secara mekanik, seperti menghancurkan, menggiling dan meledakkan...Proses ini
dapat terjadi, Karena gesekan bahan dengan angin yang kencang atau pergeseran dengan
bahan lain, Contohnya adalah debu semen (cement dust) dan debu dari unsur logam
(metallurgical). Debu dianggap sebagai partikel bahan padat yang terbagi secara halus
dengan ukuran berkisar dari 0,1 hingga 100 pm.
. Uap (fume) adalah aerosol padat yang terbentuk dari proses kondensasi uap, sublimasi
atau hasil pembakaran suatu gas. Aerosol jenis ini banyak mengandung unsur logam
alkali, Pada umumoya ukuran partikel uap kurang dari 1 pum.
9. Kabut asap (smog ~ smoke fog) adalah aerosol yang berupa kabut tipis berwarna coklat
kemershan yang mengandung zat-zat yang dapat memerihkan mata dan menyesakkan
hhidung, Aerosol ini merupakan campuran dari oksida-oksida nitrogen dan ozon dalam
kadar yang cukup tinggi, Kabut asap adalah produk-produk reaksi fotokimia yang
digabung dengan uap air. Partikel kabut asap berukuran lebih kecil dari 1 atau 2 yum.
ul6. Spray adalah aerosol yang diterapkan pada produksi kaleng penyemprot aerosol dan
biasanya berisikan bahan kosmetika atau insektisida. Bahan ini sering memakai pelarut
berupa senyawa khlorofluorokarbon yang berfungsi sebagai zat pendorong (propellant).
Pemakaian bahan ini telah mulai dikurangi atau diganti dengan hidrokerbon. Hal ini
disebabkan karena senyawa karbon yang mengandung klor, jika mencapai lapisan ozon
akan bertindak sebagai katalis yang dapat menguraikan lapisan ozon.
7. Awan adalah uap yang dibentuk pada tempat yang tinggi
-Lebih detil jangkauan ukuran partikel dikemukakan pada gambar 3,
Kabut asap ‘Awan dan abut Uap aie Gerimis
0,001 O0r ‘On t 10 100 1000
Diameter partkel (umn)
Gambar 3. Jangkauan ukuran partikel (Colbeck, 1998)
‘Sumber utama debu di atmosfer adalah tanah, semburan air laut, kebakaran semak
belukar, pembakaran rumah tangga, kendaraan bermotor, proses industri dan debu organik
12dari baban tanaman. Debu menjadi keprihatinan utama adalah debu yang dibasilkan oleh
pengolahan bahan padat dalam industri. Partikel debu yang kurang dari 10 um sangat
‘memprihatinkan, karena memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menembus ke dalam
paru-paru. Rambut-rambut di dalam hidung dapat menyaring debu yang berukuran lebih
besar dari 10 um, dan bulu getar(silia) serta tendir yang menutupi saluran pernapasan dapat
menghilangkan partikel-partikel berukuran lebih dari 2,5 um (ISO, 1991). Partikel lebih
kecil yang mempertihatkan gerak Brown, tidak dapat membuntur sisi dinding dan dapat
memasuki gelembung paru-paru, Partikel-partikel dibawah 2,5 jum (PM;s) tidak disaring
dalam sistem perapasan sebelah atas dan menempel pada gelembung paru-paru, sehingga
dapat menurunkan pertukaran gas. Bahan portikulat PMyo menyertakan partikel-partikel
yang berdiameter aerodinamika lebih kecil dari 10 pm. Partikel-partikel ini yang banyak
menyebabkan efek kesehatan buruk dapat mencapai toraks atau daerah saluran pernapasan
sebelah bawah, PMio diperkirakan berada antara 50 dan 60 % TSP (US EPA, 1992). TSP
(partikulat melayang) berdiameter hingga 45 jm pada filfer serat. Partikel yang lebih besar
dari 10 um, seperti TSP, tidak terhirup ke dalam paru-paru. Oleh karena itu US EPA
mengubah standar kualitas udaranya dari TSP menjadi PMyy pada tahun 1987. Standar
PMjo juga telah diterapkan di Jepang, Filipina dan Brasil.
113. Impaktor Bertingkat (Cascade Impactor)
Impaktor pada dasarnya berupa nozel atau jet yang diarahkan pada piringan datar
atau biasa disebut plat impaksi. Aerosol yang dialirkan melalui nozel diarahkan pada plat
impaksi dan alirannya dibelokkan 90° yang membentuk garis ali. Partikel dengan diameter
Bpangkas tertentu, karena kelembamannya tidak dapat mengikuti garis ali, partikel tersebut
akan menabrak plat impaksi dan mengendap. Partikel dengan diameter lebih kecit dari
diameter pangkasnya akan mengikuti garis alir dan lolos dari plat impaksi (Gambar 4)
(Hinds, 1982, Marple, et.al., 1993).
Gambar 4. Penampang garis alir i
Kebolehjadian ini tidak akan selalu tetap, karena partikel dengan ukuran diatas
diameter pangkasnya sebagian akan folos dari plat impaksi mengikuti garis alir. Efisiensi
partikel yang menumbuk plat impaksi merupakan fungsi akar kuadrat dari bilangan Stoke’s
atau parameter plat impaksi yang dijabarkan untuk suatu impaktor sebagai perbandingan
antara jarak pemberhentian partikel pada rata-rata kecepatan keluaran nozel dengan
diameter nozel (Gambar 5).
‘Gambar 5. Grafik efisiensi koleksi impaktorKoleksi karaktetistik impaktor adalah koleksi dengan efisiensi SO % yang artinya 50
% partikel dengan diameter tertentu mengendap pada plat impaksi dan sefcbihnya lolos,
Diameter fersebut dinamakan diameter pangkas pada efisiensi 50 % yang dilambangkan
D,so (Andersen Sampler Inc., 1982). Pada impaktor bertingkat, partike! yang lolos dari
tingkat pertama akan masuk ke impaktor tingkat berikutnya. Tiap tingkat impaktor
mempunyai ukuran diameter pangkas yang berbeda. Diameter pangkas pada suatu tingkat
lebih besar dibandingkan diameter pangkas pada tingkat berikutnya, Pada tiap tingkat
dipasang foil mylar yang berfungsi untuk mengendapkan partikel aerosol dan pada tingkat
terakhir dipasang suatu filter (Gambar 6) (Hinds, 1982).
Impaktor bertingkat merupakan alat pencuplik aerosol yang cukup poputer, karena
‘mudah dioperasikan, sederhana, ringan dibawa, dan resolusi pengukurannya tinggi. Ada
beberapa impaktor bertingkat yang beredar di pasaran yaitu impaktor Bemer dengan 11
tingkat yang mampu menentukan diameter partikel aerosol dengan rentang antara 0,03 dan
16 ym, dan impaktor Moudi dengan 11 tingkat yang mampu mengukur diameter partikel
aerosol antara 0,05 dan 18 um (Ruslanto, et al,, 1996).
Impattor yang digunakan dalam penelitian ini adalah impaktor bertingkat Andersen
dengan 9 tingkat yang mampu menentukan diameter partikel aerosol lebih keeil dari 0,43
sampai 10 um. Impaktor bertingkat Andersen terdiri dari 8 tingkat (tingkat 0 hingga tingkat
7) masing-masing dipasang foil mylar dan sat tingkat paling bawah dipasang filter,
Hubungan diameter partikel pada impaktor bertingkat dengan paru-paru ditampilkan pada
Gambar 7,
15Gambar 6, Penampang impaktor bertingkat
Diameter partikel dalam impaktor merupakan diameter acrodinamis_ partikel.
Diameter aerodinamis partikel (d,) didefinisikan sebagai diameter dari unit densitas bulat
(sphere) dengan densitas sama dengan 1 (pp = 1 g/em’) dan mempunyai kecepatan
pengendapan (settling) yang sama sebagai partikel. Jika unit densitas bulat dari partikel
sebenarnya, dan kecepatan pengendapannya seragam sebagai partikel, maka perkiraan yang
mendekati diameter fisiknya dapat dihitung sebagai diameter Stoke’s (d,). Jika partikel
acrosol tidak homogen, maka diameter stoke’s tidak berlaku. Persamaan hubungan
diameter Stoke’s (d,) dan diameter aerodinamis (d,) sebagai berikut :
1
6, (2) sect ceestetitceesesneeceesensenensen( 1)
Keterangan
°
kerapatan bahan terbesar (bulk) dari partikel (g/em')
= kerapatan unit = 1 g/om?IL4, Pencemaran Udara Di Dalam Ruangan
Pencemaran udara di dalam ruangan dapat menjadi lebih penting dibandingkan
dengan pencemaran udara di Iuar ruangan, terutama karena kegiatan schari-hari sebagian
besar banyak dilakukan di dalam ruangan, Pencemaran udara di dalam ruangan terutama
sangatjelasterjadi di dalam rumah-rumah perokok atau rumah yang kadar radonnya tinggi.
Beberapa sumber pencemaran udara dalam ruangan yaitu(Sitepoe, 1997):
1. Pembakaran bahan bakar dalam rumair untuk keperluan memasak dan pemanas
ruangan, Bahan bakar kayu dan minyak berupa partikel padat, NOx, SOx, dan lain-lain
‘merupakan penyumbang pencemaran yang paling besar dibandingkan dengan gas.
2. ‘Bahan-bahan sintetis dan beberapa baban alamiah yang dipergunakan untuk karpet,
busa insulasi, pelapis dinding, kasur dari kapuk, dan perabotan rumah tangga. Bahan
perekat yang dipakai pada plywood, misalnya mengeluarkan formaldehid, Karpetlateks
merupakan sumber dari vinil sikloena. Cat, semen, kayu lapis, ubin granit, dan gipsum
merupakan penyumbang pencemaran udara yang berupa bahan partikel, Mesin pengisap
debu dan mesin fotokopi merupakan penyumbang pencemaran pastikel anorganik dan
jamur,
3. Gas-gas yang bersifat toksik (seperti radon) terlepas ke deiain ruangan rumah yang
berasal dari ruangan bawah tanah untuk gudang, tempat mencuci pakaian dan lain-lain.
4. Produk-produk dagang, seperti pengkilap perabot, perekat, bahan-bahan pembersih,
Kosmetik, penghilang bau, pestisida dan pelarut-pelarut yang dipergunakan di rumah
tangea mempunyai kontribusi terhadap toksisitas di dalam ruangan5. Asap rokok merupakan pencemar dalam ruangan yang serius. Ruangan yang tidak
melarang orang merokok merupakan donor dalam pencemaran udara ruangan, berupa
partikel padat, NOx, SOx, dan lain-tain
6. Hewan pemeliharaan atav makhluk-makhluk hidup yang lain memberikan sumbangan
bagi pencemaran udara ruangan, berupa virus dan debu yang bersifat alergis,
7. Manusia sendisi sebagai penyumbang partikel khusus pencemaran udara yang
menyebabkan beberapa jenis penyakit, seperti viris protozoa, dan cacing.
ILS. Efek dan Dampak Pencemaran Udara pada Kesehatan Manusia
Efek pencemaran udara dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu(Sitepoe, 1997,
Socjani, 1993, Kusnoputranto, 1995) :
A. Bfek jangka pendek atau akut terhadap saluran pemafasan,
Terdapat 4 efek saluran pemnafasan akut akibat pencemaran udara, yaitu :
1. Serangan asmatis,
‘Serangan asmatis dibubungkan dengan ozon dan pencemaran partikulat.
