You are on page 1of 22

Bagian Ilmu Bedah REFARAT

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan SEPTEMBER 2016


Universitas Tadulako

WARTHIN TUMOR

OLEH :
INDAH YULIARNI
N 111 14 073

PEMBIMBING KLINIK :
dr. ALFERTH LANGITAN, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BAGIAN BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan
neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat merangsang terjadinya
tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.

Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar saliva.
Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian besar
tumor kelenjar saliva adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan antara
lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling sering
terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma papiler
limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi pada
orang tua.

Kira-kira 80% dari tumor kelenjar liur terjadi di kelenjar parotid. Di antara tumor-
tumor ini, kira-kira 75-80% adalah jinak. Tidak terdapat korelasi yang konsisten diantara
kadar pertumbuhan tumor dan tumor itu jinak ataupun ganas. Secara umum, hanya 15%
dari penyakit kelenjar submandibular adalah neoplastik. Dibandingkan dengan tumor
parotid, kira-kira 50-60% tumor submandibular adalah jinak.

Tumor kelenjar liur minor adalah kira-kira 15% dari kesemua tumor kelenjar liur.
Telah diperkirakan hanya kira-kira 35% tumor kelenjar liur minor adalah jinak dengan
adenoma pleomorfik sebagai neoplasma yang paling sering diikuti dengan adenoma sel
basal.

Karsinoma lain yang dapat terdapat di kelenjar liur mayor adalah karsinoma sel
asinar, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan tumor malignan campuran,
walalupun beberapa karsinoma dari jaringan lain dapat saja timbul di kelenjar liur mayor.
BAB. II
ANATOMI KELENJAR SALIVA

Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Saliva

1. Anatomi Regional Kelenjar Saliva

Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang mensekresikan cairan
saliva, terbagi menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor
terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar
sublingual. Kelenjar saliva minor terutama tersebar dalam rongga mulut, sinus
paranasal, submukosa, trakea dan lain lain.

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Liur

Kelenjar Parotis

Terletak di lateral wajah, berbadan kelenjar tunggal tetapi sering kali


dengan batas nervus fasialis dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus profunda dan
superficial. Lobus superficial lebih besar, bentuk tidak beraturan, terletak di superficial
dari bagian posterior otot masseter ke atas hingga ke arkus zigomatik dan ke bawah
mencapai margo inferior os mandibular. Lobus profunda lebih kecil, ke atas berbatasan
dengan kartilago meatus akustikus eksternal, mengitari posterior ramus asendens os
mandibular menjulur ke dalam dan bersebelahan dengan celah parafaring. Duktus primer
kelenjar parotis terletak di superficial fasia otot maseter hampir tegak lurus menuju ke
dalam membentuk otot businator dan bermuara di mukosa bukal, dekat gigi Molar 2 atas
dan disebut Stensen’s Duct.

Traktus nervus fasialis keluar dari foramen stilomastoideus di antara kartilago


meatus akustikus eksternal dan venter posterior otot digastrikus, fasies profunda arteri
aurikularis posterior, 1 cm superior prosesus mastoideus, melintasi bagian superficial
radiks prosesus stiloideus dari bagian posterior kelenjar parotis memasuki kelenjar
parotis. Di dalam parenkim kelenjar tersebut nervus fasialis bercabang dua menjadi
trukus temporofasialis dan trunkus servikofasialis, trunkus temporofasialis lebih
besar, berjalan ke superior, trunkus servikofasialis lebih halus, berjalan kurang lebih
sejajar margo posterior ramus asendens os mandibular, di posterior, vena fasialis
posterior berjalan ke inferior. Dari trunkus tersebut timbul lima percabangan, yaitu
cabang temporal, cabang zigomatik, cabang bukal, cabang mandibular marginal dan
cabang servikal.

