Professional Documents
Culture Documents
Moh. Nasih
Universitas Airlangga
mhnasih@yahoo.com
Moh. Madyan
Universitas Airlangga
muhammad_madyan@yahoo.com
Abstract
This study examines the direct and indirect impacts of earnings quality on cost of equity capital by
using path analysis. The quality of earnings is measured by two proxies, namely discretionary
accrual and income smoothing. Information asymmetry is used as mediating variable. This study
uses 3 years sample period, ie 2008-2010. This study finds that information asymmetry has two
important roles in determining the cost of equity capital. Firstly, information asymmetry affects
positively to cost of equity capital, and secondly, information asymmetries serve as mediator
between earnings quality measured by discretionary accrual and the cost of equity capital.
Nevertheless, there is no significant direct and indirect relationship between earnings quality and
the cost of capital when earnings quality was measured by income smoothing.
Abstrak
Penelitian ini menguji dampak langsung dan tidak langsung dari kualitas laba terhadap biaya modal
ekuitas dengan menggunakan analisis jalur. Kualitas laba diukur dengan dua proksi, yaitu
discretionary accrual dan perataan laba. Penelitian ini menggunakan asimetri informasi sebagai
variabel pemediasi. Periode penelitian yang digunakan adalah 3 tahun yaitu tahun 2008-2010.
Penelitian ini menemukan asimetri informasi memiliki dua peran penting dalam penentuan biaya
modal ekuitas. Pertama, asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas, dan
kedua asimetri informasi merupakan mediator antara kualitas laba yang diukur dengan
discretionary accrual dan biaya modal ekuitas. Namun demikian, penelitian ini tidak berhasil
menemukan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kualitas laba yang diukur dengan perataan
laba terhadap biaya modal ekuitas.
Kata kunci: asimetri informasi, cost of equity capital, discretionary accrual, kualitas laba,
perataan laba
1
Penulis adalah mahasiswa program doktor (S3) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 222
an yang relevan untuk pengambilan keputusan menguji asosiasi antara kualitas informasi,
(Dechow et al. 2010). asimetri informasi dan biaya ekuitas dalam
Dari dua aliran riset analitis yang satu rerangka empiris yang komprehensif.
dikemukakan oleh Diamond dan Verrecchia Dengan kata lain, studi ini berupaya untuk
(1991) dan Lambert et al. (2011) terdapat pola mengkombinasikan dua ide fundamental yang
hubungan yang berbeda. Aliran riset yang dikemukakan oleh Diamond dan Verrecchia
pertama menunjukkan hubungan antara (1991) dan Lambert et al. (2011).
asimetri informasi dan biaya modal ekuitas, Bhattacharya et al. (2012) merupakan
sedangkan aliran riset yang kedua meng- peneliti yang memelopori untuk mengin-
gambarkan hubungan antara kualitas laba dan tegrasikan hubungan antara kualitas laba,
biaya modal ekuitas. Pengintegrasian kedua asimetri informasi dan biaya modal ekuitas.
aliran riset tersebut diharapkan dapat Mereka meneliti hubungan ketiga konstruk
memberikan rerangka teori yang lebih tersebut dengan menggunakan analisis jalur
komprehensif. Namun demikian, upaya untuk (path analysis). Hasil penelitian mereka
mengintegrasikan kedua bentuk hubungan menemukan adanya hubungan langsung dan
tersebut dalam riset empiris masih sangat tidak langsung antara kualitas laba dan biaya
minim. Mayoritas penelitian sebelumnya modal ekuitas.
menguji hubungan antara kualitas laba, Berbeda dengan Bhattacharya et al.
asimetri informasi dan biaya modal ekuitas (2012), penelitian ini menggunakan rerangka
secara parsial (misalnya, Handa dan Linn teori mikrostruktur pasar untuk mengukur
1993; Komalasari dan Baridwan 2001; asimetri informasi. Berdasarkan literatur
Bhattacharya et al. 2013; Eliwa et al. 2016). mikrostruktur pasar (misalnya Easley dan
Kualitas laba tidak hanya memengaruhi O’Hara 1987), asimetri informasi antara
investor melainkan juga perusahaan. Bagi partisipan pasar dicerminkan dari komponen
perusahaan, menerbitkan informasi yang adverse selection dari bid ask spread.
berkualitas rendah dapat menyebabkan Penggunaan komponen adverse selection ini
tingginya biaya modal, dan hal ini dapat dinilai lebih mampu merepresentasikan situasi
mengganggu kinerja perusahaan karena asimetri informasi antara partisipan yang
semakin sedikit peluang investasi yang dapat memiliki informasi lebih lengkap (disebut
diambil. Bagi partisipan pasar, buruknya informed trader) dan partisipan yang
kualitas informasi dapat meningkatkan memiliki informasi yang sedikit (disebut
keraguan mengenai kinerja perusahaan uninformed trader).