2. Serangan nafas yang hiper aktif.
Efek ini terjadi apabila saluran udara menyempit jauh lebih cepat dibandingkan
rata-rata respon normal terhadap bahan asing Tidak seperti asma, beberapa
Penyumbatan saluran udara merupakan mekanisme pertahanan normal untuk
‘mencegah terhirupaya bahan-bahan berbahaya. Gejalanya samta dengan asma ; nafas
pendek, batuk dan nafas berbunyi, SO2, ozon dan NO; dikenal dapat merangsang
reaktivitas saluran nafas.3. Infeksi saluran pernafasan
Tnsiden saluran pernafasan meningkat, terutama pada anak-anak, karena adanya
pencemaran udara, Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA) berupa demam,
influensa dan sakit tenggorokan dibubungkan dengan SO; dan partikulat di udare
juar. NO yang berasal dari kompor masak gas di dalam ruangan dihubungkan
dengan lebih seringnya fu dari anak-anak di bawah usia 10 tahun, dibandingkan
dengan pada anak-anak yang tinggal dengan peratatan listrik (kompor listrik).
4. Perubahan fungsi paru-paru yang reversibel
Perubahan fungsi paru-paru yang reversibel dan untuk jangka waktu yang singkat
juga disebabkan oleh zat pencemar udara. Misalnya : jumlah maksimum udara yang
dapat dihirup atau dihembuskan dalam satu detik berkurang pada anak-anak dan
cording dewasa sehat, jika terpajan pada kosentrasi zat pencemar yang meningkat,
tetapi akan kembali normal, jika pemajanan hilang
B. Efek jangka panjang atau kronik terhadap saluran pemafasan
Dua efek kronik utama akibat pemajanan jangka panjang terhadap pencemaran
‘udara, disamping kanker paru-paru, yaitu penyakit paru-paru obsruktif kronik (COPD),
dan perubahan dalam perkembangan dan proses penuaan dari paru-paru. COPD
sebenamya adalah suatu kelompok yang memiliki gejala umum dari sesak nafas,
‘Kelompok itu meliputi bronchitis kronik, emphysema dan penyakit saluran pernafasan
yang kecil. Penyebab utama COPD adalah merokok, terpajan karena pekerjaan terhadap
bahan-bahan seperti debu, batu bara, debu kapas, konsentrasi yang tinggi dari partikulat
dan SO, dan faktor-faktor genctis. Perkembangan paru-paru juga dipengaruhi oleh
19pencemaran udara, Paru-paru umumnya berkembang sampai usia 20 tahun, lalu secara
perlahan menurun kemampuannya menahan udara sejalan dengan lanjutnya usia.
Pertumbuhan paru-paru terbukti lambat pada anak-anak usia antara 6 dan 12 tahun
dihubungkan dengan beberapa pencemar tertentu di dalam ruangan. Perubahan ini
menjadi lebih parah terjadi di rumah yang dibuni perokok. Ukuran paru-paru yang lebih
kecil pada orang dewasa berarti kurang siap menghadapi penyusutan paru-paru di usia
Janjut yang tidak terelakkan, dan terhadap serangan venyakit paru-paru obstruktif yang
semakin sering terjadi pada usia lanjut.
C. Kanker paru-paru_
Kanker paru-paru merupakan kanker utama yang mematikan baik terhadap pria
maupun wanita, Merokok merupakan penycbab utama dari kanker paru-paru
Pencemaran udara menyebabkan sebagian dari kanker paru-paru. Senyawa
karsinogenik terdapat di udara dalam ruangan dan di udara luar di daerah perkotaan
yang mengalami pencemaran. Analisis kimia dari udara menunjukkan bahwa terdapat
penyebab kanker sebagai hasil samping dari pembakaran seperti dioksin, serat-serat
seperti asbestos, dan logam seperti arsenik dan kadmium. Penefitian pada manusia
membuidikan jumlah kanker di sekitar industri peleburan atau pabrik-pabrik lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah pedessan, Penderita kanker lebih banyak terbukti,
{ika terpajan lebih lama terhadap pencemar.
1D. Efek terhadap bukan saluran pemafasan
Pencemaran udara mempengaruhi organ-organ tain dalam tubuh, selain paru-parn.
Sekali hirup, pencemar dapat diabsorsi ke dalam aliran darah dan dapat mencapai
20semua bagian tubuh, Pb di udara dapat menimbulkan gangguan saraf pada anak-anak,
termasuk kurangnya kemampuan belajar (penurunan 1Q) dan hiperaktivitas. Benzena
adalah salah satu penyebab leukimia pada pekerja di industri karet dan bahan kimia,
‘Benzena terdapat di udara dari hasil kegiatan penyulingan pembakaran minyak bumi
Konsentrasi benzena di udara rendah, maka sukar untuk mengetahui efeknya terhadap
populasi umum, Berbagai pelarut organik lain dihubungkan dengan gangguan sistem
saraf di kalangan pekerja.
Dampek pencemaran udara terdiri dari (Sitepoe, 1997, Connell, et al,1995)
A. Alat pernafasan
Alot pemafasan bagian atas dimulai dari hidung, rongga hidung, pharynx sampai
ke tenggorokan, Hidung memiliki bulu yang berguna untuk menyaring udara yang
dihisap. Udara yang melewati rongga hidung yang dipersempit akan mengalami
perubahan aerodinamik. Pharynx dan seluruh permukaan tenggorokan memiliki bulu
getar dan cairan yang bersifat mucous (seperti lendir), Semua pencemar yang
berdiameter febih besar dari 10 ym dikembalikan ke udara, Bila Kontak dengan lapisan
‘mukosa, maka pencemar ini dilingkupi oleh mukosa dengan bantuan bulu getar partikulat
yang diselimuti oleh mukosa, kemudian dibawa menuju pharynx. Dengan getaran refleks
(batuk) udara dikeluarkan kembali ke udara,
‘Alat pemafasan bagian bawah dimulai dari bronkus, bronkioli sampai ke alveoli
atau saku udara. Di sini terjadi pertukaran gas antara O: yang dihisap dan CO: yang
dikembalikan ke bronkioli dan bronkus, terus menjadi nafas yang akan dihembuskan
21melalui saluran pernafasan, seperti waktu menarik nafas. Pencemar yang mengganggu
paru-paru secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Bronkhitis atau kongesti dari bronkhioli, sehingga aliran udara pernafasan berkurang,
2. Emfisema atau kerusakan alveoli, sehingga tenjadi gangguan pertukaran gas O, dan
CO:
3. Kanker paru-paru yang akan merusak paru-paru.
B. Gangguan pancaindra
1. Gangguan pendengaran berupa kebisingan akibat gerakan udara.
2. Gangguan penciuman
Beberapa pencemar mengakibatkan bau yang spesifik yang menyenangkan atau
tidak. Dapat berupe bahan anorganik atau organik dan kombinasinya. Bau yang
tidak menyenangkan mengakibatkan gangguan mental dan fisiologis, misalnya
muual, sakit kepala, sukar tidur, nafsu makan hilang, gangguan pernafasan dan ada
yang mengakibatkan alergi. Sumber pencemaran udara dari bau adalah berasal dari
hewan, hasil pembakaran pembuatan bahan makanan, dan pabrik cat. Bahan kimia
yang memberikan bau berasal dari limbah.
3. Gangguan penglihatan
Pencemar yang mengurangi daya penglihatan adalah kabut tebal dan iritasi mekosa
mata. Pencemar yang langsung mengganggu ketajaman penglihatan, misalnya
adalah CO (karbon mono oksida).116. Mekanisme Pengendapan dan Pembuangan Pencemar di Saluran Pernapasaa
‘Ada tiga cara bahan kimiawi (pencemar) dapat masuk ke dalam tubuh yaitu :
inhalasi (terhirup), ingesti (tertelan), dan kontak atau adsorbsi melalui kulit. Sesungguhnya
ada cara lain yang jarang terjadi, schingga dapat diabaikan yaitu melalui injeksi (suntikan)
(Bunawas, et al., 1999).
Pencemar akan mengikuti aliran darah dan masuk ke berbagai organ dalam tubub,
misalnya ginjal, hati, tulang, dan sebagainya. Selanjutnya, tubuh akan mengeluarkan
pencemar (ekskresi) melalui air seni, tinja, udara ekspirasi dan sekresi. Jumlah pencemar
yang diekskresi melalui keringat atau saliva jumlahnya sangat kecil, schingea dapat
diabaikan, Bahan pencemar dapat diekskresi melalui air susu, baik ASI maupun susu sapi,
schingga dapat membahayakan mereka yang meminiimnya, contoh : DDT dan timah hitam
(Pb). Cara masuk yang terpenting dan terbanyak ialah melalui inhalasi, sebab tiap saat
manusia selalu bemafas dan menghirup udara cukup banyak (volume tidal pemapasan
manusia 500 ml udara).
Karakteristik udara yang masuk melalui saluran pernapasan dipengaruhi oleh
morfologi sistem pernapasan (Gambar 7). Model morfometrik yang ditetapken ICRP
(Anternational Commission on Radiological Protection) terdiri dari empat daerah anatomi
ICRP 66, 1994) :
1. Daerah ekstratoraks (extrathoracic, ET), terdiri dari
a. Hidung (ET1)
b. Hidung belakang (ET2), yaitu larynx, pharynx, dan mulut
2. Daerah Bronkhial (Bronchial, BB), terdiri dari ;
a. Tenggorokan (trachea)
b. Bronkhi (bronchi)
233. Daerah bronkhiotar (bronchiolar, bb), terdiri dari :
a Bronkhioles (bronchioles)
b. Cabang bronkhioles (terminal bronchioles)
4, Daerah Alviolar Interstisial (AI), terdiri dari
a. Bronkhioles pernapasan
b. Pembuluh dan kantung-kantung alveoler
¢, Sasingan pembuluh interstisial
Gambar 7. Deposisi partikel debu pada paru-paru (TTB, 2000)
Pada saat udara masuk ke dalam saluran pernapasan, maka terlebih dahulu
mengalir melalui rongga hidung yang akan dihangatkan, dilembabkan, dan disaring. Bulu-
fbulu hidung sebagai penyaring pada pints masuk lubang hidung penting untuk
mengeluarkan partikel-partikel besar. Semua permukaan hidung dilapisi dengan suatu
Japisan tipis mukus, yang disekresi oleh membran mukosa yang melapisi permukaan
tersebut Lagipula, epitel saluran hidung bersilia, dan silia ini terus menerus bergetar ke
24arah pharynx. Sefelah partikel terjerat di dalam, mukus-mukus ini digerakkan seperti suatu
lembaran yang menuju ke pharynx dan akhimya dikeluarkan atau dibatukkan atau juga
ditelan.
Ukuran partikel yang mengendap di dalam safuran pemapasan, ada berbagai
mekanisme proses penyaringan zat pencemar yaitu intersepsi, impaksi inertial, sedimentasi,
dan difvsi atau gerak Brown, Mekanisme intersepsi terjadi pada partikel berukuran lebih
dari 10 jum, partikel ini berada di daerah ET1. Mekanisme ini merupakan yang terpenting
dalam fungsi penyaringan udara yang dilakukan oleh hidung. Mekanisme impaksi terjadi,
karena tidak lurusnya saluran pemapasan yang ditalui oleh udara dengan kecepatan tinggi
(lebih besar dari 180 cim/detik), schingga partike! yang berukuran 2 sampai $ yum tidak
mudah membelok, melainkan terus dan akhimya menumbuk pada dacrah BB (trachea),
Mekanisme sedimentasi berhubungan erat dengan gravitasi, sehingga partikel yang
berukuran 1 sampai 2 jum akan mencapai daerah bb (bronkhiolus) dan menempel di sana
dengan kecepatan sekitar 1 sampai 130 cm/detik), Sistem ventilasi yang paling penting dari
paru-para adalah memperbaharui udara secara terus-menerus di daerah pertukaran gas paru-
para yang menjadikan udara dan darah saling berdekatan, Dacrah-deerah ini adalah alveoli,
kantong alveolus, duktus alveolaris, bronkiolus respiratorius. Kecepatan udara baru yang
masuk pada daerah ini disebut ventilasi alveolus. Selama pernapasan normat dan tenang,
volume tidal hanya cukup untuk mengisi saluran nafas bagian bawah sampai terminal
bronkiolus, dengan banya sebagian kecil udara yang dihisap masuk ke dalam alveoli. Udara
yang baru ini bergerak dari terminal bronkiolus ke dalam alveoli dengan melalui jarak yang
pendek dengan cara difusi. Difusi disebabkan oleh gerakan kinetis molekul-molekaul, tiap
molekul gas bergerak dengan kecepatan yang tinggi diantara molekul yang lainnya.
