You are on page 1of 12

PENGARUH JENIS PELARUT DAN WAKTU MASERASITERHADAP

KANDUNGAN SENYAWA FLAVONOID DAN AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea Americana Mill)

Nico Kemit1, I Wayan Rai Widarta2, Komang Ayu Nocianitri2


1
Mahasiswa Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana
2
Dosen Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Email : nkemit@yahoo.co.id

Abstract
This research was conducted to determine effect of the kinds solvent and maceration time
on flavonoid content and antioxidant activity of avocado leaf extract and to obtain maceration
conditions that can produce flavonoid extract with the highest antioxidant activity. The
experimental design used in this research was a randomize block design, which consisted of two
factors. The first factor was the kinds of solvent, which consisted of 4 kinds namely aquades,
acetone 90%, ethanol 90% and methanol 90%. The second factor was the time of maceration,
which consisted of 4 level namely 18, 24, 30 and 36 hours. The treatment was repeated twice to
obtain 32 units of the experiment. Data were analyzed with analysis of variance, followed by
Duncan test. The results showed that the best treatment of avocado leaf extract is maceration by
ethanol 90% for 30 hours which the highest resulted rendemen was 27,84%, total flavonoid was
64,12 mgQE/g dry weight sampel, antioxidant activity was 82,75%, and the IC50 value 417
mg/L.

Keywords : avocado leaf, maceration, flavonoid, antioxidant activity

PENDAHULUAN penyakit ginjal dan hipertensi. Selain itu


Tanaman alpukat (Persea americana juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
Mill) merupakan tanaman buah yang tradisional (Antia et al., 2005). Hasil
termasuk ke dalam family Lauraceae. penelitian Owolabi et al. (2010)
Tanaman alpukat banyak tumbuh di menunjukkan bahwa daun alpukat memiliki
Indonesia terutama di dataran tinggi yang aktivitas antioksidan dan membantu dalam
berhawa sejuk (curah hujannya tinggi). Buah mencegah atau memperlambat berbagai stres
alpukat sering dimanfaatkan untuk oksidatif. Daun alpukat bermanfaat sebagai
dikonsumsi sebagai jus, bolu kukus, dan agen kemopreventif pada sel kanker,
salad. Bagian daging buahnya memiliki memiliki kemampuan kuat sebagai donor
kandungan gizi yang tinggi, sedangkan elektron, dapat bereaksi dengan radikal
bagian daun digunakan untuk ramuan obat bebas untuk diubah menjadi produk yang

130
sangat stabil dan mengakhiri reaksi rantai persiapan sampel, waktu ekstraksi, jumlah
radikal (Asolu et al., 2010) sampel, suhu, dan jenis pelarut (Utami,
Antia et al. (2005) melaporkan 2009). Metode ekstraksi yang digunakan
bahwa daun alpukat mengandung komponen dalam penelitian ini yaitu maserasi.
fitokimia seperti saponin, tanin, flavonoid Kelebihan dari metode maserasi adalah
dan alkaloid melalui uji fitokimia. Flavonoid biayanya yang murah, mudah untuk
adalah suatu kelompok senyawa fenol yang dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga
terbesar ditemukan di alam. Senyawa- tidak merusak senyawa flavonoid (Cuppet et
senyawa ini merupakan zat warna merah, al., 1954).
ungu, dan biru, dan sebagian zat warna Senyawa flavonoid bersifat polar
kuning yang ditemukan dalam tumbuh- sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat
tumbuhan. Flavonoid merupakan komponen polar (Gillespie dan Paul, 2001). Efektivitas
fitokimia tertinggi yang terdapat pada daun ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat
alpukat (Arukwe et al., 2012). Flavonoid tergantung kepada kelarutan senyawa
merupakan senyawa polar karena memiliki tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip
sejumlah gugus hidroksil yang tidak like dissolve like yaitu suatu senyawa akan
tersubstitusi. Senyawa flavonoid ini dapat terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama.
dimanfaatkan sebagai anti mikroba, obat Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion
infeksi pada luka, anti jamur, anti virus, anti pelarut dapat memberikan pengaruh
kanker, dan anti tumor. Selain itu flavonoid terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan
juga dapat digunakan sebagai anti bakteri, (Anggitha, 2012). Pelarut yang bersifat polar
anti alergi, sitotoksik, dan anti hipertensi diantaranya adalah etanol, metanol, aseton
(Sriningsih, 2008). dan air (Sudarmadji et al., 1997). Waktu
Pengambilan flavonoid dari suatu maserasi yang tepat akan menghasilkan
tanaman dapat dilakukan dengan ekstraksi. rendemen ekstrak senyawa yang tinggi.
Selama proses ekstraksi, bahan aktif akan Waktu maserasi yang terlalu singkat akan
terlarut oleh zat penyari yang sesuai sifat mengakibatkan tidak semua senyawa
kepolarannya. Ekstraksi dapat dilakukan fitokimia larut dalam pelarut yang
dengan beberapa metode yaitu maserasi, digunakan, dan apabila waktu ekstraksi
perkolasi dan sokletasi. Faktor – faktor yang terlalu lama maka senyawa fitokimia yang
mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe diekstrak akan rusak (Utami, 2009). Oleh

