You are on page 1of 8

Case Report Session

Tonsilitis Akut

Oleh :

Muhammad Aqil Gibran 1110310

Seilla Dinta Yastina 1210312016

Mila

Preseptor :

dr. Lidya Susanti, Sp.S, M.Biomed


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUP DR. M. DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan case report session
yang berjudul “Tonsilitis Akut“. Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan
dalam mengikuti FOME 3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Lidya Susanti,
Sp.S, M.Biomed selaku pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan ini.
Penulis sadar bahwa dalam ini tentu masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk menyempurnakan case report session ini. Akhir kata, semoga ini dapat
memeberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, 26 Maret 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang
terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan
kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina,
dan tonsil lingual yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil
terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi
hipoblas di tempat ini. 1,2

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh
infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung
atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang
berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan
tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil
sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul
tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut,
tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat
untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya. 1,2

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan case report session ini antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat FOME 3

2. Menambah pengetahuan terkait definisi, epidemiologi, etiologi, patoofisiologi,

diagnosis, terapi, dan prognosis Tonsilitis Akut .

1.3 Metode Penulisan

Penulisan case report session ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang

merujuk pada berbagai literatur.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Tonsilitis disebabkan peradangan pada tonsil yang diakibatkan oleh
bakteri, virus, dan jamur.5

2.2. Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla palatina,
yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun virus.
Tonsilitis akut dapat dibagi menjadi :
 Acute superficial tonsilitis, biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan
biasanya merupakan perluasan dari faringitis serta hanya mengenai lapisan
lateral.
 Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga terisi
dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning pada tonsil
 Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi mengenai hampir seluru bagian
tonsil sehingga tonsil terlihat hiperemis dan membesar,
 Acute membranous tonsilitis, merupakan stase lanjut dari tonsilitis folikular
dimana eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di permukaan
tonsil.6
2. Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi
akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia
parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat
juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis.
Durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri
tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat
menetap. Tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya
pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang
berulang.7

2.3. Epidemiologi

Tonsilitis akut dapat terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering pada anak

usia di bawah 9 tahun. Pada bayi di bawah usia 3 tahun dengan tonsilitis akut, 15%

dari kasus yang ditemukan disebabkan oleh bakteri streptokokus, sisanya itu biasanya

virus. Pada anak-anak yang lebih tua, sampai dengan 50% dari kasus disebabkan
streptococus pyogenes. Tonsilitis akut juga dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan

dengan jumlah insiden yang sama rata. 3,4

2.4. Etiologi
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi untuk membuat limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas
membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Tonsil akan berubah
menjadi tempat infeksi bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis. Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta
Hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes. Streptococcus
pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang menimbulkan invasi lokal,
sistemik dan kelainan imunologi pasca streptococcus. (Flint, 2010)

Tabel 2.1. Etiologi terjadinya tonsilitis (Campisi, 2003)


Dari beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Streptococcus β
Hemolitikus Grup A merupakan penyebab utama dari tonsilitis dengan persentase
sekitar 15 – 30% dari semua jenis bakteri. (Hsieh, 2011) Beberapa etiologi lain yang
juga cukup tinggi insidennya dalah menyebabkan terjadinya tonsilitis adalah
Haemophyllus influenza Staphylococcus aureus dan Streptococcus Pyogens.
(Babaiwa, 2013)
Faktor predisposisi dari tonsilitis akut, antara lain :
1. Postnasal discharge karena sinusitis.
2. Residual jaringan tonsil karena tonsilektomi.
3. Mengkonsumsi minuman dingin atau makanan dingin dapat secara langsung
menyebabkan infeksi atau menurunkan daya tahan dengan vasokonstriksi.

Adanya benda asing yang bisa menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. 4

2.5. Patogenesis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, dan tonsil lingual. Penyebaran
infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan, dan ciuman. Dapat terjadi pada
semua umur, terutama pada anak. 1
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakonaris. 1,4,9
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses
ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan
jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula. 1,4,
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. FKUI : Jakarta. Hal. 221-223.

2. Adams GL, Boies LR, Higler PA. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. EGC : Jakarta. Hal. 320-322, 330, 339-340, 342.

3. Bull PD. 2002. Lectures Note on Disease of the Ear, Nose, and Throat. Ninth
Edition. Blackwell Science : Sheffield. P. 111-113, 116-117.

4. Bhargava KB, Bhargava SK, Shah TM. 2005. A Short Textbook of ENT for
Students and Practitioners. Seventh Edition. Usha : Mumbai. P. 226, 243-244,
249-250, 252.

5. Soepardi, E.A. dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
hal 223-4.

6. Dhingra, P.L., dan Shruti Dhingra. 2005. Diseases of Ear, Nose and Throat,
Fifth Edition. New Delhi : Elseiver.

7. Pulungan, M.R., dan Novialdi N. 2005. Mikrobiologi Tonsilitis Kronis.


Diunduh dari :
http://repository.unand.ac.id/18395/1/MIKROBIOLOGI%20TONSILITIS%2
0KRONIS.pdf [Diakses 13 November 2014]

8.

You might also like