You are on page 1of 12

Pelajaran Berbasis Praktikum (Eka A) 1

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

Eka Ariyati
Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Tanjungpura

Abstract
The aim of this research is to know the improvement of critical thinking ability
of pre-service teacher students on Ecosystem and Biodiversity concepts after
applying practicum based learning. The method of this research is quasi-
experiment with the one group pretest-postest design. The sample were 2nd
semester pre-service teacher students at biology education department that
following the Environmental Science Course at FKIP Tanjungpura University,
consist of 34 students. Data were collected through multiple choice test with
reasoning and essay test, and were analyzed by using mean-difference test and
normalized gain score. The result of gain score show that critical thinking
ability were improve (0,39) through this learning model. Conclusion of this
research, practicum based learning give positive influence to critical thinking
ability of pre-service teacher students.

Keywords : practicum based learning, critical thinking ability

Salah satu masalah yang dihadapi sendiri serta bertanggung jawab


dunia pendidikan Indonesia sekarang terhadap hasil belajarnya (Gasong,
ini adalah masih lemahnya proses 2006).
pembelajaran yang mengakibatkan Berpikir sangat berperan dalam
rendahnya kualitas pendidikan. prestasi belajar, penalaran formal,
Menurut Dasna dan Sutrisno (2007), keberhasilan belajar, dan kreativitas
hal ini disebabkan rendahnya karena berpikir merupakan inti
kemampuan berpikir kritis peserta pengatur tindakan mahasiswa. Jadi,
didik. Kalau kita perhatikan dalam apabila masalah berpikir tidak
pembelajaran, mahasiswa kurang dipecahkan dapat dipastikan
didorong untuk mengembangkan mahasiswa akan bermasalah dengan
kemampuan berpikirnya. hal-hal di atas (Tindangen, 2006).
Pembelajaran diarahkan untuk National Research Council (2003)
menghafal dan menimbun informasi, mengemukakan bahwa kegiatan
sehingga mahasiswa pintar secara pembelajaran yang sebelumnya
teoritis tetapi miskin aplikasi. berpusat pada guru/dosen cenderung
Akibatnya kemampuan berpikir kritis berubah menjadi kegiatan
menjadi beku, bahkan menjadi susah pembelajaran yang melibatkan peserta
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, didik dan menantang peserta didik
pada proses pembelajaran mahasiswa menggunakan metode ilmiah dalam
harus di dorong secara aktif untuk memecahkan permasalahan sehingga
mengembangkan pengetahuannya dapat meningkatkan keikutsertaan dan
2 Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2. Juli 2010

menimbulkan rasa keingintahuan masalah, berpikir kritis dan kreatif


dalam belajar, memperbaiki dalam menganalisis dan
pengertian dan pola pikir, serta mengaplikasikan konsep, dan prinsip-
membantu peserta didik untuk prinsip agar menjadi lebih bermakna.
mengembangkan keterampilan Kemampuan pemecahan masalah,
berpikir kritis dan mengembangkan berpikir kritis dan berpikir kreatif
penelitian (Howard & Miskowski, merupakan hakekat tujuan pendidikan
2005). Hal ini sejalan dengan hakikat dan menjadi kebutuhan bagi
pembelajaran saat ini yang merujuk mahasiswa untuk menghadapi dunia
pada pandangan konstruktivisme. nyata (Santyasa, 2004).
Konstruktivisme merupakan Materi atau konsep yang
paradigma yang perlu dikembangkan digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam pembelajaran. Menurut paham Ekosistem dan Keanekaragaman
konstruktivisme keberhasilan belajar Hayati, karena selama ini
tidak hanya bergantung pada pembelajaran hanya terbatas melalui
lingkungan atau kondisi belajar tetapi pemberian informasi/ceramah dan
juga pada pengetahuan awal penugasan. Saat proses pembelajaran
mahasiswa. Belajar melibatkan mahasiswa belum terlibat secara aktif
pembentukan makna oleh mahasiswa karena dosen masih mendominasi,
dari apa yang mereka lakukan, lihat kondisi seperti ini menyebabkan
dan dengar (Pines & West, 1985). suasana pembelajaran kurang
Terdapat beberapa model interaktif.
pembelajaran berpusat pada Konsep ekosistem dan
mahasiswa berbasis konstruktivis keanekaragaman hayati menarik
yang dapat digunakan untuk melatih untuk diteliti karena sangat berkaitan
kemampuan berpikir, salah satunya dengan kehidupan nyata dan banyak
adalah pembelajaran berbasis permasalahan yang dapat
praktikum. dimunculkan. Indonesia memiliki
Pembelajaran berbasis praktikum beberapa tipe ekosistem dan
membuat pembelajaran lebih keanekaragaman hayati yang
diarahkan pada experimental learning melimpah dan harus dilestarikan.
berdasarkan pengalaman konkrit, Tindakan-tindakan yang tidak
diskusi dengan teman yang bertanggung jawab yang mengarah
selanjutnya akan diperoleh ide dan pada kerusakan ekosistem dan
konsep baru. Belajar dipandang kepunahan sumber daya hayati perlu
sebagai proses penyusunan segera diatasi dan dicari alternatif
pengetahuan dari pengalaman konkrit, pemecahannya.
aktivitas kolaboratif dan refleksi serta Melalui pembelajaran berbasis
interpretasi (Gasong, 2006). praktikum diharapkan mahasiswa
Pembelajaran berbasis praktikum mempelajari ekosistem dan
menjadi alternatif pembelajaran yang keanekaragaman hayati tidak hanya
baik bagi peserta didik (mahasiswa) menghafal konsep tetapi membangun
untuk mengembangkan keterampilan, sendiri pengetahuannya sehingga
kemampuan berpikir (hands-on dan dapat mengembangkan kemampuan
minds-on) karena mahasiswa dituntut berpikir kritis. Dengan demikian,
untuk aktif dalam memecahkan penelitian ini bertujuan untuk
Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan (Eka A) 3

