You are on page 1of 25

Praktikum Kinetika dan Katalis

Tahun Ajaran 2013/2014

PENENTUAN ORDE REKASI DAN TETAPAN LAJU REAKSI DARI


REAKSI PENYABUNAN ETIL ASETAT (ESTER) DENGAN METODA
TITRASI
I. TUJUAN
Menentukan orde dan laju reaksi penyabunan etil asetat dengan metoda
titrasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi kimia adalah tindakan yang terjadi pada perubahan kimia, yaitu
perubahan materi yang menyangkut struktur dalam molekul suatu zat.
Dalam reaksi kimia, sifat zat yang bereaksi berubah, demikian pula terjadi
perubahan tenaga, misalnya kalor akan diserap atau dilepaskan. Reaksi ini
juga merupakan proses yang meliputi perubahan pada suatu atau beberapa
bentuk zat menjadi bentuk zat lain yang meliputi pembentukan atau
pemutusan ikatan kimia. Ada dua jenis reaksi, yakni
- reaksi kimia yang spontan
kecepatan reaksi tidak dapat ditentukan atau diukur
- reaksi kimia yang lambat
kecepatan reaksi dapat ditentukan (Atkins 2008)
Suatu reaksi dikatakan termasuk reaksi tingkat satu bila kecepatan
reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan sisa dari satu jenis zat yang
bereaksi, sedangkan bila sebanding dengan dengan hasil kali konsentrasi
reaktan sisa dari dua jenis zat yang bereaksi dimasukkan ke dalam reaksi
tingkat dua. Kecepatan reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi zat yang
bereaksi atau produk dari temperatur maupun variabel operatif tertentu.
Sedangkan bila mekanisme diketahui, maka kondisi optimum dari produk
yang diharapkan dapat ditentukan.
Mekanisme reaksi dapat menentukan atau mempelajari :
- Tahap-tahap reaksi dan keadaan stereokimia dari masing-masing tahap
tersebut.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

- Bagaimana komposisi kompleks teraktivasi, apakah terdiri dari


beberapa atom atau molekul reaktan, sudut antar atom dan jarak.
Pada dasarnya lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang
bersumber dari hewan dan tanaman. Sedangkan berdasarkan pada
sumbernya, minyak dan lemak dapat diklasifikasikan atas hewan dan
tanaman. Perbedaan mendasar daripada lemak hewani dan nabati adalah

- lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati


mengandung fitisterol.

- Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak
nabati.
- Lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dan
bilangan polenshe lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati
(Ketaren,1986).
Ada beberapa sifat fisik dari minyak dan lemak yang dapat dilihat
antara lain : warna, abu amis, odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan
polymerism, titik didih, splitting point, titik lunak, shot melting point, berat
jenis, indeks bias dan kekeruhan.
Adapun sifat kimia dari lemak dan minyak antara lain : hidrolisa,
oksidasi, hidrogenasi, esterifikasi, dan pembentukan keton. Hidrolisa
minyak atau lemak akan asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisa yang dapat menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak
karena terdapatnya air dalam minyak tersebut. Reaksi ini menyebabkan
flavor dan bau tengik pada minyak tersebut.
Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah sampel
minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebih dalam
alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu 3 molekul KOH
bereaksi dengan 1 molekul minyak atau lemak. Larutan alkali yang

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan HCl sehingga KOH yang


bereaksi dapat diketahui. Dalam penetapan bilangan penyabunan, biasanya
larutan alkali yang digunakan adalah larutan KOH, yang diukur dengan
hati-hati ke dalam tabung dengan menggunakan buret atau pipet.
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak
atau lemak alami. Setiap lemak mengandung asam-asam lemak yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut menyebabkan sabun yang terbentuk
mempunyai sifat yang berbeda, minyak dengan kandungan asam lemak
rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair.
Sedangkan rantai panjang dan jenuh menghasilkan sabun yang tak larut
pada suhu kamar.
Pada percobaan ini reaksi yang terjadi adalah reaksi yang
merupakan reaksi orde dua yaitu pada reaksi penyabunan etil asetat oleh
ion hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Laju reaksinya yaitu :
-d (ester) = k1 (ester) (OH-)
dt
atau
dx = k1 (a – x) (b – x)
dt
dimana : a = konsentrasi awal ester (mol / liter)
b = konsentrasi awal ion hidroksida (mol / liter)
x = jumlah mol/liter ester yang bereaksi pada waktu t
k1= tetapan laju reaksi
Reaksi diikuti dengan cara penentuan konsentrasi ion hidroksida
(OH-) pada waktu tertentu larutan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan
yang mengandung asam berlebih. Penetralan dari basa ke dalam campuran
reaksi pada saat reaksi dihentikan (menghentikan reaksi). Jumlah basa