Kelenjar Submandibular

Terletak di tengah trigonum mandibular, terbagi menjadi dua bagian, profunda


dan superficial. Bagian superficial lebih besar, bagian profunda timbul dari sisi internal
bagian superficial, melalui celah antara otot mylohioid dan hioglosus sampai ke bagian
bawah lidah, berhubungan dengan ujung posterior kelenjar sublingual. Duktus
kelenjar submandibular muncul dari bagian internal kelenjar, bermuara di papilla di
bawah lidah. Arteri maksilaris eksternal melalui venter posterior otot digastrik dan
fasies profunda kelenjar submandibular menuju ke superior, mengitari margo inferior
korpus mandibular, di margo anterior otot maseter mencapai daerah muka. Nervus
linguialis dari lateral menuju medial melintasi bagian inferior duktus kelenjar
submandibular memasuki lidah. Nervus sublingualis melintasi fasies profunda venter
posterior otot digastrik, bagian superficial otot hioglosus, ke arah anterosuperior
masuk lidah. Cabang mandibular nervus fasialis sejak muncul dari trunkus
servikofasialis, di inferior kelenjar parotis, fasies profunda otot platisma melintasi
vena fasialis posterior, di sekitar 1 cm dari angulus mandibular menuju anterior,
melintasi vena fasialis anterior dan arteri maksilaris eksternal dan menyebar di bibir
bawah.

Kelenjar Sublingual

Kelenjar sublingual berbentuk pipih panjang, terbentuk dari banyak kelenjar kecil,
terletak di area sublingual, ujung posteriornya berhubungan dengan perpanjangan
kelenjar submandibular. Duktus sublingual ada dua jenis, besar dan kecil. Kebanyakan
adalah duktus kecil, bermuara di mukosa bawah lidah, duktus besar mengikuti sisi
medial badan kelenjar mengikuti duktus submandibular dan keduanya kebanyakan
bersatu bermuara di papilla di bawah lidah.

Kelenjar Liur Minor


Palatum durum dan palatum mole mengandung konsentrasi kelenjar liur minor
yang terbanyak. Bagaimanapun kelenjar ini juga terletak di kavum oral, bibir, lidah
dan orofaring. Kelenjar liur minor bisa diidentifikasi dalam berkelompok seperti
kelenjar lingual anterior Blandin-Nuhn.
Kelenjar liur mengandung beberapa unit sekretori yang meliputi asinus di ujung
proksimal dan unit duktus distal. Unit duktus ini menggabungkan beberapa elemen
duktus yang mencapai hingga asinus : suktus striata dan duktus ekskretori. Sel-sel
mioepitel mengelilingi asinus dan mencapai hingga duktus intercalata. Sel-sel
mioepitel ini berkontraksi sehingga membolehkan sel glandular mengeluarkan
sekresinya. Kelainan benigna dari kelenjar liur mencakup kelainan produksi dan
sekresi saliva.

Saliva diproduksi oleh sel-sel asinar yang berkelompok dan mengandung


elektrolit, enzim-enzim( ptyalin dan maltase), karbohidrat, protein, garam inorganik
dan beberapa faktor antimikroba. Kira-kira 500 - 1500mL saliva diproduksi oleh sel
acinar setiap hari dan ditransportasi lewat elemen duktus dengan kadar rata-rata 1 mL
per menit. Saliva manusia secara umum adalah bersifat alkali.

2. Fisiologi Kelenjar Saliva


Produksi Saliva
Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva, dimulai dari proksimal oleh asinus
dan kemudian dimodifikasi di bagian distal oleh duktus. Kelenjar saliva memiliki unit
sekresi yang terdiri dari asinus, tubulus sekretori dan duktus kolektivus. Sel-sel asini
dan duktus proksimal dibentuk oleh sel-sel mioepitelial yang berperan untuk
memproduksi sekret. Sel asini menghasilkan saliva yang akan dialirkan dari duktus
interkalasi menuju duktus interlobulus, kemudian duktus intralobulus dan berakhir
pada duktus kolektivus.
Kelenjar submandibula dan parotis mempunyai sistem tubuloasiner, sedangkan
kelenjar sublingual memiliki sistem sekresi yang lebih sederhana. Kelenjar parotis
hanya memiliki sel-sel asini yang memproduksi sekret yang encer, sedangkan kelenjar
sublingual memiliki sel-sel asini mukus yang memproduksi sekret yang lebih kental.
Kelenjar submandibula memiliki kedua jenis sel asini sehingga memproduksi sekret
baik serosa maupun mukoid. Kelenjar saliva minor juga memiliki kedua jenis sel asini
yang memproduksi kedua jenis sekret.

