You are on page 1of 13

METODE PEMBELAJARAN BAHAN MAGNET DAN IDENTIFIKASI

KANDUNGAN SENYAWA PASIR ALAM MENGGUNAKAN


PRINSIP DASAR FISIKA

Sunaryo dan Wira Widyawidura


(FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Kampus B, Jalan Pemuda No. 10
Rawamangun Jakarta, Indonesia 13220)

Abstract: A Method in Learning Magnetic Substance Characteristics and


Identifying Natural Sand Compound Contents Through Basic Principles in
Physics. This study was conducted by separating ferrate sand from natural sand in
an area in Indramayu Regency in the form of the titanomagnetite Fe2.5Ti0.5O4
compound by means of a magnetic separator with a power of 0.3 tesla. Using this
method, the titanomagnetite content of the natural sand was capable of being
improved from 32% to 63.6% (for sand in River Cimanuk’s tributary) based on the
analysis using XRD (X-Ray Difractometer) using the GSAS (General Structure
Analisis System) program with a Chi2 of 1.454 and Wrp as a correction factor for
the difference in the intensity of the two patterns was 0.1142 (11.42%). The value of
Chi2 which was almost 1 dan and that of Wrp which was almost 10% showed that
the data were acceptable (with a probability of ~0.1). To enhance the
titanomagnetite content of the separation product, an extraction-solving process
was conducted using HCl 32% and NH4OH 25%. The results of the analysis using
XRF (X-Ray Flourosence) showed that the content which was most probably a
titanomagnetite compound increased its weight fraction to almost 100%.

Keywords: ferrate sand, titanomagnetite, permanent magnet

PENDAHULUAN fisika perlu menjadi landasan ulasan


Model pengajaran fisika material dalam menganalisis bahan ajar sehingga
magnetik sudah mulai dikenalkan di- dengan adanya pemahaman teori serta
tingkat pendidikan dasar dan menengah praktek analisis lapangan akan menam-
untuk memotivasi proses belajar yang bah motivasi dalam proses pengajaran.
kreatif dan dinamis sehingga diperlukan Berikut salah satu upaya dengan model
banyak metode agar dapat mencapai pengajaran yang mengacu pada tekno-
tujuan pengajaran. Pada materi tertentu logi dan lingkungan dalam menganalisis
diperlukan model yang memerlukan struktur material yang terdapat pada
dukungan teknologi, lingkungan dan pasir di daerah muara sungai Kabupaten
metode yang tepat, untuk dapat mem- Indramayu.
permudah pemahaman materi fisika Pasir besi yang mengandung mine-
tersebut. Di samping itu, prinsip dasar ral-mineral magnetik banyak terdapat di

67
68

daerah-daerah pantai, sungai, dan pe- Selain aplikasinya sebagai bahan baku
gunungan vulkanik. Indonesia yang me- industri baja, senyawa titanomagnetite
rupakan negara kepulauan sudah pasti ini diharapkan dapat menjadi bahan
memiliki muara-muara sungai yang baku paduan untuk mendapatkan se-
banyak di samping wilayah pantai yang nyawa magnetite ataupun unsur tita-
sangat luas [1]. Akan tetapi, pemanfaatan niumnya (Brown et. al., 1994).
pasir besi yang ada di Indonesia, khu- Dibutuhkan perlakuan khusus un-
susnya di daerah pantai utara P. Jawa tuk memisahkan senyawa besi oksida
masih sangat kurang disebabkan minim- seprti titanomagnetite dari senyawa-
nya pengetahuan dan penelitian di bi- senyawa lain yaitu dengan separasi
dang tersebut . magnetik dengan menggunakan medan
Pasir adalah mineral endapan (sedi- magnet yang tepat, dengan bantuan
men) yang memiliki ukuran butir 0,074 metode penghancuran secara mekanik,
hingga 0,075 mm, dengan ukuran kasar ekstraksi kimia, pencucian, dan juga
(5 mm hingga 3 mm) dan ha-lus (<1 perlakuan panas (heat treatment) dengan
mm). Berdasarkan lokasi endapannya, temperatur tertentu. (Omar, 1975: 451-
dimungkinkan terjadinya perbedaan 456)
karakter fisis kandungan pasir mineral
seperti Fe, Ti, Mg, Si, dsb [2]. Senyawa SIFAT-SIFAT KEMAGNETAN
magnetite (Fe3O4) adalah suatu mineral Diamagnetik adalah salah satu sifat
magnetik yang biasanya terdapat di dari semua material. Sifat ini disebabkan
daerah pantai atau sungai. Di alam, oleh medan magnet luar dan gerakan
senyawa ini dapat berasal dari vari- elektron dalam mengorbit inti. Karena
annya yaitu senyawa titanomagnetite elektron-elektron membawa muatan,
yang rumus umumnya ditulis Fe3-xTixO4 mereka akan melakukan gaya Lorenz
0x1 . Respon yang kuat terhadap medan pada saat bergerak melewati medan
magnet luar menjadikan magnetite sa- magnet. Contoh kasus mengenai ini
ngat berguna untuk kepentingan riset adalah ketika elektron bergerak searah
dan dalam dunia industri yang berbasis jarum jam dengan sebuah orbit ling-
kemagnetan di antaranya dalam hal karan yang berpusat pada origin dan
rekayasa elektronika, pembuatan mag- terletak di bidang xy dengan sebuah
net permanen, industri baja, sampai medan magnet luar yang diberikan pada
untuk pembuatan thin film (Julianto, arah +x. Untuk ½ orbit (x > 0), gaya
2002) . Lorenz akan sejajar dengan sumbu –z,
Penelitian mengenai pengayaan se- dan untuk setengah yang lain ia akan
nyawa titanomagnetite dari senyawa- sejajar dengan sumbu +z.
senyawa lain pada pasir alam dilakukan Sebuah torsi kemudian akan timbul
dalam rangka melaksanakan kebutuhan sejajar dengan sumbu y menye-babkan
untuk mengetahui bagaimana proses orbit mempresisikan dirinya sepanjang
Pengayaan titanomagnetite itu ber- arah medan. Hal ini disebut dengan
angsung hingga didapatkan senyawa Larmour Precision yang akan menimbul-
titanomagnetite yang yang maksimal. kan sebuah momen magnetik di arah