2sKecepatan gerak molekul dalam udara perapasan sedemikian besar melalui jarak yang
begitu pendek yaitu dari terminal bronkiolus ke alveoli, padahal gas bergerak dalam waktu
tidak sampai satu detik, Untuk itu mekanisme yang terjadi di daerah alveoli adalah
mekanisme difusi yang merupakan gerak acak dari partikel yang berukuran kurang dari 1
yum yang terjadi di dacrah Al dengan kecepatan sangat rendah dibawah 1 cm/detik. Pastikel
yang berdiameter di bawah 0,5 ym biasanya sebagian tetap tersuspensi di dalam udara
alveolus dan dikeluarkan dari paru-paru selama ekspirasi. Partikel yang benar-benar terjerat
di dalam alveolus secara perlahan-lahan dikeluarkan olch makrofag. Partikel ini bila
mengendap berlebihan menyebabkan pertumbuhan jaringan fibrosa di dalam septum
alveolus, sehingga menimbulkan cacat permanen (Arthur dan Guyton, 1994).
Penyakit asma terjadi, karena penyempitan saluran udara di dacrah bb. Hal ini
mudah dipahami, bahwa obstruksi saluran pernapasan dapat menurunkan kapasitas
permapasan maksimum seseorang. Tahanan saluran udara terutama meningkat pada dua
penyakit yang merusak bronkiolus yaitu asma dan emfisema. Pada kedua penyakit ini,
aliran udara teryanggu di dalam bronkiolus kecil yang menyebabkan usaha pernapasan jauh
lebih besar selama ckspirasi daripada sclama inspirasi.
Bila ofot-otot pemapasan mengembangkan paru-paru, proses pengembangan
tersebut tidak hanya membuka alveolus, tetapi juga mengembangkan bronkiolus kecil pada
saat bersamaan. Oleh karena itu udara mengalir dengan mudah ke dalam alveolus.
Sebaliknya, selama ekspirasi tekanan rangka toraks pada paru-paru tidak hanya
rmengkompresi alveolus, ttapi juga mengkompresi bronkioluskeci. Cara ini memperkecil
diameter otot-otot pemapasan, Dengan demikian meningkatkan tahanan saluran udara
selama ekspisssi, Kadang-kadang peningkatan ini menjadi beberapa kali tahanan selama
26inspirasi, dan ekspirasi memanjang pada saat bersamaan, Oleh karena perbedaaan diantara
tahanan ekspirasi dan inspirasi ini, part-paru menjadi sangat mengembang dengan
peningkatan yang menyolok dalam kapasitas residual fungsional dan volume tidal.
117, Teknik Spektrometer Sinar-X
11.7.1, Prinsip Spektrometer Pendar Sinar-X (Jenskin, et al., 1981 dan Woldesth, 1973)
Spektrometer pendar sinar-X (XRF = X-Ray Fluorescence Spectroscopy) adalah
suatu alat yang dapat digunakan untuk identifikasi komposisi unsur-unsur dalam suatu
bahan. Bahan tersebut diiradiasi dengan suatu sumber radioaktif pemancar sinar-X yang
akan mengakibatkan unsur-unsur penyusun bahan tereksitasi, dan terjadi interaksi
fotolistrik, hamburan compton, dan pembentukan pasangan elektron. Interaksi fotolistrik
menghasitkan karateristik pancaran sinar-X sekunder untuk setiap jenis unsur, schingga
komposisi unsur-unsur dalam suatu bahan dapat diidentifikasi, Proses eksitasi oleh sumber
sinar-X yang menghasilkan karateristik pancaran sinar-X sekunder terlihat pada Gambar 8,
Gambar 8. Prinsip spektrometer pendar sinar-X
Dasar analisis XRF adalah pencacahan sinar-X sekunder yang dipancarkan oleh
suatu unsur, akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat
dengan inti oleh elektron yang terletak pada orbital yang lebih Iuar. Pengisian kembali
27elektron pada orbital K akan menghasitkan spektrum sinar-X kulit K, pada orbital
berikumnya menghasitkan spektrum sinar-X kutit L, kulit M, kulit N, dan seterusnya
Setiap unsur akan memancarkan sinar-X sekunder dengan energi karakteristik yang
akan digunakan untuk analisis kualitatif, Energi sinar-X sekunder yang dipancarkan,
dideteksi dengan detektor penangkap sinar-X yang kemudian diubah menjadi pulsa listrik.
Pulsa ini diperkuat oleh penguat awal serta penguat akhir, sehingga terbentuk sebuah
spektrum. Luas masing-masing puncak pada spektrur® digunakan untuk analisis kuantitatif.
Sumber sinar-X untuk mengeksitasi didasarkan pada jenis unsur yang dianalisis, yaitu
sumber radiasi primer harus mempunyai energi yang lebih besar daripada energi ikat
elektron yang dicksitasi, Eksitasi dilakukan dengan menggunakan radioisotop pemancar
sinar-X yaitu **Fe, "Cd, dan ‘Am, Sumber pengeksitasi Fe untuk mengindentifikasi
unsut-unsur ringan dari “Si sampai ”'V dalam sistim periodik. Sumber pengeksitasi 'Cd
untuk mengindentifikasi unsur-unsur berat dari “Cr sampai “Mo, sedangkan sumber **'Am
untuk mengindentifikasi unsur-unsur dari “Te sampai "tJ dalam sistim periodik.
‘Ada beberapa pengaruh analisis secara kuantitatif yang perlu mendapat perhatian
kkhusus, antara lain efek geometsi dan efek heterogenitas. Pengaruh heterogenitas matriks
dapat diatasi dengan menggunakan standar yang mempunyai sifat fisika dan komposisi
kimia yang mirip dengan contoh, sehingga diperoleh keseksamaan dan ketelitian yang
tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka IAEA serta beberapa biro lainnya,
misalnya NBS (National Bureau Standard) telah mengeluarkan baban acuan standar yaitu
bahan standar referensi (SRM), Penentuan kadar unsur dalam contoh secara spektrometri
pendar sinar-X dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, berdasarkan pengukuran panjang,
gelombang (A) sinar-X sekunder dan intensitasnya. Analisis secara kualitatif berdasarkan
28pengukuran panjang gelombang (A) garis spektra sinar-X yang dipancarkan, akibat
interaksi sumber radioaktif sinar-X dengan bahan. Analisis kuantitatif berdasarkan
‘pengukuran intensitas sinar-X sekunder yang dipancarkan, akibat interaksi sumber
radioaitif dengan bahan. Besarnya intensitas sinar-X sekunder yang dipancarkan oleh suatu
unsur yang bergantung pada konsentrasi unsur tersebut dalam bahan. Makin tinggi
konsentrasi unsur dalam suafu bahan, makin tinggi intensitas sinar-X sekunder yang
dipancarkan,
11.7.2, Sistem Instrumentasi Spektrometer Pendar Sinar-X (Ewing, 1985 ; Jenskin, et
al,, 1981 ; Willard, et al., 1974; Woldesth, 1973)
Sistem spektrometer pendar sinar-X terdiri dari beberapa modul (Gambar 9.) yaitu:
a, Sumber tegangan tinggi (High Voltage)
Sumber tegangan tinggi yang dihubungkan dengan detektor akan menimbulkan
‘medan listrik dalam detektor. Selama pengumpulan muatan ini terjadi arus listik yang
femah, dan juga terjadi penurunan tegangan yang menimbulkan pulsa listrik,
| [Conteh
EY] siqiy i {Apc [Mca |
=
HPreamplifie ‘Amplifier
ih. —— ae
High Bane
voltage
Gambar 9. Skema alat spektrometer pendar sinar-X
b. Detektor semikonduktor
Gejala radioaktif tidak dapat dilihat dan dirasa langsung oleh indera manusia,
maka digunakan detektor untuk mengukur zat radioaktif tersebut. Pada spektrometer
29pendar digunakan detektor Si (Li) atau Silikon Lithium. Detektor ini dioperasikan pada
‘suhu yang sangat rendah, karena XRF bekerja pada tegangan yang sangat tinggi (1100
Volt), maka detektor dimasukkan dalam wadah hampa yang berisi nitrogen cair, sistem
fersebut dinamakan “Kriostat”. Interaksi antara sinar-X dengan detektor akan
menghasilian pulsa. Tinggi pulsa yang dihasitkan detektor sesuai dengan energi sinar-
X yang dihasitkan.
, Penguat awal (Preamplifier)
Penguat awal terletak antara detektor dan penguat akhir. Fungsi penguat awal
‘adalah sebagai berikut
1. Melakukan pembentukan pulsa pendahulusn.
2. Mengadakan perubahan muatan menjadi tegangan pada pulsa detektor.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap pulsa hasil keluaran detektor
. Penguat akhir (Amplifier)
Pulsa yang keluar telah diubah menjadi tegangan oleh penguat awal, kemudian
iperkuat hingga mencapai amplitudo yang dapat dianalisis dengan alat penganalisis
tinggi pulsa listrik. Fungsi lain dari penguat akhir adalah memberi dan mempertinggi
palsa listrik.
€, ADC (Analog to Digital Conventer).
Pulsa yang dikeluarkan penguat akhir dikirim menuju ke ADC. Pulsa yang masuk
ke dalam ADC akan diubah menjadi bilangan yang sebanding dengan tinggi pulsa.
30Bilangan ini merupakan nomor salur atau alamat memori yang akan dimasukkan ke
dalam perangkat komputer, Puisa dengan tinggi tertentu dicatat sesuai dengan nomer
‘salumnya.
£. Penganalisis Satur Ganda (Multi Channel Analyzer).
Penganalisis salur ganda mempunyai 4000 - 8000 saluran peneacah, dan dapat
membuat spektrum secara sekatigus. Fungsi penganalisis salur ganda adalah memilah-
milah pulsa yang masuk sesuai dengan tinggi pulsa Data numerik hasil pencacahan
setiap saat diakumulasi dengan saluran pencacah, Hasil akhir berupa spektrum
dan PM; 5 di pinggi pertigaan jatan yang ramai telu lintes
dan banyak debu beterbangan dilakukan selama kurang febih 7 jam. Pengukuran ini
dilakukan untuk membandingkan debu yang diterima masyarakat berasal dari jalanan atau
dari semen.
