You are on page 1of 8

Promine Journal, December 2016, Vol.

4 (2), page 13 - 20

Metode Point Kriging Untuk Estimasi Sumberdaya Bijih Besi (Fe)


Menggunakan Data Assay (3D)
Pada Daerah Tanjung Buli Kabupaten Halmahera Timur
(Point kriging Method for Estimation Resources of Iron Ore (Fe) Use Assay Data (3D)
of Tanjung Buli area, East Halmahera Regency)

Guskarnali1
1
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Bangka Belitung

Abstract
This research was conducted in the area Tanjung Buli, East Halmahera regency. This area has iron
ore resources in the prospects for exploration to exploitation with data obtained using spaced borehole
25meter. Point kriging method with software SGeMS (Standard Geostatistic Modeling software) used
for assessing of iron ore resource with size of block model dimensions 41x23x205 and unit blocks
25x25x1 (in meters). The results of the assessment point kriging method obtained estimated values of
Fe and kriging variance value is then used for the classification of resources based on relative kriging
standard deviation (RKSD) as classification of resource measured, indicated, and inferred. The results
of cross-validation of the assay data-Fe-Fe estimation data from point kriging method. The results of
resource assessment Fe of measured amounted to 3,081,125 tonnes, Indicated amounted to
6,878,563 tonnes and Inferred amounted to 97,781,563 tonnes. The pattern of spread showed high Fe
content above 14.40% Fe dispersed randomly (varies) or local-local in units of small blocks.
Correlation coefficient value showed of 0.89 so it has a strong correlation between the assay data-Fe
with Fe estimation data.
Keywords: iron ore (Fe), point kriging, isotropic.

1. Pendahuluan

Endapan bijih besi (Fe) merupakan unsur Kadar assay bijih besi (Fe) merupakan
logam yang paling banyak di bumi ini. kadar yang diperoleh dari setiap lubang
Karakteristik dari endapan bijih besi yang pengeboran dengan kedalaman tertentu.
ditemukan sering berasosiasi dengan mineral Informasi terkait dengan data kadar assay bijih
logam lainnya yang bernilai ekonomis. Endapan besi (Fe) di lokasi penelitian kemudian dilakukan
bijih besi yang ekonomis umumnya berupa penaksiran dengan cara menaksirkan kadar bijih
magnetit, hematit, limonit, dan siderite. besi yang tidak tersampel dari pengeboran
Keterdapatan endapan bijih besi biasa tersebar menggunakan metode point kriging.
dalam bentuk perlapisan maupun bongkah- Metode point kriging ini merupakan bagian
bongkah dengan ukuran butir halus sampai kasar. dari metode kriging yang berbeda dari metode
Penyebaran endapan bijih besi secara perhitungan lainnya, dimana daerah pengaruh
umum tersebar di sebelah timur Indonesia seperti dari titik bor terhadap titik yang ditaksir
Pulau Halmahera yang tepatnya di daerah diperhitungkan, artinya setiap titik sampel (kadar)
Tanjung Buli. Kegiatan eksplorasi lanjutan yang diketahui memiliki pengaruh untuk
berupa pengambilan sampel dengan cara menaksirkan kadar yang disekitarnya dengan
pengeboran dan kemudian dianalisis analisis spasial. Analisis spasial merupakan
laboratorium sehingga mendapatkan nilai kadar analisis yang mencari hubungan antara data
bijih besi (Fe). Lokasi penelitian memiliki kadar hasil pengukuran seperti data assay bijih besi
bijih besi (Fe) relatif tinggi yang berasosiasi (Fe) terhadap objek lainnya seperti jarak tertentu
dengan mineral lain seperti nikel, kobalt, silica, antar data sampel baik secara horizontal maupun
kalsium oksida dan magnesium oksida. vertikal. Metode point kriging diharapkan dapat
membantu dalam mengetahui penaksiran jumlah
* Korespodensi Penulis: ( Guskarnali) Jurusan sumberdaya kadar bijih besi (Fe),
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas memperkirakan pola sebaran penaksiran kadar
Bangka Belitung, Kampus Terpadu Balunijuk, bijih besi dilokasi penelitian serta tingkat
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. kepercayaan yang dihasilkan dari model
E-mail: guskarnali@gmail.com penaksiran kadar bijih besi.

