Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui pengawetan ikan dengan cara pemindangan
- Mengetahui alur proses pemindangan ikan
2.DESKRIPSI IKAN PINDANG
Penirisan
Perebusan
Pendinginan
Pemasaran
3.3.3 Penirisan
Tiriskan ikan yang telah dicuci bersih dalam wadah keranjang yang telah disediakan.
Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut menghadap kebawah agar tidak ada
air yang menggenang di rongga perutnya. Setelah ikan agak kering timbanglah ikan agar
dapat mengetahui konsentrasi garam yang digunakan dalam proses pemindangan ( Budiman,
2004 ).
3.3.6 Perebusan
Naya atau besek yang telah disusun vertikal dan diikat selanjutnya dimasukkan dalam
air perebus yang sudah mendidih dan direbus selama 30-60 menit terhitung sejak air
mendidih. Lama perebusan ini sangat beragam antara lain di tentukan oleh jenis, ukuran ikan,
kesegaran, dan permintaan pasar. Ikan yang lebih besar membutuhkan waktu perebusan lebih
lama daripada ikan yang kecil. Ikan yang mutunya kurang bagus juga memerlukan waktu
perebusan lebih lama (Wibowo, 1996).
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), proses perebusan berlangsung hingga ikan
masak menggunkan kayu bakar atau minyak tanah sebagai sumber panas. Kayu bakar yang
digunakan sebaiknya dipilih kayu yang tidak menimbulkan bau yang kurang sedap agar tidak
mempengaruhi mutu ikan pindang. Api yang digunakan untuk merebus sebaiknya tidak
terlalu besar agar seluruh bagian tubuh ikan menjadi benar-benar matang dan tidak hangus.
Bila api terlalu besar, biasanya tubuh ikan bagian luar akan menjadi kering sedangkan bagian
dalam masih mentah.
Selanjutnya Wibowo (1996) menyatakan bahwa, selama perebusan, tumpukan ikan
dipertahankan tetap terendam dalam air perebus. Caranya, dengan memasang pengancing
pada wadah perebus untuk menahan agar ikan tidak mengambang kepermukaan. Larutan
garam yang digunakan untuk perebusan dapat dipakai berulang-ulang. Dengan cara ini
penggunaan garam dapat dihemat. Akan tetapi, larutan perebus ini makin lama makin keruh,
berwarna gelap, kotor, kental, dan agak tengik. Jika larutan perebus yang demikian masih
digunakan terus terus, ikan pindang yang dihasilkan bermutu rendah, kotor, warna kurang
cerah, dan berbau agak tengik. Oleh karena itu, larutan perebus ini sebaiknya diganti 2 kali
sehari atau tergantung frekuensi penggunaannya. Penggunaan 3 – 5 kali perebusan masih
memungkinkan asal dibersihkan dulu dan kejenuhan garamnya dipertahankan.
3.3.8 Pendinginan
Setelah penyiraman, pindang lalu ditiriskan dan biarkan tetap dalam besek atau naya
dan dinginkan pada suhu ruangan. Ikan-ikan telah menjadi pindang air garam (Adawyah
2007). Ikan hasil pemindangan tidak boleh diletakkan dalam ruangan yang lembab atau basah,
karena hal ini dapat meningkatkan aktivitas bakteri maupun mikroorganisme lain, dengan
demikian dapat menurunkan kualitas ikan pindang (Afrianto dan
Liviawaty 1989). Selanjutnya Wibowo (1996) menyatakan untuk mempercepat pendinginan
dapat digunakan kipas angin. Penggunaan rak pendingin akan sangat membantu
mengefisienkan penggunaan ruangan. Namun, agar ikan pindang tidak rusak akibat sering
dipindah-pindah, pada rak dipasang roda. Pemindahan ikan pindang keruang pendinginan
cukup dengan mendorong rak.
3.3.9 Pemasaran
Ikan pindang yang rusak, misalnya patah, retak, atau berwarna kecokelatan
dipisahkan dari ikan pindang yang bermutu bagus untuk dipasarkan tersendiri sebagai
pindang sortiran (Wibowo,1996). Menurut Ilyas (1980), beberapa naya atau besek akan
disusun kembali dan dilapisi kertas payung agar ikan pindang terlindung dari kerusakan fisik
dan kontaminasi kotoran dari luar selama transportasi. Pengemasan ini dilakukan setelah ikan
pindang dingin benar. Jika belum dingin akan terjadi pengembunan yang menyebabkan ikan
pindang mudah rusak dan mudah ditumbuhi jamur. Naya / besek yang telah dikemas,
kemudian langsung diangkut dengan truk kepusat distribusi untuk dipasarkan.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang
menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan tersebut dilakukan dengan
merebus atau memanaskan ikan dalam suasana bergaram selama waktu tertentu di dalam
suatu wadah.
2. Keberhasilan proses pemindangan ikan sangat dipengaruhi oleh mutu bahan – bahan
yang digunakan dan kondisi lingkungan.
3. Pemindangan ikan menggunakan air garam adalah salah satu jenis cara pemindangan
ikan, yaitu dengan merebus ikan dalam larutan garam yang mendidih pada suatu wadah yang
disebut naya atau besek dengan lama perebusan biasanya 30 – 60 menit atau tergantung pada
ukuran ikan.
4. Dari segi teknologi pengawetan makanan, produk pindang air garam mungkin dapat
diklasifikasikan sebagai produk setengah diawet ( semi preserved ) mengingat daya awetnya
yang relatif singkat.
4.2 Saran
Proses pemindangan ikan menggunakan air garam perlu dikembangkan dengan cara
menyebarkannya kepada masyarakat ke seluruh pelosok daerah yang belum
mempraktekannya, mengingat cara pengolahannya yang cukup sederhana, sarana dan
prasarana yang dibutuhkanpun tidak mahal, memiliki citarasa yang sesuai selera masyarakat,
kandungan gizinya relatif masih tinggi, hasil akhirnya yang masih menyerupai ikan
segar, dan berbagai keistimewaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia (2008). Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Model Usaha Kecil
USAHA PEMINDANGAN
IKAN. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=53610&idrb=49001
Saleh, 2002. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Pasca Panen Perikanan. Pusat Riset
Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan Badan Riset Kelautan
Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.