DDL 4, Penentuan Distribusi Diameter Partikel Debu PMye dan PMz5
‘Analisis data untuk memperkirakan distribusi diameter partikel debu digunakan
metode yang diusulkan oleh Andersen — USA. Distribusi diameter partikel debu PMjo dan
PMs ditentukan dengan jalan menghitung selisih penimbangan berat filter setelah dan
sebelum pengukuran debu PMo dan PMzs pada setiap tingkat dari 9 tingkat cascade
‘impactor, kemudian dibuat persentase berat sotiap tingkat terhadap berat: total seluruh
tingkat, Persentase berat tersebut digunakan untuk menentukan persentase kumulatif yang
38diperlukan untuk menentukan diameter acrodinamis median massa (MMD = Mass Median
Diameter) dan diameter setodinamis median hitung (CMD = Count Median Diameter),
IIT. 5. Penentuan Konsentrasi Partikel Debu PM» dan PM; <
Datardata partikel aerosol debu yang terkumpul dari penentuan distribusi diameter
partikel debu PMio dan PM: s digunakan untuk menghitung konsentrasi partikel debu PMiy
dan PMz5 di rumab-rumah sekitar pabrik semen dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut
PM dan PMs = “Mx Me ugin'y @)
Keterangan :
M,= berat filter setetah pengukuran debu (4g)
‘Mo = berat filter sebelum pengukuran debu (1g )
T= lama pengukuran (jam )
V = laju pengukuran udara ( m?/jam ), dalam penelitian ini V = 1,698 m’/jam
Konsentrasi yang diperolch dari persamaan (2) dikonversikan ke persamaan model
Konversi Canter untuk mendapatkan konsentrasi debu dengan waktu pencuplikan 24 jam,
sehingga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999. Persamaan konversi
Canter tersebut adalah sebagai berikut (ITB, 2000)
a-c(2) @)
39Keterangan :
C1 = konsentrasi debu rata-rata dengan lama pencuplikan contoh ty (ppm atau g/m?)
C2 = konsentrasi debu rata-rata dengan lama pencuplikan contoh t; (ppm atau jig/m*)
ty = lama pencuplikan contoh 1
‘ty “lama pencuplikan contoh 2
= faktor konversi yang bernilai antara 0,17 dan 0,2
Nilai p pada persamaan (3) diperoleh dari PP No. 41 tahun 1999 dengan C; = 150 ye/m’,
t1= I hari, C.~ 50 pg/m’, dan t; =365 hari, sehingga diperoleh nitai p= 0,186.
Faktor suhu, kelembaban, dan tekanan sangat mempengaruhi konsentrasi udara
termasuk konsentrasi debu PMjo dan PM;;. Oleh karena itu Kondisi cuaca dicatat dan
iperhitungkan dalam penelitian ini baik suhu, kelembaban, arah angin, kecepatan angin
dan musim. Persamaan (2) dan (3) dikoreksi terhadap pengaruh suhu (T), tekanan (P) dan
kkelembaban udara (RH) normal adalah sebagai berikut (Gravimat SHC 502 operating
instructions, {tahun terbit tidak diketahui]) :
a). Kondisi udara basah normal (RH 2 50 %)
Py
T
C= Ca ee
b). Kondisi udara kering normal (RH < 50 %)
100
Cre = Cue -Togae
Keterangan
Cyr = Konsentrasi debu dalam kondisi udara normal (j7g/Nm°)
(4)
(5)Cp =Konsentrasi debu dalam kondisi udara pada saat pengukuran (tig/m*)
Cu = Konsentrasi debu dalam kondisi udara kering (y1g/Nm*)
T= Sulu udara pada saat pengukuran (K)
‘Tw. = Suhu udara dalam kondisi normal (K)
Py = Tekanan udara dalam kondisi normal (Pa)
P= Tekanan udara absolut pada saat pengukuran (Pa)
F = Kelembaban udara pada saat pengukuran (% volume)
Suhu dan tekanan normal menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan sesuai dengan no, Kep-107/KABAPEDAL/I1/1997 adalah Ty ~ 25 °C =
298,15 K, Py = 760 mmHg = 101325 Pa~ 1 atm.
Untuk mengetahui seberapa besar konseatrasi partikel debu PMyo di luar rumah
(outdoor) masuk ke dalam rumah (indoor) menjadi konsentrasi partikel debu PMz5,
diperlukan faldtor proteksi (Pas). Dalam hal ini karena keterbatasan alat, pengukuran PMio
dan PM; dilakukan tidak bersamaan. Akan tetapi P,y dibitung untuk mengetahui sejauh
mana partikel debu PMjp masuk ke dalam rumah, Makin besar faktor proteksi (Pyq) udara
di suatu rumah, maka makin baik kondisi fisik rumah tersebut terhadap proteksi
pencemaran udara yang ada di sekitarya, Faktor proteksi dirumuskan sebagai berikut
(Road, 1985)
___Konsentrasi udara diluar rumah
Konsentrasi udaradidalamrumah
(6)
Tingkat bahaya tidaknya debu PMio di suatu tempat dapat diketahui dengan
‘menyetarakan hasil penentuan konsentrasi debu PMio pada persamaan (4) dan (5) tersebut
atethadap Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menurut Keputusan Kepala BAPEDAL
no. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan
serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Pengaruh SPU untuk parameter
partikilat PM dapat dilihat pada Tabel 1.
‘abel 1. Kategori ISPU untuk partikulat PM.
Kategori Rentang ISPU : Bick
Baik 0-50 | Tidak ada efek
Sedang 51-100 | Terjadi penurunan pada jarak pandang
Tidak Sehat 101-199 | Jarak pandang turun dan terjadi pengotoran debu
dimana-mana
Sangat Tidak 200-299 | Sensitivitas meningkat pada pasien berpenyakit
Schat asma dan bronchitis
* | Berbahaya 300 lebih | Tingkat berbahaya bagi semua populasi yang
serpapar_
Perhitungan konversi dari konsentrasi ambien hasil pengukuran ke ISPU (satuan SI)
seperti dicontohkan dalam Keputusan no. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 menggunakan
Tabel 2 dan persamaan sebagai berikut :
la-lb
Xa-Xb
T=
{Xx—Xb)+Ib (7)
Keterangan :
l = ISPU yang terhitung
Tadan fb = ISPU batas atas dan bawah
Xa dan Xb = Konsentrasi ambien batas atas dan bawah (j1g/Nm’)
Xx = Konsentrasi ambien hasil pengukuran (yg/Nm°)
42‘Tabel 2. Batas ISPU untuk PMyo selama 24 jam pada suhu 25 °C dan tekanan 760 mmHg,
ISPU__| Konsentrasi PMio( g/m")
30. 50.
100 150
200 350
300 420
400 500.
500 600
Konversi konsentrasi dari ppm (part per million volume) ke satuan yg/Nm? pada
kondisi standard 760 mmHg dan 25 °C dirumuskan sebagai berikut (Soedomo, 1999) :
P.M) 3 | pm.)
nen” = ppm. 100/288] atau g/m (ea o
keterangan :
P= Tekanan udara standard (mmHg), 760 mmHg
‘T= Suhu absolut standard (Kelvin), 298 Kelvin
M-~Berat molekul senyawa / unsur
R = konstanta gas universal
If. 6. Perkiraan Tingkat Deposisi Partikel Debu PMio
Pernafasan
2 PM;s pada Saluran
Data-data persentase kumulatif dari penentuan distribusi diameter partikel debu
PMio dan PM;5 didistribusikan dengan kertas grafik log-probabiliry dan diplot regresi
linier terhadap diameter partikel sebagai fungsi dari persentase kumulatif. Grafik log-
43probability dalam penetitian ini dibuat dengan software program Sigma Plot versi 5.0.
Regresi linier dari grafik tersebut dapat digunakan untuk menentukan diameter acrodinamis
median massa (MMD) dengan cara menarik garis lurus pada persen kumulatif tepat di
posisi 50%. Standar deviasi geometri (og) ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut (Andersen Sampler Inc., 1982):
_ [BIT %
8515.87 % * cD)
Keterangan ; D,84,13 % ~ diameter acrodinamis pada persen kumulatif 84,13 %
D, 15,87 % = diameter aerodinamis pada persen kumulatif 15,87 %
MM dan og digunakan untuk menentukan CMD dengan menggunakan persamaan berikut
(Hinds, 1982)
MMD
cup= p (10y
expGin'o,
Data-data distribusi diameter partikel dan konsentrasi debu PMio dan PMs
digunakan untuk menentukan tingkat deposisi debu pada saluran pemafasan. Tingkat
deposisi partikel debu PMio dan PMo,s yang diterima masyarakat di sekitar pabrik semen
pada saluran pemafasannya dapat diperkirakan dengan menggunakan soffware program
komputer Dusidep. Dalam penelitian ini analisis deposisi partikel debu pada masyarakat
‘yang rumahnya dinkur debu PMjo dan PM; hanya dianalisis pada ibu rumah tangga (RT)
dan baiita, karena sebagian besar ibu RT dan balita menurut ICRP (International
Commission on Radiological Protection) dibabiskan waktunya di rumah dibandingkan
dengan orang dewasa iainnya termasuk para pekerja dan anak-anak dewasa. Menurut
44Depkes (1995), ISPA merupakan penyebab terbanyak kematian anak balita.. Sedangkan ibu
RT terkait erat dengan balita, terutama ibu RT yang masih menyusui bayinya. Terkecuali
pengukuran debu PMio dan PMz5s di dalam pabrik dan di pinggir jalan dilakukan analisis
deposisi debu, selain terhadap ibu RT dan balita, juga terhadap para pekerja, Hal ini karena
para pekerja lebih dominan terkena ISPA di tempat tersebut, sedang balita dan ibu RT
sebagai pembanding,
Input data dari program Dustdep adalah lamia pemaparan (hari), diameter partikel
debu PMio dan PM2s (CMD, satuan yum), tinggi badan (m), arah angin
), kecepatan angin
(avs), tingkat kestabilan atmosfer, konsentrasi debu PMyo dan PMz, (g/m?), dan persentase
kegiatan : tidur atau istirahat, duduk, kegiatan ringan dan kegiatan berat. Output data dari
program ini adalah fraksi atau persentase deposisi debu pada daerah ET1, ET2, BB, bb, dan
Al, Lama pemaparan debu dalam program ini diatur selama 1 hari, Tinggi badan standar
balita, Ibu RT dan pekerja diatur berdasarkan data ICRP 66 (1995) yaitu masing-masing
10, 163 dan 176 cm, Arah angin dibuat dalam bentuk derajat searah jarum jam, seperti
‘imur (90°) dan barat (270°), Persentase kegiatan balita adalah tidur atau istirahat (50 %),
duduk (16,7 %), kegiatan ringan (33,3 %) dan kegiatan berat (0 %). Persentase kegiatan ibu
rumah tangga adalah tidur atau istirahat (33,3 %), duduk (22,2 %), kegistan ringan (44,5 %)
ddan kegiatan berat (0 %). Persentase kegiatan : pekerja adalah tidur atau istirahat (33,3 %),
duduk (33,3 96), kegiatan ringan (25,1 %) dan kegiatan berat (8,3 %) (ICRP 66, 1995),
Contoh pekerjaan ringan seperti kerja di laboratocium, menyapu, mengepel, menggambar,
dan taintain, sedangkan pekerjaan berat seperti pemadam kebakaran, kuli, pekerja
bangunan, petani, atletik dan lain-lain, Kelas kestabilan atmosfer dalam analisis debu ini
diasumsikan kelas D (netral). Penggolongan kelas kestabilan atmosfer adalah sebagai
45berikut : A (amat sangat tidak stabil), B (sangat tidak stabil), C (tidak stabil), D (netral), E
(stabil) dan F (sangat stabil), Setelah distribusi pengendapan debu di saluran pernafasan
(ETI, ET2, BB, bb, Al) diketahui, maka dapat diperkirakan tingkat resiko masyarakat
tersebut akan penyakit pemafasan, apakah berupa ISPA, peradangan, bronkitis, asma atau
emfisema paru (ISO, 1991).
