You are on page 1of 6

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah


Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Gerung
Tahun Pelajaran 2016/2017
Lalu M. Eka Prayudi, Hairunnisyah Sahidu, Gunawan
Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Mataram
Mataram, Indonesia
Email: ekaprayudi90@gmail.com

Abstract--The purpose of this study is to examine the effect of audiovisual media with problem based
metacognitive approach toward physics learning result of XI IPA at SMAN 1. The type of the study is
experimental by using pretest-post test control group design. The population are XI IPA 1st semester students
is 299. The technique that used to collect the sample is cluster random sampling, XI IPA 3 students as
experiment class and XI IPA 4 students as controll class and each consist of 34 students. The media that used
as audiovisual is powerpoint. Instrument that used is multiple choices consist of 20 question. The learning
2
result of experiment class students and control class each 70.15 and 61.85. 𝑥𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 score experiment class and
2
control class obtained consecutively 12.5086 and 12.9889, 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 score is 15, so that both of class distibuted
normally. Fcount score obtained 1.00 < Ftabel is 1.77 so that both of sample class is homogen. The data result
analysis by using T-test on both class by significant 5% and Tcount obtained is 2.45 and Ttabel is 1.99 on db 66,
it means that Ho rejected and Ha accepted, so that it can be concluded there is an efffect of using audio visual
media with metacognitive based on problem toward physics learning result of XI IPA at SMAN 1 Gerung
accademic year 2016/2017.
Keyword : Audiovisual media, metacognitive approach based on problem, physics learning result

PENDAHULUAN
Fisika merupakan bagian dari sains yang pada yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
hakikatnya adalah kumpulan pengetahuan, cara pembelajaran
berpikir, dan penyelidikan. Fisika sebagai kumpulan Gunawan et al (2015) menyatakan bahwa
pengetahuan dapat berupa fakta, teori, dan model. Perkembangan teknologi komputer menghasilkan
Fisika sebagai cara berpikir merupan aktifitas yang peluang untuk inovasi-inovasi dalam pembelajaran
berlangsung di dalam pikiran orang yang sains, khususnya fisika. Teknologi komputer adalah
berkecimpung di dalamnya karena adanya rasa sebuah penemuan yang memungkinkan
ingintahu dan hasrat untuk memahami fenomena menghadirkan sebagian atau semua bentuk interaksi
alam (Hikmawati, 2015). sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Sehingga
Berdasarkan hasil observasi dengan siswa solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengatasi
serta guru mata pelajaran fisika kelas XI di SMA permasalahan hasil belajar fisika, dengan
Negeri 1 Gerung, dapat disimpulkan beberapa hal menggunakan sebuah media pembelajaran, yaitu
yaitu pada umumnya siswa masih bingung dimana media audiovisual.
menggunakan rumus–rumus, sehingga siswa bersifat Untuk menunjang keberhasilan dalam belajar
pasif dalam mengikuti pelajaran, interaksi dan minat dengan menggunakan media audiovisual ini, peneliti
siswa terhadap mata pelajaran fisika rata-rata masih menggunakan sebuah pendekatan pembelajaran.
kurang, serta nilai rata-rata fisika siswa kurang Pendekatan pembelajaran yang digunakan disini
memuaskan, karena di beberapa kelas memperoleh adalah pendekatan metakognitif berbasis masalah.
nilai dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM), Pendekatan pembelajaran ini dapat menciptakan
yaitu 75,00. suasana belajar yang menyenangkan, serta dapat
Muhson dalam Harjono et al (2015) mengembangkan kemampuan mengatur, mengontrol,
menyatakan Istilah media berasal dari bahasa latin, dan memeriksa proses berpikirnya sendiri.
merupakan bentuk jamak “medium” yang secara Menurut Nindiasari et al (2014) pembelajaran
harfiah berarti perantara atau pengantar, maka dengan pendekatan metakognitif lebih unggul
umumnya dalah segala sesuatu yang dapat daripada pendekatan konvensional. Pendekatan
menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima metakognitif dapat merangsang siswa untuk aktif
informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa yang
juga merupakan proses komunikasi, sehingga media dicapai optimal. Model pembelajaran ini