13
Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

Lokasi Penelitian Semivariogram Eksperimental


Secara umum lokasi penelitian merupakan Semivariogram eksperimental (γ) merupakan
daerah eksplorasi sampai eksploitasi endapan perangkat dasar dari geostatistik yang digunakan
nikel laterit yang terletak di daerah Tanjung Buli, untuk menggambarkan (visualisasi),
Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, memodelkan dan menjelaskan korelasi spasial
Maluku Utara (Gambar 1). antar titik data berupa variansi error pada lokasi
(s) dan lokasi yang terpisah oleh jarak (s+h).
Menurut Amstrong, 1998 bahwa semivariogram
eksprimental dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
N
1
 h    [ Z ( s i )  Z ( s i  h)] 2 .….(1)
2 N ( h) i 1
dengan:
γh = Semivariogram eksperimental
N(h) = Banyaknya pasangan titik data yang
mempunyai jarak h
Z (si) = Nilai data di titik s
Z (si+h)= Nilai data di titik (si+h)

Parameter semivariogram terdiri dari tiga


Gambar 1. Lokasi penelitian
parameter yang menjadi penentu dari tingkat
keberhasilan dari analisis spasial. Parameter
Tinjauan Pustaka
tersebut yaitu nugget effect (Co), sill (C), dan
Analisis Statistik range (a) yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Korelasi spasial dikatakan baik jika nilai nugget
Analisis statistik unvarian digunakan untuk effect kecil, sill dan range besar dan sebaliknya
menggambarkan distribusi peubah-peubah jika nilai nugget effect besar sedangkan nilai sill
tunggal yang ditampilkan dalam bentuk dan range kecil, hal ini mengidentifikasi bahwa
histogram (Sulistyana, 1998). korelasi spasial antar data yang diamati tidak
Analisis spasial (ruang) merupakan analisis mewakili dari data secara keseluruhan sehingga
yang dilakukan terhadap data yang disajikan perlu dilakukan pengambilan data tambahan
dalam posisi geografis (titik, garis dan luasan) yang lebih teliti dengan jumlah data yang banyak
dari suatu objek, berkaitan dengan lokasi, bentuk dan jarak antar data teratur dan dekat.
dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi.
Data spasial dapat berupa data diskrit atau
kontinu dan dapat juga memiliki lokasi spasial
beraturan (regular) maupun tak beraturan
(irregular). Data spasial dikatakan mempunyai
lokasi yang regular jika antara lokasi yang
saling berdekatan satu dengan yang lain
mempunyai posisi yang beraturan dengan jarak
sama besar, sedangkan dikatakan irregular jika
antara lokasi yang saling berdekatan satu
dengan yang lain mempunyai posisi yang tidak
beraturan dengan jarak yang berbeda (Cressie,
1993).
Parameter untuk melakukan analisis spasial
yaitu variogram atau semivariogram. Analisis
spasial yang dilakukan menggunakan aplikasi Gambar 2. Model semivariogram teoritis
Stanford Geostatistical Modeling Software Terdapat dua jenis semivariogram yaitu
(SGeMS) yang diawali dengan penentuan semivariogram isotropik dan semivariogram
parameter penyusun dari variogram anisotropik. Perbedaannya adalah isotropik
eksperimental baik secara horizontal dan vertikal hanya bergantung pada jarak sedangkan
kemudian digabungkan menjadi variogram anisotropik tidak hanya bergantung pada jarak
eksperimental gabungan yang selanjutnya namun juga pada arah persebaran (Amelia,
dengan variogram model dilakukan pencocokan 2016). Sementara model semivariogram yang
data (fitting variogram) (Guskarnali dan sering digunakan untuk menginterpolasi data
Sulistyana, 2015).