Inervasi autonom dan sekresi saliva


1. Sistem saraf parasimpatis
Sistem saraf parasimpatis menyebabkan stimulasi pada kelenjar saliva
sehingga menghasilkan saliva yang encer. Kelenjar parotis mendapat persarafan
parasimpatis dari nervus glosofaringeus (n.IX). Kelenjar submandibula dan
sublingualis mendapatkan persarafan parasimpatis dari korda timpani (cabang n. VII).
2. Sistem saraf simpatis
Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari
ganglion servikalis superior dan berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai
kelenjar saliva. Serabut saraf simpatis berjalan bersama dengan arteri karotis eksterna
yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotis, dan bersama arteri lingualis yang
memberikan suplai darah ke kelenjar submandibula, serta bersama dengan arteri
fasialis yang memperdarahi kelenjar sublingualis. Saraf ini menstimulasi kelenjar
saliva untuk menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan organik dan
anorganik.

Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:

1. Sekresi serous yang mengandung ptyalin (suatu α-amilase), yang merupakan


enzim untuk mencernakan serat.

2. Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan


perlindungan permukaan.
BAB. III
TUMOR JINAK KELENJAR SALIVA

TUMOR JINAK KELENJAR SALIVA

1. Definisi

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan


multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan
tidak dapat dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan
istilah tumor untuk menyatakan suatu neoplasia atau neoplasma .

Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasma) dan neoplasia
ganas (malignant neoplasma). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru
yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar).
Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan
sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis). Neoplasia ganas
sering disebut kanker .

Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat merangsang terjadinya


neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1). Faktor
internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan dan (2). faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obat-
obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol .

2. Epidemiologi

Tumor pada kelenjar saliva relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari
3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenjar
saliva berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.
Sebagian besar tumor pada kelenjar saliva terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% -
85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma
pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas)
3. Presentasi

Tumor kelenjar saliva baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pembesaran menyeluruh atau berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat
kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar saliva global yang jarang dapat
dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes melitus, myxoedema, sindroma
Cushing, dan peminum alkohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat dilihat pada
anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat
menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan
dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik.
Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari
keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan
prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area
retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati
ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah
dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat
melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal,
dan sendi temporomandibular. Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe
melalui ruangan parapharyngeal dan ke rangkaian jugular bagian dalam dan ke pre-
post facial nodes.

Menurut Armstrong et al, sebanyak 16 % dari pasien dengan tumor parotis


dan 8% pasien dengan tumor pada submandibula atau sub lingual secara klinis
menunjukkan keterlibatan kelenjar limfe pada penampilannya.

4. Etiologi

Penyebab pasti tumor kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,


dicurigai adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi
dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma mukoepidermoid.
Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya tumor
limfoepitelial kelenjar liur. kelainan genetik, misalnya monosomi dan polisomi
sedang diteliti sebagai faktor timbulnya tumor kelenjar liur.

5. Patofisiologi
1. Teori multiseluler
Teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar saliva berasal dari diferensiasi sel-sel
matur dari unit-unit kelenjar saliva. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel
asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal dari
sel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.

2. Teori biseluler
Teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus
interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat
menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed
tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus
ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid
karsinoma.

6. Gejala Klinik
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah
wajah (parotis), pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher
(submandibula) atau pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran
ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi
kistik, hemoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar saliva biasanya bersifat
mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada
gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala
seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang
terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal.
Tumor parotid benigna sering muncul sebagai massa tidak nyeri dan pertumbuhan
lambat sering di bagian kaudal kelenjar parotid. Aspirasi jarum halus pada tumor
kelenjar saliva, walaupun tidak sensitif atau spesifik seperti pada tumor –tumor
lain ( contohnya tiroid) adalah sangat berguna untuk membedakan antara proses
maligna dan benigna. Kadar akurasi adalah kira-kira 85% dalam menentukan
tumor parotid adalah maligna atau benigna. Kadar ini lebih tinggi apabila
digunakan untuk mendeteksi sesuatu lesi itu berasal dari jaringan parotid atau
tidak. CT scan dan MRI dapat membantu mengidentifikasi tumor lobus dalam jika
dicurigai secara klinis.

7. Penegakkan diagnosis
1. 64-80% dari tumor primer kelenjar saliva terjadi di kelenjar saliva, 7-15%
terjadi di kelenjar submandibular dan kurang dari 1% di kelenjar sublingual.
2. 54-80% dari tumor adalah jinak.
3. insidens tertinggi dari tumor kelenjar liur terdapat pada dekade ke enam
hingga tujuh.
4. pembesaran massa soliter yang perlahan dan tidak nyeri di kelenjar liur
5. tumor lobus parotid yang dalam dapat muncul sebagai pembengkakan
palatum mole yang tidak simetris dan tidak nyeri.
6. sitologi aspirasi jarum halus dan pencitraan dapat membantu dalam
diagnosis
7. operasi eksisi total adalah terapi yang paling kuratif.