55
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

menanamkan kesadaran bagaimana merancang, menekankan pada kemampuan proses refleksi,


memonitor, dan mengontrol tentang apa yang kontrol, dan regulasi diri terhadap semua aktivitas
mereka ketahui, apa yang diperlukan untuk kognitif yang digunakan untuk mencapai tujuan,
mengerjakan dan bagaimana melakukannya. dengan berlandaskan masalah (Listiani et al, 2014)
Jadi pemebelajaran dengan menggunakan
KAJIAN PUSTAKA pendekatan metakognitif berbasis masalah adalah
A. Media Audiovisual model pembelajaran berbasis masalah yang
Penggunaan model pembelajaran, masihbelum dipadukan dengan pendekatan metakognitif, agar
dapat dilakukan secara optimal sebagai siswa mampu lebih menekankan pada kemampuan
suatutindakan yang dapat mengubah minat siswa, proses refleksi, kontrol, dan regulasi diri terhadap
denganadanya media pembelajaran siswa merasa semua aktivitas kognitif yang digunakan untuk
lebih tertarik dalam belajar (Sugiana et al, 2016). mencapai tujuan dengan berlandaskan suatu masalah.
Media audiovisual yang digunakan disini
C. Hasil Belajar
adalahMedia powerpoint. Media powerpoint lebih
Menurut Gunada et al (2015) Hasil Belajar
merangsang siswa untuk mengetahui lebih jauh
adalah perubahan kemampuan yang diperoleh setelah
informasi tentang bahan ajar yang sedang disajikan.
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar
Objek yang ditampilakan terlihat konkret (nyata),
yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif yaitu
penyajian powerpointyang variatif karena terdapat
perubahan kemampuan intelektual yang diperoleh
aplikasi gambar, animasi, sound, video sehingga
siswa setelah memperoleh perlakuan model
membuat proses pembelajaran tidak menjenuhkan
pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan
(Bonitalia et al, 2015).
pembelajaran.
Ghofuri et al (2014) mengatakan, powerpoint
Sedangkan menurut Wahyuni et al (2016)
adalah salah satu software yang berbasis multimedia.
hasil belajar diartikan sebagai proses perubahan
Powerpoint ini bisa digunakan untuk menyajikan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya
suatu materi, persoalan, dan penyelesaian dalam
interaksi antara individu dan individu dengan
bentuk teks, audio, dan video. Dalam pembelajaran
lingkungannya. Seseorang setelah mengalami proses
pengoprasiannya menggunakan laptop serta
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
proyektor. Powerpoint memungkinkan
aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya
pemanfaatannya sebagai media pembelajaran.
maupun aspek sikapnya.
Jadi media powerpoint merupakan program
Jadi hasil belajar adalah perubahan
aplikasi yang dirancang khusus untuk menampilkan
tingkahlaku seseorang yang telah belajar oleh usaha
program multimedia dengan menarik, mudah dalam
dari pendidik.
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif
murah serta variatif karena terdapat aplikasi gambar,
METODE PENELITIAN
animasi, sound, video, yang pengoprasiannya Jenis penelitian yang digunakan adalah
menggunakan laptop serta proyektor sehingga penelitian kuasi eksperimen. Menurut Setyosari
membuat proses pembelajaran tidak menjenuhkan. (2010), penelitian jenis quasi eksperimental
B. Pendekatan Metakognitif Berbasis merupakan suatu cara untuk menguji hubungan
Massalah sebab, dimana peneliti memberikan perlakukan
Menurut Dewi et al (2016), model kepada subyek untuk menentukan apakah perlakuan
pembelajaran berbasis masalah merupakan model tersebut memiliki dampak atau pengaruh pada
pembelajaran yang diawali dengan suatu variabel atau faktor hasil tertentu. Penelitian ini
permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari menggunakan pretest-posttest control group design.
dan akan dicari pemecahan masalahnya melalui Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara
suatu kegiatan penyelidikan serta dilakukan proses rondom kemudian diberikan tes awal untuk
mengevaluasi penyelidikan. mengetahui kemampuan awal siswa. Desain
Nindiasari et al (2014) menjelaskan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
pendekatan metakognitif, siswa disadarkan untuk Table 1 Desain Penelitian Pretest-Posttest
mengontrol dan memantau proses berpikirnya Control Group Design
melalui: pengajuan pertanyaan tentang pemahaman
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
masalah; membangun koneksi antara pengetahuan
baru dan pengetahuan sebelumnya; menggunakan Eksperimen O1 X1 O2
strategi penyelesaian masalah; mengevaluasi proses Kontrol O1 X2 O2
dan solusi berpikirnya. (Setyosari, 2010)
Model pembelajaran metakognitif berbasis Dalam penelitian ini ada 3 variabel yaitu
masalah maksudnya proses pembelajaran yang lebih variabel bebas yaitu penggunaan media audiovisual
56
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