meningkatkan kemampuan berpikir Jadi, berpikir kritis merupakan


kritis mahasiswa melalui penerapan penyelidikan yang diperlukan untuk
pembelajaran berbasis praktikum. mengeksplorasi situasi, fenomena,
Keterampilan berpikir tidak dapat pertanyaan atau masalah untuk
berkembang secara alamiah, sebab menyusun hipotesis atau konklusi,
keterampilan berpikir harus diperkaya yang memadukan semua informasi
oleh berbagai stimulus lingkungan yang dimungkinkan dan dapat
dan suasana yang beragam. Berpikir diyakini kebenarannya.
adalah suatu proses kognitif atau Menurut Richard Paul dan Linda
aktivitas mental untuk memperoleh Elder (Inch, et al., 2006), kemampuan
pengetahuan (Presseisen dalam Costa, berpikir kritis dapat dipilah menjadi
1985). Berpikir juga bisa diartikan delapan fungsi di mana masing-
sebagai suatu keaktifan pribadi masing fungsi mewakili bagian
manusia yang mengakibatkan penting dari kualitas berpikir dan
penemuan terarah sampai pada suatu hasilnya secara menyeluruh, yaitu:
tujuan (Purwanto, 1992). Dengan a. Question at issue
berpikir, seseorang akan mendapatkan (Mempertanyakan masalah).
suatu penemuan baru, setidak- b. Purpose (Tujuan).
tidaknya orang menjadi tahu c. Information (Informasi).
hubungan antar sesuatu. d. Concepts (Konsep).
Menurut Priyadi (2005) berpikir e. Assumptions (Asumsi).
kritis adalah proses mental untuk f. Points of view (Sudut pandang).
menganalisis atau mengevaluasi g. Interpretation and inference
informasi. Informasi tersebut bisa (Interpretasi dan menarik
didapatkan dari hasil pengamatan, kesimpulan).
pengalaman, akal sehat atau h. Implication and consequences
komunikasi. Mahasiswa yang (Implikasi dan akibat-akibat).
menggunakan keterampilan berpikir Berpikir kritis dapat dilatihkan
kritis memikirkan hubungan antara dalam proses pembelajaran dengan
variabel-variabel dengan pemilihan strategi pembelajaran yang
mengembangkan pemahaman logis, tepat. Melatih berpikir kritis dapat
memahami asumsi-asumsi dan bias- dilakukan dengan cara memper-
bias yang mendasari proses utamanya. tanyakan apa yang dilihat dan
Berpikir kritis memerlukan didengar. Setelah itu dilanjutkan
pertimbangan yang menurut Joanne dengan bertanya mengapa dan
Kurfiss (Inch, et al., 2006) adalah bagaimana tentang hal tersebut.
sebagai berikut: Informasi yang diperoleh harus di
An investigation whose purpose is olah dengan baik dan cermat sebelum
to explore a situation, akhirnya disimpulkan.
phenomenon, question, or problem Menurut Joyce, et al., (2009)
to arrive at a hypothesis or model pembelajaran (models of
conclusion about it that integrates learning) sesungguhnya sama dengan
all available information and that model mengajar (models of teaching),
therefore can be convincingly karena pada saat dosen membantu
justified. mahasiswa untuk memperoleh
informasi, gagasan, keterampilan,
4 Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2. Juli 2010