8. Pemeriksaan

Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah kepala-
leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit tertentu
yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes, sirosis, hepatitis,
alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin,
diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan, karena obat-
obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.

Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan
apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan
selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-
kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan
langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang,
untuk dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari perhatian kita.

Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor
dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan
sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara
sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi
juga harus dilakukan. Berikut ini kelainan patologi yang dapat terjadi :

1) Penyakit dengan metastase ke kelenjar lymph

2) Reactive lymph nodes

3) HIV infection

4) Sarcoidosis

5) Masseteric hypertrophy

6) Prominent transverse cervical process of C1

7) Chronic parotitis

8) Lymphangioma (paediatric)

9) Haemangioma

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam


diagnostik pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode
ini pada umumnya dapat dicapai diagnosis kerja sementara dan pada mayoritas
tumor klinis dan sitologik benigna, tidak diperlukan lagi pemeriksaan tambahan
dengan pencitraan.

Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang atau mungkin penting juga untuk diagnostik diferensial (batu
kelenjar ludah, kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks
diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan
ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran
mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi,
letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorfik dapat
dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak
dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan
rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi)
diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi dan
dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.

10. Diagnosis banding


Diagnosis banding dari tumor kelenjar saliva bukan hanya dari golongan
benigna tapi seorang dokter harus juga memikirkan tipe maligna. Bermacam
neoplastik benigna lain yang melibatkan kelenjar saliva harus difikirkan,
adenoma duktus papilla, adenoma sebasea, schwannoma klasik, tumor epitelial
kongenital, hemangioma kavernosus dan jaringan ekstraglandular ektopik.
Aspirasi jarum halus adalah sangat berguna dalam menentukan massa
asimtomatik di regio kelenjar parotid atau di ruang submandibular adalah kelenjar
yang asli atau tidak. Pilihan terapi dapat ditentukan berdasarkan penemuan ini.

11. Penanganan
Operasi eksisi total tanpa melibatkan batas adalah terapi yang direkomendasikan
pada tumor jinak kelenjar saliva. Biasanya parotidektomi superfisial dengan
memelihara nervus fasial sudah adekuat kecuali jika lobus dalam turut terlibat.
Tumor ruang parafaringeal memerlukan reseksi dengan pendekatan transservikal.
Enukleasi saja tidak mencukupi untuk tumor kelenjar parotid, eksisi
submandibular total dengan memelihara batas saraf mandibular, lingual dan
hipoglossal adalah merupakan terapi pilihan. Radiasi tidak diindikasikan pada
tumor kelenjar saliva yang jinak.

12. Komplikasi
Komplikasi dari adenoma pleomorfik adalah jarang dan termasuk
transformasi maligna menjadi karsinoma bekas adenoma pleomorfik.
Transformasi maligna adalah jarang pada tumor Warthin, adenoma monomorfik
dan tumor kelenjar liur benigna. Hanya sedikit informasi yang diketahui tentang
insidens transformasi maligna tumor pada kelenjar submandibular.
Eksisi total memastikan prognosis yang baik, bagaimanapun rekurensi
dapat terjadi jika terdapat ruang yang positif. Dengan eksisi yang berulang pada
rekurensi, resiko pada nervus fasial meningkat. Tumor yang kambuh biasanya
multinodular. Rekurensi dapat disebabkan oleh margin yang tidak adekuat
ataupun multisentrik pada kasus tumor Warthin.

13. Prognosis
Dengan pembuangan total tumor dan eksisi kelenjar yang terlibat,
prognosisnya adalah sangat baik. Transformasi maligna dan rekurensi adalah
jarang.
TUMOR JINAK KELENJAR SALIVA

ADENOMA PLEOMORFIK
Adenoma pleomorfik atau tumor campuran benigna adalah neoplasma
kelenjar saliva yang paling sering. Ia merupakan 60-70% dari semua tumor
parotid dan 90% dari tumor jinak submandibular. Neoplasma ini terjadi lebih
banyak pada wanita dibandingkan laki-laki dan sering pada dekade ketiga dan
keenam. Apabila lobus dalam parotid dalam terlibat, adenoma pleomorfik dapat
terlihat sebagai tumor ruang parafaringeal dengan pembengkakan palatum mole.
Ia tampak sebagai pembengkakan terisolasi ataupun massa di kelenjar
submandibular dengan disertai sedikit rasa nyeri. Faktor etiologinya belum
diketahui.