sedemikian rupa sehingga asimetri informasi Bhattacharya et al. (2013) telah menguji
di antara partisipan pasar meningkat. hubungan antara kualitas laba dan asimetri
Tingginya tingkat asimetri informasi informasi. Proksi asimetri informasi yang
mendorong turunnya likuiditas saham dan digunakan oleh Bhattacharya et al. (2013)
akibatnya return yang diminta oleh investor mirip dengan Bhattacharya et al. (2012) yaitu
meningkat yang pada gilirannya menggunakan effective spread dan price
meningkatkan biaya modal perusahaan. impact yang mencerminkan kecepatan
Rerangka teoretis ini tampak kuat di literatur penyesuaian perubahan harga. Kelemahan
keuangan, namun belum banyak didukung dari penggunaan effective spread untuk
oleh bukti empiris yang kuat terutama di mengukur asimetri informasi adalah effective
Indonesia. spread merupakan ukuran yang kasar (noisy
Berdasarkan latar belakang tersebut, isu measure) karena mengandung tiga jenis biaya
utama yang diangkat dalam penelitian ini yang dihadapi oleh dealer, yaitu biaya
adalah bagaimana mengintegrasikan pemrosesan pesanan (order processing cost),
hubungan antara kualitas laba, asimetri biaya penyimpanan (inventory holding cost),
informasi dan biaya modal ekuitas serta dan biaya adverse selection (lihat misalnya,
mengujinya secara empiris dalam konteks Amihud dan Mendelson 1986; Copeland dan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Galai 1983; Stoll 1978).
Indonesia. Jadi, tujuan dari studi ini adalah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 224
oleh dealer untuk menyimpan sejumlah the pricing of information risk). Leuz dan
saham agar dapat diperdagangkan sesuai Verrecchia (2004) menyatakan bahwa laporan
dengan permintaan. kinerja (misalnya laporan laba) berperan
3) Adverse selection component, mencermin- dalam menyelaraskan kepentingan perusahaan
kan sebuah harga (reward) yang diberikan dan investor terkait dengan investasi modal.
kepada pedagang sekuritas untuk mengam- Dalam konteks perencanaan investasi, pela-
bil suatu risiko ketika berhadapan dengan poran keuangan yang berkualitas buruk dapat
investor yang memiliki informasi superior merusak koordinasi antara perusahaan dan
(informed trader), komponen ini terkait investornya karena ketidakpastian tentang
erat dengan arus informasi di pasar modal. presisi dan akurasi dari informasi keuangan
sehingga menciptakan risiko informasi bagi
Berkaitan dengan kualitas informasi, investor. Investor mengantisipasi risiko
fokus perhatian penelitian ini adalah pada informasi ini dengan cara menuntut premi
komponen adverse selection. Penelitian yang risiko yang lebih tinggi atas modal yang akan
dilakukan oleh Bagehot (1971) dan Easley ditanamkan dalam perusahaan. Tingginya
dan O’Hara (1987) telah mengembangkan premi risiko ini secara langsung menyebabkan
model teoretis yang menghubungkan arus tingginya biaya modal yang ditanggung oleh
informasi terhadap bid ask spread. Premis perusahaan. Leuz dan Verrecchia (2004) juga
yang mereka ajukan adalah bahwa sebagian menegaskan bahwa sebagian dari risiko
investor memiliki lebih banyak informasi informasi ini termasuk dalam kategori risiko
mengenai nilai saham dibandingkan dealer. yang tidak dapat didiversifikasikan.
Dealer mengetahui bahwa informed trader ini Easley dan O’Hara (2004) juga
hanya akan berdagang jika dipandang menyatakan bahwa risiko informasi yang
menguntungkan bagi mereka. Di sisi lain, dihadapi oleh uninformed traders tidak dapat
dealer juga mengetahui bahwa mereka akan didiversifikasi. Dalam modelnya, semakin
memperoleh keuntungan bila berdagang banyak informasi privat yang dimiliki oleh
dengan uninformed trader. informed investor maka risiko bagi
Model ini menyatakan bahwa dealer uninformed investor yang memegang saham
menetapkan bid-ask spread sedemikian rupa meningkat, karena investor yang memiliki
sehingga keuntungan yang diharapkan dari informasi privat akan mampu memperbaiki
uninformed trader dapat menutup kerugian komposisi portofolionya dengan lebih baik
dari informed trader. Oleh karena itu, dibandingkan uninformed investor. Jadi,
komponen adverse selection dari spread ini uninformed investor menghadapi risiko
akan lebih besar ketika dealer memprediksi informasi sistematik (yaitu risiko yang tidak
bahwa potensi untuk bertransaksi dengan dapat didiversifikasi), sehingga mereka
informed trader lebih besar, atau ketika dealer menuntut return yang lebih tinggi (yaitu
meyakini bahwa informed trader memiliki membebankan biaya modal ekuitas yang lebih
informasi yang lebih akurat. Dalam kondisi tinggi) sebagai kompensasi. Easley dan
ini maka komponen adverse selection dari O’Hara (2004) menegaskan bahwa besarnya
bid-ask spread merefleksikan tingkat risiko informasi privat dan rendahnya presisi
asimetri informasi yang dipersepsikan oleh informasi menunjukkan besarnya risiko
dealer. Jadi, ketika dealer bertransaksi informasi dan menyebabkan tingginya
dengan informed trader maka biaya transaksi required return.
akan meningkat, dan adanya asimetri Francis et al. (2004) menguji pengaruh
informasi akan membawa pada bid-ask kualitas informasi akuntansi yang diukur
spread yang lebih besar. dengan 7 atribut kualitas laba terhadap biaya
modal. Atribut kualitas laba diukur dengan
Kualitas Laba dan Biaya Modal Ekuitas menggunakan basis akuntansi dan basis pasar.