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

yang ada di dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan dapat
diketahui dengan cara mentitrasi sisa asam oleh larutan standar.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1Alat dan Bahan
Alat Fungsi
 Labu volumetri  Tempat melarutkan zat dan
pengenceran
 Pipet  Memindahkan larutan
 Labu erlenmeyer bertutup  Wadah analit saat titrasi
 Buret 25 mL  Wadah titran untuk titrasi
 Botol semprot  Wadah aquades
 Stopwatch  Penguku waktu
 Konduktometer  Pengukur hantaran listrik
 Sel hantaran  Penghantar arus listrik
Bahan Fungsi
 Etil asetat, p.a  Sampel
 Larutan NaOH 0,02 M 200 mL  Sumber OH- untuk penyabunan
 Larutan HCl 0,02 M  Untuk menghentikan reaksi
 Indikator Fenolftalein  Indikator asam basa

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

3.2Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat
1. Sebanyak 0,126 gr asam oksalat dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
2. Aquades ditambahkan sampai volume 100 mL dan didapatkan larutan
standar asam oksalat 0,02 N
3.2.2 Standarisasi Larutan NaOH
1. sebanyak 10 mL larutan asam oksalat 0,02 N diambil dan dimasukkan
kedalam erlenmeyer
2. indikator PP ditambahkan sebanyak 2 tetes kemudian larutan asam
oksalat dititrasi dengan larutan NaOH
3. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan didapatkan konsentrasi NaOH
3.2.3 Reaksi Penyabunan Etil Asetat
1. sejumlah tertentu etil asetat ditimbang dalam botol timbang tertutup
dan dilarutkan kedalam air hingga didapatkan larutan sebanyak 250
mL dengan konsentrasi 0,02 M
2. 250 mL larutan NaOH 0,02 M disediakan dan 100 mL larutan HCl 0,02
M. Konsentrasi kedua larutan ini harus diketahui dengan tepat
3. 60 mL larutan NaOH dan 30 mL larutan etil asetat dipipet dengan
menggunakan pipet kedalam labu erlenmeyer. Sementara itu kedalam
masing-masing 6 buah labu erlenmeyer lainnya dipipet 20 mL larutan
HCl 0,02 M
4. Larutan NaOH dan larutan etil asetat dicampur dan dikocok dengan
baik. Stopwatch dihidupkan saat kedua larutan tercampur
5. 10 menit setelah reaksi dimulai, 10 mL campuran reaksi dipipet dan
dimasukkan kedalam labu yang berisi 20 mL HCl. Diaduk dengan baik
dan kelebihan HCl dititrasi dengan larutan standar NaOH
6. Lakukan pengambilan campuran pada menit ke 20, 30, dan 40 setelah
reaksi dimulai

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

3.3Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat
0,126 gr asam oksalat
 Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
Larutan standar asam oksalat 0,02 M
3.3.2 Standarisasi Larutan NaOH
10 mL larutan asam oksalat 0,02 M
 Ditambah indikator pp
 Dititrasi dengan NaOH
 Volume NaOH yang terpakai dicatat
Konsentrasi NaOH
3.3.3 Reaksi Penyabunan Etil Asetat
30 mL etil asetat 0,02 N 60 mL NaOH 0,02 N

Campuran
 Dinyalakan stopwatch 10 menit

10 mL campuran 20 mL HCl 0,02 N

 Diaduk
 Dititrasi dengan NaOH
Hasil
Catatan : dilakukan pengambilan 10 mL campuran etil asetat pada variasi
waktu 20, 30, dan 40 menit, kemudian di dilakukan hal yang sama dengan
diatas

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

3.4Skema Alat

3
1

Keterangan gambar :
1. Standard
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data Percobaan
t (s) V campuran V NaOH
600 30 13.1
1200 30 13.1
1800 30 13.4
2400 30 13.5
t∞ 30 13.7

4.2Perhitungan

A. Pembuatan NaOH 0,02 N


g 1000
M= x
Mr V (mL)
g 1000
0,02 M = g x
40 250 mL
mol
g = 0,2 gram
B. Pembuatan asam oksalat 0,02 N
m 1000
M= x
Mr V (mL)
g 1000
0,02 M = g x 100 mL
63
mol
g = 0,126 gram
C. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat
VNaOH terpakai = 9.4 mL
Vasam oksalat = 10 mL
(V.N)oksalat = (V.N)NaOH
10 mL . 0,02 N = 9.4 mL . N
M = 0,021 N
D. Pembuatan etil asetat 0,02 N
% x ρ x 1000
N=
Mr
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi
dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