LE. 7. Penentuan kandangan dan kousentrasi unsur-unsur datam debu PMy dan
PMs
Penentuan kandungan dan konsentrasi unsur-unsur di dalam debu PMyo dan PMz5
dilakukan dengan mengukur contoh pada filter whatman dan filter mylar yang ada di
cascade impactor dengan menggunakan alat spektrometer XRF. Contoh debu PMie dan
PM, yang ada di filter didestruksi secara kimia di laboratorium terlebih dabulu, sebelum
diukur dengan alat XRF. Akan tetapi juga perlu disiapkan preparasi standar untuk kalibrasi
dalam menentukan unsur-unsur yang terkandung di dalam contob,IV. HASIL DAN PEMBABASAN
IV.1. Wawancara Dengan Peaghuni Rumah
‘Wavwancara (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh debu
PMjo dan PM; tethadap sistem saluran pemapasan penghuni rumah yang diukur
Karakteristike debu PMio dan PMs - nya, Wawancara dilakukan berupa kondisi dan
kegiatan penghuni rumah dan kondisi fisik rumah pada saat pengukuran sedang dilakukan,
Tabel hasil wawancara ditampitkan pada Lampiran 6,
A. Kondisi dan kegiatan penghuni rumah
Jumlah penghuni :
Jumlah penghuni ialah jumlah orang yang tinggal di dalam rumah pada saat
pengukuran selama minimal 2 minggu. Jumlah keseluruhan penghuni dari 23 rumah yang
diukur berjumlah 115 orang terdiri dari balita (10,43 96), anak-anak usia 6 sampai 11 tahun
(10,43 %), perempuan usia 12 sampai 19 tahun (6,09 %), lakislaki usia 12 sampai 19 tahun
(12,17 9%), perempuan dewasa (26,96 %) dan laki-taki dewasa (33,91 %). Penghunt rumah
terbanyak 9 orang yaitu di rumah sebetah barat pabrik semen dengan jarak 2000 m, sedang
paling sedikit 2 orang di sebetah utara, 3000 m dan sebelah barat, 2500 m. Semakin padat
rumah yang ditempati, semakin besar terjadinya infeksi saluran pernapasan sebagai akibat
penutaran antar penghuni rumah (Achmadi, 1991 dan 1992). Jumlah penghuni dalam satu
rumah akan berpengaruh pada naiknya suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran
panas badan, menurunkan kelembaban akibat adanya uap air dari pernapasan maupun dari
47kulit penghuni, dan memudahkan penularan penyakit melalui kontak langsung atau melalui
vudara akibat jumiah penghuni yang terlaln padat (Ehlers, et al, 1958),
Tingkat pendidikan penghuni :
Pendidikan yang ditempuh dari keseluruhan penghuni rumah yang diukur bervariasi
yaitu tidak sekoiah (12,17 %), Sekolah Dasar (22,61 %), Sekolah Menengah Pertama
(20,87 %), Sekolah Menengah Umurn (31,30 %), dan Perguruan Tinggi (13,04 %). Makin
tinggi tingkat pendidikan penghuni, diharapkan makin Juas pengctahuannya tentang
Kesehatan, khususnya pengaruh debu semen terhadap ISPA.
Senis Pekerjaan :
Penghuni yang tidak bekerja atau pekerjaannya tidak tetap mencapai 66,96 % dari
‘Keseluruhan penghuni rumah yang diukur, sedangkan penghuni yang bekerja berhubungan
dengan debu (seperti pekerja semen, kontraktor bangunan, dan lain-lain) sebanyak 7,83 %
dan tidak berhubungan dengan debu (seperti guru, pedagang, dan lain-lain) 25,22 %.
Penghuni yang bekerja dengan debu mempunyai peluang lebih besar untuk menderita
‘ejala penyakit saluran pernapasan dibandingkan penghuni yang bekerja tidak berhubungan
dengan debu. Akan tetapi umumnya penghuni bekerja tidak jauh dari tempat tinggalnya,
sehingga tetap beresiko mendapat pajanan debu yang sama dari tingkungan yang sama,
apalagi dekat pabrik semen,
Masa kerja kepala rumah tangga
Masa kerja yang dimaksud adalah lama kerja kepala rumah tangga pada jenis
pekerjaan terakhir. Hasil wawancara menunjukkan kepala rumah tanga bekerja lebih dari
4B10 tahun 78,26 % dari 23 rumab yang diukur, sedang sisanya 21,74 % kurang dari 10 tahun,
Masa Kerja yang lama berpengaruh pada kejadian gejala pemapasan, terutama pada
penghuni yang bekerja berhubungan dengan debu.
Bahan bakar memasak :
Penghuni yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utama dalam
rumah tangganya sebanyak 34,78 % dari 23 rumah jang diukur, sedangkan 65,22 % yang
menggunakan gas atau minyak tanah dengan gas. Penghuni yang menggunakan gas
umumnya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih baik. Bahan bakar minyak tanah
dalam rumah tanga dapat menaikkan kasus ISPA terutama pada balita dibandingkan
dengan gas, kena minyak tanah termasuk bahan baker berasap (Handajani, 1996)
‘Merokok :
Kebiasaan merokok menjadikan rokok sebagai sumber pencemaran udara di dalam
rumah, Penghuni yang mempunyai kebiasaan merokok rata-rata laki-taki dewasa 23,48 %
dari keseluruhan penghuni yang rumahnya diukur, sedang sisanya 77,39 % tidak merokok
rata-rata terdiri dari perempuan dan anak-anak. Perokok yang merokok lebih dani 6 batang
sehari sebanyak 51,85 %, sedang 48,15 % kurang atau sama dengan 6 batang sehari.
Perokok terutama yang merokok iebih dari 6 batang schari mempunyai kesempatan lebih
esar untuk menderita gejala penyakit saluran pernapasan darjpada penghuni yang tidak
smerokok sama sekali, Jika ventilasi suatu rumah baik, maka pencemaran udara akibat asap
rokok tidak berpotensi menimbulkan gejala penyakit saluran pemapasan (Sintorini, 1998).
‘Walaupun seseorang tidak merokok, tetapi jika keadaan lingkungan baik ambien maupun di
49dalam rumah berkuatitas buruk akan berdampak kurang baik pada kesehatannya, terlebih
lagi satu rumah dengan perokok, karena rokok mengandung bermacam-macam zat kimia
(Xianren, 1993).
Pemakaian obat nyamuk :
Obat nyamuk terbukti merupakan resiko terjadinya batuk pada penghuni rumah
yang menghirupnya (Clauson-Kaas, et ai., 1997). Pehghuni-penghuni dari 23 rumah yang
rumahnya dilakukan pengukuran lebih menyukai menggunakan obat ayamuk semprot
(43,48 %) dan obat nyamuk bakar (39,13 %). Obat nyamuk listrik dan obat nyamuk cair
yang dioleskan ke kulit tidak disukai dipakai untuk memberantas nyamuk, masing-masing
8,70 dan 13,04 %. Obat nyamuk semprot dan obat nyamuk bakar lebih berbahaya daripada
obat nyamuk listrik dan obat nyamuk cair yang dioleskan ke kulit, karena dapat
‘menyebabian pencemaran udara yang mengganggu saluran pernapasan, disamping itu obat
nyamuk bakar dapat menyebabkan kebakaran. Akan tetapi sebagian penghuni (43,48 %)
dari 23 rumah tersebut memakai kelambu di rumahnya untuk mengurangi gigitan nyamuk,
sekaligus mengurangi debu kasar masuk ke dalam rumahnya,
Penyakit infeksi pernapasan :
Hasil wawancara pada saat peagukuran menunjukkan dari keseluruhan penghuni
tumah (115 orang) yang rumahnya diukur menderita penyakit saluran pernapasan sebanyak
37,39 % (43 orang) dengan rincian sebagai berikut : batuk (15,65 %), flu (15,65 %) dan
sakit paru-paru, asma atau TBC (6,09 %). Penghuni di rumah-rumah bagian utara pabrik
semen pada jarak 500, 1000, 1500, 2000 dan 2500 m yang menderita penyakit saluran
50pemapasan sebanyak 41,38 % dari seluruh penghuni di utara pabrik semen meliputi batuk
(13,79 %), flu (17,24 %) dan sakit paru-paru, asma atau TBC (10,35 %). Penghuni di
sebelah barat laut yang menderita penyakit saluran pemapasan sebanyak 16,00 % dari
seluruh penghuni di barat laut pabrik semen meliputi batuk (8,00 %), dan fu (8,00 %).
Penghuni di sebelah barat yang menderita penyakit saluran pemiapasan sebanyak 35,48 %
dari seluruh penghuni di barat pabrik semen metiputi batuk (19,35 %), flu (12,90 %) dan
sakit paru-paru, asma atau TBC (3,23 %). Penderita penyakit saluran pemapasan di sebelah
selatan sebanyak 53,33 % dari seluruh penghuni di selatan pabrik semen meliputi batuk
(20,00 %), flu (23,33 %) dan sakit paru-paru, asma atau TBC (10,00 %). Dengan demikian
penghuni sebelah selatan pabrik semen lebih banyak menderita penyakit saluran pemapasan
yyaitu 13,91 % (16 orang dari 115 orang) daripada penghuni di sebelah utara, barat, dan
barat laut. Hal ini kemungkinan disebabkan di sebelah sclatan terdapat belt conveyor
sebagai pengangkut bahan baku semen dari lokasi penambangan bahan baku ke pabrik
semen, sehingga debu dari bahan baku semen dapat terbang ke rumah-rumah sebelah
selatan pabrik semen yang dapat menambah penyakit saluran pernapasan
Lama tinggal :
Sebagian besar penghuni yang rumahnya diukur debu PMyy dan PM: tinggal di
rumahnya kurang atau sama dengan 15 tahun sebanyak 60,87 %, sedang penghuni yang
tinggal lebih lama dari 15 tahun sebanyak 39,13 %, Penghuni yang tinggal lebih dari 15
tahun rala-rata penduduk asli. Semakin lama tinggal di suatu lokasi yang berada di sekitar
pabrik semen, maka semakin besar tethisap debu halus yang beterbangan secara terus
menerus dan berdampak pada gejala penyakit pemapasan, Menurut WHO (1979),
st‘menyebutkan bahwa pajanan debu dalam waktu lama (konsentrasi debu rata — rata tahunan
sekitar 150 sampai 225 g/m’) akan meningkstkan prevalensi penyakit pernapasan pada
‘orang dewasa dibandingkan pada daerah dengan konsentrasi debu rata-rata tahunan kurang
dari 100 g/m’.
Pelihara hewan :
Hewan pemeliharaan atau makhluk hidup yang lain secara tidak langsung
memberikan sumbangan pada pencemaran udara berupa virus dan debu bersifat alergi.
Penghuni yang memelihara hewan (seperti kucing, burung, ayam dan lain-lain) ada 43,48
% daci 23 penghuni rumah yang diukur. Penghuni terbanyak yang memelihara hewan ada
di sebelah selatan pabrik semen sebanyak 5 orang (50 %) dari 10 orang yang memelihara
hewan.
Pembakaran sampah :
‘Sampah yang dibakar dapat menambah pencemaran udara yang berakibat buruk
pada kesehatan termasuk menambah gejala penyakit perapasan. Penghuni yang membakar
sampah sendiri di sekitar rumahnya ada 56,52 % dari 23 penghuni rumah yang diukar.
