Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6%
penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di
Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa
sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak
1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan
masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan
oleh penderita (Riskesdas 2013).
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus schizofrenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan
pasien menjadi menarik diri dari lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian
dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
C. Landasan Teori
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi adalah persepsi tentang sesuatu stimulasi eksternal,
tanpa adanya suatu sumber stimulasi dari luar dan dapat terjadi pada gangguan
organis, mental, psikotik, sindroma putus obat dan gangguan afektif. (Stuart dan
Sundeen, 1998).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi merasakan sensasi palsu, berupa suara,
penglihatan. Pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. (kelliat, 2009). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Pasien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata. (Farida, 2010).
Ada beberapa jenis halusinasi menurut stuart dan laraia (1998), terdapat beberapa
jenis halusinasi meliputi : halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi
penciuman, halusinasi pengecapan, dan halusinasi perabaan.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat pada sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku yang lama yang maladaptif. Pada terapi aktivitas
stimulasi persepsi ini pasien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon pasien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif (Keliat, 2005). TAK dirancang
untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan emosional pasien dengan masalah
keperawatan jiwa sehingga diharapkan dapat membantu anggota dalam meningkatkan
koping dalam mengatasi stressor dalam kehidupan.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan loyalitas
dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua anggotanya,
mencapai tujuan kelompok, menunjukkan terjadinya komunikasi antar anggota dan
bukan hanya antara ketua dan anggota (Ann, 2005). TAK halusinasi terdiri dari 5 sesi,
yaitu mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap, mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan, dan mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
Pasien yang secara fisik sehat dengan halusinasi yang sudah dapat di kontrol
Pasien yang tidak memiliki gangguan pendengaran dan penglihatan, dan dapat
memahami pesan yang diberikan.
E. Proses Seleksi
Pengkajian dilakukan terkait kondisi umum pasien (diagnosis saat ini dan
intervensi yang sudah didapat)
Peserta TAK : Tn. Redo, Tn. Zainal, Tn. Taslim, Tn.Jutli, Tn.Empi,
Tn.Armen, Tn. Ashadi, Tn.Rendi
G. Uraian Pekerjaan
Tugas Leader :
1) Memperkenalkan diri
6) Mengaktifkan kelompok
10) Menyimpulkan
Tugas Co-Leader :
Tugas Fasilitator :
Tugas Observer :
15 menit 1. 2 b. Kerja
. 1) Terapis menjelaskan cara kedua
- Mengikuti
mengontrol halusinasi yaitu
kegiatan sesuai
2 melakukan kegiatan yang
aturan
. teratur akan mencegah
munculnya halusinasi
2 2) Terapis meminta tiap tiap
pasien untuk menyampaikan
- Mengungkapkan
kegiatan yang biasa dilakukan
pendapat
sehari-hari, dan tulis di
whiteboard
3) Terapis membagikan lembar
jadwal kegiatan harian. Terapis
menulis formulir yang sama di - Pasien mendapat
whiteboard. lembar jadwal
(Aktivitas yang teratur dan
terjadwal yang dilakukan pasien kegiatan harian
membuat waktu luang minimal.
Pasien akan terfokus kepada
aktivitas yang dilakukan dari
waktu ke waktu. Dengan waktu
luang yang minimal
menghindarkan pasien terfokus
pada stimulus internal yang
menimbulkan halusinasi).
4) Terapis membimbing satu
persatu pasien untuk membua
jadwal kegiatan harian, dari
bangun pagi sampai tidur
malam. Pasien menggunakan
formulir, terapis menggunakan
whiteboard.
5) Terapis melatih pasien
memperagakan kegiatan yang
- Pasien membuat
telah disusun
satu persatu
6) Terapis meminta masing-
jadwal kegiatan
masing pasien membacakan
harian
jadwal yang telah disusun.
7) Berikan pujian dengan tepuk
tangan bersama pasien yang
sudah selesai membuat jadwal
dan membacakan jadwal yang - Pasien
telah dibuat memperagakan
8) Terapis meminta komitmen kegiatan yang
masing-masing pasien untuk telah disusun
melaksanakan jadwal kegiatan
- Pasien
yang telah disusun dan memberi
membacakan
tanda M kalau dilaksanakan
kegiatan yang
tanpa disuruh, B kalau
dilaksanakan tetapi diingatkan disusun
terlebih dahulu oleh perawat,
dan T kalau tidak dilaksanakan.