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


69

yang berlawanan dengan medan magnet atom-atom besi akan menghasilkan se-
yang diberikan. Pada bahan diamagne- buah momen magnetik pada 4 mag-
tik, efek ini sangat kecil sehingga ham- neton Bohr ( 4 B ). Pada kisi kristal mate-
pir dapat diabaikan. Besarnya sekitar rial feromagnetik, atom-atom yang ber-
100 kali lebih kecil dari bahan paramag- dekatan saling mendekati bersama se-
netik dan 1.000 kali lebih kecil dari cara tepat sehingga beberapa orbit-orbit
feromagnetik. Quartz dan air (water) me- elektronnya akan overlapping dan terja-
rupakan contoh dari bahan diamagnetik. dilah sebuah interaksi yang kuat.
Sifat diamagnetik tak tergantung dari Fenomena ini disebut dengan ex-
temperatur, sedangkan sifat paramag- change couping yang maksudnya adalah
netik dan feromagnetik berkurang se- selain terarah secara acak, momen-
cara drastis jika bahan yang mengan- momen magnetik dari sebuah atom di
dung sifat tersebut dipanaskan (Evans, dalam kisi terarahkan dan memberikan
2003:7). sebuah magnetisasi yang kuat. Peng-
Dalam konteks kemagnetan, bahan aturan ini biasanya digambarkan de-
paramagnetik lebih penting disbanding- ngan kumpulan panah-panah dengan
kan dengan diamagnetik. Hal ini mun- panjang yang sama dan sejajar (gambar
cul dari gambaran bahwa elektron se- 2.1) (Evans, 2003:8). Ini merupakan gam-
olah-olah berputar (berspin) di sekitar baran mudah dari feromagnetik.
sumbunya sambil mengorbit inti atom. Pada Antiferomagnetik, momen-
Hal ini menimbulkan sebuah spin mag- momen magnetik pada atom seluruhnya
netik sebagai tambahan dari momen mempunyai kekuatan yang sama, tetapi
orbital magnetiknya. Momen magnetik atom-atom tetangganya mempunyai
total pada sebuah atom diberikan oleh arah momen yang berkebalikan. Meski-
penjumlahan vektor dari momen-mo- pun memiliki exchange couping yang
men elektroniknya. Jika momen mag- kuat, material jenis ini memiliki mag-
netik, spin dan orbital pada sebuah atom netisasi total sebesar nol. Pada beberapa
saling menghilangkan, maka atom ter- kasus, sebuah magnetisasi lemah dapat
sebut mempunyai momen magnetik se- muncul dari cacat kisi dan vacancies atau
besar 0. Inilah yang disebut sifat dia- dari situasi di mana momen-momen
magnetik. Jika penghilangannya hanya atomiknya sedikit miring.
sebagian, maka atom akan mempunyai Ada hal penting dimana exchange
momen magnetik permanen. Inilah yang coupling beraksi, yaitu dengan memberi-
disebut dengan paramagnetik. Contoh kan fenomena fermagnetik. Di sini, kisi-
dari bahan paramagnetik adalah biotite, kisi kristal terdiri dari 2 jenis tempat
pyrite, dan siderite dengan kation-kation pada keadaan
Feromagnetik lebih kuat disbanding- koordinasi yang berbeda. Peristiwa ini
kan dengan diamagnetik dan paramag- digambarkan dengan 2 tipe panah, yang
netik. Secara khusus, berhubungan de- satu lebih panjang dari yang lain. Se-
ngan unsur besi, nikel, dan cobalt dan bagaimana pada bahan antiferomag-
juga mineral-mineral besi oksida. Karena netik, 2 setnya berlawanan tetapi mag-
adanya subkulit 3d yang tidak terisi,

Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam
70

netisasi yang kuat dapat secara jelas B  o (H  M ) atau


muncul jika 2 tipenya tidak sama.
  o M (1  1 /  )
dimana  o = permeabilitas ruang
hampa = 4.10-7 N/A2
Pada beberapa situasi, kita lebih baik
bila menggunakan istilah momen mag-
netik pada seluruh benda. Kemudahan
diberikan oleh hasil dari MV, dimana V
Gambar 2.1. a) Feromagnetik, b) adalah volume total, menghasilkan satu-
Antiferomagnetik, c) Ferimagnetik an am2.
Pada bahan diamagnetik, proses dari
SUSEPTIBILITAS MAGNETIK elektron-elektron memberikan pening-
Kita anggap sebuah material yang katan nilai dari x dalam pangkat 10-
8/m3/kg. Air (water) adalah salah satu
ingin kita teliti, ditempatkan pada se-
buah medan magnet yang serba sama yang paling kuat dengan x = -0,90 x 10-8
(H) dan kemudian akan didapatkan m3/kg. Banyak batuan biasa yang ter-
sebuah medan magnet yang serba sama. bentuk dari silika, seperti quartz dan
Suseptibilitas magnetnya (  ) didefini- calcite, mempunyai nilai sekitar setengah
sikan sebagai magnetisasi yang didapat- dari besarnya.
kan per unit medan, Pada material paramagnetik, tempe-
  M /H ratur sangatlah mempengaruhi susepti-
bilitas seperti yang digambarkan oleh
Dalam SI, M dan H satuannya ada- hukum Curie :
lah A/m, sehingga  tidak mempunyai   C /T
satuan. Dengan kata lain  disebut su-
septibilitas volume. Untuk mendapatkan Di mana T adalah temperatur ab-
apa yang disebut dengan suseptibilitas solut dan C adalah konstanta Curie.
massa, maka  kita bagi dengan massa Pada suhu ruang, energi termal cende-
jenis (  )’ rung mengacaukan penyearahan ribuan
  / kali lebih besar daripada energi mag-
netik yang mencoba menyearahkan mo-
Karena  tidak berdimensi maka  men-momen magnetik, M.
Grafik M versus H untuk sebuah
mempunyai satuan berkebalikan dengan
bahan paramagnet menunjukkan hu-
densitas yaitu m3/kg. Sedangkan kera-
bungannya yang linier, dan kemiring-
patan fluks magnetik atau induksi mag-
annya merupakan suseptibilitas (gambar
netik (B) menyatakan jumlah garis-garis
2.2) (abd El-All, 2004). Suseptibilitas
gaya medan magnet yang melalui satu
massa x pada bentuk batuan silikat
luasan. Besaran B ini mempunyai satuan
biasa seperti, fayalite atau biotite dan iron
Tesla dan mempunyai hubungan de-
sulfide pyrate, adalah sekitar 5x10-7 m3/kg
ngan medan H dan M sbb. :