Semua penghuni rumah yang diukur debu PMyo dan PM: -nya di sebelah selatan pabrik
semen membakar sendiri sampahnya di sekitar rumah. Hal ini kemungkinan menjadi salah
satu penyebab penghuni sebelah selatan pabrik semen lebih banyak menderita penyakit
saluran pernapasan daripada di sebelah utara, barat, dan barat laut,
52B. Kondisi fisik rumah
‘Luas rumah, jenis dan jumlah lantai :
Luas rumah perlu diketahui untuk memperkirakan kepadatan penghuni. Standard
kepadatan penghuni yang digunakan di Indonesia mengacu pada ketentuan Departemen
keschatan (1997) yaitu satu orang dewasa menempati 4,5 m? luas lantai ruang, sedang,
untuk anak-anak usia 1 sampai 10 tahun adalah sabi anak menempati 1,5 m? luas Jantai
ruang, Kondisi penghuni rumah yang terlalu padat (kurang dari 4,5 m? setiap satu orang
dewasa) menjadikan udara kurang leluasa bergerak, aliran udara kurang, schingga suplai
udara bersih berkurang, Keadaan ini menjadi media yang baik untuk berkembangnya
berbagai jenis kuman penyakit dan memudahkan terjadinya penularan penyakit, khususnya
penyakit saluran pernapasan (Sumengen, 1982 dan Handayani, 1996).
‘Luas rumah dari penghuni yang rumahnya diukur terbanyak berukuran 51 sampai
100 m* sebanyak 47,83 % dari 23 rumah. Sedang luas rumah yang berukuran sedang (101
sampai 150 m°) dan besar (lebih dari 150 m*) masing-masing sebanyak 34,78 dan 17,39 %,
Rumah yang beriantai dua atau tiga hanya 21,74 % dari 23 sumah, sedang sisanya berlantai
satu. Dari seluruh rumah yang dilakukan pengukuran mempunyai kondisi kurang padat
(lebih dari 4,5 m’ setiap satu orang dewasa), termasuk di lokasi penghuni rumah terbanyak
9 orang yaitu di rumah sebelah barat dengan jarak 2000 m dengan luas rumah 90 m?
berlantai satu.
Jenis lantai dari 23 rumah penghuni berupa keramik, semen dan keramik dilapisi
karpet masing-masing sebanyak 100; 39,13 dan 13,04 %. Pengukuran debu di rumah
dipilih rumah yang berlantai keramik untuk mengurangi debu tanah dari bawab terisap ke
53dalam alat cascade impactor yang digunakan untuk pengukuran, sebinggs diharapkan yang
terabsorpsi di filter cascade impactor adalah debu dari semen yang beterbangan sampai ke
rumah tersebut. Debu yang menempel di lantai semen lebih sulit dibersihkan daripada di
lantai keramik, schingga debu halus dari lantai semen dapat terhirup ke saluran pernapasan.
Begitu juga debu yang menempel di lantai keramik yang dilapisi karpet akan tecakumulasi
dalam jumlah besar di karpet dan sewaktu-waktu dapat terhirup ke saluran pernapasan,
terlebih lagi jika karpet tersebut jarang dibersihkan, °
Letak dapur :
Letak dapur merupakan salah satu faktor penyebab menyebarnya pencemaran udara
di dalam rumah. Penghuni yang rumahnya tinggal di sebelah barat pada jarak 3000 m dan
di sebelah selatan pabrik semen pada jarak 500 m terdapat indikasi adanya gejala penyakit
pernapasan berupa batuk dan flu. Hal ini salah satu kemungkinan karena di kedua lokasi
tersebut mempunyai dapur jadi satu dengan ruang tidur atau ruang tamu, sedang di rumah
penghuni Iain letak dapumya terpisah dengan ruang tamu atau ruang tidur sebanyak 91,30
% dari 23 rumah penghuni.
Jumlah kamar tidur dan jenis tempat tidur :
Jumiah kamar tidur adalah jumlah ruangan terpisah yang dipakai untuk tidur dengan
adanya penutup ruangan. Jumlah kamar tidur penghuni sebagian besar febih dari 2 yaitu
sebanyak 60,87 %, sedang penghuni yang mempunyai satu atau dua kamar tidur sebanyak
34,78 %, Rumah yang tidak mempunyai kamar tidur terletak di selatan pabrik semen pada
jarak 500 m hanya terdapat ruangan yang disekat-sekat menjadi beberapa kamar yang
54saling berhubungan (tanpa ada penutup ruangan). Semakin banyak kamar tidur semakin
baik bagi penghuni untuk mengurangi pencemaran udara terhadap penyakit pemapasan,
disamping mengurangi penularan penyakit antar penghuni.
Jenis tempat tidur berpotensi menimbulkan partikulat, seperti jika debu dari serat
kapuk pengisi kasur terlepas ke udara, Penghuni yang mempunyai tempat tidur terbuat dari
kapuk sebanyak 47,83 %, sedang tempat tidur dari springbed atau busa sebanyak 52,17 %.
Rata-rata penghuni yang mempunyai tempat tidur dari springbed atau busa mempunyai
tingkat ekonomi yang lebih baik. Akan tetapi ditinjau dari pengamatan penulis, debu halus
dari udara dalam jangka lama dapat terabsorpsi lebih banyak di kasur yang terbuat dari
kapuk daripada kasur dari springbed atau busa. Oleh karena itu debu halus dari kapuk, baik
berupa debu kapuk maupun debu halus dari semen atau dari tanah dapat terhirup ke saluran
pemapasan penghuni. Kasur dari kapuk lebih berbahaya tethadap saluran pernapasan
dibandingkan kasur dari springbed atau busa.
LLuas jendela kamar dan ventilasi :
Rumah dikatakan cukup atau baik ventilasinya sesuai pedoman Departemen
Kesehatan (1988), bila total luas jendeta dan lubang angin rumah minimal 10 sampai 20 %
dari fuas lantai rumah. Oleh karena itu dalam penelitian ini kategori ventilasi dibagi dua
yaitu kurang (< 10 % luas lantai) dan cukup atau baik (210 % luas lantai). Luas total
jendela kamar yang berukuran kurang dari atau sama dengan 5 m? sebanyak 43,48 % daci
23 rumah yang diukur, sedang lebih dari 5 m? sebanyak 56,52 %, Ventilasi rumah yang
digolongkan Kategori kurang berjumlah 65,22 %, sedangkan kategori cukup ‘atau baik
55sebanyak 34,78 %, Luas total jendela kamar lebih dari 5 m? belum tentu ventilasinya baik,
tergantung 10 % dari luas lantai rumah,
‘Ventilasi yang terburuk diperoleh di seluruh rumah-rumah yang diukur di sebelah
barat pabrik semen sebanyak 26,09 % dari 23 rumah yang diukur. Urotan kedua ventilasi
terburuk di seluruh rumah-rumah sebelah utara dan selatan pabrik semen masing-masing
sama sebesar 17,39 % pada jarak yang berbeda, Ventilasi rumah yang buruk ikut berperan
terjadinya ISPA bagi penghuni rumah tersebut, terutaina balita (Poerno, 1983 dan Kaswadi,
1995), Udara akan leluasa bergerak bila ventilasinya baik, sehingga udara di dalam rumah
dapat terus berganti keluar masuk terjadi sirkulasi yang baik. Ventilasi yang baik juga dapat
memberi keleluasaan sinar matahari membunuh kuman penyakit, terutama pada penyakit
‘yang ditularkan melalui udara. Upaya memperbaiki ventilasi dapat mengurangi kasus SPA.
(Situmorang, 1991).
Jenis dinding rumah =
Dinding rumah-rumah penghuni yang terbuat dari batako, batubata dan kedua-
duanya masing-masing sebesar 47,83 ; 34,78 dan 17,39 %, Dinding rumah dari 23
penghuni tersebut keseluruhan diplester semen. Akan tetapi jika plester semen dari dinding
tersebut terkelupas, debu dari batako lebih besar peranannya sebagai penyumbang
pencemaran udara dalam melepaskan partikulat daripada dinding dari batubata.
IV. 2, Distribusi Diameter Partikel Debu PMye dan PMs
‘Tabel hasil perhitungan distribusi diameter partikel debu PMyo dan PM: s baik di
rumah rumah sekitar pabrik semen, di lokasi pabrik semen dan di pinggir jalan ditampitkan
56pada Lampiran 7. Distribusi diameter partikel debu PMio terhadap persentase berat di
fumab-rumah sebelah utara pabrik semen diperlihatkan pada Gambar IIa, Persentase berat
rata-rata tinggi di luar rumah-rumah yang diukur di utara pabrik semen pada diameter
partikel debu PMio mulai dari 0,4 sampai 4,7 im baik pads jarak $00, 1000, 1500, 2000,
2500 maupun pada jerak 3000 m dengan persentase berat mulai dari 13 sampai 20 %
Persentase berat cenderung turun sampai terendah 0,79 % pada diameter partikel debu
PMi lebih dari 4,7 sampai 5,8 ym. Akan tetapi pada diameter partikel debu PMc lebih
dari 5,8 um cenderung persentase beratnya stabil mulai dari 0,79 sampai 6 %. Dengan
demikian partikel debu PMyo di rumah-rumah sebelah utara dominan debu halus dengan
rentang diameter 0,4 sampai 4,7 im,
45
Diamatar pare (om)
Site =e ta a Sae| ee SS
Dismatirpetae om)
) Distribusi partikel PM di luar rumah ——_) Distribusi partikel PM2s di dalam rumah
Gambar 11. Hubungan persentase berat terhadap fungsi diameter partikel debu PMyy dan
PM di rumah-rumah sebelah utara pabrik semen, Citeureup.
Distribusi diameter partikel debu PM, 5 di dalam rumah-rumah sebelah utara pabrik
semen dari Gambar 1 1b memperlihatkan adanya kestabilan persentase berat mulai dari 9,28
sampai 16,03 % mulai dari diameter 0,4 sampai 2,1 4m, Debu PMio yang berasal dari luar
STrumab-rumah sebelah utara pabrik semen masuk ke rumab-rumah tersebut. Hal ini terbukti
debu halus PMyo yang berukuran 0,4 sampai 2,1 jum mengalami penurunan persentase berat
dari 13 sampai 20 % menjadi debu halus PM; s yang berukuran diameter 0,4 sampai 2,1 jum
dengan berat antara 9,28 dan 16,03 % setelah terlebih dahulu mengalami penyaringan
dengan kondisi fisik dari dalam rumah-rumah tersebut.
Distribusi diameter partikel debu PMyo terhadap persentase berat di rumah-rumah
sebelah barat laut pabrik semen ditunjukkan pada Gambar 12a. Rata-rata diameter partikel
debu PMyo mulai dari diameter 0,4 sampai 4,7 jum di luar rumah-rumah sebelah barat laut
pabrik semen terjadi persentase berat yang tinggi dengan persentase berat antara 7,72 dan
19,36 %. Diameter partikel debu PMjo antera 4,7 dan 5,8 um cenderung persentase
beratnya turun sampai terendah 1,86 % Akan tetapi pada diameter partikel debu PMio
lebih dari 5,8 jum cenderung persentase beratnya menurun dengan rentang yang rendab.
Dengan demikian partikel debu PMjo di rumah-rumah sebelah barat lant pabrik semen
ominan debu halus dengan rentang diameter 0,4 sampai 4,7 um.
Distribusi diameter partikel debu PM:s di dalam rumab-rumah sebelah barat laut
pabrik semen memperlihatkan adanya kestabilan persentase berat antara 9,68 dan 14,58 %
mulai dari diameter 0,4 sampai 2,1 wm (Gambar 12b.). Terkecuali pada jarak 500 m,
persentase berat makin bertambah besar dari 6,07 sampai 16,31 % dengan meningkatya
diameter partikel debu PMs. Hal ini dapat disimpulkan bahwa debu PM: s di dalam rumah-
rumah yang diukur sebelah barat laut pabrik semen dominan debu halus dengan diameter
antara 0,4 dan 2,1 yom, kecuali debu halus pada jarak 500 m berdiameter antara 0,7 dan 2,1
ym, Partikel debu PMio yang berdiameter 0.4 sampai 2,1 yum berasal dari Iuar rumah
58sebelah barat laut masuk ke rumah-rumah, kecuali debu PMjo pada jarak 500 m masuk ke
rumah dengan tambahan debu PM;,s dari dalam rumah, khususnya pada diameter 2,1 1m.