( Bimbing pasien agar dapat
menyusun jadwal kegiatan
seharian penuh. Sesuaikan
jadwal pasien dengan jadwal
kegiatan rutin di ruangan rawat - Masing – masing
inap. Masukkan kegiatan latihan pasien
yang terkait dengan mengatasi berkomitmen
masalah yang sebenarnya sudah dalam
dilatihkan kepada pasien. melaksanakan
Contoh : latihan nafas dalam, kegiatan yang
latihan berinteraksi, latihan telah disusun dan
keterampilan hidup (living skill) memberi tanda M
dan sebagainya kalau dilaksanakan
tanpa disuruh, B
kalau dilaksanakan
tetapi diingatkan
terlebih dahulu
oleh perawat, dan
T kalau tidak
dilaksanakan
102.menit c. Evaluasi
1) Evaluasi pencapaian tujuan - Mengungkapkan
- Terapis menanyakan perasaan pendapat
pasien setelah selesai
menyusun jadwal kegiatan
dan membacakannya
- Terapis memberikan pujian
atas keberhasilan kelompok
2) Memberikan rencana
tindakan lanjut:
1) Menganjurkan pasien
menggunakan dua cara
mengontrol halusinasi yaitu - Mendengarkanda
menghardik, dan nmeperhatikan
melakukan kegiatan sesuai
jadwal.menyampaikanpend
apattentangmanfaatkegiatan
TAKS yang telahdilakukan.
dan mengevaluasi kegiatan
sebelumnya.
2) Kontrak TAK berikutnya,
yaitu: terapis membuat
kesepakatan dengan pasien
untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
3) Terapis menyepakati waktu
dan tempat
- Menyetujui/
memberi
pendapat tentang
rencana
selanjutnya.
I. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Leader : Rhadiatul Aulia Sari S.Kep
Co leader : Diana Deyva S.Kep
Observer : Widy Ananda Septria, S.Kep
Fasilitator : - Husni Fadila S.Kep
- HelviaRahayu, S.Kep
K. Setting Tempat
Keterangan :
= Peserta = Fasilitator
= Leader = Observer
= Co leader
= Pembimbing
L. Proses Evaluasi
1. Evaluasi Strukur
- Kesiapan TAK yaitu anggota kelompok datang 30 menit lebih awal dari
mulainya proses TAK. Pesrerta telah siap untuk melakukan TAK di ruang
merpati.
- Kesiapan media yaitu media dan alat lengkap, semua media dapat digunakan
dengan baik dalam proses TAK.
2. Proses
- 80% peserta antusias dalam mengikuti TAK.
- 80 % tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan sampai cara selesai
- 80% peserta dapat memahami dan melakukan kegiatan
3. Keefektifan Evaluasi Hasil
- 80% Pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
halusinasi
M. Penutup
Demikian lah proposal ini kami buat, semoga dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
Widynanda Septrya
Disetujui Oleh :
Lampiran 1
Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi sensori
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
No Aspek yang dinilai Nama pasien
1. Menyebutkan kegiatan
yang biasa dilakukan
2. Memperagakan kegiatan
yang biasa di lakukan
3. Menyusun kegiatan
jadwal harian
4. Menyebutkan 2 cara
mengontrol halusinasi
Lampiran 2
Sasaran : Pasien
Pengorganisasian :
Sesi 3: TAK
1. Menyebutkan √ √ √ √ √ √ √
kegiatan yang
biasa dilakukan
2. Memperagakan √ √
kegiatan yang
biasa dilakukan
3. Menyusun jadwal √ √ √ √ √ √ √ √
kegiatan harian
4. Menyebutkan dua √ √ √ √ √ √ √ √
cara mengontrol
halusinasi
1. Evaluasi Struktur
Mahasiswa datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk mempersiapkan sarana
dan prasarana untuk kegiatan penyuluhan. Semua sarana dan prasarana yang
dibutuhkan sudah tersedia sebelum TAK di mulai.
2. Evaluasi Proses
Peserta yang hadir 8 orang yaitu pasien dirawat di Wisma Merpati RSJ Prof. HB
Saanin padang. Pelaksanaan TAK berjalan sebagaimana yang diharapkan dimana
peserta aktif dan antusias dengan jalannya TAK, hal ini dapat dibuktikan dengan
perserta yang bersemangat menjawab pertanyaan dari leader. Semua peserta
mengikuti TAK dari awal sampai akhir, tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
sebelum TAK selesai.
3. Evaluassi Hasil
Lebih dari 80% peserta memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
mencegah timbulnya halusinasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan pasien
untuk menjawab apa yang harus dilakukannya jika halusinasinya muncul ketika waktu
tertentu, yaitu dengan melakukan aktifitas sesuai dengan jadwal kegiatan harian.
Lebih dari 80% peserta dapat menyusun jadwal kegiatan harian.
Tujuh dari delapan peserta yang mengikuti TAK mampu menyebutkan kegiatan
yang biasa dilakukan. Dua dari tujuh orang peserta mampu memperagakan kegiatan
yang biasa dilakukan. Seluruh peserta TAK mampu menyusun jadwal kegiatan harian
dan menyebutkan dua cara lain untuk mengontrol halusinasi.