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 14


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

pengamatan secara teoritis yaitu spherikal, sumberdaya diperoleh dari luas blok (cell block)
eksponensial, dan gaussian. yang digunakan dikali dengan ketebalan titik
sampel (Rauf,1998).
Metode Point Kriging
Cross validation
Metode point kriging merupakan bagian dari
metode Ordinary Kriging (OK) yang merupakan Menurut Bhakti dan Subagiada (2016)
salah satu perhitungan geostatistik dalam bahwa salah satu cara untuk menguji tingkat
menghasilkan prediksi atau kesalahan minimum keakuratan hasil estimasi suatu model
(variansi kriging) dari tiap-tiap titik data (sampel). menggunakan validasi silang (cross validation).
Metode ini menaksirkan suatu titik yang tidak Metode ini menggunakan seluruh data untuk
tersampel berdasarkan titik-titik data tersampel mendapatkan suatu model (data kadar estimasi).
yang berada di sekitarnya dengan Secara bergantian satu per satu data dihilangkan,
mempertimbangkan dari hasil korelasi spasial. dan kemudian data diestimasi dengan
Metode point kriging merupakan metode menggunakan data dari hasil model (data kadar
interpolasi yang menghasilkan prediksi atau estimasi) tersebut. Data hasil kadar estimasi Fe
estimasi tak bias yang disebut juga sebagai Best dapat ditentukan dengan cara mencari error
Linear Unbiased Estimator (BLUE). Nilai kadar selisihnya antara data kadar assay Fe yang
estimasi pada variabel yang ditaksir digunakan. Parameter tingkat kepercayaan hasil
menggunakan persamaan 
ˆ n validasi silang menggunakan nilai RMSE (Root
Z   i 1 wi .Z i
Mean Square Error), MAE (Mean Absolute Error)
dengan  n 
i 1 wi 1. Zˆ merupakan nilai taksiran yang dikatakan baik jika mendekati nol dan nilai
dan Zi nilai dari sampel di lokasi-i yang dibobot, koefisien determinasi (r2) yang merupakan akar
wi merupakan bobot sampel (weighted average). kuadrat dari koefisien korelasi yang mendekati
Bobot sampel tidak hanya didasarkan pada jarak nilai satu (Awali dkk, 2013). Koefisien korelasi (r)
antara ukuran dan lokasi titik prediksi tetapi juga merupakan hubungan penyimpangan data kadar
pada keseluruhan letak titik-titik yang diukur estimasi Fe dengan data kadar assay Fe yang
(Isaaks dan Srivastava, 1989). digunakan untuk menaksirkan kadar Fe dilokasi
yang tidak tersampel. Adapun rumus yang
Klasifikasi Sumberdaya digunakan sebagai berikut:
Dalam Masuara dkk, (2011) bahwa
klasifikasi sumberdaya bijih besi (Fe) dapat
r2  r ………………………(3)
dibagi menjadi tiga kategori sumberdaya, yaitu SSE
RMSE  ………………………(4)
measured (terukur), indicated (tertunjuk), dan n
inferred (tereka) yang dibagi berdasarkan nilai n