nilai-nilai dan cara berpikir, maka ia pengetahuan baru yang diperoleh


pun mengajarkan kepada mereka dapat diintegrasikan ke dalam teori
tentang bagaimana cara belajar. Pada yang sudah ada, untuk selanjutnya
kenyataannya, hasil belajar yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
terpenting bagi mahasiswa adalah Esensi lain dari pembelajaran
meningkatnya bekal kemampuan berbasis praktikum adalah
untuk belajar secara lebih mudah dan keterlibatan mahasiswa dalam
efektif di kemudian hari, yang pembelajaran yang membawa pada
disebabkan oleh bertambahnya pemahaman dan proses berpikir kritis.
pengetahuan maupun keterampilan Keterlibatan dalam pembelajaran ini
yang diperoleh dari pengalaman yang mengandung makna process skills
baik tentang proses belajar. dan attitude yang memberi
Usaha meningkatan kualitas kesempatan mahasiswa untuk mencari
pembelajaran membuat para ahli pemecahan pada pertanyaan-
mengembangkan berbagai model pertanyaan dan issue-issue ketika
pembelajaran yang merujuk pada membangun pengetahuan baru
pandangan konstruktivisme. (Hidayat, 2008).
Konstruktivisme dalam pembelajaran Penggunaan pembelajaran berbasis
sains menuntut dosen untuk mampu praktikum diharapkan dapat
menciptakan kondisi pembelajaran memfasilitasi pengetahuan awal
yang beranjak dari isu-isu atau mahasiswa, sehingga mahasiswa
peristiwa biologis yang relevan dapat mengembangkan kemampuan
dengan lingkungan mahasiswa, berpikir kritis dan menumbuhkan
menampilkan fenomena alam yang sikap ilmiah ke arah yang lebih baik.
konkrit, memberikan kesempatan Selain itu, diharapkan miskonsepsi
pada mahasiswa untuk berinteraksi mahasiswa dapat teratasi karena
dengan mahasiswa lainnya (Syauki, mahasiswa memperoleh konsep
2000). Jadi, model pembelajaran berdasarkan pengalamannya langsung
berbasis praktikum yang digunakan dan dalam bimbingan dosen.
dalam penelitian ini merupakan Pembelajaran berbasis praktikum
implikasi dari pandangan memiliki sintaks atau tahap yang
konstruktivisme, yaitu pembelajaran dimodifikasi dari Joyce et al., (2009).
beranjak dari peristiwa biologis yang Adapun sintaks atau tahap tersebut
relevan dengan lingkungan adalah:
mahasiswa serta pengetahuan awal a. Tahap pertama : orientasi masalah.
yang dimiliki oleh mahasiswa, Pada tahap ini dosen menjelaskan
kemudian menjadi titik tolak area yang akan diselidiki serta
pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah dalam
menggunakan kegiatan praktikum. melaksanakan praktikum.
Pembelajaran berbasis praktikum b. Tahap kedua : perumusan masalah.
memberi mahasiswa kesempatan Pada tahap ini, mahasiswa diminta
untuk merancang, mencari tahu, untuk merumuskan masalah dan
menemukan konsep-konsep baru dan mengidentifikasi langkah-langkah
merekonstruksi pengetahuan baru yang akan digunakan dalam
tersebut dalam pikirannya penyelidikan atau kegiatan
(konstruktivisme). Konsep dan praktikum.
Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan (Eka A) 5