Hubungan antara kualitas laba dan Penelitian tersebut menemukan bahwa secara
biaya modal ekuitas dijelaskan melalui teori umum perusahaan dengan kualitas laba yang
penetapan harga risiko informasi (theory of rendah menanggung biaya modal yang lebih
227 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
besar. Secara lebih spesifik, Francis et al. Secara teoretis, Amihud dan Mendelson
(2005) menguji keterkaitan antara kualitas (1986) menyatakan bahwa biaya modal
akrual perusahaan dengan biaya modal. ekuitas akan lebih besar untuk sekuritas
Francis et al. (2005) menyatakan bahwa dengan bid-ask spread yang lebih lebar
kualitas akrual yang digunakan dalam karena investor menuntut return yang lebih
penelitiannya mampu merefleksikan tingkat tinggi guna menutupi tambahan biaya
risiko informasi yang ditanggung oleh transaksi yang ditanggungnya. Publikasi
investor dan menemukan bahwa rendahnya informasi yang dilakukan perusahaan dapat
kualitas akrual perusahaan diasosiasikan mengurangi biaya adverse selection dari bid-
dengan tingginya biaya modal perusahaan ask spread sehingga biaya modal ekuitas juga
baik biaya modal utang ataupun biaya modal turun.
ekuitas. Seirama dengan Francis et al. (2004, Diamond dan Verrecchia (1991)
2005), Bhattacharya et al. (2013) menemukan mengembangkan suatu model analitis yang
bahwa perusahaan dengan kualitas laba yang menguji sebab dan akibat dari likuiditas
rendah menanggung asimetri informasi yang saham serta dampaknya terhadap harga saham
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dan biaya modal. Keduanya mengidentifikasi
dengan kualitas laba yang bagus di sekitar bahwa penurunan asimetri informasi menu-
tanggal pengumuman laba. runkan biaya modal. Riset analitis lainnya
Dutta dan Nezlobin (2016) meneliti dilakukan oleh Handa dan Linn (1993), Coles
dampak pengungkapan informasi pada biaya et al. (1995) dan Clarkson et al. (1996).
modal ekuitas dan kesejahteraan investor. Mereka menyimpulkan bahwa makin banyak
Hasil riset mereka menemukan bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perusaha-
peningkatan presisi pengungkapan informasi an maka biaya modal ekuitas akan turun
publik mendorong turunnya biaya modal. akibat turunnya estimasi risiko sistematis.
Hasil ini bukan tidak konsisten dengan Komalasari dan Baridwan (2001)
Francis et al. (2004) karena kualitas mencoba untuk menguji riset analitis
pengungkapan informasi dapat menjadi Diamond dan Verrecchia (1991) secara
substitusi bagi kualitas laba (Mouselli et al. empiris. Keduanya menemukan hubungan
2012). Oleh karena itu, hipotesis alternatif positif antara asimetri informasi dan biaya
yang diajukan adalah: modal ekuitas di Bursa Efek Jakarta. Artinya
H1: Kualitas laba berpengaruh negatif bahwa semakin kecil asimetri informasi yang
terhadap biaya modal ekuitas. terjadi diantara partisipan pasar modal maka
semakin kecil biaya modal ekuitas yang
Asimetri Informasi dan Biaya Modal ditanggung oleh perusahaan. Hasil empiris ini
Ekuitas mendukung rerangka teoretis yang
Hubungan antara asimetri informasi dan dikembangkan oleh Diamond dan Verrecchia
biaya modal ekuitas bisa dijelaskan dari (1991). Lebih lanjut, Komalasari dan
literatur tentang mikrostruktur pasar finansial. Baridwan (2001) menemukan bahwa ukuran
Model asimetri informasi mengimplikasikan perusahaan memengaruhi biaya modal ekuitas
bahwa informasi publik yang mampu perusahaan. Semakin besar ukuran
menurunkan asimetri informasi diantara perusahaan maka penurunan biaya modal
pelaku pasar seharusnya diikuti dengan ekuitas sebagai akibat dari penurunan asimetri
penurunan spread yang ditetapkan oleh informasi lebih besar dibandingkan dengan
dealer. Model analitis yang dikemukakan perusahaan kecil.
oleh Kyle (1985) dan Glosten dan Milgrom Pada awal analisisnya, Easley dan
(1985) menunjukkan bahwa asimetri O’Hara (2004) membedakan dampak perbe-
informasi akan meningkatkan adverse daan komposisi informasi antara informasi
selection risk bagi liquidity traders sehingga publik dan informasi privat terhadap harga
mereka melebarkan bid-ask spread. Lebarnya aset. Keduanya berpendapat bahwa unin-
bid-ask spread menyebabkan turunnya formed investor mengakui bahwa mereka
likuiditas saham tersebut. memiliki information disadvantage diban-
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 228
dingkan informed investor sehingga mereka ekuitas untuk perusahaan yang diikuti oleh
cenderung memegang sekuritas dalam jumlah sejumlah besar analis.