dengan pendekatan metakognitif berbasis masalah, HASIL DAN PEMBAHASAN


variabel terikat yaitu hasil belajar fisika siswa, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
variabel kontrol yaitu materi ajar yang diajarkan, pengaruh penggunaan media audiovisual dengan
guru yang mengajar, dan instrumen penilaian pada pendekatan metakognitif berbasis masalah terhadap
kelas eksperimen dan kontrol. Populasi dalam hasil belajar fisika siwa kelas XI IPA di SMAN 1
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Gerung tahun pelajaran 2016/2017. Terdapat dua
Gerung tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 6 kelas yang digunakan sebagai sampel yakni kelas XI
kelas. Sedangkan sampel adalah bagian dari IPA 3 sebagai kelas ekperimen dan kelas XI IPA 4
populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan
cluster random sampling. Pada penelitian ini, soal perlakukan berupa penggunaan media audiovisual
tes yang digunakan adalah pilihan ganda sebanyak dengan pendekatan metakognitif berbasis masalah
20 soal. Uji F digunakan untuk mengetahui sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajran
homogenitas data dan uji normalitas untuk konvensional.
mengetahui apakah data terdistribusi normal atau Pemberian perlakuan terhadap kelas
tidak.Setelah itu, uji statistik yang digunakan adalah ekperimen dan kelas kontrol memberikan hasil
statistik parametrik.Uji-t yang digunakan adalah uji-t belajar fisika yang berbeda. Berdasarkan analisis
Separated varians. data penelitian, diperoleh hasil belajar sebagai
berikut:

Tabel 2. Hasil Belajar Fisika Siswa


Kelas Tes Jumlah Nilai Nilai Rata- Standar Deviasi
Data Tertinggi Terendah rata

Eksperimen Tes awal 34 55 10 25,29 10,72


Tes akhir 34 90 30 70,15 13,95
Kontrol Tes awal 34 55 15 29,11 9,08
Tes akhir 34 85 35 61,85 13,95

Data awal hasil belajar kedua kelas yang


diperoleh melalui tes awal menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tes awal kelas eksperimen sebesar 25,29
lebih rendah dibandingkan nilai rata-rata tes awal
kelas kontrol yaitu sebesar 29,11. Setelah perlakuan,
analisis data menunjukkan nilai rata-rata tes akhir
kelas eksperimen sebesar 70,15 sedangkan nilai rata-
rata kelas kontrol sebesar 61,85.
Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol. Nilai ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan
pada kelas eksperimen. Hasil ini menunjukkan bahwa
terdapat selisih yang besar antara nilai kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Perbedaan hasil Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
belajar disebabkan oleh pemberian perlakuan pada tes awal kelas kontrol lebih tinggi dari pada nilai
kelas eksperimen sehingga perlakuan tersebut rata-rata tes awal kelas eksperimen. Setelah diberikan
dianggap berpengaruh terhadap hasil belajar fisika perlakuan kemudian dilakukan tes akhir, nilai rata-
siswa. Rata-rata hasil belajar kedua kelas dapat rata tes akhir kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
dilihat pada gambar 1 berikut: kelas kontrol.