Cr ee?
‘Diameter partetCon), Diameter paras (om)
aia ena yee pao || | Fete ene a ae eR
a) Distribusi partikel PMyo di luar rumah _b) Distribusi partikel PMo. di datam rumah
Gambar 12. Hubungan diameter partikel debu PMjo dan PM: s terhadap persentase berat di
rumah-rumah sebelah barat laut pabrik semen, Citeureup.
Distribusi diameter partikel debu PMio tethadap persentase berat di rumah-rumah
sebelah barat pabrik semen ditampilkan pada Gambar 13a, Rata-rata diameter partikel debu
PMyo mulai dari 0,4 sampai 4,7 ym di fuar rumah sebelah barat terjadi persentase berat
yang tinggi dengan persentase berat antara 7,39 dan 21,72 %, Diameter partikel debu PMie
antara 4,7 dan 5,8 um cenderung persentase beratnya menurun sampai terendah 1,02 %.
Diameter partikel debu PMio lebih dari 5,8 ym cenderung persentase beratnya menurun
dengan rentang yang rendah pada jarak 500, 1500 dan 2500 m, sedang diameter partikel
debu PMio pada jarak 1000, 2000 dan 3000 m cenderung persentase beratnya naik. Hal ini
kemungkinan karena kecepatan angin pada jarak 1000 dan 2000 m tinggi, sehingga debu
kasar (9 yum) lebih banyak terabsorpsi pada filter, sedang pada jarak 3000 m ada tambahan
debu kasar (9 jum) dari tingkungan sekitar rumah, mengingat ada pohon di sekitarnya.
39Tabel kondisi cuaca pada saat pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 8, Dengan demikian
partikel debu PMio di rumah-rumah sebelah barat dominan debu halus dengan rentang
diameter 0,4 sampai 4,7 um.
Distribusi diameter partikel debu PM2 di dalam rumah-rumah sebetah barat pabrik
semen memperlihatkan adanya kestabilan persentase berat antara 9,30 sampai 15,58 %
‘mulai dari diameter 0,4 sampai 2,1 1m, kecuali pada jarak 2500 m stabil dengan diameter
mulai dari 0,7 sampai 2,1 um (Gambar 13b.). Debu PMio yang berdiameter 0,4 sampai 2,1
jm berasal dari luar rumah-rumah sebelah barat pabrik semen masuk ke rumah-rumah,
kecuali pada jarak 2500 m debu PMio yang masuk ke rumah berdiameter mulai dari 0,7
sampai 2,1 ym.
a) Distribusi partikel PMyo di luar rumah ——_) Distribusi partikel PMzs di dalam rumah
Gambar 13. Hubungan persentase berat teshadap fungsi diameter partikel debu PMyo dan
PMb, di rumah-rumah sebelah barat pabrik semen, Citeureup.
Distribusi diameter partikel debu PMio terhadap persentase berat di rumaf-rumah
sebelah selatan pabrik semen dapat diperhatikan pada Gambar 14a, Rata-rata diameter
partikel debu PMy di luar rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen terdapat persentaseberat yang cenderung mengalami kenaikan pada diameter 0,4 sampai 4,7 um dengan
persentase berat antara 10,00 dan 22,06 %, kecuali persemtase berat pada jarak 2000 m
mengalami penurunan, Persentase berat tertinggi terdapat pada diameter 4,7 wm pada
semua jarak yang diukur, kecuali pada jarak 2000 m persentase berat tertinggj terdapat pada
diameter 0,4 jum, Persentase berat cenderung turun sampai terendah 4,39 % pada diameter
partikel debu PMyo lebih dari 4,7 sampai 5,8 um. Akan tetapi pada diameter partikel debu
PMio lebih dari 5,8 jum cenderung persentase beratnya stabil antara 4,39 dan 9,29 %.
Dengan demikian partikel debu PMjo di rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen
dominan debu halus dengan rentang diameter 0,4 sampai 4,7 jum, kecuali pada jarak 2000
m dengan rentang diameter 0,4 sampai 2,1 jum.
oe oes ne ae
Shane arn ame pron)
=e, ere see}
a) Distribusi partikel PMiodi luar rumah —_b) Distribusi partikel PMz.s di dalam rumah
Gambar 14. Hubungan persentase berat terhadap fungsi diameter partikel debu PMip dan
Mp5 di rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen, Citeureup.
Distribusi diameter partikel debu PM; di dalam rumah-rumah sebelah selatan
pabrik semen memperiihatkan adanya kestabilan persentase berat antara 10,72 sampai
15,87 % mutai dari diameter 0,4 sampai 2,1 }1m (Gambar 14b,). Partikel debu PMio yang
61berasal dari luar rumah-rumah sebelah selatan pabrik semen masuk ke rumah-rumah. Hal
ini terbukti debu halus PMyo yang berukuran diameter 0,4 sampai 2,1 um mengalami
penurunan rentang persentase berat dari 10,00 sampai 18,19 % menjadi debu halus PMas
dengan berat antara 10,72 sampai 15,87 %, setelah terlebih dahulu mengalami penyaringan
dengan kondisi fisik dari dalam rumah-rumah tersebut.
Distribusi diameter partikel debu PMie terhadap persentase berat di dalam pabrik
semen dan di pinggir jalan ditampilkan pada Gambér 15a. Makin besar diameter partike!
debu PMio, maka persentase berat rata-rata makin tinggi, kecuali di pusat Plant 6,7, 8, dan
11 cenderung persentase berat rata-ratanya stabil dengan bertambahnya diameter partikel
PM. Dengan demikian berarti partikel debu di raw mill, finish mill, packaging dan di
pinggir jalan dominan debu kasar dengan rentang diameter mulai dari 5,8 sampai 9 yim,
sedang di pusat Plant 6, 7, 8, dan 11 dominan debu halus dengan rentang diameter mulai
dari 0,4 sampai 4,7 um, Hal ini dapat disimpulkan partikel debu yang berasal dari pabrik
semen dapat beterbangan ke rumah-rumah sekitar pabrik semen kebanyakan debu halus
dengan rentang diameter mutai dari 0,4 sampai 4,7 um, walaupun tidak menutup
kemungkinan debu kasar (mulai dari 5,8 sampai 9 um) juga bisa masuk ke ruma-rumah
‘mengingat di pusat Plant 6, 7, 8, dan 11 persentase berat rata-ratanya stabil.
Distribusi diameter partike! debu PMzs terhadap persentase berat di dalam pabrik
semen dan di pinggir jalan diperlihatkan pada Gambar 15b, Persentase berat di dalam
pabrik semen (raw mill, finish mill, dan packaging) cenderung makin tinggi dengan
bertambahnya diameter partikel debu PMs. Persentase berat di pinggir jalan dan di pusat
Plant 6, 7, 8, 11 cenderung stabil dengan naiknya diameter partikel debu PM2s, akan tetapi
persentase berat di pusat Plant 6, 7, 8, 11 lebih tinggi yakni stabil pada persentase berat
621281 % daripada di pinggir jalan. Dengan demikian partikel debu PMyo dan PM: 5 di pusat
Plant 6, 7, 8, 11 lebih berbahaya terhirup oleh pekerja pabrik semen daripada di dalam
pabrik dan di pinggir jalan, karena makin kecil ukuran diameter partikel dengan persentase
berat yang tinggi, maka makin besar terjadi pengendapan di paru-paru (Bunawas, et al.,
1999). Terlebih iagi bila partikel debu PM dan PM;,s di pusat Plant 6, 7, 8, 11 beterbangan
ditiup angin bisa masuk ke rumah-rumah sekitar pabrik semen akan membahayakan
masyarakat sekitarnya, Menurut BAPEDAL (1999), bahwa partikel debu halus dapat
terbang jarak jauh dalam skala global ke puluhan kilometer dan dalam orde waktu febih
Tama dari satu hari.
o os tte ke
‘tameter para um)
CRM 5 Fea a
FePekgeg Shee 7.8 1
be
a) Distribusi partikel PMio. 'b) Distribusi partikel PM;
Gambar 15. Hubungan persentase berat terhadiap fungsi diameter partikel debu PMio dan
PMb, di dalam pabrik semen dan di pinggir jalan
Secara keseluruhan distribusi diameter partikel debu PMjo di luar rumah-rumah
yang diukur di sekitar pabrik semen mulai dari diameter 0,4 sampai 4,7 um menunjukkan
persentase berat rata-rata yang tinggi baik pada jarak 500, 1000, 1500, 2000, 2500, maupun
pada jarak 3000 m. Distribusi diameter partikel debu PM2,s di dalam rumah-rumah sekitar
63pabrik semen memperlihatkan adanya kestabilan persentase berat mulai dari diameter 0,4
sampai 2,1 jim. Akan tetapi distribusi diameter partikel debu halus PMyo dan PM; mulai
dari diameter 0,4 sampai 2,1 jam di rumah-rumah sekitar pabrik semen cenderung batas
maksimum persentase beratnya lebih tinggi daripada di dalam pabrik dan di pinggir jalan.
Hal ini kemungkinan partikel debu halus PMio dan PM: mulai dari diameter 0,4 sampai
2,1 wm di rumah-rumah sekitar pabrik semen ada tambahan partikel debu dari lingkungan
sekitarnya selain tambahan partikel debu semen dari pabrik semen.