relative kriging standard deviation (Sinclair dan MAE 


 i 1
| ei | ………………………(5)
Blackwell, 2005) yang dituliskan sebagai berikut: n

Measured 0.3 ≤ Indicated 0.5 ≤ Inferred cross validation hasil


Perhitungan
taksiran bijih besi pada perangkat lunak
dengan persamaan rumus dari Relative Kriging Stanford Geostatistical Modeling Software
Standard Deviation (RKSD) sebagai berikut: (SGeMS) dibantu perangkat lunak
E ………………………(2) notepad++ dengan script yang tersedia
RKSD  1,96 . ( ~ )
Z (Beszterda, 2011) dengan mengubah
Keterangan: parameter input data sesuai dengan blok
σE = Kriging standard deviation data pengukuran dan kadar assay bijih besi
~
Z = Kriging value (hasil estimasi kadar (Fe).
bijih besi)
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, klasifikasi sumberdaya
hanya dipengaruhi oleh tingkat kesalahan dalam
model geologi berupa data hasil estimasi kadar. Tahapan dalam penelitian ini secara umum
Tingkat kesalahan yang diukur pada metode terdiri dari analisis deskriptif terhadap data kadar
point kriging dengan kriging variance atau error assay (3D) bijih besi (Fe) dan analisis spasial
variance yang berasal dari kadar estimasi bijih sebagai pemodelan penaksiran bijih besi (Fe)
besi menggunakan prinsip kriging. Error dengan data yang diperoleh yaitu hasil estimasi
diasumsikan memiliki distribusi normal dan dan kriging variansi.
memiliki selang kepercayaan 95%. Data kadar assay bijih besi (Fe) diperoleh
Perhitungan sumberdaya tergantung dari dari jumlah titik bor sebanyak 488 titik bor,
jarak pengambilan sampel yang mempengaruhi minimal kedalaman titik bor pada kedalaman
dari tingkat kepercayaan data. Jumlah 7meter dan maksimum kedalaman titik bor pada

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 15


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

kedalaman 28meter serta rata-rata kedalaman Tahapan fitting semivariogram antara


titik bor pada kedalaman 20meter dengan interval semivariogram eksperimental dengan model
jarak antar titik bor relatif sama yaitu 25meter. semivariogram dilakukan secara try and error
Penyebaran titik bor di lokasi penelitian artinya dalam memperoleh nilai parameter model
berdasarkan nilai kadar bijih besi (Fe) memiliki semivariogram yang akurat (valid) maka
kisaran nilai kadar 0 - 55,78%Fe (Gambar 3). dilakukan secara manual pada software SGeMS
sampai memberikan nilai parameter
U semivariogram (nugget effect, sill, dan range)
yang baik.
Parameter fitting semivariogram dikatakan
valid jika terlihat hasil model semivariogram yang
dipilih beserta parameternya berimpit atau
overlay Parameter semivariogram eksperimental
diharapkan memiliki nilai nugget effect yang kecil,
sill yang besar, dan range yang besar. Hasil
fitting semivariogram berupa parameter
semivariogram yang dianggap akurat kemudian
digunakan dalam penaksiran metode point
kriging.
Gambar 3. Sebaran titik bor berdasarkan
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam model penaksiran sumberdaya bijih
besi (Fe) menggunakan perangkat lunak (open Analisis Unvarian Data Assay (3D) Fe
sources) yaitu Stanford Geostatistical Modeling
Software (SGeMS) dengan cross validation untuk Hasil analisis statistik unvarian data assay
analisis deskriptif bivarian menggunakan bantuan (3D) bijih besi pada daerah penelitian memiliki
perangkat lunak Notepad++ yang diproses nilai koefisien variasi sebesar 0,73. Nilai koefisien
nantinya melalui software SGeMS. variasi tersebut menunjukkan kecilnya perbedaan
Tahapan penelitian yang dilakukan untuk antar kadar Fe sehingga data kadar assay Fe
memperoleh model penaksiran sumberdaya Fe masih dapat digunakan untuk melakukan
ditunjukkan pada Gambar 4. penaksiran sumberdaya bijih besi tanpa perlu
dilakukan persentil atau pengelompokkan data-
data assay (3D) Fe.
Mulai Analisis ini diperlukan untuk melihat
kecenderungan data assay Fe (sampel) yang
Data Assay (3D) Fe digunakan, apakah telah mewakili dari populasi
yang ada di lokasi penelitian. Nilai kadar Fe
Analisis Analisis dengan frekuensi yang paling banyak berada
Unvarian Spasial pada kisaran 6-14%Fe dengan nilai yang lebih
kecil tersebar kearah kanan (skewness positif)
artinya nilai mean lebih besar daripada nilai
Semivariogram median. Penyebaran data assay Fe yang
Valid (Tidak) digunakan ditampilkan dalam bentuk diagram
Fitting batang (histogram) pada Gambar 5.
semivariogram
Valid (Ya)