yang lebih sedikit. Pada gilirannya, kondisi Dengan menggunakan proksi kualitas
tersebut mendorong harga sekuritas mengala- informasi yang berbeda dengan Botosan
mi penurunan seiring dengan tingginya kesen- (1997), Chung et al. (2009) menyatakan
jangan informasi (yaitu asimetri informasi) di bahwa semakin agresif manajemen dalam
antara investor, sehingga biaya modal perusa- memilih praktik akuntansi, trader semakin
haan mengalami peningkatan. memperlebar bid-ask spreadnya dalam rangka
Lambert et al. (2011) meneliti secara memproteksi mereka terhadap kemungkinan
analitis hubungan antara asimetri informasi kerugian akibat dari tingginya asimetri
dan biaya modal dalam kondisi pasar yang informasi tentang kualitas laporan keuangan
tidak sempurna. Mereka menunjukkan bahwa perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan
terdapat interaksi antara kondisi pasar, oleh Bardos (2011). Berdasarkan penelitian
asimetri informasi dan biaya modal Chung et al. (2009) dan Bardos (2011) dapat
perusahaan. Ketidaksempurnaan pasar telah disimpulkan bahwa praktik manajemen laba
menyebabkan harga tidak merefleksikan yang dilakukan oleh manajer akan
informasi secara lengkap; yang pada meningkatkan asimetri informasi di antara
gilirannya akan menurunkan tingkat presisi partisipan pasar karena investor mengantisi-
informasi dan meningkatkan biaya modal. pasi ketidakpastian atas kualitas informasi
Asimetri informasi antara partisipan pasar akuntansi. Hasil ini diperkuat oleh
menciptakan pasar yang tidak likuid sehingga Bhattacharya et al. (2013) yang meneliti
meningkatkan biaya modal. Hipotesis yang asosiasi antara kualitas laba dan asimetri
akan diuji adalah: informasi dengan menggunakan sampel besar
H2: Asimetri informasi memiliki dampak dari NYSE dan NASDAQ untuk periode
positif terhadap biaya modal ekuitas 1998—2007. Mereka menemukan bahwa
kualitas laba yang lebih rendah diasosiasikan
Kualitas Laba, Asimetri Informasi, dan dengan asimetri informasi yang lebih tinggi
Biaya Modal Ekuitas yang tercermin dalam komponen adverse
Pengungkapan informasi yang diberikan selection dari biaya perdagangan.
oleh perusahaan kepada publik dapat Selanjutnya, Diamond (1985) dan
menurunkan asimetri informasi diantara Diamond dan Verrecchia (1991) menyatakan
pelaku pasar (trader) sehingga para pelaku bahwa semakin tinggi kualitas informasi akan
pasar dapat mengambil keputusan investasi menurunkan asimetri informasi diantara
secara efektif pada tingkat harga yang wajar partisipan pasar dan pada akhirnya
sehingga likuiditas saham perusahaan tersebut menurunkan biaya modal. Pernyataan ini
juga meningkat. Pada tahapan selanjutnya, didukung oleh bukti empiris yang dilakukan
peningkatan likuiditas saham akan menu- oleh Welker (1995) yang menemukan hu-
runkan biaya modal perusahaan (Amihud dan bungan berlawanan antara kualitas pengung-
Mendelson 1986). kapan laporan keuangan dan bid-ask spread.
Botosan (1997) meneliti pengaruh Bushman dan Smith (2001) menyatakan
informasi akuntansi terhadap biaya modal bahwa informasi akuntansi keuangan yang
ekuitas. Dengan menggunakan disclosure berkualitas dapat menjadi mekanisme kontrol
index untuk mengukur besaran kualitas bagi manajer untuk mengalokasikan sumber
informasi akuntansi, Botosan (1997) daya pada projek-projek yang memang bagus
menemukan bahwa semakin besar tingkat dan menghindari misalokasi ke projek-projek
pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh yang sebenarnya merugikan, dan pelaporan
perusahaan yang diikuti oleh sedikit analis keuangan dapat menurunkan information
maka biaya modal ekuitasnya semakin uncertainty yang pada akhirnya dapat
rendah. Namun ia tidak menemukan bukti menurunkan biaya modal ekuitas dan biaya
asosiasi antara tingkat pengungkapan modal utang. Li dan Shroff (2010)
informasi akuntansi dengan biaya modal menyatakan bahwa semakin baik kualitas
229 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
informasi akuntansi maka identifikasi dan H3: Kualitas laba berpengaruh negatif
pemilihan proyek investasi akan lebih akurat terhadap asimetri informasi
sehingga biaya modal perusahaan menjadi H4: Asimetri informasi memediasi
rendah dan pada akhirnya mendorong pada hubungan antara kualitas laba dan
pertumbuhan perekonomian yang lebih cepat. biaya modal ekuitas
Bhattacharya et al. (2012) mengguna-
kan analisis jalur (path) untuk meneliti peran
asimetri informasi sebagai variabel pemediasi METODE PENELITIAN
antara kualitas laba dan biaya modal ekuitas.
