You are on page 1of 17

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN DUKUNGAN KELUARGA LANSIA

DENGAN KEJADIAN STROKE PADA LANSIA HIPERTENSI DI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Parida Hanum1, Rahayu Lubis2, Rasmaliah3


1
Magister Kesehatan Masyarakat USU, 2,3 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat USU
hanumparida06@gmail.com1, Rahayu_lubis@yahoo.com2,Rasmaliah59@gmail.com3

ABSTRACT

The rate of stroke incidence is about 200 per 100,000 people throughout the world.
In Indonesia, 500,000 people suffer from stroke each year and 125,000 people. Effective
family support is expected to be able to help the elderly to be treated their hypertension
optimally in order to reduce the incidence of stroke. The objective of the research was to find
out the correlation of the characteristics and support from the elderly family with the
incidence of stroke in the elderly who suffered from hypertension at RSUP Haji Adam Malik,
Medan.
The research is done by using cross sectional approach of 147 samples taken by using
consecutive sampling. Independent variables were the characteristics (age, sex, ethnicity,
education, occupation, and marital status) and dependent variable was stroke in the elderly
who suffer from hypertension. The data were gathered by using primary and secondary and
analyzed by using univatriate, bivatriate (chi square test), and multivatriate with multiple
logistic regression analysis at α = 0.05.
The result of the research showed the variables which were correlated with the
incidence of stroke were age (p=0.025), sex (p=0.011), emotional support (p<0.001), reward
(p=0.07), and informational support (p<0.001). The variables which had the most dominant
correlation with the incidence of stroke were informational support (p=0,001).
It is recommended that the hospital management increase health service and family
support for the elderly in order that the elderly with hypertension can be prevented from
stroke.

Keywords: Characteristics, Support from the Elderly Families, Stroke in the Elderly with
Hypertension

PENDAHULUAN berusia lebih dari 65 tahun menderita


WHO menyatakan bahwa didunia
hipertensi. Prevalensi hipertensi di dunia
penyakit kardiovaskular merupakan
diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi
penyebab kematian terbesar pada populasi
lebih banyak menyerang pada golongan usia
usia 65 tahun keatas dengan jumlah kematian
55-64 tahun (Nurlaelyn, 2010).
lebih banyak dinegara berkembang.
Hipertensi menyerang 50 juta orang
Hipertensi sering ditemukan pada lansia.
Amerika, termasuk 60% diantaranya berusia
Diperkirakan 23% wanita dan 14% pria

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 72


di atas 60 tahun. Setiap tahun, ditemukan Berdasarkan data Riset kesehatan
sekitar 1,8 juta kasus baru hipertensi. dasar tahun 2013 prevalensi stroke tertinggi
Hipertensi merupakan penyebab umum terdapat di Sulawesi Selatan (17,9).
terjadinya stroke dan serangan jantung Sementara itu di Sumatera Utara prevalensi
(heart attack) (Goldszmidt JA, 2011). kejadian stroke sebesar 6,3%. Prevalensi
Stroke merupakan urutan kedua penyakit stroke juga meningkat seiring
penyakit mematikan setelah penyakit bertambahnya usia. Kasus stroke tertinggi
jantung. Serangan stroke lebih banyak dipicu adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan
karena hipertensi yang disebut silent killer, lebih banyak pria (7,1%) dibandingkan
diabetes mellitus, obesitas dan berbagai dengan wanita (6,8%) (Depkes, 2013).
gangguan alliran darah ke otak. Angka Menurut Friedman (1998), keluarga
kejadian stroke didunia kira-kira 200 per merupakan penyedia layanan kesehatan
100.000 penduduk dalam setahun. Di utama bagi pasien yang mengalami penyakit
Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi kronik. Keluarga merupakan satu-satunya
500.000 penduduk terkena serangan stroke tempat yang sangat penting untuk
dan sekitar 25% atau 125.000 orang memberikan dukungan, pelayanan serta
meninggal sedangkan sisanya mengalami kenyamanan bagi lansia dan anggota
cacat ringan bahkan bisa menjadi cacat berat keluarga juga merupakan sumber dukungan
(Pudiastuti, 2011). dan bantuan paling bermakna dalam
Setiap tahun, hampir 700.000 orang membantu anggota keluarga yang lain dalam
Amerika mengalami stroke, dan stroke mengubah gaya hidupnya.
mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Dukungan keluarga berupa
Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 dukungan instrumental, informasional,
detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik penghargaan, dan emosional. Dengan
terjadi kematian akibat stroke. Menurut demikian dapat dikatakan bahwa dengan
Yayasan Stroke Indonesia, terdapat adanya dukungan keluarga yang efektif
kecenderungan meningkatnya jumlah diharapkan akan sangat membantu lansia
penyandang stroke di Indonesia dalam untuk melakukan perawatan hipertensi
dasawarsa terakhir (Medicastore, 2011). secara optimal sehingga dapat menurunkan
resiko untuk terjadinya stroke.