c. Tahap ketiga : melakukan kritis Inch (2006). Tes ini diberikan


penyelidikan. Pada tahap ini, kepada mahasiswa sebelum dan
mahasiswa mengidentifikasi sesudah pembelajaran.
masalah yang akan diselidiki; Data yang diperoleh dalam
dilanjutkan dengan melakukan penelitian ini adalah data kuantitatif
kegiatan penyelidikan, pengum- berupa skor tes kemampuan berpikir
pulan data, interpretasi data, kritis sebelum dan sesudah
manipulasi variabel dalam pembelajaran. Peningkatan kemam-
penyelidikan. Pada tahap ini, puan berpikir kritis dihitung dengan
mahasiswa juga mengidentifikasi skor gain yang dinormalisasi
kesulitan dalam proses (Archambault, 2008) digunakan
penyelidikan. rumus:
d. Tahap keempat: mencari solusi S post  S pre
masalah. Pada tahap ini dosen N  Gain 
S maks  S pre
menugaskan mahasiswa untuk
memikirkan berbagai cara dalam dengan kriteria nilai N-Gain disajikan
mengatasi kesulitan dalam proses pada Tabel 1.
penyelidikan dengan merancang Tabel 1. Kriteria N-Gain
ulang percobaan, Ternormalisasi
mengorganisasikan data melalui Perolehan N-gain Kriteria
berbagai cara, menginterpretasi N-gain > 0,70 Tinggi
data dan mengkonstruksi 0,30  N  gain  0,70 Sedang
pengetahuan. N-gain < 0,30 Rendah
e. Tahap kelima: mengkaitkan hasil
praktikum atau penyelidikannya Pengolahan data dengan
dengan konsep atau teori. menggunakan Software Statistical
Package for Sosial Science (SPSS) for
windows versi 18.0 dengan taraf
Metode Penelitian signifikansi 5%. Pengujian normalitas
Metode penelitian yang digunakan distribusi data dalam penelitian ini
adalah kuasi eksperimen dengan dilakukan dengan menggunakan uji
desain one group pretest-postest Kolmogorof-Smirnov (KS-21),
design. Sampel penelitian ini adalah sedangkan untuk melihat perbedaan
mahasiswa semester II tahun ajaran peningkatan kemampuan berpikir
2009/2010 program studi Pendidikan kritis sebelum dan sesudah
Biologi FKIP Universitas pembelajaran dilakukan uji beda rata-
Tanjungpura yang sedang mengambil rata menggunakan uji-Z jika data
mata kuliah Pengetahuan berdistribusi normal dan uji Wilcoxon
Lingkungan. Instrumen penelitian jika data tidak berdistribusi normal.
yang digunakan adalah tes
kemampuan berpikir kritis yang Hasil dan Pembahasan
terdiri atas 22 soal berbentuk pilihan Untuk mengetahui terjadinya
ganda beralasan dan 8 soal bentuk peningkatan kemampuan berpikir
essay. Tes ini disusun berdasarkan kritis mahasiswa, skor-skor tes
indikator berpikir kritis yang kemampuan berpikir kritis baik
dikembangkan dari fungsi berpikir sebelum maupun setelah
6 Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2. Juli 2010

pembelajaran terlebih dahulu diuji kemampuan berpikir kritis dengan N-


normalitasnya. Rerata skor pretest Gain rata-rata sebesar 0,39 yang
dan posttest masing-masing adalah termasuk kategori sedang.
0,774 dan 0.690, berarti data Perbedaan yang nyata pada
berdistribusi normal. Kemampuan peningkatan kemampuan berpikir
berpikir kritis yang diamati dalam kritis ini didukung oleh hasil uji beda
penelitian ini meliputi delapan fungsi, rata-rata. Hasil perhitungan per-
yaitu: (1) mempertanyakan bedaan rata-rata skor tes awal dan tes
masalah/pertanyaan terhadap akhir kemampuan berpikir kritis
masalah, (2) tujuan, (3) informasi, (4) mahasiswa berada di luar daerah Zkritis
konsep-konsep, (5) asumsi, (6) sudut untuk  = 0,05 uji satu pihak dengan
pandang, (7) interpretasi dan Ztabel 1,64 dan Zhitung = 10,79
inferensi, dan (8) implikasi dan sehingga dapat disimpulkan bahwa
konsekuensi. Kedelapan fungsi kemampuan berpikir kritis mahasiswa
kemampuan berpikir kritis tersebut sebelum dan sesudah pembelajaran
dikembangkan menjadi 13 indikator. berbeda secara signifikan atau skor
Analisis perolehan skor rata-rata tes akhir (posttest) mahasiswa setelah
tes awal dan tes akhir kemampuan pembelajaran mengalami pening-
berpikir kritis tersaji dalam gambar 1 katan yang signifikan dibandingkan
berikut. dengan sebelum pembelajaran.
Kemampuan Berpikir Kritis
Peningkatan kemampuan berpikir
100 78,71
57,88 kritis mahasiswa setiap indikator
Rerata Skor