Gambar 1 Gambaran klinis penderita Adenoma pleomorfik (kanan). Potongan diseksi


Adenoma pleomorfik (kiri

Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis massa tumor tunggal,


keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul
tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal,
dari suatu nodul utama dibandingkan dengan suatu multinodular.
Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum dapat
menyebabkan atropy ramus mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid.
Ketika ditemukan di ekor kelenjar parotid, tumor ini akan menunjukkan satu
bentuk cuping telinga (ear lobe).
Meskipun Adenoma Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi
mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant
membentuk carsinoma.
Meskipun Adenoma Pleomorfik tumor “jinak” tumor ini adalah aneuploid, dan
dapat kambuh setelah reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh
dalam jangka waktu yang lama.
Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai
pada kelenjar parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila
tumor ini bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai.
Seperti ketika tumor ini menjadi malignant.
Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul
bermacam-macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti :
dysphagia, dyspnea, serak ,susah mengunyah, dan epistaxsis.
Gambaran Histopatologi Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran
yang ber- variasi. Secara klasik Adenoma Pleomorfik adalah bifasik dan
karakteristiknya merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel
spindle-shaped membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh mukoid,
myxoid, kartilago atau hyalin.
Elemen-elemen epitel disusun membentuk struktur seperti duktus, sheets,
lembaran-lembaran yang poligonal, spindle atau stellate-shaped cells (bentuk
pleomorphism). Area squamous metaplasia dan ephitel pearls bisa di lihat.
Adenoma Pleomorfik tidak mempunyai kapsul, tetapi diselubungi oleh
pseudocapsul yang berserat dari bermacam-macam ketebalannya. Tumor ini
meluas dari keadaan normal melalui parenkim kedalam bentuk pseudopodia
seperti jari. Tetapi bukan suatu tanda perubahan bentuk yang malignant.
Pada kelenjar parotid, Adenoma Pleomorfik biasanya dikelilingi oleh
sebuah kapsul yang fibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak
sempurna terutama dalam tumor-tumor mukoid (gambar 4. A dan B). Pada
kelenjar saliva minor tidak adanya kapsul bisa di lihat. Secara mikroskopis satelit
tumor dengan nodul kecil-kecil, pseudopodia, dan penetrasi kapsul bisa dilihat
diluar kapsul. Penyebab kambuhnya Adenoma Pleomorfik dalam kasus
perawatan dengan simple enuclease atau pada kasus dimana reseksi bedah
inadekuat dalam membuka margin.
Komponen epitel terdiri dari epitel dan mioepitel sel dengan pertumbuhan
yang menyimpang, termasuk trabekular, tubular, solid, cystic, dan papillary. Sel
epitel murni dan sebagian kuboidal. Sel-sel mioepitel memperlihatkan gambaran
plasmasytoid, epiteloid, spindle, oncocytic, dan bentuk sel jernih. Pada beberapa
studi, tipe myoepitel sel lebih sering muncul dengan bentuk sel plasmasytoid
kemudian tipe spindle sel. Semua elemen seluler muncul dengan cytologic
lembut tanpa akivitas mitotik.
Diagnosa histopatologi Adenoma Pleomorfik dapat juga dilakukan dengan
prosedur-prosedur sampling termasuk fine needle aspiration biopsy (FNAB) dan
coore nedlee biopsy (bigger needle comparing to byopsi). Kedua prosedur ini
bisa dilakukan pada pasien rawat jalan. FNAB ini sangat akurat dan merupakan
satu cara yang dilakukan untuk mendiagnosa tumor dari inflamasi sebelum
reseksi bedah dilakukan. Alat-alat FNAB ini terdiri dari 22-25 gauge needle,
20mL syringe,dan syringe holder spesial untuk vakum yang baik. Aspirasi
preparat sebelum teknik citology dilakukan.
FNAB dioperasikan dengan mengunakan tangan, apabila Adenoma
Pleomorfik malignant secara alami dengan keakuratan sekitar 90%.2 FNAB juga
dapat mendeteksi tumor primer kelenjar saliva dari metastase. Core needle biopsy
lebih akurat dibanding dengan FNAB dengan ketelitian diagnostik lebih besar
dari 97%.
Diagnosis banding untuk adenoma pleomorfik harus termasuk neoplasma
maligna seperti karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma gred-rendah
polimorfosa, neoplasma adneksa letak dalam dan neoplasma mesenkimal.
Komplikasi yang jarang pada adenoma pleomorfik termasuk transformasi maligna
menjadi tumor yang dikenali sebagai karsinoma bekas adenoma pleomorfik atau
kadang-kadang tumor campuran metastasis benigna. Benigna di sini menjelaskan
secara histologis tetapi tidak menjelaskan sifat patologis.
Walaupun radiasi tidak terindikasi dalam terapi tumor kelenjar liur
benigna, ia telah digunakan sewaktu-waktu untuk mengawal kekambuhan
adenoma pleomorfik. Operasi eksisi total pada tumor ini tanpa melibatkan
margin/ruang adalah terapi yang direkomendasikan. Sebagai contoh,
parotidektomi superfisial dengan margin yang jelas adalah terapi untuk adenoma
pleomorfik yang terletak di lobus superior kelenjar parotid. Prognosis untuk
adenoma pleomorfik adalah baik dengan kadar 96% tidak terjadi kekambuhan.