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 73


Berdasarkan penelitian yang TINJAUAN TEORITIS
dilakukan oleh Sofyan, dkk (2013) pada 220 1. Lanjut Usia
orang yang berusia ≥ 40 tahun, ditemukan Menurut UU No. 13 tahun 1998
penderita stroke sebanyak 77 orang (35%) tentang kesejahteraan lanjut usia, pengertian
dan bukan stroke sebanyak 143 orang (65%). lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang
Kejadian stroke ditemukan paling banyak telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia
pada golongan umur > 55 tahun (67,5%), adalah penduduk yang mengalami proses
jenis kelamin pria (52%) dan penderita penuaan secara terus-menerus yang ditandai
hipertensi (88,3%). dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
Berdasarkan data yang diperoleh dari semakin rentan terhadap serangan penyakit
rumah sakit, pada tahun 2013 jumlah yang dapat menyebabkan kematian.
penderita stroke berjumlah 345 orang dan Departemen Kesehatan menggolongkan
pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi tingkatan lansia menjadi tiga kelompok
349 orang dan pada tahun 2015 berjumlah yaitu: kelompok lansia dini (55-64 tahun),
278 orang. Sementara itu jumlah kasus kelompok lansia (65 tahun ketas), kelompok
stroke pada lansia >60 tahun yang lansia resiko tinggi yaitu lansia yang berusia
mengalami hipertensi setiap tahunnya lebih dari 70 tahun (Nawawi, 2009).
mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari Kelompok lanjut usia merupakan
data yang menunjukkan bahwa pada tahun kelompok penduduk yang berusia 60 tahun
2013 terdapat sejumlah 147 kasus dan pada keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses
tahun 2014 terdapat 100 kasus berlanjut pada menghilangnya kemampuan jaringan untuk
tahun 2015 sebanyak 364 kasus. memperbaiki diri atau mengganti dan
Berdasarkan uraian latar belakang mempertahankan fungsi normalnya secara
diatas, maka perlu dilakukan penelitian perlahan-lahan sehingga tidak dapat
tentang hubungan karakteristik dan bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
dukungan keluarga lansia dengan kejadian kerusakan yang terjadi (Nawawi, 2009).
stroke pada lansia hipertensi di RSUP H. Seseorang yang sudah lanjut usia akan
Adam Malik Medan. mengalami beberapa perubahan pada
tubuh/fisik, Psikis/intelektual, sosial

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 74


kemasyarakatan maupun secara dipengaruhi oleh beberapa faktor.
spiritual/keyakinan (Mujahidullah, 2012) Karakteristik lansia termasuk sebagai faktor
Menurut Maryam, dkk (2008), lansia pencetus (predisposing factor) yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: berhubungan dengan kejadian stroke pada
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan lansia yang meliputi : jenis kelamin, usia,
Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang suku, pendidikan. Menurut Lewis et al
kesehatan) (2007), usia, jenis kelamin dan ras juga
2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi termasuk kedalam faktor risiko terjadinya
dari rentang sehat sampai sakit, dari stroke.
kebutuhan biopsikososial sampai 2. Dukungan kelurga
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga Dukungan keluarga adalah suatu
kondisi maladaptif proses hubungan antara keluarga dan
3. Lingkungan tempat tinggal yang lingkungan sosialnya (Friedman, 1998).
bervariasi. Karakteristik penyakit yang Dukungan keluarga adalah proses yang
dijumpai pada lansia diantaranya: terjadi seumur hidup, dimana sumber dan
1) Penyakit yang sering multipel, saling jenis dukungan keluarga berpengaruh
berhubungan satu sama lain terhadap tahap lingkaran kehidupan
2) Penyakit bersifat degeneratif, serta keluarga. Dukungan dari keluarga
menimbulkan kecacatan merupakan unsur yang terpenting dalam
3) Gejala sering tidak jelas, berkembang membantu individu khususnya lansia dalam
secara perlahan menyelesaikan masalah. Apabila ada
4) Masalah psikologis dan sosial sering dukungan, rasa percaya diri akan bertambah
terjadi bersamaan dan motivasi untuk menghadapi masalah
5) Lansia sangat peka terhadap penyakit yang terjadi akan meningkat
infeksi akut Menurut Friedman ada 4 jenis
6) Sering terjadi penyakit yang bersifat dukungan sosial keluarga, yaitu sebagai
iatrogenik berikut:
Menurut Green dan Kauter (1991, a. Dukungan informasional
dalam McMurray, 2003), menggambarkan Keluarga berfungsi sebagai kolektor
bahwa kesehatan dan faktor risiko kesehatan dan diseminator informasi munculnya suatu

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 75


stressor karena informasi yang diberikan Keluarga bertindak sebagai sebuah
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang bimbingan umpan balik, membimbing dan
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam menengahi pemecahan masalah. Terjadi
dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk lewat ungkapan rasa hormat (penghargaan)
dan pemberian informasi. Untuk pasien serta sebagai sumber dan validator identitas
stroke diberikan informasi oleh keluarganya anggota keluarga, diantaranya adalah
tentang penyakit stroke serta memberikan penghargaan dan perhatian saat
pengelolaannya. pasien menjalani rehabilitasi. Jadi dukungan
b. Dukungan emosional keluarga terhadap pasien stroke baik fase
Keluarga sebagai tempat yang aman akut maupun paska stroke sangat dibutuhkan
dan damai untuk istirahat dan belajar serta untuk mencapai proses penyembuhan/
membantu penguasaan terhadap emosi, pemulihan.
diantaranya menjaga hubungan emosional 3. Hipertensi
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam Hipertensi adalah kondisi ketika
bentuk afeksi, adanya kepercayaan, seseorang mengalami kenaikan tekanan
perhatian dan mendengarkan atau darah baik secara lambat atau mendadak
didengarkan saat mengeluarkan perasaanya. (akut). Hipertensi menetap (tekanan darah
c. Dukungan instrumental tinggi yang tidak menurun) merupakan
Keluarga merupakan sebuah sumber faktor risiko terjadinya stroke, penyakit
pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya jantung koroner (PJK), gagal jantung, gagal
keteraturan menjalani terapi, kesehatan ginjal, dan aneurisma arteri (penyakit
penderita dalam hal kebutuhan makan dan pembuluh darah). Meskipun peningkatan
minum, istirahat, dan terhindarnya penderita tekanan darah relatif kecil, hal tersebut dapat
dari kelelahan. Dukungan ini juga mencakup menurunkan angka harapan hidup (Agoes
bantuan langsung, seperti dalam bentuk dkk, 2010).
uang, peralatan, waktu, modifikasi
lingkungan maupun menolong pekerjaan
pada saat penderita mengalami stres.
d. Dukungan penghargaan