50 Kemampuan berpikir kritis yang


Tes Awal
0 ditinjau dalam penelitian ini meliputi
Tes Akhir delapan fungsi dan dikembangkan
Tes Tes
Awal Akhir menjadi tiga belas indikator. Setiap
indikator kemampuan berpikir kritis
Gambar 1. Perbandingan Rerata Skor dianalisis berdasarkan perolehan skor
Tes Awal dan Tes Akhir tes awal, tes akhir, dan gain yang
dinormalisasi. Analisis perolehan skor
Gambar 1. menunjukkan bahwa rata-rata tes awal dan tes akhir
rata-rata skor akhir kemampuan kemampuan berpikir kritis untuk
berpikir kritis mahasiswa yang setiap indikator tersaji dalam gambar
diperoleh setelah pembelajaran 2.
mengalami peningkatan. Kategori
peningkatan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa dapat diketahui
dengan cara melakukan perhitungan
gain ternormalisasi. Hasil perhitungan
gain ternormalisasi digolongkan atas
tiga kategori yaitu kategori tinggi (g >
0,7), kategori sedang (0,3 < g ≤ 0,7)
dan kategori rendah (g ≤ 0,3). Dari
hasil perhitungan, seluruh subjek
penelitian mengalami peningkatan
Pelajaran Berbasis Praktikum (Eka A) 7

Kemampuan Berpikir Kritis

12 10,41
9,82 9,62
10 9,15
8,29 8,53
Rerata Skor

8 6,79 7,12
5,91 5,91
5,41 5,21
6 4,53 4,65
4,24 4,24 3,94 Tes Awal
3,41
4 3,06
2,35 2,88 2,56 2,5 Tes Akhir
1,97
2,29
2 1,79

Keterangan:
KBK-1:: merumuskan pertanyaan; KBK-2: mengidentifikasi tujuan; KBK KBK-3: menjawab
pertanyaan berdasarkan data, fakta, observasi, dan pengalaman; KBK-4:: mendefinisikan istilah;
KBK-5:: merumuskan kriteria; KBK-6: memberi contoh; KBK-7:: mengidentifikasi kerelevanan;
KBK-8:: membuat asumsi; KBK-9:: menganalisis jawaban yang dinyatakan; KBK-10: membuat
argumen; KBK-11:: membuat kesimpulan; KBK-12:: menginterpretasi pertanyaan; dan KBK-13:
membuat implikasi dan mengidentifikasi akibatnya.
Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata
Rata Rata Skor Tes Awal dan Tes Akhir Setiap
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis.
Kritis

Gambar 2 menunjukkan terjadi-


terjadi skor tes awal. Kriteria gain
nya peningkatan kemampuan ternormalisasi yang diperoleh
berpikir kritis mahasiswa pada setiap digolongkan dalam tiga kategori
indikatornya. Untuk mengetahui yaitu tinggi, sedang dan rendah.
kategori peningkatan skor kemam-
kemam Perbandingan rerata N N-Gain
puan berpikir kritis mahasiswa setiap kemampuan berpikir kritis tiap
indikatornya dilakukan perhitungan indikatornya dapat dilihat pada
gain ternormalisasi skor tes akhir dan gambar 3.

Keterangan:
0,8 0,74 KBK-1:: merumuskan pertanyaan;
KBK-2:: mengidentifikasi tujuan;
0,7 KBK-3:: menjawab pertanyaan
0,6 0,53 0,51 berdasarkan data, fakta, observasi, dan
0,47 pengalaman; KBK
KBK-4: mende-finisikan
0,5
0,37 0,39 istilah; KBK-5:: meru
meru-muskan kriteria;
Rerata Skor

0,4 0,32 KBK-6:: memberi contoh; KBK-7:


0,25 mengidentifikasi kerelevanan; KBK-
0,3
0,19
0,16 0,14 8:: membuat asumsi; KBK-9:
0,2
0,06 menganalisis jawaban yang
0,1 dinyatakan; KBK
KBK-10: membuat
0 argumen; KBK
KBK-11: membuat
-
-0,01
kesimpulan; KBK-12:
-0,1
menginterpretasi pertanyaan; dan
N-Gain KBK-13:: membuat implikasi dan
mengidentifikasi akibatnya.

