You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius diberbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat
ditemukan pada semua umur, sebagian dapat sangat berat dan bahkan sampai
meninggal (Mangunnegoro et al., 2004). Diperkirakan terdapat 300 juta orang di
seluruh dunia yang mengidap asma. Berdasarkan studi prevalensi asma secara
global, didapatkan rentang nilai prevalensi sebesar 1-18% dari total jumlah
penduduk di tiap negara berbeda (Bateman et al., 2016). Berdasarkan National
Health Survey di Amerika tahun 2001 hingga 2009 mendapatkan prevalensi asma
meningkat dari 7,3% (20,3 juta orang) di tahun 2001 menjadi 8,2% (24,6 juta orang)
di tahun 2009 (Ratnawati, 2011). Asma menyebabkan kehilangan hari kerja pada
34% penderita dewasa di Asia, 25% di Amerika dan 17% di Eropa. Produktivitas
menurun akibat mangkir dari kerja ataupun sekolah dan menimbulkan disability
(kecacatan) sehingga menurunkan kualitas hidup (Desmawati et al., 2012)
Berdasarkan laporan Global Initiative for Asthma (GINA) prevalensi asma di
Asia Tenggara pada tahun 2010 adalah 3,3% yaitu 17,5 juta orang menderita asma
dari 529,3 juta total populasi nasional (Masoli et al., 2010). Asma merupakan
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari
data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) diberbagai propinsi di
Indonesia. SKRT tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10
penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema menjadi
penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000
dan obstruksi paru 2/1000. SKRT tahun 2004 memperlihatkan asma menempati
urutan ke 3 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia (Depkes RI, 2007).
Menurut Riskesdas tahun 2013, asma menempati urutan pertama yang
memiliki proporsi terbesar untuk penyakit tidak menular yaitu 4,5%, dimana
prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%) dan yang terrendah
yaitu Lampung (1,6%). Prevalensi asma di Kalimantan Barat sendiri yaitu sebesar
3,2%.
Tujuan utama pengobatan asma yaitu untuk mencapai keadaan asma terkontrol.
Adanya inflamasi yang persisten pada jaringan saluran napas dapat menyebabkan
perubahan struktural dan konsekuensinya adalah obstruksi saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel dan terjadi penurunan faal paru dari waktu ke waktu (Widodo
& Djajalaksana, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Poliklinik Asma
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta dari 107 orang pasien asma, didapatkan kelompok
tidak terkontrol sebanyak 81 orang (75,7%) dan kelompok terkontrol sebanyak 26
orang (24,3%) (Atmoko W et al., 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hastin (2011) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soedarso Pontianak
terdapat 53,33% pasien dengan asma tidak terkontrol dan 46,67% pasien yang
memiliki asma terkontrol, selain itu Rahayu (2012) mengemukakan bahwa di RSUD
dr.Soedarso didapatkan 75% pasien dengan asma tidak terkontrol, dan 25% pasien
memiliki asma yang terkontrol.
Dengan adanya penelitian mengenai asma, serta bertolak dari beberapa penelitian
sebelumya, maka penulis memiliki minat dalam meneliti gambaran tingkat kontrol
asma. Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Barat dan secara khusus di Puskesmas
Samalantan, Kabupaten Bengkayang.
B. Rumusan Masalah

Pembahasan singkat mengenai latar belakang permasalahan di atas memberikan


dasar bagi penulis untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana
karakteristik gambaran tingkat kontrol asma pasien asma bronkial.
C. Tujuan

C.1. Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik dan gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma
bronkial.
C.2. Tujuan Khusus

C.2.a. Mengetahui data karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, indeks massa
tubuh (IMT)) pasien asma bronkial di wilayah kerja Puskesmas Samalantan,
C.2.b. Mengetahui tingkat kontrol asma pasien asma bronkial di wilayah kerja
Puskesmas Samalantan.
D. Manfaat

D.1. Bagi Institusi Kesehatan

Memberikan informasi bagi institusi terkait, mengenai tingkat kontrol asma pasien
asma bronkial, yang dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur hasil pengobatan
yang diberikan.
D.2. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
pengetahuan dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam kepustakaan di
bidang kesehatan.
D.3. Bagi Peneliti

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh serta mendapatkan


pengalaman secara langsung dalam melakukan penelitian, khususnya mengenai
tingkat kontrol asma.
D.4. Bagi Masyarakat

Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan masalah-


masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan penyakit asma bronkial serta
menambah informasi mengenai kontrol asma, khususnya bagi pasien asma bronkial.

You might also like