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 76


Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut kematian tanpa adanya penyebab lain yang
WHO
jelas selain vaskuler (Mujahidullah, 2012).
Kategori Sistol Diastol
Menurut Lumbantobing (2013) stroke
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 < 80 merupakan gangguan peredaran darah di
Normal <130 < 85
otak. Stroke juga dikenal dengan cerebro-
Tingkat 1 140-159 90-99
(hipertensi vascular accident dan Brain Attack. Stroke
ringan)
berarti pukulan (to strike) yang tejadi secara
Sub grup : 140-149 90-94
perbatasan mendadak dan menyerang otak. Gangguan
Tingkat 2 160-179 100-109
peredaran darah di otak dapat berupa iskemia
(hipertensi
sedang) yaitu aliran darah berkurang atau terhenti
Tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
pada sebagian daerah di otak. Sedangkan
(hipertensi berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 >90 gangguan peredaran darah lainnya adaalah
terisolasi
terjadinya perdarahan di otak karena dinding
Sub grup : 140-149 <90
perbatasan pembuluh darah robek.
Stroke secara luas diklasifikasikan
Tabel 2. Klasifikasi HipertensiMenurut
Perhimpunan Hipertensi Indonesia menjadi dua yaitu:
1) Stroke Iskemik
Kategori Sistol Dan/atau Diastol
(mmHg) (mmH Delapan puluh persen kasus stroke
g)
Normal <120 Dan < 80 berasal dari proses iskemik dan disebabkan
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi 140-159 Atau 90-99 oleh sumbatan trombotik atau
tahap 1
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100 tromboembolik pada arteri. Lokasi tersering
tahap 2 asal bekuan darah yaitu arteri serebral
Hipertensi ≥ 140 Dan ≥ 90
sistol terisolasi ekstrakranial, jantung (fibrilasi atrial,
penyakit katup mitral, thrombus ventricular
4. Stroke
kiri), arteri kecil yang mempenetrasi pada
Menurut WHO stroke adalah adanya
otak (stroke lakunar), dan plak arkus aorta.
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
Stroke iskemik dibagi menjadi
akibat gangguan fungsi otak fokal (global)
atetotrombosis arteri besar, emboli otak,
dengan gejala-gejala yang berlangsung
stroke lakunar, dan hipoperfusi sistemik.
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
Stroke iskemik biasanya berupa defisit

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 77


neurologis fokal sesuai dengan distribusi Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu
pembuluh darah tunggal. Temuan dapat faktor risiko mayor (kuat) dan faktor resiko
bervariasi, dan mungkin terdapat perburukan minor (lemah). Faktor risiko yang kuat
progresif atau berkurangnya fungsi berarti besar pengaruhnya terhadap
neurologis dalam pola seperti tangga. kemungkinan menderita stroke. Faktor risiko
Muntah dan berkurangnya kesadaran jarang yang kuat adalah sebagai berikut:
terjadi. 1) Hipertensi
2) Stroke Hemoragik Seseorang yang mengalami hipertensi
Stroke dapat dibedakan secara dan tidak mendapatkan pengobatan dan
mudah menjadi perdarahan subaraknoid, pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal
perdarahan intraserebral, dan perdarahan ini dapat membawa penderita kedalam
subdural/ektradural berdasarkan gambaran kasus-kasus serius bahkan menyebabkan
klinis dan CT scan. Perdarahan subaraknoid kematian. Tekanan darah tinggi yang terus-
adalah perdarahan yang menunjukkan gejala menerus menyebabkan jantung seseorang
nyeri kepala hebat mendadak, terhentinya bekerja ekstra keras yang pada akhirnya
aktivitas, dan muntah tanpa tanda-tanda kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan
neurologis fokal. CT scan menunjukkan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak
darah dalam rongga subaraknoid dan sisterna dan mata. Penyakit hipertensi ini merupakan
serebri, serta cairan spinal selalu penyebab umum terjadinya stroke dan
mengandung darah. Perdarahan intraserebral serangan jantung (heart attack).
menunjukkan gejala neurologis fokal. Nyeri 2) Penyakit Jantung
kepala, muntah, dan menurunnya kesadaran Penyakit jantung merupakan faktor
sering terjadi pada perdarahan yang lebih risiko terjadinya stroke. Penyakit jantung
luas, CT scan dan MRI menunjukkan yang dimaksud seperti infark miokard,
hematoma di dalam otak. Sedangkan elektrokardiogram abnormal, penyakit katup
perdarahan subdural dan ektradural biasanya jantung, dan gagal jantung kongesif.
disebabkan trauma kepala. Lesi terjadi diluar 3) Adanya manifestasi aterosklerosis
otak, baik didalam (subdural) maupun di luar secara klinis
(ekstradural) dura mater (Goldszmidt, 2011) Stroke dapat terjadi jika sudah ada
manifestasi aterosklerosis secara klinis yaitu