Metode Point Kriging

Nilai estimasi Nilai Variansi


Cross
Kriging
Validation
Klasifikasi Sumberdaya Fe

Hasil dan Pembahasan

Selesai Gambar 5. Histogram data kadar assay Fe

Gambar 4. Diagram alir penelitian

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 16


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

Analisis deskriptif unvarian merupakan pencarian kearah vertikal mengikuti pengambilan


parameter yang digunakan untuk mengetahui data assay Fe per kedalaman sebesar 1meter
pemusatan data sampel. Parameter yang dengan jarak toleransi sebesar 0,5meter. Jenis
digunakan simpangan baku (standard deviation) semivariogram isotrop (pencarian data estimasi
dan rerata (mean). dalam merepresentatifkan ke segala arah) yang digunakan, kemudian dicari
data kadar assay Fe yang dikatakan layak semivariogram horizontal dan semivariogram
dengan menggunakan parameter simpangan vertikal sehingga menghasilkan semivariogram
baku (standard deviation) dan rerata (mean). yang dinamakan semivariogram data assay Fe
Nilai standar deviasi (SD) yang diperoleh sebesar (semivariogram eksperimental). Hasil analisis
10,45 sedangkan nilai mean sebesar 14,40 spasial semivariogram yang valid dari data assay
(Tabel 1). Besarnya nilai mean daripada nilai Fe ditunjukkan pada Gambar 6.
standar deviasi menunjukkan bahwa nilai rata-
rata data kadar assay Fe mewakili (representatif)
dari keseluruhan data atau juga diartikan bahwa
penyimpangan data (standar deviasi) tidak
mempengaruhi sebaran kadar Fe yang ada,
dikarenakan jarak antar data kadar assay Fe
saling berhubungan sehingga memiliki pengaruh
yang dekat antar sampel kadar assay Fe.

Tabel 1. Analisis statistik unvarian data


kadar assay Fe

First input row 1


Last input row 9662 Gambar 6. Semivariogram data kadar assay Fe
Number of values 9662 Pada proses fitting semivariogram dilakukan
Number of missing values 0 dengan cara menginput secara manual nilai
Sum 139141.5 nugget effect, sill, dan range serta model
semivariogram yang sesuai sehingga
Minimum 0 semivariogram eksperimental dengan
Maximum 55.78 semivariogram model yang dipilih secara visual
Range 55.78 terlihat sama (match). Semivariogram yang dipilih
pada penelitian ini menggunakan semivariogram
Mean 14.4009 isotropik.
Median 10.26 Model semivariogram data kadar assay Fe
First quartile 7.96 yang digunakan yaitu spherical dan exponential.
Model semivariogram yang dipilih menunjukkan
Third quartile 15.3 fitting semivariogram yang baik dalam mewakili
Standard error 0.106334 data kadar assay Fe dari semivariogram
eksperimental. Jangkauan daerah pengaruh
Variance 109.2478
pada arah vertikal pada setiap titik sampel
Standard deviation 10.45217 dilokasi penelitian diperoleh sebesar 4,75meter
Coefficient of variation 0.7258 sedangkan arah horizontal sebesar 28,5meter.
Parameter hasil fitting semivariogram yang
Skew 1.786
diperoleh ditunjukkan pada Tabel 2 berikut:
Kurtosis 2.233
Tabel 2. Parameter model semivariogram