Persentase berat tertinggi rata-rata dari ke empat arah mata angin dengan diameter
partikel debu PMjo terdapat di rumah-rumah sebeiah utara pabrik semen, sedang persentase
berat tertinggi rata-rata dengan diameter partikel debu halus PMz,s terdapat di rumah-rumah
sebelah selatan pabrik semen. Persentase berat terendah rata-rata dari ke empat arah mata,
angin dengan diameter partikel debu PMyo dan PM;,; terdapat di rumah-rumah sebelah barat
laut pabrik semen. Hal ini berarti rumab-rumah di sebelah utara pabrik semen dapat
‘menyaring dengan baik partikel debu PMio yang masuk ke rumah-rumah tersebut, schingea
persentase berat partikel debu PMz.s di dalam rumah lebih rendah, Sebaliknya rumah-rumah
di sebelah selatan pabrik semen kurang baik dalam menyaring partikel debu PMio yang
masuk ke rumahnya,
1V.3. Konsentrasi Partikel Debu PMy dan PM25,
Hasil perbitungan partikel debu PMyo dan PM;s di rumah-rumah sekitar pabrik
semen Citeureup - Bogor, di dalam pabrik semen, dan di pinggir jalan ditampilkan pada
Tabel 3. Tabel Kondisi cuaca pada saat pengukuran debu PMio dan PM25 dapat
diperbatikan pada Lampiran 8. Konsentrasi PMio dan PMos di rumah-rumah dan di dalam
64pabrik semen dengan pengaruh suhu (T), tekanan (P) dan kelembaban relatif (RH) normal
Jebih besar dan perbedaannya tidak besar dibandingkan konsentrasi partikel debu PM dan
PM, tanpa pengaruh T, P dan RH normal. Terkecuali konsentrasi PMjo dan PMo5 di
pinggit jalan dan di pusat plant 6, 7, 8, 11 mengalami kenaikan hampir dua kali lipatnya
‘Tabel 3. Konsentrasi PMyo dan PMz 5 selama 24 jam dengan atau tanpa pengaruh suhu (T),
tekanan (P) dar kelembaban (RH) normal
TanpaT, P, RH | Dengan T. P, RH
Arch a“ P per 24 Jam|pg/Nm® por 24 Jam] Puy | 'SPU | Kateaors
PM | PMas_ | PMu | PMas PMie
300 428 | 143 | 441_| 14s [304] 326 Berbahaya
yo00 | 357 | _251_{ 367 | 255 | 1,48] 224 | Sangat tidak sehat
tara {1500 | 287 [208 | 296 | 210 [1,41] 173] Tidak sehat
2000 | 399 | 202 | 410) 207 | 1.98] 286 | “Sangar tidak sehiat
2500 | 458 [158 | 472_| 164 [2,88] 365 ‘Berbahaya
‘3000 | 435_[ 375 | 493 | 177 [278/391 Berbahaya
300 | 400 | 93 | 408 | 95 [432] 283 | Sangat tidak sebat
1900 |-231 | 191 | 235 [194 [42t| 143 | Tidak sehat
Barat ("1500 [251 | _130 | 257 [132 [1,94] 154 | Tidak sehat
Vaut 2000 [193 [143198145 [1,36] 124 | Tidak seat
2500 | 167 | 240_|170_| 244 [0,69] 110 | __ Tidak sehat
's00 173 [ 248178254” [0,70] 114” | Tidak schat
tooo "sis | 285 | 527 [291 i,gi| 427 Berbahaya
‘parar | 1500-[205-| 87 [210 [~190[10]130_| Tidak sehr
2000 |-209 | ~“19s | 21s [199 [1,08] 133_| Tidak sehat
2500 | 396 | 86 | 409 | $8 [46s | 285 | Sangat tidak sehiat
3000 [205 | 234 | 210 [~24i [0,87] 130_| Tidak sehar
300 [391 [175 [402 [179 [2,25] 275 | Sangat tidak sehat
yooo [243 [169 [249 [173 [1.44] 149 [Tidak schat
setatan| 2500 [ 241 {in7 [247 [120 [2.06[ 149 [Tidak seat
2000 | 265 | 192 | 274_|197_|1,39| 162 | Tidak sehat
“2500-310 | 337 | 320_| 349 [0,92| 185 | Tidak sehat
| ____['3000-|-422 1224 [435 [231 [ig8) 319 ‘Berbehaya
Raw mil {39411 661 | 4013 | 673 3913 | Berbahaya
(Finish mili | 1333 | 504 1364 | 516 1264 Berbahaya
Bi nay {329 | i34_| 333
PusatP 67811] 707 | 366 | 1267 | 656 1167 | Berbahaya
(_ Pinggijalan [355 [111] 692) 216 So Berbahaya
65daripada tanpa pengaruh T, P dan RH normal. Penycbabnya adalah di kedua tempat
tersebut pada saat pengukuran contoh partikel debu dalam kondisi RH kering, sehingga
‘subu udara panas menyebabkan partikel debu lebih banyak beterbangan.
Secara keseluruhan hasil pengukuran konsentrasi partikel debu PMio dan PMs di
rumah-rumah sekitar pabrik semen, di dalam pabrik semen dan di pinggir jalan melebihi
aku mutu udara ambien nasional yang ditetapkan oleh PP No. 41 / 1999 yaitu untuk PMjo
sebesar 150 jigim® (24 jam) dan untuk PM2s sebésar 65 jig/m’ (24 jam) (BAPEDAL,
1999), Oleh karena itu periu mendapat penanganan yang serius dari pabrik semen dan kerja
sama dengan instansi yang terkait untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari
pencemaran udara tersebut.
Konsentrasi partikel debu PMyo hasil pengukuran di rumab-rumah sekitar pabrik
semen berkisar antara 170 sampai 527 yg/Nm’. Konsentrasi ini bersesuaian dengan
pendspat Soedomo (1999), bahwa konsentrasi debu rata-rata di dacrah sekitar pabrik semen
Cibinong dan Citeureup mencapai 380 yg/Nm" pada jarak 1000 sampai 1500 m dati lokasi
pabrik, dan menurun pada tingkat konsentrasi 280 jug/Nm’ pada jarak 2000 sampai 3500 m.
Konsentrasi partikel debu PMio di rumah-rumah sebelah utara pabrik semen rata
rata lebih tinggi daripada konsentrasi partikel debu PMio pada arah lain, kemungkinan
arena menurut BMG Bogor, arah angin terbanyak pada saat pengukuran menuju ke utara
t tahun
& Apakah dalam 2 minggu terakhir ini ada yang pemah menderita batuk ? ya Cidak
Dahak atau Riak :
60.2. Apakah ada yang biasa mengeluarkan dahak atau riak dari dalam dada?
Sly Litidak (jika tidak ke no. 60c)
. Apakah ada yang biasanya mengeluarkan dahak atau riak seperti ini sampai 2 kali
sehari sekurangnya 4 hari dalam seminggu?‘iya tidak
. Apakah ada yang biasa mengeluarkan dahak atau riak pada saat bangun tidur pagi ?
“ya tidak
Jka salah satu pertanyaan a, b, ¢ dijawab ya, maka ajukan pertanysan d,
us4. Apakah biasa mengeluarkan dahak atau riak sepanjang hati, siang/malamn ?
ya — Chidak (jika tidak ke no. 60g)
. Apakah ada yang mengeluarkan dahak atau riak seperti ini sekurangnya 3 bulan
berturut-turut dalam setahun ini ?Cya —Ctidak
£Sudah berapa lama menghadapi masalah dahak atau riak seperti ini ?
O tahun
2 Apakah 2 minggu terakhir ini ada yang menghadapi masalah dahak atau riak?
Cya—Otidek
Berikut ini saya akan menanyakan tentang penyakit tertentu. Jika ada yang tidak tahu
mengenai penyakit tersebut, harap anda menjawab tidak tabu.
61a Pemahkah ada yang mendengar tentang penyakit TBC para ? “Iya {itidak(ke no. 62a)
b. Pemah menderita Tuberculosis/TBC paru ?
tidak (ke no. 62a) (Tidak tahu (ke 62a)
¢. Apakah ada yang sekarang-masih menderita TBC para? “ya tidak
. Apakah TBC paru itu dipastikan oleh dokter ? cya Chidak
€ Pada usia berapa ada yang mulai menderita TBC paru?... tahun
62a, Pemahkah ada yang mendengar tentang penyakit Asma? “ya tidak
b. Pemahkah ada yang menderita Asma? [ya Ditidak (Tidak tahu
. Apakah ada yang sekarang ini masih menderita Asma? “lya tidak
d. Apakah Asma itu dipastikan oleh dokter ? cya tidak
Pada usia berapa ada yang mulai menderita Asma?.............tahun
£ Jka sekarang sudah tidak menderita Asma lagi, pada usia berapa penyakit Asma ada
yang sembuh?........-..tabun
116‘Lampiran 6. Tebelkaraktrisiik penghuni dan kondlsi rumah pada saat pengukuran debu PMyo den PM
Rarakieriatk penghuni dan
ondisi eumah
Uraracm)
Barat Laut Ga
Barat (my
soy toe] se ance | s00]
po] v9] wo] 2
sooo] 09]
Selatantm
zo] 2309] 300 30] 00] 1500] 200] 25000]
Tuma penghun
Balta
T
Ta
tT
n
‘Anak 6-17 tahun
Peremouan 12-15 tahun
TLaki-laki 12-19 tahun.
n
erempuan dewase
Lakiclaki dewase
2, Pendidikan penghuni
“Tidak sekolah
4
SD.
SLIP
SMU.
Perguruan Tina
[I
5. Pekerjaan
Tidak beke
Bechubungan dengan debu
"Tidak kontek dengan debu
Masa kerja Kep. Rmh. Ts
“<= 10 Tahun
> 10 Tahun
[5 Jenis bahan bakar memasak
igyak tanah
gas / dengan minyak tanah,
[6 Kebiasaan merokok
Tidak merokok
Penghuni merokok
imerokok> 6 batangital
‘merokok <=6 batang/hari
"7Lampiran 6, Tabel keraiteristik penghuni dan kondisi rumah pada saat pengukuran debu PMyo dan PM, «(lanjutaa)
‘Karakteritk penghani dan Barat Laut Gay Barat (my
ondis rumah eo] 0] soo] a 50 oo] 150 sen] 2509 er sa] oo se
7 Pemakaian ang ayaruk t
bat diles ke kult
bat nyamuk semprot
bet nyamuk bakar
obatnyamuk Histik
Kelambu.
ig, Penyekit infekst pemapasan
Batuk
Flu
‘Seki pancpan, ama, TBC
5. Cuas rumah
$1-100 m
1O1-150.m
> 150m
io, Fumlah tanta
‘antai
2:3 nial
Jers anti
Karpet
Keramik
Semen. x xtx
TZ Leta da
jadi satu rung arate x1x
kdusus dapuridi ar uma {x} x1 x] xt xtxtx|xtx]xlxtxlxlxtx[x xTxTETE TE
3 Juma kamar tut
tidak ada x
12 kama x} Te
> 2 karan xixtx x Tete
a
a
|
se
pe
5
be
be
a
P|
be
ef
efx
bebe
[|x
a
Se
fe
x] xTxT Te Te
118Lampiren 6, Tabel karakteristik penghuni dan kondisi rumah pada saat pengukuran debu PM dan PM; s(lanjutan)
Karak erik peng dan Uraratm Barat Laat (a) Barsitn Selatentm
ondisi uma ae olson seo [355] so so] sn on] ae 35a} 5] oo] feo] 25] soe sa] se] 500] an 250] on
54. Ventilasi
Kurang xx E z E - x x
Cukup baik x X{X} x] x x
15 Luas jendeta kamwar_
<= Smit xX} x xx x x x
[SS a x xixtetetetx x
Te Jens ero ur
xfxTxTx x[x [xt Tet Tx Fag
singed [Kare basa xxx et bet pete ett tx
FF Lama tinggal
315 tahua xT x z x xx x[x]_Tx
15 tahun xpx ete Pete Tete xx xt etx
18, Beltara binatang x x [x xf Tx x x etx tx
19. Saropah dibakar xx Fa xlx xix atx bette
120. Tembok_
Batako xx Tx Te Tx xfs peR x sfepe x
Barubata xt xtx xtxTx xf Tx tx Te tet Tx
19‘Lampiran 7. Tabel hasl pengukuran distribusi partikel PM, dan PM, di ramab-rurah
Yi Beat [6 Kanata
7AI317| 92.57683
666667] _85,91017|
15,74468{ 70,16548!
1470449] $5,46099]
16,02837] 39,43262
15,03546} 24,3971
10,92199| 13,47518
1234043] 1.13475
1.13475| |
100)
ime e [oea | Rie
[UU19 | ot poor 2.38020)
fur {ssf 9.00006] 1.07902
WUUI2] 4,71 0.00081] 15,5188]
opoooal 1777214
sew Feidewt_[ % Keema
3.89518] T22128i] _87,78749
3.11815] 11,72953] 76,05796
715,899.43]
16,3245
16,78470)
15,9123]
15,3286]
13,0311
0.42495
i
1149954] 64,55842
12.74149| _51,81693
0,00100] 13,79945] ~38.01748|
0,00090] 12,44280] 25,57498|
'0,00090] 12,4650] _13, 10948
0.00092} 12,69549] 0.41398!
10,00003| 0.41398] by
Kae Seah @ | Baw
EI
juu31|—Sal_0,000031 0.79365]
jwu32| 4.7] 0.00060] 15,9171
{UU33 | ~ 3.31 0,00055] 14,46208]
juus4 2.11 0.00070} 18,56261
49,82409
37, 72666|
ruU3s| 1.11 0,00075] 19,7978] 24,05954
}UU36{ 0.7] 0.00049} 13,00705| 12,07037|
fiu37| 0.4] 0,000s6[14,72663] 070365] [U37 (0,00070) 11.42084| 0.64953]
[Wu3| <0] 0.00003] 0.79365} 0} [u38[