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 78


adanya gangguan pembuluh darah koroner 5) Pernah mengalami stroke
(angina pectoris) dan gangguan pembuluh 6) Merokok
darah karotis (terdapat bising di karotis), dan Faktor resiko yang lemah (minor) terdiri
lain-lain seperti klaudikasio intermiten, dari Kadar lemak yang tinggi di dalam darah,
denyut nadi di perifer tidak ada. Hematokrit tinggi, Kegemukan, Kadar asam
4) Diabetes mellitus urat tinggi, kurang aktivitas fisik/olahrga,
Diabetes mellitus merupakan suatu Fibrinogen tinggi (Lumbantobing, 2013).
penyakit dimana kadar glukosa didalam
METODOLOGI PENELITIAN
darah tinggi. Penyakit ini di Indonesia juga
Jenis penelitian yang digunakan adalah
dikenal dengan penyakit kencing manis yang
penelitian kuantitatif dengan desain studi
prevalensinya semakin meningkat. Diabetes
cross sectional dengan jumlah sampel adalah
mellitus ini apabila tidak dikendalikan maka
147 orang yang dilakukan secara consecutive
dapat menyebabkan terjadinya perubahan
sampling.
serius pada jantung, syaraf, ginjal dan mata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Hubungan Variabel Karakteristik dengan Kejadian Stroke Pada Lansia
Hipertensi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Karakteristik Lansia Kejadian Stroke Total
Nilai p RP
Terjadi Tidak Terjadi (95% CI)
f % f % f %
Usia
Lansia tua 11 18,0 50 82,0 61 100 0,025 0,517
Lansia 30 34,9 56 65,1 86 100 0,281-0,949
Jenis kelamin
Laki-laki 25 42,4 34 57,6 59 100 0,001 2,331
Perempuan 16 18,2 72 81,8 88 100 1,366-3,975
Suku
Batak 33 32,7 68 67,3 101 100 0,055 1,879
Bukan Batak 8 17,4 38 82,6 46 100 0,953-3,743
Pendidikan
Rendah 24 28,6 60 71,4 84 100 0,832 1,059
Tinggi 17 27,0 46 73,0 63 100 0,624-1,796
Pekerjaan
Tidak Bekerja 21 24,1 66 75,9 87 100 0,222 0,724
Bekerja 20 33,3 40 66,7 60 100 0,423-1,214
Status Perkawinan
Tidak/Belum Kawin 14 25,0 42 75,0 56 100 0,540 0,843
Kawin 27 29,7 64 70,3 91 100 0,485-1,465

Tabel silang antara usia dan kejadian stroke dari 61 responden yang berusia lansia tua,
pada lansia hipertensi menunjukkan bahwa terdapat 11 responden (18,0%) menderita

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 79


stroke. Sedangkan dari 86 responden yang hubungan antara suku dengan kejadian
berusia lansia, terdapat 30 responden stroke pada lansia hipertensi.
(34,9%) yang menderita stroke. Hasil uji chi- Tabel silang antara pendidikan dan
square diperoleh nilai p<0,05 dan RP<1 kejadian stroke pada lansia hipertensi
artinya ada hubungan antara usia dengan menunjukkan bahwa dari 84 responden yang
kejadian stroke pada lansia hipertensi. dan berpendidikan rendah, terdapat 24 responden
usia merupakan faktor protektif untuk (28,6%) yang menderita stroke. Sedangkan
terjadinya stroke pada lansia hipertensi. dari 63 responden yang berpendidikan
Tabel silang antara jenis kelamin dan tinggi, terdapat 17 responden (27%) yang
kejadian stroke pada lansia hipertensi menderita stroke. Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa dari 59 responden yang diperoleh nilai p>0,05 artinya tidak ada
berjenis kelamin laki-laki, terdapat 25 hubungan antara pendidikan dengan
responden (42,4%) yang menderita stroke. kejadian stroke pada lansia hipertensi.
Sedangkan dari 88 responden yang berjenis Tabel silang antara pekerjaan dan
kelamin perempuan, terdapat 16 responden kejadian stroke pada lansia hipertensi
(18,2%) yang menderita stroke. Hasil uji chi- menunjukkan bahwa dari 87 responden yang
square diperoleh nilai p<0,05 dan RP>1 tidak bekerja, terdapat 21 responden (24,1%)
artinya ada hubungan antara jenis kelamin yang menderita stroke. Sedangkan dari 60
dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi responden yang bekerja, terdapat 20
dan merupakan faktor risiko untuk responden (33,3%) yang menderita stroke.
terjadinya stroke pada lansia hipertensi. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p>0,05
Tabel silang antara suku dan kejadian artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan
stroke pada lansia hipertensi menunjukkan dengan kejadian stroke pada lansia
bahwa dari 101 responden yang bersuku hipertensi.
batak, terdapat 33 responden (32,7%) tidak Tabel silang antara status perkawinan
menderita stroke. Sedangkan dari 46 dan kejadian stroke pada lansia hipertensi
responden yang bersuku bukan batak, menunjukkan bahwa dari 56 responden yang
terdapat 8 responden (17,4%) yang tidak/belum kawin, terdapat 14 responden
menderita stroke. Hasil uji chi-square (25%) yang menderita stroke. Sedangkan
diperoleh nilai p>0,05 artinya tidak ada dari 91 responden yang berstatus kawin,

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 80


terdapat 27 responden (29,7%) yang hubungan antara status perkawinan dengan
menderita stroke. Hasil uji chi-square kejadian stroke pada lansia hipertensi
diperoleh nilai p>0,05 artinya tidak ada

Tabel 4. Hubungan Variabel Dukungan Keluarga dengan Kejadian Stroke Pada Lansia
Hipertensi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Dukungan Kejadian Stroke Total