131
karena itu diperlukan jenis pelarut dan 1, shaker (eyela multi shaker), timbangan
waktu maserasi yang tepat untuk analitik (Shimadzu), mikropipet (Socorex),
memperoleh aktivitas antioksidan yang cawan aluminium, spektrofotometer UV –
tinggi dari ekstrak daun alpukat. Vis (Genesys 10s Uv-Vis), rotary vakum
evaporator (Ika Labortechnik), tabung
METODE PENELITIAN reaksi (pyrex), pipet volume 1 ml (pyrex),
Tempat dan waktu penelitian pipet volume 5 ml (pyrex), gelas beker 200
Penelitian ini dilaksanakan di ml (pyrex), Erlenmeyer 200 ml (pyrex), labu
Laboratorium Analisis Pangan, ukur (pyrex) dan alumunium foil.
Laboratorium Pengolahan Pangan, Jurusan Rancangan penelitian
Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Penelitian ini menggunakan
Teknologi Pertanian dan Laboratorium
rancangan acak lengkap (RAL) pola
Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
faktorial dengan perlakuan jenis pelarut dan
Universitas Udayana, Kampus Sudirman.
waktu maserasi. Faktor pertama adalah jenis
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada
pelarut (P) terdiri dari aquades (P1), aseton
bulan Oktober-November 2015.
90% (P2), etanol 90% (P3) dan metanol
Alat dan bahan
90% (P4) sedangkan faktor kedua adalah
Bahan yang digunakan dalam waktu maserasi (W) terdiri dari 18 jam
metode ini adalah daun alpukat muda dari (W1), 24 jam (W2), 30 jam (W3) dan 36
jenis ijo bundar muda dengan kriteria warna jam (W4) sehingga diperoleh 16 perlakuan.
yang berwarna hijau muda. Daun muda Perlakuan ini diulang sebanyak dua kali
diambil 3-5 daun dibawah pucuk. Daun sehingga diperoleh 32 unit percobaan. Data
Alpukat yang akan digunakan berasal dari yang diperoleh dianalisis menggunakan
Tabanan, Bali. Bahan kimia yang digunakan sidik ragam (ANOVA). Perlakuan yang
antara lain: aquades, aseton 90 %, etanol berpengaruh nyata dianalisis dengan uji
90%, metanol 90%, serbuk Mg, HCl pekat, Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
NaNO2 10%, AlCl3 10%, NaOH 1%, 1- Pelaksanaan penelitian
picrylhydrazyl -2-diphenyl (DPPH), etanol Persiapan sampel
PA. Persiapan sampel meliputi persiapan
Peralatan yang digunakan adalah bahan, pelaksanaan pengeringan, pembuatan
blender (Philips), kertas saring Whatman no serbuk daun alpukat dan persiapan ekstraksi.