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


71

METODE
Model Pengajaran mengenai bahan-
bahan magnetik dilakukan melalui
proses dengan dukungan laboratorium
dan dukungan sampel yang diambil dari
satu lokasi tertentu. Proses pembelajaran
dilakukan melalui eksperimen, sehingga
Gambar 2.2: Grafik Magnetisasi J (M) kegiatan proses pembelajaran melalui
Versus Medan Luar H pada (a) Diamag- tahapan: (1) penjelasan teori untuk me-
netik, (b) Paramagnetik, (c) Feromag- lakukan analisis praktikum dengan tu-
netik juan tertentu; dan (2) eksperimen untuk
melakukan analisis lanjut dalam pen-
Pada bahan feromagnetik, hubung- capaian dengan langkah-langkah se-
an antara M dan H lebih rumit daripada bagai berikut.
diamagnetik dan paramagnetik. Salah Sampel pasir alam diambil di daerah
satu perbedaan yang penting adalah muara sungai Cimanuk (pantai Wale-
bahwa ia mudah mencapai keadaan dan) dan pantai Balongan, Indramayu,
saturasi, dimana seluruh momen-mo- Jawa Barat dan untuk masing-masing
men atomiknya terarahkan. Pada bebe- daerah pengambilan sampel (muara
rapa kasus, keadaan saturasi ini dapat sungai dan pantai) diambil sampel dari 4
terjadi pada medan yang berada pada titik yang berbeda yang membentuk ga-
skala laboratorium elektromagnet yaitu ris simetri dengan jarak masing-masing
berada pada medan rendah (kurang dari titik yaitu 5m dan dengan kedalaman
103 A/m) dekat origin dari grafik M-H. 30cm. (Gambar 1).
Slope (kemiringannya) kemudian
memberikan low-field suceptibility (dise-
but juga initial suceptibility, tetapi kata
initial di sini sering dihilangkan). Yang
lebih penting dari objek ini adalah mem-
punyai kecendrungan yang kuat untuk
mendemagnetisasi dirinya sendiri. Peng-
ukuran untuk suseptibilitasnya diberi-
kan oleh :
   i / 1  N i 
Dimana  i adalah actual intrinsic sucep-
tibility yang akan diukur dalam absen-
Gambar 1: Skema Pengambilan Sampel
nya medan demagnetisasi dan N adalah
faktor yang dipengaruhi oleh bentuk
Proses preparasi sampel dilakukan
bulir.
di Laboratorium Fisika Material FMIPA
UNJ. Masing-masing sampel berupa
pasir muara, pasir pantai, ditakar seberat

Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam
72

500 gr dengan neraca timbang digital rutan HCl konsentrasi 32%. Langkah ini
yang sudah dikalibrasi kemudian tem- menghasilkan larutan FeCl2 ataupun
patkan pasir tersebut di atas wadah FeCl3 (Aji, 2007). Proses tersebut meng-
yang lebar lalu diaduk sampai merata. ikuti persamaan reaksi:
Untuk melakukan separasi kan- Fe3O4 + 8HCl → FeCl2 + 2FeCl3 + 4H2O
dungan besi oksida pada sample-sampel Tahap berikutnya adalah menuang-
pasir alam tersebut, digunakan magnet kan larutan amonium hidroksida
batang permanen dengan kekuatan (NH4OH) perlahan-lahan ke dalam larut-
sekitar 38,9 kJ/m3 yang sudah dilapisi an FeCl2 ataupun FeCl3 sampai terbentuk
kertas plastik dengan ketebalan 0,1 mm. endapan magnetite ataupun titanomagne-
Magnet didekatkan ke seluruh bagian tite (Aji, 2007). Proses tersebut mengikuti
pasir dengan jarak sekitar 1,5 cm dari persamaan reaksi
pasir sampai kita menganggap semua
FeCl2 + 2FeCl3 + 8NH4OH → Fe3O4 +
pasir besinya terangkat dan memisah-
8NH4Cl + H2O
kan pasir besi tersebut ke wadah yang
Untuk menghilangkan beberapa ga-
lain. Separasi dilakukan berulang-ulang
ram pengotor, endapan titanomagnetite
terhadap pasir besi yang terangkat ter-
yang terbentuk dicuci dengan menam-
sebut dengan membuat lebih jauh jarak
bahkan sedikit air dan kemudian dipro-
magnet dengan sampel. sampai kita
ses melalui alat sentrifugal selama 3 me-
mendapatkan pasir besi yang warnanya
nit dengan putaran 6.500 rpm dan 6 me-
hitam (sedikit pengotornya) dan pasir
nit dengan putaran 13.000 rpm.
besi hasil separasi terakhir ditimbang.
Sampel-sampel diidentifikasi unsur-
Dari hasil penimbangan pasir besi
unsurnya melalui peralatan XRF (X-Ray
hasil separasi terakhir, dipilih sampel
Flourocencies). Tujuannya yaitu untuk
yang mempunyai massa paling banyak
memperoleh data kualitatif unsur-unsur
untuk diteruskan ke proses selanjutnya.
yang terkandung di dalam sampel dan
Sampel pasir besi tersebut kemudian
juga persen beratnya. Kemudian untuk
dimasukkan ke dalam vibrational ball mill
memastikan fasa-fasa yang terkandung
(VBM) yang menggunakan 10 bola baja
di dalamnya dan besar kandungannya
dengan perbandingan 100 gr sampel : 10
maka sampel diuji dengan alat XRD (X-
boladan menghidupkanya selama 50 me-
Ray Diffraction). Proses pengujian sampel
nit untuk melakukan penggerusan atau
dengan XRD dan XRF dilakukan di
milling (sebelumnya, tabung VBM dan
Laboratorium Ilmu Material, Universitas
bola-bola baja dibersihkan dulu dengan
Indonesia, Salemba.
toluena). Setelah 50 menit, sampel di-
Hasil yang diperoleh dari XRD ke-
tuangkan ke dalam wadah plastik yang
mudian dianalisis dengan meggunakan
lebar kemudian diseparasi kembali lalu
program GSAS (General Structure Ana-
sampel yang terangkat dan sisanya di-
lysis System) untuk menentukan fraksi
timbang kembali.
berat fasa-fasanya secara teliti dengan
Sampel hasil milling tersebut diambil
mencocokkan terlebih dahulu data hasil
sebanyak 10 gr untuk dilakukan proses
keluaran XRD dengan kartu-kartu data
ekstraksi secara kimia dengan 20ml la-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