Keluarga Nilai p RP
Terjadi Tidak Terjadi (95% CI)
f % f % f %
Dukungan emosional
Tidak Mendukung 27 42,9 36 57,1 63 100 <0,001 2,571
Mendukung 14 16,7 70 83,3 84 100 1,474-4,487
Dukungan penghargaan
Tidak Mendukung 26 38,8 41 61,2 67 100 0,007 2,070
Mendukung 15 18,8 65 81,3 80 100 1,198-3,574
Dukungan informasi
Tidak Mendukung 30 42,3 41 57,7 71 100 <0,001 2,919
Mendukung 11 14,5 65 85,5 76 100 1,586-5,375
Dukungan instrumental
Tidak Mendukung 18 30,5 41 69,5 59 100 0,562 1,167
Mendukung 23 26,1 65 73,9 88 100 0,693-1,966

Tabel silang antara dukungan Tabel silang antara dukungan


emosional dan kejadian stroke pada lansia penghargaan dan kejadian stroke pada lansia
hipertensi menunjukkan bahwa dari 63 hipertensi menunjukkan bahwa dari 67
responden yang tidak mendukung, terdapat responden yang tidak mendukung, terdapat
27 responden (42,9%) yang menderita 26 responden (38,8%) yang menderita
stroke. Sedangkan dari 84 responden yang stroke. Sedangkan dari 80 responden yang
mendukung, terdapat 14 responden (16,7%) mendukung, terdapat 15 responden (18,8%)
yang menderita stroke. Hasil uji chi-square yang menderita stroke. Hasil uji chi-square
diperoleh nilai p<0,05 dan RP>1 artinya ada diperoleh nilai p<0,05 dan RP>1 artinya ada
hubungan antara dukungan emosional hubungan antara dukungan penghargaan
dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi
dan merupakan faktor risiko untuk terjadinya dan dukungan penghargaan merupakan
stroke pada lansia hipertensi. faktor risiko untuk terjadinya stroke pada
lansia hipertensi.

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 81


Tabel silang antara dukungan Tabel silang antara dukungan
informasi dan kejadian stroke pada lansia instrumental dan kejadian stroke pada
hipertensi menunjukkan bahwa dari 71 lansia hipertensi menunjukkan bahwa dari
responden yang tidak mendukung, terdapat 59 responden yang tidak mendukung,
30 responden (42,3%) yang menderita terdapat 18 responden (30,5%) yang
stroke. Sedangkan dari 76 responden yang menderita stroke. Sedangkan dari 88
mendukung, terdapat 11 responden (14,5%) responden yang mendukung, terdapat 23
yang menderita stroke. Hasil uji chi-square responden (26,1%) yang menderita stroke.
diperoleh nilai p<0,05 dan RP>1 artinya Hasil uji chi-square diperoleh nilai p>0,05
ada hubungan antara dukungan informasi artinya tidak ada hubungan antara
dengan kejadian stroke pada lansia dukungan instrumental dengan kejadian
hipertensi dan dukungan informasi stroke pada lansia hipertensi.
merupakan faktor risiko untuk terjadinya
stroke pada lansia hipertensi.
Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat Logistic Regression Antara Karakteristik dan
Dukungan Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada Lansia Hipertensi di RSUP
H.Adam Malik Medan.

Variabel Independen Nilai Nilai RP 95% C.I.for RP


B P
Lower Upper
Jenis Kelamin 1,171 0,004 3,225 1,469 7,081
Dukungan Informasi 1,443 0,001 4,233 1,867 9,596
Constant -2,307 <0,001 0,100

Berdasarkan analisis multivariat variabel dukungan informasi dan jenis


Logistic Regression menunjukkan bahwa kelamin yang berhubungan dengan
variabel dukungan informasi dan jenis kejadian stroke pada lansia hipertensi
kelamin mempunyai nilai p<0,05. Dengan adalah sebagai berikut:
demikian kedua variabel tersebut 1
P
mempunyai hubungan dengan kejadian 1  e -(-2,307+1,171(X1) +1,443 (X2)
stroke pada lansia hipertensi. Variabel yang
1
paling dominan berhubungan dengan P
1  e -(0,307)
kejadian stroke adalah dukungan informasi
P  0,58
Berdasarkan hasil analisis multivariat
P  58%
tersebut dapat ditentukan model persamaan
Persamaan di atas diketahui bahwa
regresi logistik yang dapat menafsirkan