Mereka menemukan bahwa hubungan antara Model Penelitian
kualitas laba dan biaya modal ekuitas lebih Model penelitian yang digunakan
penting dibandingkan hubungan tidak lang- adalah sebagai berikut:
sungnya. Hipotesis yang diuji adalah:
Asimetri
Informasi (AI)
Gambar
Model Hubungan Kualitas Laba, Asimetri Informasi, dan Biaya Modal Ekuitas
Model dasar untuk menguji hipotesis 2010. Meskipun pada tahun 2008 terdapat
adalah sebagai berikut: fenomena krisis global, namun penelitian ini
tetap menggunakannya sebagai batas awal
𝐶𝐸𝐶𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝐸𝑄𝑖𝑡 + 𝛽2 𝐴𝐼𝑖𝑡 + 𝛽3 𝐿𝐸𝑉𝑖𝑡 + periode penelitian karena penelitian pada
𝛽4 𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 … (1) akhirnya menggunakan data tahunan sebagai
dasar menguji hipotesis, sehingga fluktuasi
CECit adalah biaya modal ekuitas untuk harian yang terjadi pada semester kedua tahun
perusahaan i pada waktu t, EQit adalah kuali- 2008 teragregasi bersama dengan data pada
tas laba untuk perusahaan i pada waktu t yang semester pertama tahun 2008.
diukur dengan menggunakan ADA dan Penelitian ini menggunakan purposive
SMOOTH (pengukuran ini akan dijelaskan di sampling untuk memilih observasi penelitian.
seksi 3.2.), AIit adalah asimetri informasi Kriteria sampel yang digunakan dalam
untuk perusahaan i pada waktu t, dan ε adalah penelitian ini adalah:
kesalahan residu. Variabel LEV yang menun- 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di
jukkan tingkat financial leverage perusahaan i Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004.
pada tahun t dan GROWTH yang merefleksi- Pemilihan perusahaan manufaktur ini
kan tingkat pertumbuhan perusahaan i pada didasarkan pada dugaan bahwa jumlah
tahun t merupakan dua variabel kontrol yang perusahaan manufaktur yang cukup besar
memengaruhi CEC. dan memiliki karakteristik laporan
keuangan yang relatif homogen.
Sampel, Variabel, dan Metode Analisis 2) Saham perusahaan diperdagangkan secara
Periode penelitian yang digunakan aktif di pasar modal. Definisi perdagangan
untuk menguji hipotesis adalah tahun 2008- aktif yang digunakan dalam penelitian ini
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 230
efisiensi dan bukan semata-mata tindakan terjadi antara dealer dan informed traders
oportunis dari manajemen. Semakin kecil tercermin pada bid–ask spread yang
rasio tersebut menunjukkan laba semakin rata, ditetapkan oleh dealer.
sehingga dipandang laba semakin sustainable. Model asimetri informasi mengimplika-
Dengan kata lain, laba yang semakin rata sikan bahwa informasi publik yang mampu
(smooth)—ditunjukkan dengan nilai menurunkan asimetri informasi diantara
SMOOTH yang rendah—mengindikasikan pelaku pasar seharusnya diikuti dengan
kualitas laba yang semakin tinggi. Sebaliknya, penurunan spread yang ditetapkan oleh
jika rasio tersebut semakin besar menunjuk- dealer. Model analitis yang dikemukakan
kan laba semakin fluktuatif, berarti semakin oleh Kyle (1985) dan Glosten dan Milgrom
rendah kualitas laba, dan dipandang sebagai (1985) menunjukkan bahwa asimetri
kekaburan laba (earnings opacity). Perataan informasi akan meningkatkan adverse
laba diukur dengan rumus: selection risk bagi liquidity traders sehingga
σ(NI / Asset) mereka melebarkan bid–ask spread.
SMOOTH = σ(CFO / Asset)i,t … (3)
i,t Beberapa penelitian empiris telah
Dimana: meneliti keterkaitan informasi akuntansi dan
NIi,t : Laba bersih sebelum pos luar biasa
bid–ask spread, antara lain Greenstein dan
perusahaan i pada tahun t.