73

yang ada di dalam program PCPDFWIN masi sebagai berikut. Pada sampel, un-
(ICDD) untuk mendapatkan nilai para- tuk keempat titik yang diambil di ma-
meter kisi seperti a, b, c, dan space group sing-masing daerah (pantai dan muara),
agar hasil yang dicapai maksimal. setelah dilakukan pemisahan pasir besi-
nya dengan menggunakan magnet per-
HASIL DAN DISKUSI manen berkekuatan 0,3 T, didapatkan
Pada proses pembelajaran melalui hasil sebagai berikut.
model eksperimen yang didukung sam-
pel-sampel berupa pasir alam dari suatu
daerah (Kab. Inramayu) diperoleh infor-

Tabel 1: Jumlah Massa Pasir Besi yang Terangkat dengan Magnet Permanen 0,3 T
untuk Sampel Pasir Muara

Berat
Kode Terangkat
No. awal Sisa (gr)
Sampel (gr)
(gr)
1 1M1 500 26,1 473,9
2 2M1 500 20,94 479,06
3 3M1 500 203,9 296,1
4 4M1 500 9,15 490,85
Rata-rata massa yang terangkat: 65,0225 gr

Tabel 2: Jumlah Massa Pasir Besi yang Terangkat dengan Magnet Permanen 0,3 T
untuk Sampel Pasir Pantai

Berat
No. Kode awal Terangkat Sisa
Sampel (gr) (gr) (gr)
1 1P1 500 6,35 493,65
2 2P1 500 9,892 490,108
3 3P1 500 7,112 492,888
4 4P1 500 5,244 494,756
Rata-rata massa yang terangkat: 5,8385 gr

Dari data-data massa sampel di atas besi yang terangkat di antara sampel
dapat dilihat bahwa untuk jenis pasir berkode M. Untuk pasir pantai, penye-
muara sungai, distribusi penyebaran barannya hampir merata. Sampel yang
mineral pasir besi dalam area tertentu digunakan untuk penelitian tahap se-
berdasarkan kedalaman dan jaraknya lanjutnya sampel dengan massa terang-
ternyata tidak merata. Hal ini dapat kat paling banyak yaitu sampel 3M1 dan
dilihat dari besarnya selisih massa pasir
Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam
74

2P1 yang kemudian dinamai menjadi unsur Fe pada senyawa besi oksida yang
3M2 dan 2P2. rensponsif terhadap medan magnet
Setelah dilakukan penembakan de- jumlahnya cukup banyak yaitu 33,8767
ngan XRF untuk sampel 3M1 (yang wt%.
diambil di alam), 3M2 (pemisahan de- Pada sampel 2P1 (tabel 3), senyawa
ngan separator magnet), dan 2P1 (yang yang dominan adalah senyawa Si, Al
diambil di alam) maka didapatkan dan Fe tetapi unsur Fe pada senyawa
unsur-unsur dengan persen berat se- besi oksida yang rensponsif terhadap
bagai berikut. medan magnet jumlahnya sedikit. Ini
sesuai dengan sedikitnya jumlah massa
Tabel 3: Senyawa-senyawa dan Persen senyawa magnetik yang berhasil dipi-
Beratnya dari Hasil XRF sahkan dengan separator magnet yaitu
untuk Sampel Pasir Muara dengan rata-rata massa terangkat se-
Sungai Cimanuk (3M1 dan besar 5,8385 gr dari 500 gr. Karena
3M2) dan Pasir Pantai mempunyai persen berat unsur Fe dan
Balongan (2P1) Ti yang lebih besar, maka proses pemi-
sahan dan identifikasi sampel hanya
Psr. Psr. Psr. terfokus pada sampel dari pasir muara
Muara Muara Pantai (berkode M).
Un (3M1) (3M2) (2P1) Setelah dilakukan proses pemisahan
sur Persen Persen Persen dengan menggunakan magnet perma-
Berat Berat Berat nen berkekuatan 0,3 T (sampel 3M2),
(wt%) (wt%) (wt%) maka dari tabel 3 menunjukkan bahwa
Si 35,5312 12,2303 54,6084 jumlah persen berat senyawa yang me-
Fe 33,8767 65,204 12,6881 ngandung unsur Fe dan Ti persen me-
Al 12,4135 6,2613 18,6359 ningkat, sedangkan persen berat senya-
Ti 6,2539 10,9418 1,2059 wa yang mengandung unsur Si menu-
Mg 6,0086 3,0988 4,1292 run. Hal ini sesuai dengan perkiraan
Ca 4,6347 1,0796 7,2863 awal bahwa dengan intensitas magnet
K 0,4689 --- 1,1779 luar sebesar 0,3 T tersebut dapat mena-
V 0,2889 0,5759 0,0591 rik senyawa-senyawa magnetik besi ok-
Mn 0,214 0,0617 0,1635 sida. Adanya unsur Ti yang ikut me-
S 0,1718 0,1246 --- ningkat, memperlihatkan bahwa unsur
Cr 0,1377 0,2091 --- Fe dan Ti kemungkinan berada dalam
P --- 0,2129 --- satu senyawa yaitu senyawa titanomag-
Zr --- --- 0,0456 netite.
Setelah dilakukan penembakan de-
Tabel 3 memerlihatkan bahwa pada ngan XRD dan kemudian dilakukan
sampel 3M1, yaitu sampel awal sebelum pencocokan pola data difraksi sinar-X
separasi magnetik, unsur yang paling melalui software ICDD (International
dominan fraksi beratnya adalah Si dan Crystalography Diffraction Data) dari
Fe. Hal ini memperlihatkan bahwa beberapa situs database kristalografi ke-