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 82


lansia hipertensi yang berjenis kelamin Hubungan Jenis Kelamin dengan
Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi
laki-laki dan tidak mendapatkan dukungan
di RSUP H Adam Malik Medan
informasi berpeluang untuk terkena stroke Menurut Bustan (2015) pria
sebesar 58%, selebihnya dipengaruhi oleh berkemungkinan 1¼ kali lebih banyak
faktor lain yang tidak termasuk dalam menderita stroke dibandingkan dengan
variabel penelitian ini. wanita. Hal ini sejalan dengan hasil
Hubungan Usia dengan Kejadian Stroke penelitian yang diperoleh oleh Puspita dan
pada Lansia Hipertensi
Putro (2008) bahwa jenis kelamin
Menurut Pudiastuti (2011) penderita
mempunyai hubungan yang bermakna
stroke umumnya adalah golongan lansia.
dengan risiko kejadian stroke dengan risiko
Gaya hidup yang modern dan serba instansi
pada jenis kelamin laki-laki sebesar 4,375
seperti sekarang ini berpeluang besar bagi
kali untuk mengalami stroke dibandingkan
seseorang untuk terserang stroke di usia
dengan perempuan.
muda, tentunya hal ini sangat berkaitan erat
Jenis kelamin bukanlah satu-satunya
dengan hipertensi yang memengaruhi
faktor yang berhubungan dengan kejadian
munculnya kerusakan dinding pembuluh
stroke karena pada penelitian lain diperoleh
darah yang dapaat berakibat fatal yang
tidak adanya hubungan antara jenis kelamin
terjadi baik pada wanita maupun pria
dengan kejadian stroke. Hal ini dapat terjadi
Penelitian Puspita dan Putro (2008)
karena stroke disebabkan oleh multi faktor,
yang menyatakan bahwa risiko terjadinya
seperti diabetes melitus, hiper
stroke pada kelompok umur >55 tahun
kolesterolemia, merokok, alkohol dan
adalah 3,64 kali dibandingkan kelompok
penyakit jantung. Seseorang yang memiliki
umur ≤55 tahun. Peningkatan frekuensi
satu atau lebih faktor risiko, memiliki
stroke seiring dengan peningkatan umur
kemungkinan yang lebih besar untuk
berhubungan dengan proses penuaan,
mendapatkan serangan stroke daripada
dimana semua organ tubuh mengalami
orang normal pada suatu saat selama
kemunduran fungsi termasuk pembuluh
perjalanan hidupnya bila faktor risiko
darah otak. Pembuluh darah menjadi tidak
tersebut tidak dikendalikan (Bethesda
elastis sehingga mengakibatkan lumen
Stroke Center, 2012).
pembuluh darah semakin sempit dan
Hubungan Suku dengan Kejadian
berdampak pada penurunan aliran darah
Stroke pada Lansia Hipertensi
otak. Menurut Putra (2012) ada beberapa
tradisi didalam masyarakat yang
dapat berpengaruh negatif terhadap

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 83


kesehatan masyarakat khususnya terhadap seseorang berpendidikan rendah (SD dan
penyakit kronis. Seperti pada suku padang SMP) dengan OR=1,662 merupakan faktor
dan Batak yang memiliki masakan khas dan risiko terjadinya hipertensi di Kuantan
kebiasaan yang merupakan salah satu Singingi, Rokan Hilir, dan Wonogiri.
kebudayaan yang terkenal di Indonesia. Menurut penelitian Wardhani dan
Masakan Padang dikenal dengan masakan Martini (2014) memperoleh hasil bahwa
bersantan dan berlemak. Pada suku Batak sebagian besar responden berpendidikan
yang mempunyai tradisi berpesta dengan tinggi dan pengetahuan yang dimiliki
makanan mengandung lemak, rokok dan responden mengenai faktor risiko stroke
alkohol yang dapat mengakibatkan pada penelitian ini berada pada kategori
gangguan kesehatan seperti hipertensi dan baik. Hal ini berarti bahwa tingkat
stroke (Prasetyadi, 2013). pendidikan seseorang dapat memengaruhi
Dengan demikian dapat disimpulan fungsi kognitif seseorang seperti
bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh suku kemampuan mendengar, menyerap
tertentu merupakan suatu kebiasaan- informasi, menyelesaikan masalah,
kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat perilaku serta gaya hidup. Semakin tinggi
yang berasal dari turun-temurun dan pendidikan lansia semakin tinggi pula
tentunya hal ini tidak mudah untuk diubah. fungsi kognitifnya.
Akan tetapi dengan memberikan dukungan Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian
Stroke pada Lansia Hipertensi
dan informasi berkenaan dengan risiko-
Menurut Athalllah (2016) bahwa
risiko akibat kebiasaan yang tidak baik
mereka yang bekerja lebih dari 55 jam
diharapkan dapat mengurangi kejadian
setiap minggunya, maka akan memiliki
penyakit khususnya hipertensi dan stroke.
33% peningkatan terhadap resiko stroke
Hubungan Pendidikan dengan Kejadian
Stroke pada Lansia Hipertensi bila dibandingkan dengan mereka yang
Menurut Notoadmodjo (2003) bahwa bekerja hanya 35 s/d 40 jam per minggu
pengetahuan dan pendidikan merupakan dan terdapat fakta yang terjadi mengapa
faktor predisposisi yang dapat orang yang bekerja lebih lama dapat
memengaruhi status kesehatan manusia. meningkatkan resiko stroke pada mereka.
Tingkat pengetahuan yang rendah Hal ini dikarenakan orang yang bekerja
mengenai penyakit stroke dan bagaimana pada waktu yang lebih lama seringkali
rehabilitasi pasca stroke akan menghambat memaksakan diri untuk tetap berada pada
proses pemulihan. Hal ini didukung oleh tempat kerjanya, sehingga kesehatan
Aisyiyah (2009) yang menyatakan bahwa