CFOi,t : Arus kas operasional perusahaan i
Sami (1994), Krinsky dan Lee (1996), dan
pada tahun t. Raman dan Tripathy (1993). Secara umum
Asseti,t : Total asset perusahaan i pada tahun penelitian-penelitian tersebut menemukan
t. bahwa keberadaan informasi akuntansi dapat
σ : Deviasi standar dari t–4 hingga t. mengurangi bid–ask spread. Langkah awal
pengukuran asimetri informasi yang diguna-
Untuk memudahkan interpretasi, maka kan dalam penelitian ini adalah menghitung
hasil perhitungan SMOOTH ini dikalikan relative bid–ask spread:
dengan minus 1 sehingga menunjukkan
bahwa semakin besar nilai SMOOTH maka (𝐴𝑠𝑘𝑖,𝑡 −𝐵𝑖𝑑𝑖,𝑡 )
𝑆𝑃𝑅𝐸𝐴𝐷𝑖,𝑡 = (𝐴𝑠𝑘 × 100 … (4)
kualitas laba semakin meningkat dan 𝑖,𝑡 +𝐵𝑖𝑑𝑖,𝑡 )⁄
2
sebaliknya, semakin kecil nilai SMOOTH Dimana:
maka kualitas laba makin menurun. Aski,t : Harga ask tertinggi untuk saham
perusahaan i pada hari ke t
Pengukuran Asimetri Informasi Bidi,t :Harga bid terendah untuk saham
Salah satu masalah yang dihadapi ketika perusahaan i pada hari ke t
mengukur asimetri informasi adalah bahwa
tingkat asimetri informasi diantara partisipan Pada dasarnya, SPREAD memiliki tiga
pasar tidak dapat diobservasi secara langsung. komponen, yaitu biaya pemrosesan pesanan,
Pengukuran terhadap asimetri informasi biaya penyimpanan, dan adverse selection
seringkali diproksikan dengan bid–ask (lihat Kyle 1985), sehingga penggunakaan
spread. SPREAD sebagai proksi asimetri informasi
Dealer atau market makers sebagai dapat menimbulkan kesalahan pengukuran
salah satu partisipan pasar modal memiliki (measurement error). Guna mengatasi
daya pikir yang terbatas terhadap persepsi kelemahan penggunaan SPREAD, penelitian
masa yang akan datang, dan menghadapi ini mengontrol biaya pesanan dan biaya
potensi kerugian ketika berhadapan dengan penyimpanan persediaan. Riset Stoll (1978)
informed traders, yaitu investor yang menyatakan bahwa biaya penyimpanan
memiliki informasi superior. Timbulnya (inventory holding cost) dan biaya
masalah adverse selection ini mendorong pemrosesan pesanan (order processing cost)
dealer untuk menutupi kerugian dari informed dapat diproksikan dengan volume perdagang-
traders dengan melebarkan bid–ask spread an, varians return dan harga saham. Oleh
terhadap pedagang likuid. Jadi dapat karena itu penelitian ini memasukkan volume
dikatakan bahwa asimetri informasi yang perdagangan (TRANS), varians return (VAR)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 232
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Jumlah Nilai Nilai Nilai Rata- Deviasi
Variabel
Observasi Minimum Maksimum Rata Standar
ADA 209 0.0002 0.4985 0.0784 0.0720
SMOOTH 209 -30.040 -0.0226 -1.2222 3.1666
AI 209 1.0348 136.5536 27.0716 22.0995
CEC 209 0.0659 12.8637 6.8112 3.5094
LEV 209 0.0001 1.3158 0.1525 0.1652
GROWTH 209 -16.3069 10.4795 1.7124 1.8075
Berikut ini disajikan nilai rata-rata per mengindikasikan bahwa kualitas laba
tahun untuk setiap variabel untuk mengeta- perusahaan sampel mengalami gelombang
hui perkembangan masing-masing variabel. penurunan dan peningkatan. Hal yang sama
Tabel 2 memperlihatkan bahwa terjadi juga terjadi pada kualitas laba yang diukur
tren nilai ADA yang berfluktuasi. Pada dengan perataan laba (SMOOTH). Selama 3
tahun 2009 secara rata-rata nilai ADA tahun periode penelitian, nilai SMOOTH
mengalami penurunan namun meningkat meningkat pada tahun 2009 dan mengalami
kembali di tahun 2010. Menurunnya penurunan kembali pada tahun 2010.
discretionary accrual pada tahun 2009 Semakin kecil nilai perataan laba yang
menunjukkan bahwa semakin rendah dilakukan oleh perusahaan manufaktur
diskresi yang dilakukan oleh manajemen mengindikasikan semakin rendah kualitas
perusahaan dalam rangka memanipulasi laba perusahaan.
angka laba bersih. Deskriptif di Tabel 2
Tabel 2
Nilai Rata-Rata Variabel per Tahun: 2008-2010
Tahun
Variabel
2008 2009 2010
ADA 0,0822 0,0680 0,0852
SMOOTH -1,2395 -1,2716 -1,1499
AI 27,6854 26,6444 26,8168
CEC 10,8721 4,7344 4,3302
LEV 0,1714 0,1309 0,1537
GROWTH 1,9678 1,5183 1,2334
Asimetri informasi yang ditunjukkan tinggi pada tahun 2008 disebabkan oleh
dengan variabel AI menunjukkan tren tingginya tingkat suku bunga SBI pada tahun
penurunan mulai tahun 2008 sampai tahun 2008 yang berada pada kisaran dua digit.
2010. Penurunan yang tajam terjadi pada Secara rata-rata, tingkat suku bunga SBI 1
tahun 2010 ketika pasar modal sudah mulai bulan pada tahun 2008 adalah 11,82%.
bangkit dari dampak krisis global yang Tingginya CEC pada tahun 2008
melanda Amerika Serikat pada tahun 2008. mengisyaratkan bahwa asimetri informasi
Tingginya asimetri informasi pada tahun 2008 yang tinggi mendorong investor untuk
tampaknya dikontribusi oleh krisis global menuntut tingkat return yang lebih besar
yang menyebabkan investor asing banyak dalam rangka mengantisipasi potensi kerugian
yang menarik dananya dari pasar modal. yang akan ditanggung ketika berhadapan
Perkembangan CEC juga menunjukkan dengan informed investor ketika berinvestasi
tren menurun mulai tahun 2008 sampai 2010. di aset yang berisiko. Sementara itu, pada
Penurunan ini mengindikasikan bahwa tahun 2009 dan 2010 tingkat suku bunga SBI
required return yang dituntut oleh investor mengalami penurunan yang cukup besar
semakin berkurang. Secara praktis, CEC yang dibandingkan pada tahun 2008.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 234
Tabel 3
Uji Pengaruh Langsung ADA terhadap CEC
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
ADA 1,931 0,070 1,922 0,316
LEV 0,000 -0,014 0,001 0,843
GROWTH -0,063 -0,077 0,058 0,272
R2 0,012
Nilai F 0,815
Nilai Signifikansi F 0,487
Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak satu hubungan antara variabel yang utama
terdapat hubungan langsung antara kualitas yang diuji tidak signifikan maka tidak perlu
laba yang diukur dengan menggunakan dilakukan pengujian mediasi lebih lanjut.