Gambar 3. Perbandingan Rata-Rata


Rata N-Gain Tiap Indikator
8 Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2. Juli 2010

Gambar 3 menunjukkan indikator (0,3 < g ≤ 0,7) . Untuk indikator


yang mengalami peningkatan dengan KBK-44 (mendefinisikan istilah),
kategori tinggi terdapat pada KBK-
KBK KBK-55 (merumuskan kriteria),
10 (membuat argumen) karena nilai KBK-66 (memberi contoh), KBK KBK-7
g > 0,7. Peningkatann dalam kategori (mengidentifikasi kerelevanan)
kerelevanan),
sedang terdapat pada KBK-1 KBK KBK-11 11 (membuat kesimpulan), dan
(merumuskan pertanyaan), KBK-2KBK KBK-12 12 (menginterpretasi
(mengidentifikasi tujuan), KBK-3
KBK pertanyaan) perolehan N-Gain
(menjawab pertanyaan berdasarkan termasuk kategori rendah karena
data, fakta, observasi, dan nilai g ≤ 0,3.
pengalaman), KBK-88 (membuat Peningkatan kemampuan berpikir
asumsi), KBK-99 (menganalisis kritis didukung oleh hasil uji beda
jawaban yang dinyatakan), dan rata-rata
rata menggunakan uji uji-Z yang
KBK-1313 (membuat implikasi dan tersaji pada Tabel 2 dan uji
mengidentifikasi akibatnya) karena Wilcoxon pada Tabel 3.
nilai g berada pada rentang 0,3-0,7
0,3

Tabel 2. Hasil Perbedaan Uji Rerata Skor Tes Awal dan Skor Tes Akhir
Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dengan Uji-Z
Uji
Indika- Sumber Penerimaan
S Zhit Ztab Kesimpulan
tor Tes Ho (α=0,05)
Awal 5,91 1,75 Berbeda
KBK – 1 0,4 9,77 1,64 Tolak Ho
Akhir 9,82 1,57 Signifikan
Awal 5,91 1,68 Berbeda
KBK – 3 0,425 5,6 1,64 Tolak Ho
Akhir 8,29 1,83 Signifikan
Awal 10,79 2,32 Berbeda
KBK – 4 0,285 3,93 1,64 Tolak Ho
Akhir 13,29 2,34 Signifikan
Awal 6,00 1,58 Berbeda
KBK – 5 0,47 4,00 1,64 Tolak Ho
Akhir 8,32 1,98 Signifikan
Berbeda
KBK – 9 Awal 12,18 2,21 0,424 6,67 1,64 Tolak Ho
Signifikan

Tabel 3. Hasil Perbedaan Uji Rerata Skor Tes Awal dan Skor Tes Akhir
Setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dengan Uji Wilcoxon
Indikator Z Asymp. Penerimaan Kesimpulan
Sig Ho(=0,05)
KBK-2 4,277 0,000 Tolak Ho Berbeda Signifikan
KBK-6 0,371 0,710 Terima Ho Tidak Berbeda Signifikan
KBK-7 1,108 0,268 Terima Ho Tidak Berbeda Signifikan
KBK-8 0,428 0,000 Tolak Ho Berbeda Signifikan
KBK-10 0,4963 0,000 Tolak Ho Berbeda Signifikan
KBK-11 2,687 0,007 Tolak Ho Berbeda Signifikan
KBK-12 0,880 0,379 Terima Ho Tidak Berbeda Signifikan
KBK-13 0,4916 0,000 Tolak Ho Berbeda Signifikan
Pelajaran Berbasis Praktikum (Eka A) 9