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 84


tubuhnya seperti makan, minum, serta dalam permasalahan yang dihadapi
istirahat yang cukup. seseorang khususnya masalah kesehatan.
Hubungan Status Perkawinan dengan Lansia biasanya dihadapkan dengan
Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi
penurunan fungsi tubuh dan meningktanya
Menurut Wirawan (2008), dari
sensitivitas emosional, seperti rasa sedih,
penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
putus asa, kecewa, harga diri rendan, cemas
hubungan antara angka kesakitan maupun
adan perasaan tidak berguna. Perubahan ini
kematian dengan status kawin, tidak kawin,
akan memengaruhi perilaku lansia dalam
cerai, dan duda/janda. Angka kematian
upaya untuk meningkatkan status
karena penyakit-penyakit tertentu maupun
kesehatannya. Berdasarkan hal ini dapat
kematian karena semua sebab semakin
dikatakan bila lansia mendapatkan
meninggi dalam urutan tertentu. Diduga
dukungan emosional dari keluarga berupa
bahwa sebab-sebab angka kematian lebih
perhatian, kasih sayang dan empati akan
tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan
dapat meningkatkan motivasi lansia dalam
dengan yang kawin adalah karena ada
berperilaku kearah yang lebih baik.
kecenderungan orang-orang yang tidak
Hubungan Dukungan Penghargaan
kawin untuk kurang sehat. Kecenderungan dengan Kejadian Stroke pada Lansia
bagi orang-orang yang tidak kawin untuk Hipertensi
Menurut Friedman (1998)
lebih sering berhadapan dengan penyakit,
dukungan penghargaan dapat
atau karena adanya perbedaan-perbedaan
meningkatkan psikososial anggota
dalam gaya hidup yang berhubungan secara
keluarga. Ini berarti bahwa lansia yang
kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
mendapatkan dukungan penghargaan
tertentu.
berupa dorongan, bimbingan dan umpan
Hubungan Dukungan Emosional dengan
balik akan merasa masih berguna dan
Kejadian Stroke pada Lansia
Hipertensi berarti untuk keluarga sehingga akan
Menurut Daily Science (2008) meningkatkan harga diri dan motivasi
dukungan emosional terdiri dari informasi lansia dalam upaya meningkatkan status
atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan kesehatannya. Dukungan penghargaan ini
nyata atau tindakan yang diberikan oleh juga merupakan bentuk bentuk afektif dari
keakraban sosial atau didapat kerena keluarga yang dapat memberikan atau
kehadiran dan mempunyai manfaat menunjukkan respon positif berupa
emosional atau efek perilaku yang dorongan atau persetujuan terhadap
diperoleh individu. Dukungan emosional gagasan/ide atau perasaan seseorang.
keluarga mempunyai pengaruh yang kuat Dengan meningkatkan dukungan
JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 85
penghargaan dapat meningkatan status Hubungan Dukungan Instrumental
dengan Kejadian Stroke pada Lansia
kesehatan atau menurunkan kejadian
Hipertensi
penyakit khususnya kejadian stroke pada Menurut Budiyanto (2016)
lansia hipertensi. dukungan instrumental bertujuan untuk
Hubungan Dukungan Informasi dengan mempermudah seseorang dalam
Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi
melakukan aktivitasnya berkaitan dengan
Menurut hasil penelitian
persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau
Wurtiningsih (2012) secara keseluruhan
menolong secara langsung kesulitan yang
keluarga memainkan suatu peran yang
dihadapinya. Didalam dukungan
bersifat mendukung khususnya dukungan
instrumental keluarga merupakan sumber
informasi selama masa penyembuhan dan
pertolongan praktis dan konkrit.
pemulihan pasien stroke. Berdasarkan hasil
Dalam hal ini dapat disimpulkan
penelitian juga diperoleh bahwa mayoritas
bahwa lansia sangat membutuhkan
lansia hipertensi yang mengalami stroke
dukungan instrumental untuk
tidak mendapat dukungan informasi dari
pemeliharaan, biaya berobat, atau
keluarga. Hal ini tidak sejalan dengan
pemulihan kesehatannya sehingga dapat
penelitian Zulfitri yang memperoleh hasil
disimpulkan bahwa lansia hipertensi yang
bahwa lansia hipertensi yang mendapatkan
mendapatkan dukungan instrumental yang
dukungan informasi efektif lebih besar
baik dari keluarga akan dapat menjaga dan
daripada lansia hipertensi yang
mengontrol kesehatannya dengan baik
mendapatkan dukungan informasi yang
sehingga dapat meningkatkan status
tidak efektif.
kesehatan dan menurunkan risiko stroke.
Menurut Friedman (1998)
KESIMPULAN
dukungan informasi dapat diberikan dalam
1. Hasil analisis univariat menghasilkan
bentuk saran, arahan, informasi penting
mayoritas lansia hipertensi berusia
yang dibutuhkan oleh lansia. Bentuk
lansia, berjenis kelamin perempuan,
dukungan ini melibatkan pemberian
bersuku Batak, berpendidikan rendah,
informasi, pengetahuan, petunjuk, saran
tidak bekerja, berstatus kawin, memiliki
atau umpan balik tentang situasi dan
dukungan emosional, penghargaan,
kondisi individu. Jenis informasi ini dapat
informasi, dan instrumental dari
membantu individu untuk mengenali dan
keluarga.
mengatasi masalah dengan lebih mudah.
2. Hasil analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 86