Analisis Spasial Data Assay Fe Struktur Vertikal Horizontal


Semivariogram digunakan untuk mengetahui Co 10
korelasi spasial atau tingkat kemiripan dari data Sill 27 73
assay kadar Fe di lokasi penelitian. Analisis
semivariogram dilakukan menggunakan Type Spherical Exponential
perangkat lunak SGeMS dengan masukan data Max 4.75 28.5
pencararian kearah horizontal menggunakan
jarak antar titik bor sebesar 25meter dan jarak Range Med 4.75 28.5
toleransi (setiap titik sampel mempunyai Min 4.75 28.5
pengaruh sampai setengah jarak dari titik lain
didekatnya) sebesar 12,5meter sedangkan

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 17


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

Parameter model semivariogram yang point kriging sebanyak 21.960 blok (cell) dengan
diperoleh kemudian digunakan untuk rerata kadar Fe sebesar 14,47% Fe dan rerata
menaksirkan model endapan bijih besi (Fe) di kriging variansi sebesar 98,84.
lokasi penelitian dengan grid dimensions
(panjang x lebar x tebal dalam satuan meter)
sebesar 41x23x205 yang merupakan ukuran
dimensi keseluruhan dari lokasi penelitian
sedangkan untuk ukuran per cell (ukuran blok- 70 m
blok kecil) sebesar 25x25x1. Hasil penaksiran
model sumberdaya kadar bijih besi (Fe)
menggunakan perangkat lunak SGeMS.
Hasil penaksiran model sumberdaya Fe
90 m Kadar Fe (%)
metode point kriging diperoleh nilai estimasi
dengan kisaran 0,01-53,41 %-Fe dan variansi
kriging (tingkat variabilitas hasil estimasi
terhadap data kadar assay kadar Fe) dengan
nilai berkisar 18,12-212,33. Hasil penaksiran
110 m
model sumberdaya Fe (estimasi) kemudian
ditampilkan per kedalaman (slice per depth) yaitu
70m, 90m, 110m, 130m, dan 150m di atas
permukaan. Pembagian slice per depth
memberikan informasi letak dari blok-blok kadar
Fe yang bernilai rendah sampai tinggi. Dari hasil 130 m
penaksiran model sumberdaya Fe menunjukkan
nilai kadar Fe yang tinggi berada setempat-
setempat (tidak tersebar merata) dengan nilai
antara 32,05 sampai 53,41 %-Fe yang
ditunjukkan warna kuning sampai merah.
Hasil penaksiran model sumberdaya Fe 150 m
metode diperoleh nilai estimasi dengan kisaran
0,01-53,41 %-Fe dan variansi kriging (tingkat
variabilitas hasil estimasi terhadap data assay
kadar Fe) dengan nilai berkisar 18,12-212,33.
Hasil penaksiran model sumberdaya Fe metode
point kriging diperoleh nilai estimasi dengan
Gambar 7. Slice per depth hasil model
kisaran 0,01-53,41 %-Fe dan variansi kriging
(tingkat variabilitas hasil estimasi terhadap data penaksiran dari nilai estimasi
assay kadar Fe) dengan nilai berkisar 18,12- kadar Fe
212,33. Hasil penaksiran model sumberdaya Fe
(estimasi) kemudian ditampilkan per kedalaman Sementara untuk mengetahui jumlah tonase
(slice per depth) yaitu 70m, 90m, 110m, 130m, dari seluruh blok bijih besi hasil penaksiran
dan 150m di atas permukaan. metode point kriging menggunakan banyaknya
Pembagian slice per depth menyesuaikan nilai kadar estimasi dan variansi kriging dari
dengan kedalaman dari masing-masing lubang ukuran blok (cell) 25x25x1 dan dikalikan dengan
bor. Hasil model penaksiran sumberdaya kadar berat jenis besi. Diasumsikan berat jenis besi
Fe memperlihatkan letak dari blok-blok kadar Fe sebesar 7.850 kg/m3 kemudian diklasifikasi nilai
yang bernilai rendah dan tinggi tersebar secara estimasi dan variansi kriging berdasarkan RKSD
tidak beraturan (setempat-setempat) dengan nilai sehingga diperoleh jumlah tonase sumberdaya
kadar Fe antara 32,05% sampai 53,41 %-Fe bijih besi di lokasi penelitian.
yang ditunjukkan warna kuning sampai merah Sumberdaya bijih besi (Fe) yang termasuk
(Gambar 7). klasifikasi sumberdaya terukur (measured)
Dari hasil model penaksiran sumberdaya dengan nilai RKSD dibawah sama dengan 0,3
kadar Fe dari data assay bijih besi kemudian sebanyak 628 blok atau 3.081.125 ton (kadar
dilakukan klasifikasi sumberdaya (Measured, rerata 39,73% Fe dan kriging variansi 26,34),
Indicated, dan Inferred) berdasarkan hasil nilai sumberdaya tertunjuk (indicated) antara diatas
Relative Kriging Standard Deviation (RKSD). 0,3 sampai 0,5 sebanyak 1.402 blok atau
Jumlah sumberdaya kadar Fe berdasarkan data 6.878.563 ton (kadar rerata 32,51% Fe dan
assay kadar Fe yang diperoleh sebelum kriging variansi 35,19), dan sumberdaya terkira
dilakukan penaksiran sebesar 9.662 blok. (inferred) dengan nilai RKSD diatas 0,5 sebanyak
Penaksiran kadar Fe yang diperoleh dari metode 19.930 blok atau 97.781.563 ton (kadar rerata