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


75

mudian dengan menggunakan program Tabel 4: Nilai Persen Berat Masing-


GSAS (General Structure Analysis System) masing Fase pada Sampel
untuk melakukan analisis pendekatan 3M1
(fitting) dengan penghalusan antara
pola-pola difraksi observasi dari hasil Persen
pengujian XRD (eksperimen) dan pola Senyawa Berat (wt
difraksi hasil perhitungan secara mate- %)
matis untuk sampel 3M1 (yang diambil SiO2 46,840
di alam), didapatkan grafik fitting dan Al2SiO5 20,354
normalisasi error sebagai berikut. Fe2.5Ti0.5O4 18,094
Fe3O4 14,712

Nilai Chi**2 dari pola di atas adalah


2,847 dan Wrp, sebagai faktor koreksi
perbedaan tinggi intensitas kedua pola
tersebut adalah 0,1922 (19,22%). Nilai
Chi**2 sebesar 2,847 dan Wrp mendekati
20% menyatakan data yang masih
cukup besar tingkat kesalahannya. Dari
grafik normalisasi error terlihat bahwa
Gambar 2: Grafik Pola Difraksi Sinar-X yang menjadi sumber kesalahan adalah
melalui Perhitungan GSAS untuk pada sudut 2 theta sebesar 43º; 66,8º ; dan
Sampel 3M1 71,6º. Puncak pada sudut-sudut tersebut
diduga kuat sebagai fase lain yang tidak
dapat teridentifikasi melalui kartu-kartu
data difraksi ICDD dan beberapa refe-
rensi lainnya.
Data-data di atas menunjukkan bah-
wa fase yang tertinggi adalah fase SiO2
dan Al2SiO5. Hal tersebut telah sesuai
dengan data yang didapat dari analisis
XRF yang menyatakan bahwa pada
sampel 3M1 senyawa yang mempunyai
persen berat paling tinggi adalah se-
Gambar 3: Analisis Kesalahan Puncak nyawa yang mengandung unsur Si.
Difraksi pada Sampel 3M1
Dari hasil perhitungan melalui Senyawa-senyawa magnetik yang
GSAS, didapatkan nilai untuk persen terkandung pada sampel ini adalah
berat masing-masing fase yang teriden- Fe2.5Ti0.5O4 dan Fe3O4 yang persen berat-
tifikasi untuk sampel 3M1 sebagai beri- nya masih relatif kecil. Hal tersebut me-
kut. mang sesuai dengan analisis dengan
menggunakan XRF, yang menyatakan

Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam
76

bahwa persen berat unsur Fe sebagai pola-pola difraksi observasi dari hasil
unsur utama material magnetik pada pengujian XRD (eksperimen) dan pola
sampel 3M1 adalah kecil (< 50 Wt%). difraksi hasil perhitungan secara mate-
Proses milling (penggerusan) dengan matis untuk sampel 3M3 (setelah proses
VBM dilakukan pada sampel M2 selama separasi dan milling) maka didapatkan
50 menit dengan perbandingan 100 gr grafik fitting dan normalisasi error
sampel: 10 bola. Hal ini agar mendapat- sebagai berikut
kan butiran yang cukup halus dan me-
rata. Kemudian dilakukan proses sepa-
rasi ulang, maka diperoleh massa pasir
magnetik yang terangkat sebagai beri-
kut.