menunjukkan bahwa variabel usia, jenis
Bethesda Stroke Center., 2012,
kelamin, dukungan emosional,
Pengetahuan Sekilas tentang Stroke,
dukungan penghargaan dan dukungan Diakses Pada 23 April 2016;
http://www.strokebethesda.com/inde
informasi berhubungan dengan
x2.php?option=com_content&
kejadian stroke pada lansia hipertensi. do_pdf=1&id=103
3. Hasil analisis multivariat dengan
Budiyanto., 2016, Pengertian Dukungan
menggunakan Logistic regression Sosial Keluarga, Diakses Pada 23
April 2016;
variabel yang paling dominan
http://www.pengertianilmu.com/201
berhubungan dengan kejadian stroke 6/02/pengertian-dukungan-sosial-
keluarga.html
pada lansia hipertensi di RSUP H.
Adam Malik adalah dukungan Bustan, N.M., 2015, Manajemen
Pengendalian Penyakit Tidak
informasi.
Menular, Jakarta: Rineka Cipta
SARAN
Depkes, 2013, Riset Kesehatan Dasar,
Diharapkan kepada Rumah Sakit
Diakses Pada 05 Desember 2015;
untuk meningkatkan pelayanan dan, http://www.depkes.go.id/resources/d
ownload/general/Hasil%20Riskesdas
pemberian informasi serta dukungan
%202013.pdf
keluarga yang sangat dibutuhkan oleh
Daily science, Indonesian language, 2008,
lansia hipertensi.
Dukungan Emosional Keluarga dan
Kecemasan Istri, Diakses Pada 22
April 2016;
DAFTAR BACAAN
http://www.kesimpulan.com/2009/03
/dukungan-emosional-keluarga-
Agoes, A., Agoes, A., dan Agoes., 2010,
dan.html
Penyakit di Usia Tua, Jakarta: EGC
Goldszmidt, J.A., dan Caplan, R.L., 2011,
Aisyiyah, N.F., 2009, Faktor Risiko
Esensial Stroke, Jakarta: EGC
Hipertensi Pada Empat
Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi
Friedman, M.M., 1998, Keperawatan
Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan
Keluarga Teori dan Praktik, Jakarta :
Sumatera, Diakses Pada 23 April
EGC
2016;http://repository.ipb.ac.id/bitstr
eam/handle/123456789/12249/I09fn
Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksen,
a.pdf;jsessionid=CF9611EA306A75
S.R., O’Brien, P.G., Bucher, L, 2007,
9E374AFCC8FAECB7D9?sequence
Mediacal-surgical Nursing:
=2
Assassment and Management of
Clinical Problems, Seventh edition,
Athallah., 2016, Hal yang Menyebabkan
Volume 2. St Louis, Missouri :
Terserang Stroke, Diakses Pada 22
Mosby Elsevier.
April 2016;
http://www.sehat.athallah.biz/2016/0
2/hal-yang-menyebabkan-terserang-
stroke.html
JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 87
Lumbantobing, S.M., 2013, Stroke Gambiran Kediri, Buletin Penelitian
Bencana Peredaran Darah, Jakarta: Sistem Kesehatan, Volume 11 (3), hal
Badan Penerbit FKUI. 263-269

Maryam, S.R., Ekasari, F.M., Rosidawati., Putra, I., 2012, Suku Minangkabau dan
Jubaedi, A., dan batubara, I., 2008, Masalah Kesehatan, Diakses Pada
Mengenal Usia lanjut, Jakarta : 20 Mei
Salemba Medika. 2016;https://iputujuniarthasemarapu
McMurray, A., 2003, Coomunity Helath tra.wordpress.com/2012/06/21/suku
and Wellness : a Sosioecological -minangkabau-dan-masalah-
Approach (Second Edition), kesehatan/
Philadelphia : Mosby
Sofyan, M.A., Sihombing, Y.I., Hamra,
Medicastore., 2011, Stroke Pembunuh No.3 Y., 2013, Hubungan Umur, Jenis
di Indonesia, Diakses Pada 30 Kelamin, dan Hipertensi dengan
Desember Kejadian Stroke, Diakses Pada 12
2015;http://medicastore.com/stroke/ Januari 2016;
Stroke_Pembunuh_No_3_di_Indone file:///C:/Documents%20and%20Sett
sia.php ings/Personal/My%20Documents/Do
wnloads/182-514-1-PB%20(7).pdf
Mujahidullah, K., 2012, Keperawatan
Geriatrik, Yogyakarta: Pustaka Wardhani, R,N., Martini, S., 2014, Faktor
Pelajar Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Tentang Stroke Pada
Nawawi, U., 2009, Sehat & Bahagia di Usia Pekerja Institusi Pendidikan Tinggi,
senja, Yogyakarta: Dianloka Jurnal Berkala Epidemiologi
,Volume 2 Nomor 1, Januari 2014,
Notoadmodjo, S., 2003, Pendidikan dan hlm. 13-23
Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta Wirawan, A., 2008, Segitiga Epidemiologi,
Diakses Pada 23 April 2016;
Nurlaelyn, 2010, Hipertensi Pada Lansia, https://epidemiolog.wordpress.com/t
Diakses pada 15 Januari 2015; ag/segitiga-epidemiologi/
http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/a
uthor/nurlaelyn07/ Wurtiningsih, B., 2012, Dukungan
Keluarga Pada Pasien Stroke di
Prasetyadi, A.D., 2013, Pengaruh Sosial Ruang Saraf RSUP Dr. Kariadi
Budaya Masyarakat Terhadap Semarang, Volume 1, No. 1,
Kesehatan, Diakses 22 April 2016; Semarang : Medica Hospitalia.
https://www.scribd.com/doc/244723
115/PENGARUH-SOSIAL- Zulfitri, R., 2006, Hubungan Dukungan
BUDAYA-MASYARAKAT- Keluarga Dengan Perilaku Lanjut
TERHADAP-KESEHATAN Usia Hipertensi Dalam Mengontrol
Kesehatannya di Wilayah Kerja
Pudiastuti, D.R., 2011, Penyakit Pemicu Puskesmas Melur Pekanbaru,
stroke, Yogyakarta : Muha Medika Diakses Pada 07 Desember 2015;
www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/ab
Puspita, M dan Putro, G. 2008. “Hubungan strak-9579
Gaya Hidup terhadap Kejadian
Stroke di Rumah Sakit Umum daerah

JUMANTIK Vol.3 No.1 Desember 2017-Mei 2018 | 88

You might also like