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 18


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

24,90% Fe dan kriging variansi 52,70) yang Tabel 4. Parameter validasi silang
disajikan pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Penaksiran sumberdaya Fe Parameter validasi silang Nilai

Estimasi 2
Coef. Determination (r ) 0,94
Variansi Nilai Blok
No. Bijih Besi
Kriging RKSD (Cell) Root Mean Squared Error
(%) 4,61
(RMSE)
1 39,72 26,34 0,26 628
Mean Absolute Error (MAE) 2,84
2 32,51 35,19 0,35 1.402 Standard Deviation of
3 24,90 52,70 0,54 19.930 4,60
Estimation (SD)

Informasi nilai kriging variansi yang semakin 4. Kesimpulan


besar seiring dengan bertambahnya atau
banyaknya jumlah blok-blok penaksiran akan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan dari dapat disimpulkan sebagai berikut:
nilai estimasi kadar Fe yang diperoleh sehingga
akan mengurangi jumlah blok-blok estimasi yang 1. Penaksiran sumberdaya bijih besi (Fe)
memiliki kadar Fe yang tinggi dengan menggunakan metode point kriging
kepercayaan yang tinggi pula. klasifikasi RKSD menghasilkan
Hasil penaksiran sumberdaya bijih besi (Fe) sumberdaya Terukur (measured) sebesar
metode point kriging kemudian dilakukan validasi 3.081.125 ton, Tertunjuk (Indicated)
silang (cross validation). Pengujian ini dilakukan sebesar 6.878.563 ton dan Tereka
untuk mengetahui tingkat keakurasian suatu (Inferred) sebesar 97.781.563 ton.
model penaksiran yang diperoleh antara nilai 2. Hasil model penaksiran sumberdaya kadar
estimasi kadar Fe dengan data assay Fe. Hasil bijih besi (Fe) menunjukkan pola
vadidasi silang yang diperoleh menunjukkan penyebaran kadar Fe yang tinggi diatas
penyebaran antara data assay Fe dengan data 14,40%Fe tersebar secara acak
estimasii Fe mendekati garis regresi (warna (bervariasi) atau setempat-setempat dalam
merah) yang ditunjukkan pada Gambar 8. bentuk unit blok-blok kecil.
3. Nilai tingkat kepercayaan (koefisien
korelasi) hasil penaksiran sumberdaya Fe
dari metode point kriging sebesar 0,89
(r2=0,94).