96 % x 0,9 g/mL x 1000


N=
88 g/mol

N = 9,81 N

V1 .N1 = V2 . N2

V . 9,8 N = 250 mL . 0,021 N

V = 0,535 mL
Massa = ρ . V
= 0,9 g/mL . 0,535 mL
= 0,4815 gram
E. Pengenceran HCl 4 N menjadi 0,02 N
V1 .N1 = V2 . N2
V1 . 4 N = 100 mL . 0,02 N
V = 0,5 mL
F. Penentuan Konsentrasi campuran
(V.N)NaOH = (V.N)Campuran
a. t = 10
13,1 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00917 N
b. t = 20
13,1 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00917 N
c. t = 30
13,4 mL . 0,021 N = 30 mL . N
N = 0,00938 N
d. t = 40
13,5 mL. 0,021 N = 30 mL. N
N = 0,00945 N
e. t = ∞
13,7 mL . 0,021 N = 30 mL . N

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

N = 0,00959 N
G. Menghitung nilai y
x
y=
a(a − x)
x = konsentrasi campuran
a = konsentrasi NaOH
a. t = 10
0,00917 N
y= = 36,912 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00917 N )
b. t = 20
0,00917 N
y= = 36,912 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00917 N )
c. t = 30
0,00938 N
y= = 38,439 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00938 N )
d. t = 40
0,00945 N
y= = 38,961 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00945 N )
e. t = ∞
0,00959 N
y= = 40,023 N−1
0,021 N (0,021 N − 0,00959 N )
H. Menentukan nilai k
𝑌
𝑘=
𝑡
a. t = 10
36,912 N−1
𝑘= = 0,0615 N−1 s−1
600 s
b. t = 10
36,912 N−1
𝑘= = 0,0307 N−1 s−1
1200 s
c. t = 30
38,439 N−1
𝑘= = 0,0213 N−1 s−1
1800 s
d. t = 40
Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi
dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

38,961 N−1
𝑘= = 0,0162 N−1 s−1
2400 s

(0,0624+0,0374+0,0235+0,0181)
k̅ =
4

k̅ = 0,03535 N-1s-1

I. Persamaan Regresi
x = t (s)
x
y = a(a−x)

X Y xy x2
600 36,912 22147,2 360000
1200 36,912 44294,4 1440000
1800 38,439 69190.2 3240000
2400 38,961 93506,4 5760000
∑ = 6000 151,224 229138,2 10800000

x̅ = 1500
y̅ = 37,806
n .  xy − x . y
B=
n . x2 − (x)2

(4 . 229138,2)− (6000 .151,224 )


=
(4 . 10800000)− 36000000

= 0,0012

y̅ = A + Bx̅

A = y̅ - Bx̅

= 37,806– (0,0012 . 1500) = 36,006

Y = 36,006 + 0,0012x

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

4.4Grafik
Grafik t vs Volume NaOH

WAKTU VS VOLUME NaOH


13.55
13.5
y = 0.0003x + 12.9
13.45
Volume NaOH (mL)

R² = 0.8824
13.4
13.35
13.3
13.25 volume NaOH
13.2
Linear (volume NaOH)
13.15
13.1
13.05
13
0 1000 2000 3000
Waktu (s)

Grafik t vs y

WAKTU VS Y
39.5

39 y = 0.0013x + 35.91
R² = 0.8796
38.5
Nilai y

38
y
37.5 Linear (y)

37

36.5
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
waktu (s)

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

Grafik t vs k

WAKTU VS K
0.07
0.06
0.05 y = -2E-05x + 0.0688
R² = 0.8545
Nilai k

0.04
0.03 k

0.02 Linear (k)

0.01
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu (s)