57
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

menjembatani siswa menuju solusi dari masalah yang


diberikan.Pertanyaan-pertanyaan tersebut di
antaranya berupa pertanyaan pemahaman, pertanyaan
strategi dan pertanyaan penghubung.Pertanyaan
pemahaman dirancang untuk mendorong siswa
melakukan refleksi terhadap masalah sebelum
memecahkannya.
Dalam hal ini, siswa harus membaca kalimat
soal, memahami makna soal, menjelaskan konsep
yang relevan dengan kata-kata mereka sendiri, dan
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata berusaha memahami makna dari konsep tersebut,
persentase perolehan skor kelas eksperimen pada dengan memahami makna konsep dalam soal-soal
lima sub materi yang diajarkan lebih tinggi dari kelas yang diberikan, siswa dengan sendirinya dapat
kontrol. Rata-rata persentase perolehan skor ditiap menentukan solusi untuk menyelesaikan
sub materi berbeda-beda. Data ini menunjukkan permasalahan yang dihadapinya. Setelah siswa
bahwa kelas ekperimen dan kontrol memperoleh skor berhasil memahami apa yang diperlukan untuk
terbanyak pada sub materi momentum, kemudian menyelesaikan soal-soal tersebut, guru memberikan
berturut-turut pada sub materi hukum kekekalan pertanyaan selanjutnya yakni pertanyaan strategi.
momentum, tumbukan, impuls dan terakhir pada sub Pertanyaan strategi dirancang untuk mendorong
materi aplikasi hukum kekekalan momentum. Pada siswa mempertimbangkan konsep yang sesuai untuk
kelas kontrol, skor terbanyak juga diperoleh pada sub memecahkan masalah tersebut. Siswa diminta untuk
materi momentum, kemudian berturut-turut pada menjelaskan pertanyaan apa, mengapa, dan
hukum kekekalan momentum, aplikasi hukum bagaimana berkaitan dengan strategi yang dipilihnya.
kekekalan momentum, impuls dan Pertanyaan-pertanyaan berupa strategi apa
tumbukan.Perbedaan hasil ini menunjukkan adanya yang bisa digunakan untuk memecahkan masalahnya,
pengaruh perlakuan yang diberikan pada kelas mengapa strategi yang dipilih dipandang paling
eksperimen. sesuai bagi masalah tersebut, dan bagaimana rencana
Ada beberapa faktor yang menyebabkan yang bisa dilaksanakan. Setelah siswa memilih
adanya pengaruh pemberian perlakuan terhadap hasil strategi yang digunakan untuk menyelesaikan
belajar siswa, salah satunya adalah media masalah yang ada, guru menyiapkan pertanyaan
pembelajaran dan pendekatan yang digunakan.Media koneksi yang dirancang untuk mendorong siswa
audiovisual yang digunakan membuat siswa lebih memusatkan perhatian pada persamaan dan
mudah dalam mempelajari dan memahami materi perbedaan antara masalah yang sedang dihadapinya
yang diajarkan.Penggunaan media audiovisual sekarang dengan masalah yang pernah berhasil
mampu meningkatkan persepsi, pengertian atau dipecahkan, dengan mengikuti alur pertanyaan-
pemahaman, daya penyampaian belajar dari guru ke pertanyaan tersebut siswa dapat menemukan solusi
siswa, meningkatkan ingatan dan mampu akhir dari permasalahan yang diberikan sekaligus
memberikan penguatan atau pengetahuan hasil yang dapat menemukan sendiri penerapan konsep yang
dicapai.Selain itu, media yang menarik dapat telah dimiliki untuk menyelesaiakn permasalahan
membuat siswa lebih tertarik mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan konsep itu sendiri.
pembelajaran, di mana minat belajar yang tinggi Pendekatan pembelajaran dan media
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. pembelajaran yang tepat memberikan pengaruh besar
Selama proses pembelajaran, siswa kelas baik pada hasil belajar fisika siswa maupun pada
eksperimen cenderung lebih menikmati pembelajaran kegiatan pembelajaran. Korelasi yang baik antara
yang dipadukan dengan media pembelajaran. Siswa pendekatan metakognitif berbasis masalah dengan
merasa lebih mudah memahami konsep-konsep yang media pembelajaran berbasis audiovisual terlihat
dipelajari dengan mengamati animasi yang disiapkan pada jalannya kegiatan pembelajaran, yaitu guru
sebagai media bantu ajar. Hal ini karena siswa lebih memberikan soal (permasalahan) yang disertai
mudah memvisualisasikan konsep yang sedang dengan pertanyaan-pertanyaan metakognitif sebagai
dipelajari yang dibantu dengan media animasi jembatan antara masalah dengan solusi.
sehingga konsep tersebut lebih mudah dipahami dan Penyampaian pertanyaan-pertanyaan
diingat.Selain itu, peserta didik terlihat lebih antusias metakognitif diiringi dengan penyampaian materi
dan termotivasi dalam belajar. melalui media audiovisual berupa powerpoint. Jadi
Penggunaan pendekatan metakognitif berbasis pada prosesnya, siswa diberikan masalah sekaligus
masalah dalam penyampaian materi ajar cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk Penggunaan pendekatan metakognisi berbasis