132
Daun alpukat dicuci hingga bersih kemudian evaporator. Ekstrak yang didapat dikemas
diangin-anginkan sampai kering. Setelah itu dengan botol gelap dianalisis rendemen,
dihaluskan menggunakan blender, kemudian kandungan senyawa flavonoid dan aktivitas
diayak menggunakan ayakan 60 mesh. antioksidannya.
Serbuk yang diperoleh selanjutnya diekstrak
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Bainiwal et al., 2013).
Rendemen
Ekstraksi komponen fitokimia daun
Hasil sidik ragam menunjukkan
alpukat
perlakuan jenis pelarut dan waktu maserasi
Proses pembuatan ekstrak daun berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
alpukat menggunakan metode maserasi. rendemen ekstrak daun alpukat. Rata-rata
Serbuk daun alpukat, ditimbang sebanyak 15 rendemen ekstrak daun alpukat dapat dilihat
g, dimasukkan dalam erlenmeyer (seluruh pada Gambar 1.
sisi erlemeyer dibungkus mengunakan Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat
aluminium foil). Dilarutkan dengan pelarut bahwa rendemen ekstrak daun alpukat
sebanyak 150 ml (aquades, aseton 90%, tertinggi terdapat pada perlakuan pelarut
etanol 90% dan metanol 90%). etanol dengan waktu maserasi 30 jam yaitu
Perbandingan serbuk daun alpukat dengan 27,84%, sedangkan rendemen terendah
pelarut 1: 10, kemudian dimaserasi dengan terdapat pada perlakuan pelarut aquades
bantuan shaker selama 18, 24, 30 dan 36 dengan waktu maserasi 36 jam yaitu
jam sesuai perlakuan pada suhu kamar. 16,74%.
Larutan disaring menggunakan kertas
whatman no 1. Filtrat yang didapat
dievaporasi menggunakan rotary vakum

133
Gambar 1. Rendemen ekstrak daun alpukat (%)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05)

Flavonoid yang bersifat polar akan Analisis Kualitatif Flavonoid


larut pada pelarut polar (Gillespie et al.,
Analisis kualitatif dilakukan untuk
2001). Semakin lama waktu ekstraksi,
mengetahui ada atau tidak keberadaan
kuantitas bahan yang terekstrak juga akan
flavonoid dalam ekstrak daun alpukat.
semakin meningkat dikarenakan kesempatan
Keberadaan flavonoid dapat diketahui
untuk bersentuhan antara bahan dengan
melalui perubahan warna menjadi merah,
pelarut makin besar (Winata et al., 2015).
kuning, orange dan kuning kecoklatan pada
Waktu maserasi yang melewati waktu
lapisan kloroform setelah direaksikan
optimum akan menyebabkan komponen
dengan bubuk Mg dan asam klorida (HCl)
yang terekstrak menurun. Waktu maserasi
pekat. Hasil analisis kualitatif dapat dilihat
yang melewati waktu optimum akan
pada Tabel 1.
merusak zat terlarut yang ada di dalam
Tabel 1 menunjukkan bahwa
bahan dan berpotensi meningkatkan proses
perlakuan dengan pelarut aquades, aseton,
hilangnya senyawa-senyawa pada larutan
etanol dan metanol dengan waktu maserasi
yang terekstrak karena penguapan (Cikita et
18, 24, 30 dan 36 jam diketahui
al., 2016).

134
mengandung senyawa flavonoid yang berada pada ekstrak daun alpukat. Menurut
ditandai dengan perubahan warna larutan Riyani et al. (2015) bahwa flavonoid larut
kloroform menjadi kuning-orange. pada pelarut aquades, etanol dan metanol.
Flavonoid yang bersifat polar akan larut Sementara itu, Yulistian et al.( 2015)
pada pelarut polar (Anggitha, 2012). Pelarut melaporkan flavonoid juga larut dengan
aquades, aseton, etanol dan metanol yang pelarut aseton
bersifat polar melarutkan flavonoid yang