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

4.4Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Penentuan Orde Reaksi dan Teatapan Laju
Reaksi dengan menggunakan reaktan etil asetat (ester) dan NaOH pada
Metoda Titrasi.
Pada awalnya NaOH harus distandarisasi dulu dengan
menggunakan asam oksalat, karena NaOH merupakan larutan standar
sekunder yang konsentrasinya tidak bisa diketahui dengan cara
penimbaangan langsung. Etil asetat yang digunakan yaitu larutan p.a
dimana konsentrasinya dapat diketahui dengan cara penimbangan.
Reaksi penyabunan ini menggunakan reaksi orde dua karena
reaksi ini melibatkan dua reaktan atau dua zat yang berbeda dengan
konsentrasi yang sama.
Untuk menentukan orde dan konstanta laju reaksi maka
digunakan metoda titrasi pada percobaan dimana prinsipnya perubahan
warna dari analit dengan bantuan indikator fenolftalein.
Etil asetat dicampurkan dengan NaOH dalam suatu wadah,
kemudian dikocok. Hal ini bertujuan untuk mempercepat dan
menyempurnakan reaksi, kemudian larutan dituang dalam wadah berisi
HCl. Kegunaan HCl pada reaksi ini adalah untuk menetralkan larutan
yang bersifat basa sehingga penetralan ini akan dapat menghentikan
reaksi yang terjadi antara etil asetat dengan NaOH. Kemudian larutan
tersebut dititrasi dengan tujuan mengetahui jumlah basa yang ada
dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan, dengan cara
mentitrasi sisa asam atau kelebihan asam dengan menggunakan larutan
standar NaOH.
Dengan memvariasikan waktu terjadinya reaksi antara kedua
reaktan antara etil asetat dan NaOH didapatkan jumlah/volume NaOH
yang terpakai untuk titrasi secara variasi.
Didapat grafik yang linier menandakan semakin lama waktu
maka semakin banyak dibutuhkan NaOH untuk titrasi. Kesalahan dalam
penentuan titik akhir titrasi mempengaruhi perhitungan.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Reaksi antara etil asetat dan NaOH merupakan reaksi penyabunan
dan berorde dua, karena reaksi tersebut melibatkan dua reaktan
atau dua zat berbeda dengan konsentrasi yang sama.
2. Dari rumus yang diperoleh tetapan laju reaksi k = 0,03535
3. Dari persamaan regresi diperoleh nilai k = 0,0012
4. Persamaan regresi yaitu : y = 36,006 + 0,0012x

5.2Saran
Untuk mendapatkan hasil yang bagus, maka diharapkan praktikan
selanjutnya agar :
1. Hati-hati dan teliti dalam menimbang dan menakar zat.
2. Teliti dalam memipet zat.
3. Teliti dalam menentukan titik akhir titrasi.
4. Lakukan titrasi secepat mungkin.
5. Jika etil asetat sudah dicampur dengan NaOH jangan lupa untuk
mengocok larutan supaya reaksi berjalan dengan sempurna.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

JAWABAN PERTANYAAN

1. Orde reaksi adalah : jumlah indeks / koefisien konsentrasi atau jumlah


partikel /molekul pereaksi yang konsentrasinya
menentukan laju reaksi atau kinetika reaksi kimia.
2. Perbedaan ore reaksi atau kemolekulan reaksi :
- Orde reaksi merupakan jumlah partikel atau molekul pereaksi yang
konsentrasinya menentukan laju reaksi.
- Kemolekulan reaksi merupakan jumlah dari partikel (molekul, ion,
atom atau radikal bebas) yang terlibat dalam langkah pembentukan
suatu reaksi.
3. Kenyataan yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat
adalah reaksi berorde dua adalah reaksi tersebut melibatkan dua reaktan
atau dua zat yang berbeda dengan konsentrasi yang sama.
4. Hantaran jenis :
x = L. l
A
Dimana : L = 1/R = ohm-1
Maka : x = ohm-1 . m
m2
= m-1 ohm-1
Hantaran molar = x/C
= m-1 ohm-1
mol m-3
= m2
ohm mol
5. Bila titrasi dari HCl tidak dapat segera dilakukan kemungkinan akan
mengakibatkan kelebihan HCl menjadi lebih besar dan jika titrasi
dilakukan agak lama, kemungkinan volume NaOH yang terpakai juga akan
semakin banyak. Jika titrasi ditunda sampai semua percobaan selesai
yang ahrus dilakukan adalah campuran etil asetat dan NaOH jangan

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

dicampurkan dulu dengan HCl, tetapi tunggu sampai campuran tersebut


akan dititrasi baru dicampur dengan HCl.
6. Cara menentukan orde reaksi ada dua metoda :
a. Metoda titrasi
Prinsipnya adalah : analisa yang menggunakan indikator yang
nantinya dapat mengubah warna dari analit saat tercapainya titik
akhir titrasi.
b. Metoda Konduktometer
Prinsipnya adalah : kecepatan ion H+ jauh lebih besar dari kecepatan
ion positif lainnya, dan kecepatan ion dari OH- jauh lebih besar dari
kecepatan ion negatif lainnya.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