discretionary accrual (ADA) dengan biaya Namun, pendapat tersebut dibantah oleh
modal ekuitas (CEC). Hal ini ditunjukkan dari MacKinnon (2008) yang mengatakan bahwa
tingkat signifikansi variabel ADA yang lebih hubungan langsung antara variabel indepen-
besar dari derajat kesalahan α sebesar 5%. Hal den dan variabel dependen tidak harus
yang sama juga terjadi pada variabel kontrol. signifikan secara statistis.
Menurut Baron dan Kenny (1986) jika salah
235 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
Tabel 4
Uji Pengaruh ADA dan AI terhadap CEC
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
ADA 1,345 0,049 1,917 0,484
AI 0,014 0,165 0,006 0,018
LEV 0,000 -0,007 0,001 0,921
GROWTH -0,063 -0,076 0,057 0,271
R2 0,039
Nilai F 2,043
Nilai Signifikansi F 0,090
Tabel 5
Uji Pengaruh ADA terhadap AI
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
ADA 42,866 0,128 23,184 0,066
Variabel dependen: AI
Asimetri
Informasi (AI)
8
12
0,
0,
16
5
Kualitas Laba Biaya Modal
(ADA) Ekuitas (CEC)
Gambar 2
Model Hubungan Kualitas Laba (ADA), Asimetri Informasi, dan Biaya Modal Ekuitas
Berdasarkan gambar 2, bentuk hubu- pemediasi antara kualitas laba yang diukur
ngan antara kualitas laba yang diukur dengan dengan perataan laba (SMOOTH) dan biaya
menggunakan ADA, asimetri infor-masi (AI) modal ekuitas (CEC) sama dengan
dan biaya modal ekuitas (CEC) adalah sebelumnya.
mediasi penuh (full mediation). Pola 1) Menguji pengaruh kualitas laba terhadap
hubungan ini ditunjukkan dengan tidak biaya modal ekuitas (CEC) dengan
adanya pengaruh langsung antara variabel persamaan estimasi sebagai berikut:
kualitas laba yang diukur dengan ADA 𝐶𝐸𝐶𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝑆𝑀𝑂𝑂𝑇𝐻𝑖𝑡 + 𝛽3 𝐿𝐸𝑉𝑖𝑡 +
dengan biaya modal ekuitas (CEC). ADA bisa 𝛽4 𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻𝑖𝑡+ 𝜀𝑖𝑡 … (10)
memengaruhi CEC hanya melalui variabel Hasil pengujian atas persamaan (10)
pemediasi yaitu asimetri informasi (AI). disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6
Uji Pengaruh Langsung SMOOTH terhadap CEC
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
SMOOTH 0,052 0,090 0,041 0,202
LEV -0,205 -0,019 0,748 0,785
GROWTH -0,073 -0,089 0,057 0,204
R2 0,015
Nilai F 1,027
Nilai Signifikansi F 0,382
Tabel 7
Uji Pengaruh SMOOTH dan AI terhadap CEC
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
SMOOTH 0,061 0,104 0,041 0,133
AI 0,015 0,180 0,006 0,009
LEV -0,181 -0,017 0,737 0,806
GROWTH -0,074 -0,087 0,056 0,206
R2 0,047
Nilai F 2,511
Nilai Signifikansi F 0,043
Tabel 7 menunjukkan bahwa hanya variabel 3) Menguji pengaruh kualitas laba terhadap
AI yang signifikan berpengaruh positif asimetri informasi dengan persamaan
terhadap CEC, sedangkan variabel lainnya estimasi sebagai berikut:
tidak berpengaruh signifikan. Hal ini 𝐴𝐼𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽1 𝑆𝑀𝑂𝑂𝑇𝐻𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 … (12)
mengindikasikan bahwa kontributor perubah- Hasil pengujian atas persamaan (12) adalah
an tingkat biaya modal ekuitas utamanya sebagai berikut:
ditentukan oleh tingkat asimetri informasi.
Tabel 8
Uji Pengaruh ADA terhadap AI
Unstandardized Standardized Standard Tingkat
Variabel
Coefficient Coefficient Error Signifikansi
SMOOTH -0,602 -0,084 0,496 0,227
Variabel dependen: AI
Tabel 8 menunjukkan bahwa kualitas langsung dan tidak langsung. Hasil pengujian
laba yang diukur dengan menggunakan menunjukkan bahwa asimetri informasi (AI)
SMOOTH tidak berpengaruh signifikan berpengaruh positif terhadap biaya modal
secara statistis terhadap biaya modal ekuitas ekuitas. Hal ini mendukung hipotesis 2 dan
(CEC). Hasil ini berbeda dengan pengujian tidak berhasil mendukung hipotesis 1,
ketika menggunakan discretionary accrual hipotesis 3 dan hipotesis 4.