Tabel 2 dan 3 menunjukkan mengembangkan kemampuan ber-


adanya peningkatan kemampuan pikir kritis yang optimal
berpikir kritis, namun terdapat tiga mensyaratkan adanya kelas yang
indikator yang peningkatannya tidak interaktif sehingga siswa dapat
terlibat aktif dalam proses
signifikan, yaitu memberi contoh, pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
mengidentifikasi kerelevanan, dan pendapat Uhlig (2002) dalam Puspita
menginterpretasi pertanyaan. (2008) yang menyatakan bahwa
berpikir kritis termasuk kemampuan
Adanya peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
berpikir kritis ini menunjukkan bahwa memerlukan banyak sumber kognitif.
pembelajaran berbasis praktikum Pembelajaran berbasis praktikum
dapat melibatkan maha-siswa dalam memungkinkan mahasiswa menda-
aktivitas pembelajaran yang patkan muatan kognitif yang banyak
memerlukan keterampilan kognitif dibandingkan pembelajaran secara
yang lebih tinggi sehingga dapat konvensional. Pembelajaran berbasis
melatih mahasiswa untuk praktikum, situasi belajarnya
mengembangkan kemampuan ber- menyenangkan karena melibatkan
pikir kritisnya lebih baik pada konsep mahasiswa secara langsung dan
tipe-tipe ekosistem dan melatih mahasiswa untuk berpikir
keanekaragaman hayati. Sesuai yang (Hulu, 2009) karena dengan
dikemukakan (Nickerson dalam melakukan pengamatan sendiri secara
Liliasari, 2000) bahwa keterampilan langsung kemampuan berpikir
berpikir selalu berkembang dan dapat mahasiswa akan berkembang
dipelajari. Dalam proses (Halimatul & Supriyanti, 2006).
pembelajaran, pengembangan berpi- Tingginya peningkatan kemampu-
kir kritis lebih melibatkan peserta an berpikir kritis mahasiswa pada
didik sebagai pemikir daripada indikator membuat argumen me-
seorang yang belajar (Splitter dalam nunjukkan bahwa mahasiswa dapat
Liliasari, 2000). memberikan argumen dari kasus atau
Peningkatan kemampuan berpikir informasi yang terjadi di hutan
kritis yang dialami mahasiswa setelah mangrove. Hal ini dimungkinkan
proses pembelajaran di-sebabkan karena beberapa alasan: (1) tingkat
mahasiswa telah diarahkan secara kesukaran soal yang digunakan untuk
aktif untuk mengembangkan indikator KBK memberikan argumen
kemampuan berpikir kritisnya melalui adalah sedang dan sukar, (2) soal
kegiatan praktikum dan pengamatan yang diberikan berbentuk essay
secara langsung (Sukmana, 2008). sehingga memungkinkan mahasiswa
Selain itu, temuan ini juga menuangkan pemikiran-nya dalam
menguatkan penelitian sebelumnya menjawab permasalahan yang
tentang pengaruh praktikum dalam diberikan dari berbagai sudut
mengembangkan kemampuan pandang. (3) skor tes akhir yang
berpikir kritis (Akhyani, 2008;) dan diperoleh tinggi hampir mendekati
pendapat Rustaman (2006). skor maksimal, sedangkan skor tes
Penner (Mulyani, 2009) awalnya rendah sehingga menye-
mengemukakan bahwa untuk babkan N-Gain tinggi. Hal ini
10 Jurnal Matematika dan IPA Vol. 1. No. 2. Juli 2010