FOTO Keterangan
Dilarutkan 0,126 gram asam oksalat, lalu
diencerkan. Asam oksalat larut dalam
akuades. Larutan berwarna bening

Diencerkan 0,4815 gram etil asetat


diencerkan dengan akuades dalam labu ukur
250 mL. Larutan berwarna bening

Dicampurkan 10 mL etil asetat dengan 20 mL


HCl di dalam Erlenmeyer. Ditutup dengan
alumunium karena larutannya menguap

Lalu dititrasi dengan NaOH sampai terbentuk


larutan berwarna merah muda yang tidak
hilang dengan pengocokan

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

LAMPIRAN 2

No. Nama Bahan Struktur senyawa


1. Etil asetat, p.a

2. Larutan HCl 0,02 M

3. Larutan NaOH 0,02 M

4. Fenolftalein

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

LAMPIRAN 3
Simbol-simbol pada perhitungan percobaan
a = konsentrasi awal ester (mol / liter)
b = konsentrasi awal ion hidroksida (mol / liter)
x = jumlah mol/liter ester atau massa yang telah bereaksi pada waktu t
k1= tetapan laju reaksi

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

LAMPIRAN 4
A. Judul Artikel Ilmiah
“Kinetic Studies on Saponification of Acetate Using an Innovative
Conductivity-Monitoring Instrument with a Pulsating Sensor”.
B. Tujuan Penelitian
Mengukur nilai konduktivitas dari reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH menggunakan alat monitoring konduktivitas yang inovatif dengan
sensor pulsator
C. Skema Kerja
25 mL air destilasi
- Dimasukkan dalam bejana
- Temperatur dijaga antara 30 – 55oC
Larutan
- Ambil 0,5 mL NaOH 0,1 M
- 0,5 mL etil asetat 0,1 M
- Masukkan kedalam bejana tersebut
Campuran
- Larutan dimonitoring selang waktu 500 – 1000 s
Hasil pengamatan
D. Analisis
Pada penelitian yang dilakukan untuk mengukur nilai konduktivitas dari
reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH menggunakan alat
monitoring konduktivitas yang inovatif dengan sensor pulsator.
Dari pengukuran yang metode konduktometri akan didapatkan
daya hantar listrik yang dihasilkan oleh campuran etil asetat dengan
NaOH sehingga dapat ditentukan juga laju reaksi penyabunan ester oleh
NaOH.
Sensor inovatif dikembangkan pada peralatan inovatif yang telah
tersebar dibeberapa laboratorium dan aplikasi dengan jalan terbaru dari
peralatan konduktivitas.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

E. Kelebihan Artikel Ilmiah


penentuan konstanta kecepatan reaksi pada artikel ilmiah ini dikenal
baik pada perbedaan suhu dengan tingkat ketelitian yang tinggi dengan
cara yang mudah dan cepat. Dengan menggunakan teknik pengukuran
konduktometri dapat memudahkan dan mempercepat penentuan ratio
konstanta pada variasi temperatur larutan.
Hal ini yang membedakan proses pengamatan pada jurnal ilmiah
dengan metoda praktikum yang telah dilakukan. Sebab, pada percobaan
yang dilakukan pada penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dari
reaksi penyabunan etil asetat dengan menggunakan metoda titrasi ialah
pengerjaanya tergolong lambat dengan tingkat ketelitian yang rendah.

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

LAMPIRAN 5

ANGGOTA KELOMPOK 7
KELAS C
FARADIBAH 1010412043
ARRIJAL MUSTAKIM 1010412015
DEVI ASRIANTI 1110412058
WENNY SEPTIA A. 1110412038
NURUL FADILLAH 1110412049
MIRA WIDIA 1110413029

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi
Praktikum Kinetika dan Katalis
Tahun Ajaran 2013/2014

DAFTAR PUSTAKA

Alif, Admin. Kinetika dan Mekanisme Reaksi. Jurusan Kimia Universitas


Andalas.
Penuntun Praktikum Kinetika dan Mekanisme Reaksi. 2008. Jurusan Kimia
Universitas Andalas
Mickey, C. D. 1980. CHEMICAL KINETICA REACTION RATES. J chem. educ.
Palrucci, Ralph H. 1999. KIMIA DASAR PRINSIP DAN TERAPAN MODERN.
Edisi ke-4 Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi


dari Reaksi Penyabunan Etil Asetat (Ester)
dengan Metoda Titrasi

You might also like