Tabel 5: Data Massa Pasir Magnetik


yang Terangkat oleh Sepa-
rator

Berat
No Kode awal Terangkat Sisa
Sampel (gr) (gr) (gr)
Gambar 4: Grafik Pola Difraksi Sinar-X
1 M2 100 81,05 18,95
melalui Perhitungan GSAS untuk
Sampel 3M3
Dari data-data tersebut dapat ter-
lihat bahwa ternyata masih dapat di-
lakukan pemisahan pasir magnetik dari
pengotornya dengan separator magnetik
setelah proses milling berlangsung. Hal
ini disebabkan peng-gerusan tersebut
cukup efekif untuk memisahkan senya-
wa non-magnetik seperti SiO2 yang me-
lekat pada senyawa magnetik. Sampel
M2 yang berhasil dipisahkan kemudian
secara diubah penamaannya menjadi
3M3. magnet setelah proses milling
Setelah dilakukan penembakan de- Gambar 6: Analisis Kesalahan Puncak
ngan XRD dan kemudian dilakukan Difraksi pada Sampel 3M3
pencocokan pola data difraksi sinar-X Dari hasil perhitungan melalui GSAS,
melalui software ICDD dan beberapa didapatkan nilai untuk persen berat
situs database kristalografi, kemudian masing-masing fase yang teridentifikasi
dengan menggunakan program GSAS untuk sampel 3M3 sebagai berikut.
untuk melakukan analisis pendekatan
(fitting) dengan penghalusan antara

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


77

Tabel 6: Nilai Persen Berat Masing- 3M4 sebagai sampel hasil ekstraksi
masing Fase pada Sampel tersebut sebagai berikut.
3M3
Tabel 7: Senyawa dan Persen Berat
Persen Hasil Analisis Grafik XRF
Senyawa Berat untuk Sampel 3M4
(wt %)
Fe2.5Ti0.5O4 82,255
SiO2 10,612
Al2SiO5 6,080
Ti2O3 1,0531

Nilai Chi**2 dari pola di atas adalah


1,416 dan wrp, sebagai faktor koreksi
perbedaan tinggi intensitas kedua pola
tersebut adalah 0,1126 (11,26%) . Nilai
Chi**2 mendekati 1 dan wrp mendekati
10% menyatakan data yang diperoleh
dapat diterima (tingkat kesalahan ~0,1).
Data-data di atas menunjukkan bah- Persen
wa fase yang tertinggi adalah fase Unsur Berat (wt
Titanomagnetite (Fe2.5Ti0.5O4). Akan tetapi, %)
fase SiO2 dan Al2SiO5 yang bersifat Al 0,5629
diamagnetik masih cukup besar persen P 0,3254
beratnya (Total keduanya = ~15%). S 0,1130
Keberadaannya ini diduga pada saat Fe 73,7135
proses pemisahan dilakukan, senyawa Ti 12,5203
titanomagetite-nya masih banyak yang V 0,7124
masih terlingkupi oleh fase ini, sehingga Cr 0,0970
pada saat fase titanomagnetite terangkat Cl 11,9547
oleh magnet, fase ini pun juga ikut ter-
angkat. Dari data persen berat pada tabel di
Dari hasil proses ekstraksi kimia atas dapat dilihat bahwa unsur-unsur
dalam rangka peningkatan persen berat pengotor utama yaitu Si sudah hilang.
dari titanomagnetite untuk sampel 3M3 Sedangkan unsur pengotor lainnya yaitu
sebanyak 10 gr dengan menggunakan Al, P, S, V, Cr hanya menyisakan
larutan HCl untuk mendapatkan larutan masing-masing tidak lebih dari 1 wt %.
FeCl2 ataupun FeCl3 dan NH4OH untuk Hal ini menunjukkan bahwa ekstr-
mendapatkan kembali fase titanomag- aksi kimia dengan menggunakan larut-
netite (sampel 3M4), didapatkan hasil an HCl 32% dan NH4OH 25% sangat
dari penembakan XRF untuk sampel efektif untuk mengurangi persen berat
unsur-unsur pengotor dan meningkat-

Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam
78

kan persen berat unsur Fe dan Ti yang UCAPAN TERIMA KASIH


merupakan unsur utama pada senyawa Variasi dalam proses pembelajaran
Titanomagnetite. Masih adanya unsur Cl pada materi fisika memerlukan banyak
sebesar 11,9547 wt % sebagai bagian dari metode agar dapat dengan mudah se-
garam NH4Cl (hasil dari proses ekstraksi tiap substansi materi dipahami oleh pe-
kimia) disebabkan oleh proses pencuci- serta didik sehingga berbagai upaya
an (dengan aquades dan alat sentrifugal) dilakukan oleh para pengampu mata pe-
endapan hasil proses ekstraksi dengan lajaran untuk mencapai tujuan pembe-
NH4OH yang belum sempurna. lajaran. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih bagi para pihak yang telah
KESIMPULAN mendukung model pengajaran yang
Dari hasil pembahasan proses mo- menggunakan analisis prinsip-prinsip
del pengajaran material magnetik dan fisika di lapangan sehingga terlaksana-
identifikasi senyawa pada pasir alam nya proses pembelajaran melalui peng-
melalui eksperimen dan analisis prinsip- amatan secara langsung yang didukung
prinsip dasar fisika dengan dukungan oleh teknologi serta finansial sehingga
teknologi dan lingkungan diperoleh ha- tercapainya hasil pengamatan yang
sil lapangan sebagai berikut. Beberapa terdapat dalam kesimpulan di atas. Pe-
sampel yang diambil dari lokasi di Ka- nulis/peneliti mengucapkan banyak te-
bupaten Indramayu diperoleh gambaran rima kasih kepada Lembaga Penelitian
dari dua jenis pasir yang berbeda lokasi Universitas Negeri Jakarta atas dukung-
pengambilan mempunyai karateristik an finansialnya melalui anggaran Tahun
berbeda. Sampel pasir muara kaya akan 2008 serta ketua Jurusan yang mereko-
pasir besi (mineral magnetik) yang da- mendasi proses pengajaran melalui pe-
lam pengambilan sampelnya kandungan nelitian lapangan yang dapat memoti-
magnetite-nya mencapai 14,712 wt% dan vasi peserta didik. Tidak lupa ucapan
titanomagnetite mencapai 18,094 wt%. terima kasih disampaikan kepada kepala
Sedangkan pada sampel pasir pantai Dinas Pendidikan Kabupaten Indra-
kandungan mineral magnetiknya hanya mayu beserta staf/ teknisi yang memberi
mencapai sekitar 12 wt%. Proses separa- bantuan sehingga terlaksanany proses
si dengan magnet permanen berkekuat- pembelajaran melalui pengamatan lang-
an 0,3 T berhasil meningkatkan kan- sung dilapangan sampai pada analisis
dungan pasir besi (titanomagnetite) yaitu laboratorium yang dapat membantu pe-
dengan persen berat mencapai 82,255 mahaman peserta didik dengan baik.
wt%. Proses ekstraksi dengan HCl 32% Demikian juga kepada kepala labora-
dan NH4OH 25% yang sebelumnya torium material di Universitas Negeri
sudah dilakukan proses milling terlebih Jakarta diucapkan terima kasih atas
dahulu, telah berhasil menghilangkan kesempatan yang diberikan dalam
unsur-unsur pengotor utama yaitu Si. menggunakan fasilitas laboratorium
Sedangkan unsur pengotor lainnya yaitu untuk melakukan analisis fisik struktur
Al, P, S, V, Cr hanya menyisakan material magnet yang diambil dari
masing-masing tidak lebih dari 1 wt %. daerah Kabupaten Indramayu tersebut.

Cakrawala Pendidikan, Februari 2010, Th. XXIX, No. 1


79

DAFTAR PUSTAKA

Abd El-All, E. M. 2004. “Paleomagnet-


ism And Rock Magnetism of El-
Naga Ring Complex, South Eas-
tern Desert, Egypt”. NRIAG Jour-
nal of Geophysics, Vol. 3, No. 1, PP.
17 – 31.

Aji, M.P. dan Bijaksana, S. 2007. Pem-


buatan Nanomagnetite dari Bahan
Alam Pasir Besi. UNS: Proceedings
4th Kentingan Physics Forum hal.
203-206.

Brown dan Navrotsy. 1994. “Hematite-


ilmenite (Fe2O3-FeTiO3) Solid Solu-
tions: The Effects of Cation Order-
ing ontheThermodynamics of Mix-
ing”. American Mineralogist, Volu-
me 7, pages 485-496.

Evans, Michael. 2003. Enviromental Mag-


netism. California, USA: Academic
Press.

Yulianto, A dan Bijaksana, S. 2002. “Ka-


rateriksasi Magnetik dari Pasir
Besi Cilacap”. Himpunan Fisika
Indonesia. Jurnal Fisika HFI. Vol A5
No. 0527.

Omar, M.A. 1975. Elementary Solid State


Physics. Addison-Wesley.

Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam

You might also like