58
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

masalah dalam pembelajaran yang dipadukan dengan membuat siswa kurang berperan secara aktif dan
media audiovisual selain mempermudah dalam antusias belajar siswa rendah, sehingga dapat
penyampaian dari guru kepada siswa dan juga mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi rendah
menyebabkan siswa dapat berperan aktif dalam pula.
kegiatan pembelajaran (students centered). Hasil tes akhir menunjukkan terdapat
Hal ini bertolak belakang dengan kelas kontrol perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas
yang penyampaian materinya menggunakan model eksperimen dengan kelas kontrol, meskipun hasil tes
pembelajaran konvensional yakni pembelajaran kedua kelas berada di atas KKM. Pencapaian hasil
langsung cenderung memusatkan kegiatan belajar di atas KKM bukanlah menjadi tolak ukur
pembelajaran pada guru (teacher centered). utama dalam penelitian ini, melainkan data hasil
Kelas kontrol yang menggunakan belajar setelah diberikan perlakuan (tes akhir) pada
pembelajaran konvensional, guru hanya menjelaskan kedua kelas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
dan siswa kemudian mencatat apa yang dijelaskan rumus uji-t yang merupakan uji beda.
oleh guru. Cara ini ternyata menyebabkan siswa Hasil uji hipotesis tes akhir menunjukkan
kesulitan untuk memahami konsep yang dipelajari, bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dimana 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
kesulitan ini disebabkan kurangnya kemampuan 2.45, dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1.99 yang berarti terdapat
siswa untuk memvisualisasikan konsep perbedaan hasil belajar antara kelas yang diberikan
fisika.Kurangnya kemampuan memvisualisasi perlakuan dengan kelas yang tidak diberikan
konsep ini tidak dapat diatasi oleh siswa dengan perlakuan.Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis
sendirinya. Siswa membutuhkan alat bantu atau maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
media yang dapat memvisualisasikan konsep yang terdapat pengaruh pendekatan metakognitif berbasis
dipelajari. Pembelajaran yang berpusat pada guru masalah dengan media audiovisual terhadap hasil
menyebabkan siswa kurang terlatih dalam belajar fisika siswa kelas XI SMAN 1 Gerung tahun
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Siswa pelajaran 2016/2017.
cenderung akan menunggu untuk diberikan solusi
secara langsung oleh guru daripada berusaha KESIMPULAN
memecahkan sendiri permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian dan
Hal ini tentu saja akan menyebabkan siswa menjadi interpretasinya, dapat disimpulkan bahwa terdapat
kurang berkembang. perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen yang
Pendekatan metakognitif berbasis masalah diberikan perlakuan menggunakan media audiovisual
yang diterapkan pada kelas eksperimen memiliki dengan pendekatan metakognitif berbasis masalah
keunggulan dengan menyajikan pembelajaran yang dan kelas kontrol yang belajar secara konvensional.
berorientasi pada siswa (students centered), Rata-rata hasil belajar kelas ekperimen lebih tinggi
pembelajaran berdasarkan masalah-masalah yang dibanding kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar pada
sesuai dengan kehidupan (realistis) dan mampu sub materi momentum lebih tinggi dibanding sub
memperkuat sifat inkuiri dan kemampuan materi lainnya
penyelesaian masalah siswa, mengembangkan
kemampuan berpikir dan keterampilan intelektual REFERENSI
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim dan
Bonitalia, Lamba, H., A. dan Saehana, S. (2015).