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih kepada pimpinan PT Aneka


Tambang (ANTAM) Tbk, Unit Geomin yang telah
memberikan kesempatan penulis dalam
penggunaan data-data yang mendukung
penyelesaian penelitian ini.

Daftar Pustaka
Gambar 8. Hasil validasi silang kadar Fe
Amstrong, Margaret., 1998, Basic Linear
Parameter validasi silang kadar Fe
Geostatistics, Springer-Verlag Berlin
menunjukkan hubungan antar data kadar Fe
2 Heidelberg, Germany.
tidak begitu jauh berbeda (r =0,94), hal ini
Amelia, Ririn., 2016, Analisi Spasial Data
didukung oleh penyimpangan hasil data estimasi Tahanan Konus Menggunakan Metode
Fe berupa standar deviasi of estimation (SD), Ordinary kriging (OK), Jurnal Fropil Vol. IV No.
root mean squared error, dan mean absolute
1/2016, Teknik Sipil, Universitas Bangka
error lebih baik dari pada data kadar assay Fe
Belitung.
pada analisis deskripstif unvarian (SD=10,45).
Awali, A. Abid., Yasin, H., dan Rahmawati
Hubungan validasi silang antara data kadar
R.,2013, Estimasi Kandungan Hasil Tambang
estimasi Fe dengan data kadar assay Fe
Menggunakan Ordinary Indicator Kriging,
diperoleh parameter hasil validasi silang kadar
Jurnal Gaussian, Vol.2, No. 1/2013.
Fe yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Bhakti, Giandari., dan Subagiada, Kadek., 2016,
Analisis Pensebaran Lapisan Batubara

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 19


Promine Journal, December 2016, Vol. 4 (2), hal 13 - 20

Dengan Menggunakan Metode Ordinary Rauf, Abdul., 1998, Perhitungan Cadangan


Kriging Di Pit S11gn Pt. Kitadin Desa Embalut Endapan Mineral, Jurusan Teknik
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Pertambangan, Fakultas Teknik Mineral,
Timur, Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
UNMUL Maret 2016, ISBN: 978-602-72658-1- Yogyakarta.
3. Sinclair, A.J., and Blackwell, G.H., 2005, Applied
Cressie, N. A. C, 1993, Statistics for Spatial Data, Mineral Inventory Estimation, Cambridge
Resived Edition, John Willey & Sons, Inc. University Press.
New York. Sulistyana, Waterman.,1998, Kriging Indikator
Isaaks, Edward H., and Srivastava, R. Mohan, Sebagai Metode Alternatif Untuk Penaksiran
1989, Applied Geostatistics, Oxford University Kadar Bijih Secara Geostatistik, Prosiding
Press, New York. Temu Ilmiah dan Reuni 1998 Jurusan Teknik
Guskarnali, dan Sulistyana, Waterman., 2015, Pertambangan, Fakultas Teknik Mineral,
Analisis Penaksiran SUmberdaya Nikel Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Laterit-3D Menggunakan Metode Block Yogyakarta.
Kriging, Prosiding Seminar Nasional Beszterda, Inez., 2011, Crossvalidation Script,
Kebumian X-FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta, Faculty of Geological Sciences,
ISBN: 978-602-8206-67-9 Adam Mickiewicz University In Poznan,
Masuara, A.H., Heriawan, M.N., dan Syafrizal, Poland.
2011, Perbandingan Antara Pendekatan http://www.geoinfo.amu.edu.pl/staff/astach/w
Direct Grade dan Accumulation Grade Pada ww_geostat/skrypt/instructins.pdf dan
Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan http://www.geoinfo.amu.edu.pl/staff/astach/w
Metode Geostatistik. Jurnal Teknologi Mineral, ww_geostat /skrypt/crossvalidation.py
Vol. XVIII No. 1/2011. diakses tanggal 5 November 2016.

© Mining Engineering, Univ. of Bangka Belitung 20

You might also like