You are on page 1of 6

Riga Mellia Puspita

1102012246

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia pada anak adalah berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi

hemoglobin sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.

Anemia dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah dan

berdasarkan etiologinya (Bruce M, 2004).

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan masa hemoglobin

yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi

jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar

hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal

(Handayani&Haribowo,2008:37).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah

dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Secara fisiologis anemia

terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut

oksigen ke jaringan (Smeltzer, 2002).

Intelligence quotient (IQ) merupakan suatu nilai yang diperoleh dari satu

atau beberapa tes terstandar yang dirancang untuk menaksir kemampuan kognitif

seseorang. Kecerdasan seseorang dinilai (assessed), dan bukan diukur (measured),

karena hal tersebut bukanlah sesuatu yang nyata, tetapi hanya berupa gagasan

yang abstrak (Kulkarni,2010).

1
Inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dunia sekitar, berpikir

rasional, dan menggunakan sumber daya secara efektif ketika menghadapi

tantangan. Kecerdasan intelektual yang normal berkisar antara 91 – 110. Skor

kecerdasan intelektual tidak akan menetap pada usia tertentu tetapi dapat berubah

karena berbagai sebab, seperti berbagai perubahan besar dalam kehidupan, antara

lain penyakit, genetik, gizi, dan lingkungan (Kusmiyati,2013).

Faktor gizi yang berperan terhadap menurunnya kecerdasan intelektual

anak adalah anemia yang merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin lebih

rendah dari nilai normal (12 gram%). Anemia dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan anak yang berdampak serius dalam jangka panjang karena

pada anemia asupan oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Asupan oksigen

yang terganggu juga dapat menyebabkan masalah neurologis dan gangguan

perilaku seperti aktivitas fisik motorik, interaksi sosial, dan gangguan konsentrasi

(Kusmiyati,2013).

Kondisi anemia dapat membuat anak memiliki nilai kecerdasan intelektual

yang lebih rendah (10-15 poin) serta kemampuan belajar yang menurun

dibandingkan dengan anak yang sehat atau normal. Asian Development Bank

(ADB) tahun 2012 menyatakan bahwa sekitar 22 juta anak Indonesia terkena

anemia, yang menyababkan kehilangan angka kecerdasan intelektual sebesar 5

sampai 15 poin, prestasi sekolah yang buruk, dan kerugian potensi masa depan

hingga 2,5% (Kusmiyati,2013).

Islam menganjurkan umat-Nya untuk selalu menjaga kesehatan baik

jasmani maupun rohani. Tubuh yang sehat akan diperoleh jika melaksanakan

2
ajaran agama Islam dengan baik dalam usaha pencegahan maupun pengobatan.

Pencegahan dapat berupa mencegah timbulnya penyakit pada orang yang sehat

ataupun mencegah dan mengobati bagi orang yang sakit agar penyakitnya tidak

bertambah parah (Al-Jauziyah, 2004).

Ajaran Islam juga memperhatikan kesehatan dengan mengatur makanan

dan minuman yang halal dan baik sebagaimana firman Allah SWT dalam surat

Al-Baqarah (2) ayat 168 yang berbunyi “Hai sekalian manusia, makanlah yang

halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti

langkah-langkah syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang

nyata bagimu.”

Disamping makan dan minum yang halal dan baik, porsi makanan juga

perlu diatur secara proporsional atau seimbang tidak berlebihan sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat Al A`raaf (7) ayat 31 yang berbunyi “Makan dan

minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Pendengaran, penglihatan dan akal merupakan alat-alat yang diberikan

oleh Allah SWT kepada manusia untuk digunakan dalam memperoleh

pengetahuan dan merupakan jendela yang dapat menghubungkan manusia dengan

alam yang luas untuk mengetahui berbagai macam ilmu dan mengambil

manfaatnya untuk kemakmuran, dan kelestarian hidup manusia. Allah SWT

berfirman : “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak

dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai

3
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan

Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka

lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf 179).

Untuk itu, atas dasar uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat

masalah tersebut dalam penulisan skripsi berjudul “ Hubungan Anemia dengan

Score Intelligence Quotient (IQ) pada Anak Umur 5-12 Tahun Ditinjau dari

Kedokteran dan Islam”.

1.2 Permasalahan

1. Bagaimana hubungan anemia dengan score intelligence quotient (IQ)

pada anak umur 5-12 tahun?

2. Bagaimana mekanisme hubungan anemia dengan score intelligence

quotient (IQ) pada anak umur 5-12 tahun?

3. Bagaimana pandangan kedokteran terhadap pencegahan terjadi nya

anemia yang berhubungan dengan score intelligence quotient (IQ)

pada anak umur 5-12 tahun?

4. Bagaimana pandangan Islam terhadap pencegahan terjadinya anemia

yang berhubungan dengan score intelligence quotient (IQ) pada anak

umur 5-12 tahun?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

4
Menjelaskan hubungan anemia dengan score intelligence quotient (IQ)

pada anak umur 5-12 tahun ditinjau dari kedokteran dan Islam.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan anemia dengan score intelligent quotient (IQ)

pada anak umur 5-12 tahun.

2. Mengetahui pandangan kedokteran terhadap pencegahan terjadi nya

anemia yang berhubungan dengan score intelligence quotient (IQ)

pada anak umur 5-12 tahun.

3. Mengetahui pandangan Islam terhadap pencegahan terjadinya anemia

yang berhubungan dengan score intelligence quotient (IQ) pada anak

umur 5-12 tahun.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk memenuhi persyaratan kelulusan sebagai mahasiswa kedokteran

Universitas YARSI dan untuk lebih memahami hubungan anemia terhadap

score intelligence quotient (IQ) pada anak umur 5-12 tahun, serta dapat

mengetahui cara penulisan ilmiah yang baik dan benar.

1.4.2 Bagi Universitas YARSI

Diharapkan skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan serta menjadi

bahan masukan bagi para civitas akademik mengenai hubungan anemia

terhadap score intelligence quotient (IQ) pada anak umur 5-12 tahun.

5
1.4.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan skripsi ini dapat meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat

sehingga dapat lebih memahami mengenai hubungan anemia terhadap score

intelligence quotient (IQ) pada anak umur 5-12 tahun.

You might also like