sebagai ukuran kualitas laba. Jika pola hubungan antara perataan laba
Mengacu pada Tabel 6, 7, dan 8 maka (SMOOTH), asimetri informasi (AI) dan
dapat ditarik simpulan bahwa ketika kualitas biaya modal ekuitas (CEC) digambarkan,
laba diukur dengan menggunaan perataan maka dapat dibuat dalam bentuk bagan
laba, maka tidak ditemukan adanya hubungan sebagai berikut:
Asimetri
Informasi (AI)
0,
18
0
Gambar 3
Model Hubungan Kualitas Laba (SMOOTH), Asimetri Informasi, dan Biaya Modal Ekuitas
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 238
metode dan prinsip akuntansi yang diterapkan Harnovinsah dan Indriani (2015) juga
dalam satu periode pelaporan keuangan. Di menemukan hasil yang sama dengan Noviant
sisi lain, perataan laba bisa merupakan dan Marsono (2013). Hal ini mengindikasikan
aktivitas yang natural (natural smoothing) dan bahwa perataan laba tidak memengaruhi biaya
bisa juga merupakan wujud dari diskresi modal ekuitas dan bahwa investor lebih
manajemen yang disengaja (intentional mengapresiasi tingkat asimetri informasi keti-
smoothing) (Eckel 1981). ka menentukan required return dibandingkan
Lebih lanjut, Tucker dan Zarowin perataan laba.
(2006) menemukan bahwa perataan laba Hasil penelitian ini mungkin sensitif
mampu meningkatkan keinformativan laba. terhadap penentuan model estimasi kualitas
Hal ini dicerminkan dengan pasar yang lebih laba. Mayoritas, penelitian mengenai kualitas
merespon pada perusahaan yang melakukan laba menggunakan manajemen laba untuk
perataan laba. Namun, di sisi lain, perataan mengukur apakah perusahaan memiliki
laba juga berpotensi memberikan informasi kualitas informasi yang baik atau tidak.
yang menyesatkan kepada investor. Manajer Manajemen laba berhubungan dengan
sangat mungkin untuk memanipulasi laba kualitas laba, namun manajemen laba
untuk alasan pribadi, misalnya dikaitkan bukanlah kualitas laba itu sendiri.
dengan kompensasi manajer (lihat Healy Secara ringkas, konsisten dengan
1985). Leuz et al. (2003) memandang bahwa Bhattacharya et al. (2012), penelitian ini
perataan laba merupakan sarana bagi manajer mendokumentasikan bahwa asimetri infor-
untuk menyamarkan konsumsi privat mereka. masi memediasi hubungan antara kualitas
Ambiguitas dari peran perataan laba ini bisa laba dan biaya modal ekuitas. Hasil penelitian
jadi melatarbelakangi ketidakberhasilan pene- ini mengkonfirmasi Komalasari dan Baridwan
litian ini dalam menemukan pengaruh (2001) dan Diamond dan Verrecchia (1991)
perataan laba baik terhadap biaya modal bahwa asimetri informasi yang semakin tinggi
ekuitas maupun terhadap asimetri informasi. menyebabkan tingginya required rate of
Hasil pengujian dengan menggunakan return.
perataan laba menunjukkan bahwa hanya
asimetri informasi yang berpengaruh positif
terhadap biaya modal ekuitas. Hal ini SIMPULAN
mengindikasikan bahwa investor lebih meng-
hargai besarnya asimetri informasi pada saat Penelitian ini menguji pengaruh
menentukan required return dibandingkan langsung dan tidak langsung kualitas laba
dengan perataan laba. terhadap biaya modal yang dalam hal ini lebih
Investor seringkali mengantisipasi dispesifikkan pada biaya modal ekuitas.
peristiwa di masa mendatang dengan Penelitian ini menggunakan 2 pengukuran
membuat serangkaian estimasi, termasuk esti- kualitas laba, pertama adalah discretionary
masi tentang kinerja keuangan perusahaan. accrual yang digunakan oleh Kothari (2001)
Laba yang berfluktuasi menyulitkan bagi dan kedua adalah perataan laba yang diukur
investor untuk mengestimasi kinerja keuang- dari variabilitas laba dibandingkan dengan
an di masa mendatang. Investor tidak dapat variabilitas arus kas dari aktivitas operasi.
memprediksi laba di masa mendatang secara Asimetri informasi digunakan sebagai
tepat. Hal ini menyebabkan harga saham dari variabel pemediasi.
perusahaan non-smoother lebih berfluktuasi Hasil penelitian ini menemukan adanya
dibandingkan perusahaan smoother. Namun, hubungan tidak langsung antara kualitas laba
argumentasi ini tidak didukung oleh beberapa dan biaya modal yang dimediasi oleh asimetri
riset empiris di Indonesia. Noviant dan informasi. Kualitas laba yang diukur dengan
Marsono (2013) tidak menemukan perbedaan menggunakan discretionary accrual tidak
reaksi pasar antara perusahaan income memiliki pengaruh langsung terhadap biaya
smoother dan non-income smoother pada modal ekuitas. Jadi, asimetri informasi
industri manufaktur di pasar modal Indonesia. memainkan peran penting terhadap besaran
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 240