Tabel 1. Hasil analisis kualitatif flavonoid ekstrak daun alpukat


Jenis pelarut/ waktu Jenis pelarut/ waktu
Hasil Hasil
maserasi maserasi
Aquades/ 18 jam + Etanol/ 18 jam +
Aquades/ 24 jam + Etanol/ 24 jam +
Aquades/ 30 jam + Etanol/ 30 jam +
Aquades/ 36 jam + Etanol/ 36 jam +
Aseton/ 18 jam + Metanol/ 18 jam +
Aseton/ 24 jam + Metanol/ 24 jam +
Aseton/ 30 jam + Metanol/ 30 jam +
Aseton/ 36 jam + Metanol/ 36 jam +

Total flavonoid etanol dengan waktu maserasi 30 jam yaitu


64,12 mgQE/g berat kering bahan,
Hasil sidik ragam menunjukkan
sedangkan total flavonoid terendah
bahwa interaksi antara jenis pelarut dan
diperoleh dari pelarut aquades dengan waktu
perbedaan waktu maserasi berpengaruh
36 jam yaitu 2,04 mgQE/g berat kering
sangat nyata (P<0,01) terhadap total
bahan.
flavonoid. Nilai rata-rata total flavonoid
Suatu senyawa akan larut pada
ekstrak daun alpukat pada perlakuan jenis
pelarut yang mempunyai kepolaran yang
pelarut dan waktu maserasi dapat dilihat
sama (Harborne,1987). Senyawa flavonoid
pada Gambar 2.
merupakan senyawa polar karena
Gambar 2 menunjukkan bahwa total
mengandung sejumlah gula yang terikat,
flavonoid tertinggi diperoleh dari pelarut

135
oleh karena itu flavonoid lebih cenderung bahan sehingga mengeluarkan zat terlarut
larut pada pelarut polar. Total flavonoid (solute) ke dalam pelarut (solvent). Semakin
pada ekstrak daun alpukat dengan pelarut lama waktu ekstraksi, kuantitas bahan yang
etanol menunjukkan bahwa pelarut etanol terekstrak juga akan semakin meningkat
memiliki tingkat kepolaran yang menyerupai dikarenakan kesempatan untuk bersentuhan
dan lebih efektif dalam melarutkan senyawa antara bahan dengan pelarut makin besar
flavonoid pada daun alpukat, sehingga sehingga hasilnya akan bertambah sampai
ekstrak daun alpukat dengan pelarut etanol titik optimum (Winata et al., 2015). Waktu
menghasilkan senyawa flavonoid tertinggi. maserasi yang melewati waktu optimum
Gambar 2 menunjukkan bahwa akan merusak zat terlarut yang ada di dalam
semakin lama waktu ekstraksi, semakin bahan dan berpotensi meningkatkan proses
lama pula bahan akan kontak dengan hilangnya senyawa-senyawa pada larutan
pelarut. Waktu maserasi yang semakin lama, karena penguapan (Cikita et al., 2016).
mengakibatkan pecahnya dinding sel pada

Gambar 2. Total flavonoid ekstrak daun alpukat (mgQE/ g berat kering bahan)
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05)

136
Aktivitas antioksidan yaitu 7,67%. Aktivitas antioksidan
dipengaruhi oleh jumlah senyawa flavonoid
Hasil sidik ragam menunjukkan
yang ada pada ekstrak daun alpukat,
bahwa interaksi antara jenis pelarut dan
semakin banyak senyawa flavonoid maka
perbedaan waktu maserasi berpengaruh
aktivitas antioksidan akan semakin
sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas
meningkat Hal ini sesuai dengan yang
antioksidan ekstrak daun alpukat. Nilai rata-
dilaporkan oleh Rohman et al. (2007) bahwa
rata aktivitas antioksidan ekstrak daun
total flavonoid berbanding lurus dengan
alpukat perlakuan jenis pelarut dan waktu
aktivitas antioksidan. Hal ini juga
maserasi dapat dilihat pada Gambar 3.
ditunjukkan melalui kolerasi antara total
Gambar 3 menunjukkan bahwa
flavonoid dengan aktivitas antioksidan
aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh dari
ekstrak daun alpukat. Hubungan antara total
pelarut etanol dengan waktu maserasi 30
flavonoid (mgEQ/g berat kering bahan)
jam yaitu 82,75%, sedangkan aktivitas
dengan aktivitas antioksidan (%) dapat
antioksidan terendah diperoleh dari pelarut
dilihat pada Gambar 4.
aquades dengan waktu maserasi 36 jam

Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0.05)
Gambar 3. Aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat (%)

137
Gambar 4. Hubungan antara total flavonoid (mgEQ/g berat kering bahan) dengan
aktivitas antioksidan (%).

Gambar 4 menunjukkan korelasi bahwa total flavonoid memiliki korelasi


antara total flavonoid dengan aktivitas positif dengan aktivitas antioksidan.
antioksidan dengan perlakuan pelarut Berdasarkan hasil analisis aktivitas
aquades, aseton, etanol, dan metanol dengan antioksidan, diperoleh bahwa perlakuan
waktu maserasi 18, 24, 30 dan 36 jam. maserasi dengan pelarut etanol dan waktu
Koefisien korelasi (R2) antara total maserasi 30 jam memiliki persentase
flavonoid dan aktivitas antioksidan pada aktivitas antioksidan tertinggi sehingga
berbagai pelarut secara berurutan aquades, perlakuan ini dipilih untuk diuji penentuan
aseton, etanol dan metanol adalah 0.971, IC50. Persentase aktivitas antioksidan
0.9947, 0.937, 0.9245. Hal ini menunjukkan ekstrak daun alpukat dalam berbagai
konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 5.

138
Gambar 5. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak dengan aktivitas antioksidan

Gambar 5 menunjukkan bahwa KESIMPULAN DAN SARAN


semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka Kesimpulan
semakin tinggi persentase aktivitas Berdasarkan penelitian maka dapat
antioksidan. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa interaksi antara jenis
linier diperoleh persamaan y = 0.0601x + pelarut dan waktu maserasi berpengaruh
24.9 dengan nilai IC50 sebesar 417 mg/L. sangat nyata terhadap total flavonoid dan
Nilai IC50 dari daun alpukat lebih rendah aktivitas antioksidan ekstrak daun alpukat.
dibandingkan nilai IC50 senyawa flavonoid Pelarut etanol dengan waktu maserasi 30
pada daun sirsak yang dilaporkan Budiarti et jam menghasilkan total flavonoid dan
al. (2014) yakni sebesar 3.132 mg/L. aktivitas antioksidan tertinggi dengan
Menurut Wijayanti et al., (2006) semakin rendemen 27,84%, total flavonoid sebesar
rendah harga IC50 semakin aktif zat tersebut 64,12 mgQE/g bk bahan, aktivitas
sebagai zat antioksidan. Jadi, dapat antioksidan sebesar 82,75% dan nilai IC50
dikatakan ekstrak daun alpukat lebih aktif sebesar 417 mg/L
sebagai antioksidan dibandingkan ekstrak Saran
daun sirsak. Perlu dilakukan pengujian ekstrak
daun alpukat terhadap aktivitas anti
mikroba.