Nur dalam Sahidu (2013) pembelajaran berbasis
Pengaruh Penggunaan Media Powerpoint
masalah tidak dirancang untuk membantu guru
dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
Masalah Terhadap Hasil Berlajar Fisika Siswa
siswa melainkan dikembangkan untuk membantu
Kelas XI MIA 4 SMAN 2 PALU. Jurnal
siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
Pendidikan Fisika Tadulako, 3(1), 23-27.
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual,
belajar berbagai peran orang dewasa melalui Dewi S., M., Harjono, A., dan Gunawan. (2016).
keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Pembelajaran konvensional dengan model Masalah Berbantuan Simulasi Virtual
pembelajaran langsung yang diterapkan pada kelas Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas
kontrol adalah model belajar yang cara penyajiannya Fisika Siswa SMAN 2 Mataram. Jurnal
dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(3), 123-
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat 128.
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama
Ghofuri, A., M., Sanusi dan Krisdiana. I. (2014).
atau secara kolektif. Proses pembelajaran di
Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multimedia
dalamnya siswa hanya mendengar dan mencatat
Menggunakan Power Point dengan Pendekatan
setiap informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
59
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Based Learning) Ditinjau dari Motivasi Belajar 2016/2017. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Siswa. Jurnal ilmiah pendidikan Matematika, Teknologi, 2(4), 164-169.
3(1). (Diakses pada tanggal 27 Agustus 2016).
Gunada., I., W, Sahidu., H, dan Sutrio. (2015).
Pengembangan Prangkat Pembelajaran Fisika
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 38-46.
Gunawan, Harjono, A. dan Sutrio. (2015).
Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Konsep Listrik bagi Calon Guru. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 9-14.
Harjono., A, Jufri., W, dan Arizona., K. (2015).
Implementasi Media Tiga Dimensi Kemagnetan
Berbasis Inkuiri Melalui Strategi Kooperatif
Terhadap Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 15-22.
Hikmawati. (2015) Pembejaran Fisika dengan Model
Siklus Belajar 5-E (Engage, Explore, Explain,
Elaborate, Evaluate) Sebagai Upaya
Meningkatkan Kecakapan Hidup Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 24-37
Listiani N., W., Wiarta I., W., Darsana I., W. (2014).
Penerapan Model Pembelajaran Metakognitif
Berbasis Masalah Terbuka Berpengaruh
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas V SD Gugus 8 Blahbatuh. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha, 2(1). (Diakses pada tanggal 27
Agustus 2016).
Nindiasari, H. Kusumah, Y., S. Sumarno, U. dan
Sabandar, J. (2014). “Pendekatan Metakognitif
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Reflektif Matematis Siswa SMA. Jurnal ilmu
pendidikan dan pengajaran, 1(1), 80-90.
Sahidu, H. (2013). Penilaian Hasil Belajar. Mataram:
Arga Puji Press.
Setyosari, P. (2010). Metode penelitian pendidikan
dan pengembangan. Jakarta: Kencana.
Sugiana, I., N., Harjono, A., Sahidu, H., dan
Gunawan. (2016). Pengaruh Model
Pembelajaran Generatif Berbantuan Media
Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan
Konsep Fisika Siswa pada Materi Momentum
dan Impuls. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi, 2(2), 61-65.
Wahyuni, R., Hikmawati, dan Taufik, M. (2016).
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dengan Metode Eksperimen
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI
IPA SMAN 2 Mataram Tahun Pelajaran

60

You might also like