menunjukkan bahwa pembelajaran = 0,39). Indikator kemampuan


yang diberikan dapat melatih berpikir kritis yang mengalami
mahasiswa memberikan argumen. peningkatan tertinggi adalah membuat
Hasil uji beda rata-rata juga argumen, dan terendah adalah
menunjukkan bahwa peningkatan memberi contoh.
skor tes awal dan tes akhir pada
indikator ini berbeda signifikan.
Rendahnya peningkatan kemam- Daftar Pustaka
puan berpikir kritis mahasiswa selain Akhyani, A. (2008). Model
karena terdapat beberapa soal yang Pembelajaran Kesetimbangan
tingkat kesukarannya berada pada Kimia Berbasis Inkuiri
kategori sukar adalah bentuk soal Laboratorium untuk Meningkat-
yang diberikan berupa pilihan ganda kan Penguasaan Konsep dan
beralasan. Kemungkinan mahasiswa Keterampilan Berpikir Kritis
mengalami kesulitan dalam Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI.
mengemukakan alasan dalam bentuk Bandung: Tidak diterbitkan.
uraian setelah sebelumnya memilih Archambault, J. (2008). “The Effects
option jawaban yang disediakan of Developing Kinematics
karena memerlukan banyak kata Concepts Graphically Prior to
untuk memperjelas pengertian. Untuk Introducing Algebraic Problem
mengatasinya diperlukan latihan yang Solving Techniques”. Action
berulang-ulang untuk membiasakan Research required for the Master
mahasiswa berpikir. of Natural Science degree with
Belum maksimalnya kemampuan concentration in physics. Arizona
berpikir kritis mahasiswa State University.
dimungkinkan karena mahasiswa Dasna dan Sutrisno. (2007).
kurang mendapatkan kesempatan atau Pembelajaran Berbasis Masalah.
bahkan tidak pernah melatih Tersedia [Online]: http;//educorner
kemampuan tersebut karena proses Mitra ned.id/artikel-umum [18
pembelajaran yang singkat. Oleh Maret 2010].
karena itu, untuk memperoleh hasil Gasong, D. (2006). Model
yang maksimal, melatihkan Pembelajaran Konstruktivistik
kemampuan berpikir kritis kepada Sebagai Alternatif Mengatasi
mahasiswa memerlukan waktu yang Masalah Pembelajaran. Tersedia
cukup lama. [Online]:
http://puslit.petra.ac.id/journals/int
Kesimpulan erior/. [25 Oktober 2009].
Berdasarkan temuan pada Halimatul, Supriyanti. (2006).
penelitian ini dapat disimpulkan Penerapan Model Hipotesis
bahwa pembelajaran ekosistem dan Deduktif pada Praktikum Kinetika
keanekaragaman hayati melalui Enzim pntuk Mengembangkan
pembelajaran berbasis praktikum Keterampilan Berpikir Kritis
secara signifikan dapat mening- Mahasiswa. Prosiding dalam
katkan atau mengembangkan seminar nasional Pendidikan IPA
kemampuan berpikir kritis maha- di UPI.
siswa dengan kategori sedang (N-gain
Pelajaran Berbasis Praktikum (Eka A) 11

Howard, D.R., & Miskowski, J.A. Penguasaan konsep, Keterampi-


(2005). Using A Module Based- lan Generik dan Berpikir kritis
Laboratory to Incorporate Inquiry Siswa Kelas IX. Tesis Program
into a Large Cells Biology Course. Pascasarjana UPI Bandung: tidak
Cell Biology Education. (4). 249- diterbitkan.
260. Rustaman, N. (1996). Peranan
Inch, E.S., et al.. (2006). Critical Praktikum dalam Pembelajaran
Thinking and Communication: The Biologi. Makalah Pelatihan
use of reason in argument. 5thEd. Teknisi dan Laboran FPMIPA
Boston : Pearson Education, Inc. IKIP Bandung.
Liliasari. (2000). “Pengembangan Santyasa, I.W. (2004). “Model
Keterampilan Berpikir Kritis untuk Problem Solving dan Reasoning
Mempersiapkan Calon Guru IPA Sebagai alternatif Pembelajaran
Memasuki Era Globalisasi”. Inovatif”. Makalah. Disajikan
Makalah Seminar Nasional dalam Konvensi Nasional
Pengembangan Pendidikan MIPA Pendidikan Indonesia V. Bali:
di Era Globalisasi. IKIP Negeri Singaraja.
Mulyani, A. (2009). Pembelajaran Tindangen, M. 2006. Implementasi
Sistem Saraf Berbasis Teknologi Pembelajaran Kontekstual dengan
Informasi untuk Meningkatkan Peta Konsep pada Siswa dengan
Penguasaan Konsep, Keterampil- Kemampuan awal Berbeda serta
an Generik Sains, dan Pengaruhnya Terhadap Hasil
Keterampilan Berpikir Kritis Belajar Kognitif dan Kemampuan
Siswa. Tesis pada PPs UPI. Berpikir Tingkat Tinggi Sains
Bandung: Tidak diterbitkan. SMP. Disertasi pada FMIPA
National Research Council. (2003).
Universitas Negeri Malang: Tidak
National Science Education
Diterbitkan.
Standards. Washington, DC.
National Academy Press.
Nurohman, S. 2008. Pendekatan
Project Based Learning sebagai
Upaya Internalisasi Scientific
Method bagi Mahasiswa Calon
Guru Fisika. Tesis UNY.
Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Pines & West. (1986). Conceptual
Understanding and Science
Learning: an Interpretation of
Research Within a Sources-of-
Knowledge Framework. Science
Education. 70(5), 583-604.

Puspita, G. N., (2008). Penggunaan


Multimedia Interaktif Pada
Pembelajaran Konsep Reproduksi
Hewan untuk Meningkatkan
12 Jurnal Cakrawala Kependidikan Vol. 5. No. 1. Maret 2007:1 - 12

You might also like