139
DAFTAR PUSTAKA
Cuppett, S., M. Schrepf dan C. Hall. 1954.
Anggitha, I. 2012. Performa Flokulasi
Natural Antioxidant – Are They
Bioflokulan DYT pada Beragam
Reality. Dalam Foreidoon Shahidi:
Keasaman dan Kekuatan Ion
Natural Antioxidants, Chemistry,
terhadap Turbiditas Larutan Kaolin.
Health Effect and Applications,
Universitas Pendidikan Indonesia:
AOCS Press, Champaign, Illinois:
Jakarta.
12-24
Antia, B.S., J. Okokon dan PA Okon. 2005.
Gillespie, R.J. Paul , 2001. Chemical
Hypoglycemic activity of aqueous
Bonding and Molecular Geometry.
leaf extract of Persea americana Mill.
Oxford University Press,London.
Research Letter, 37 (5): 325-326.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi
Asolu, M.F., S.S. Asaolu, J.B. Fakunle, B.O.
ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
Emman, Okon, E.O. Ajayi dan R.A.
penerjemah. Bandung. Terjemahan
Togun, 2010, Evaluation of in-vitro
dari: Phytochemical Methods.
Antioxidant Activities of Methanol
Owolabi, M.A., Coker dan S.I. Jaja. 2010.
Extracts of Persea americana and
Bioactivity Of The Phytoconstituents
Cnidosculus aconitifolius, Pakistan
Of The Leaves Of Persea americana.
Journal of Nutrition, 9 (11): 1074-
Journal of Medicinal Plants Research
1077.
Vol. 4(12):1130-1135.
Arukwe, B.A., M.K. Duru, E.N. Agomuo
Riyani, A dan R. Adawiah. 2015. Ekstraksi
dan E.A. Adindu. 2012. Chemical
Composition of Persea Americana Flavonoid metode Soxhletasi dari
Leaf, Fruit and Seed. International batang pohon pisang ambon (Musa
Journal of Recent Research and paradisiaca var. sapientum) dengan
Applied Studies. 11 (2): 346-349. berbagai jenis pelarut. Prosiding
Bainiwal, L. K., V. Pratima, V. Tekha. 2013. Simposium Nasional Inovasi dan
Determination of Preliminary Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS
Phytoconstituents, Total Phenolic 2015). ISBN: 978-602-19655-8-0:
and Flavonoids Contents in The 625-628.
Roots, Leaves and Stems of (Cleome Rohman, A., S. Riyanto dan N.K. Hidayati.
Viscosa Linn). International Jurnal 2007. Aktivitas Antioksidan,
Of Biological And Pharmaceutical Kandungan Fenolik Total, dan
Research. 4(12): 891-895. Flavonoid Total Daun Mengkudu
Budiarti, A., M. Ulfah dan F.A. Oktania. (Morinda citrifolia L.). Jurnal
2014. Aktivitas Antioksidan Fraksi Farmasi Universitas Gajah Mada.
Kloroform Ekstrak Etanol Dau Vol 17(3): 136-142.
Sirsak (Annona muricata L.) dan Sriningsih. 2008. Analisa Senyawa
Identifikasi Senyawa Kimianya. Golongan Flavonoid Herba
Jurnal Teknik Farmasi. 1(1): 1-6. Tempuyung (Sonchusarvensis
Cikita, I., I. H. Hasibuan dan R. Hasibuan. L):www.indomedia.com/intisari/199
2016. Pemanfaatan Flavonoid 9/juni/tempuyung.htm. Diakses
Ekstrak Daun Katuk Sauropus tanggal 30 Januari 2015
androgynous (L) Merr) Sebagai Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip
Antioksidan pada Minyak Kelapa. dan prosedur statistika Suatu
Jurnal Teknik Kimia USU. Jurnal Pendekatan Biometrik. Penerjemah
Teknik Kimia USU: 1-7.

140
B. Sumantri. PT. Gramedia Pustaka, Alam Institut Teknologi Sepuluh
Jakarta November. Tugas Akhir.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suharji. Winata, E. W dan Yunianta. 2015. Ekstraksi
1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Antosianin Buah Murbei (Morus
Makanan dan Pertanian. Penerbit alba L.) Metode Ultrasonic Batch
Liberti, Yogyakarta. (Kajian Waktu dan Rasio Bahan :
Utami. 2009. Potensi Daun Alpukat (Persea Pelarut). Jurnal Pangan dan
Americana Mill) Sebagai Sumber Agroindustri. Vol 3 (2) 773-783.
Antioksidan Alami. Jurnal Teknik Yulistian. D., Prielananta, P. U. Edi, S. M.
Kimia UPN Jawa Timur. Vol 2 (1) : Ulfa, E. Yusnawan. 2015. Studi
58-64. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap
Wijayanti, W.A. dan, Z. Yulfi. 2006. Hasil Isolasi dan Kadar Senyawa
Minyak Atsiri Dari Kulit Batang Fenolik dalam Biji Kacang Tunggak
Cinnamomum butmannii (Kayu (Vigna unguiculata L) Sebagai
Manis) Sebagai Insektisida Alami,
Antioksidan. Jurnal Ilmu Kimia
Antibakteri, Dan Antioksidan.
Universitas Brawijaya. Vol 1(1):
Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan 819-825.

141

You might also like