TUMOR WARTHIN
Tumor Warthin juga dikenal sebagai limfomatosum kistadenoma papilar
dan sering ditemukan di kelenjar parotid. Secara histologis ia tampak sebagai
struktur papilar yang mengandung dua lapisan sel-sel eosinofilik granular atau
onkosit, perubahan kistik dan inflitrasi lomfositik matur. Ia muncul dari epitelium
duktus ektopik. Tumor Warthin merupakan kira-kira 5% dari semua tumor
kelenjar liur dan kira-kira 12% dari tumor benigna kelenjar parotid. Tumor ini
lebih sering ditemukan pada laki-laki sekitar usia dekade kelima dan resikonya
berhubungan dengan perokok.

Gambar 2. Tumor warthin


Kira-kira 5.0-7.5% adalah bilateral dan 14% multisentrik pada tumor
Warthin. CT scan dapat memberi gambaran massa yang jelas di bagian
posteroinferior pada lobus superfisial kelenjar parotid. Jika radiosialografi
dilakukan, terlihat peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya
onkosit-onkosit dan peningkatan isi mitokondria.

Diagnosis tumor Warthin mudah ditentukan berdasarkan penemuan


histologis dengan hanya sedikit kekeliruan dengan tumor lain. Terapinya
memerlukan eksisi total dari bagian kelenjar yang terkena disertai dengan margin
yang tidak terlibat.
BAB. IV
KESIMPULAN

Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan
neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat meransang terjadinya
tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar
saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian
besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan
antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling
sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma
papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi
pada orang tua.

Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah
(parotis), pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau
pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat
mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi.
Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang
berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya
menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat,
parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah bening cervikal.

Operasi eksisi total tanpa melibatkan batas adalah terapi yang direkomendasikan
pada tumor jinak kelenjar saliva. Biasanya parotidektomi superfisial dengan memelihara
nervus fasial sudah adekuat kecuali jika lobus dalam turut terlibat. Tumor ruang
parafaringeal memerlukan reseksi dengan pendekatan transservikal. Dengan pembuangan
total tumor dan eksisi kelenjar yang terlibat, prognosisnya adalah sangat baik.
Transformasi maligna dan rekurensi adalah jarang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, Lawrence R. et al. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. 1997. Jakarta : EGC.
2. Hermani B, Kartosudiro S, Abdurrahman B. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007
3. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2.
Jakarta: Penerbit FKUI:2007; 304-307
4. Anonymous. Salivary Anatomy Figure. Available at : http://www.aboutcancer.
com/salivary_anatomy_nett.gif. Accesed May 14, 2011.
5. Flint W, Paul. Cumming Otolaryngology Head and Neck Surgery, Ed. 5th, Vol. 1.
Elsevier : Mosby. 2010
6. Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-
Shin Butt, Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck
Surgery, 2nd Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.

7. Fikih, Moh. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Available at:
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/. Accesed June 5,2011

8. Spiro Ronald, Lim, Dennis. Malignant Tumor of Salivary Gland. Dalam :


Springer, Surgical Oncology An Algorithmic Approach. Departement og General
Surgey Rich Medical College. Chicago:2001;62-67.

9. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective
treatment of the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69:
615–19

10. Anonymous. Kanker Kelenjar Liur. Available at: http://ilmubedah.info/kanker-


kelenjar-liur-pengobatan-20110203.html. Accesed May 14, 2011

You might also like