Professional Documents
Culture Documents
WARTHIN TUMOR
OLEH :
INDAH YULIARNI
N 111 14 073
PEMBIMBING KLINIK :
dr. ALFERTH LANGITAN, Sp.B
Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan
neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat merangsang terjadinya
tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar saliva.
Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian besar
tumor kelenjar saliva adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan antara
lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling sering
terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma papiler
limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi pada
orang tua.
Kira-kira 80% dari tumor kelenjar liur terjadi di kelenjar parotid. Di antara tumor-
tumor ini, kira-kira 75-80% adalah jinak. Tidak terdapat korelasi yang konsisten diantara
kadar pertumbuhan tumor dan tumor itu jinak ataupun ganas. Secara umum, hanya 15%
dari penyakit kelenjar submandibular adalah neoplastik. Dibandingkan dengan tumor
parotid, kira-kira 50-60% tumor submandibular adalah jinak.
Tumor kelenjar liur minor adalah kira-kira 15% dari kesemua tumor kelenjar liur.
Telah diperkirakan hanya kira-kira 35% tumor kelenjar liur minor adalah jinak dengan
adenoma pleomorfik sebagai neoplasma yang paling sering diikuti dengan adenoma sel
basal.
Karsinoma lain yang dapat terdapat di kelenjar liur mayor adalah karsinoma sel
asinar, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan tumor malignan campuran,
walalupun beberapa karsinoma dari jaringan lain dapat saja timbul di kelenjar liur mayor.
BAB. II
ANATOMI KELENJAR SALIVA
Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang mensekresikan cairan
saliva, terbagi menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor
terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar
sublingual. Kelenjar saliva minor terutama tersebar dalam rongga mulut, sinus
paranasal, submukosa, trakea dan lain lain.
Kelenjar Parotis
Kelenjar Submandibular
Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual berbentuk pipih panjang, terbentuk dari banyak kelenjar kecil,
terletak di area sublingual, ujung posteriornya berhubungan dengan perpanjangan
kelenjar submandibular. Duktus sublingual ada dua jenis, besar dan kecil. Kebanyakan
adalah duktus kecil, bermuara di mukosa bawah lidah, duktus besar mengikuti sisi
medial badan kelenjar mengikuti duktus submandibular dan keduanya kebanyakan
bersatu bermuara di papilla di bawah lidah.
1. Definisi
Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasma) dan neoplasia
ganas (malignant neoplasma). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru
yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar).
Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan
sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain (bermetastasis). Neoplasia ganas
sering disebut kanker .
2. Epidemiologi
Tumor pada kelenjar saliva relatif jarang terjadi, persentasenya kurang dari
3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Keganasan pada tumor kelenjar
saliva berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.
Sebagian besar tumor pada kelenjar saliva terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% -
85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma
pleomorphic jinak (benign pleomorphic adenomas)
3. Presentasi
Tumor kelenjar saliva baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pembesaran menyeluruh atau berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat
kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar saliva global yang jarang dapat
dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes melitus, myxoedema, sindroma
Cushing, dan peminum alkohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat dilihat pada
anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat
menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan
dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik.
Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari
keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan
prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat meluas ke area
retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati
ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah
dapat terjadi berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga. Lebih lanjut lagi dapat
melibatkan struktur disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal,
dan sendi temporomandibular. Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe
melalui ruangan parapharyngeal dan ke rangkaian jugular bagian dalam dan ke pre-
post facial nodes.
4. Etiologi
5. Patofisiologi
1. Teori multiseluler
Teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar saliva berasal dari diferensiasi sel-sel
matur dari unit-unit kelenjar saliva. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel
asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal dari
sel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.
2. Teori biseluler
Teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus
interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat
menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed
tumor, onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus
ekskretorius menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid
karsinoma.
6. Gejala Klinik
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah
wajah (parotis), pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher
(submandibula) atau pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran
ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi
kistik, hemoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar saliva biasanya bersifat
mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada
gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala
seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang
terfiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal.
Tumor parotid benigna sering muncul sebagai massa tidak nyeri dan pertumbuhan
lambat sering di bagian kaudal kelenjar parotid. Aspirasi jarum halus pada tumor
kelenjar saliva, walaupun tidak sensitif atau spesifik seperti pada tumor –tumor
lain ( contohnya tiroid) adalah sangat berguna untuk membedakan antara proses
maligna dan benigna. Kadar akurasi adalah kira-kira 85% dalam menentukan
tumor parotid adalah maligna atau benigna. Kadar ini lebih tinggi apabila
digunakan untuk mendeteksi sesuatu lesi itu berasal dari jaringan parotid atau
tidak. CT scan dan MRI dapat membantu mengidentifikasi tumor lobus dalam jika
dicurigai secara klinis.
7. Penegakkan diagnosis
1. 64-80% dari tumor primer kelenjar saliva terjadi di kelenjar saliva, 7-15%
terjadi di kelenjar submandibular dan kurang dari 1% di kelenjar sublingual.
2. 54-80% dari tumor adalah jinak.
3. insidens tertinggi dari tumor kelenjar liur terdapat pada dekade ke enam
hingga tujuh.
4. pembesaran massa soliter yang perlahan dan tidak nyeri di kelenjar liur
5. tumor lobus parotid yang dalam dapat muncul sebagai pembengkakan
palatum mole yang tidak simetris dan tidak nyeri.
6. sitologi aspirasi jarum halus dan pencitraan dapat membantu dalam
diagnosis
7. operasi eksisi total adalah terapi yang paling kuratif.
8. Pemeriksaan
Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah kepala-
leher, operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit tertentu
yang dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes, sirosis, hepatitis,
alkoholisme). Juga obat-obat seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin,
diazepam, dan klordiazepoksid dapat menyebabkan pembengkakan, karena obat-
obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.
Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan
apakah ada pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan
selaput lendir di atasnya dan bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis. Kadang-
kadang pada inspeksi sudah jelas adanya fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan
langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus diperiksa dari belakang,
untuk dapat melihat asimetrisitas yang mungkin lolos dari perhatian kita.
Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor
dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan
sekelilingnya. Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara
sistematis dari leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi
juga harus dilakukan. Berikut ini kelainan patologi yang dapat terjadi :
3) HIV infection
4) Sarcoidosis
5) Masseteric hypertrophy
7) Chronic parotitis
8) Lymphangioma (paediatric)
9) Haemangioma
9. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada
gangguan tulang atau mungkin penting juga untuk diagnostik diferensial (batu
kelenjar ludah, kelenjar limfe yang mengalami kalsifikasi). Foto toraks
diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis hematogen. Dengan
ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh gambaran
mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi,
letaknya di dalam atau di luar kelenjar limfe. Adenoma pleomorfik dapat
dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI. Metode ini tidak
dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan
rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi)
diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi dan
dapat mempunyai arti untuk diagnosis diferensial.
11. Penanganan
Operasi eksisi total tanpa melibatkan batas adalah terapi yang direkomendasikan
pada tumor jinak kelenjar saliva. Biasanya parotidektomi superfisial dengan
memelihara nervus fasial sudah adekuat kecuali jika lobus dalam turut terlibat.
Tumor ruang parafaringeal memerlukan reseksi dengan pendekatan transservikal.
Enukleasi saja tidak mencukupi untuk tumor kelenjar parotid, eksisi
submandibular total dengan memelihara batas saraf mandibular, lingual dan
hipoglossal adalah merupakan terapi pilihan. Radiasi tidak diindikasikan pada
tumor kelenjar saliva yang jinak.
12. Komplikasi
Komplikasi dari adenoma pleomorfik adalah jarang dan termasuk
transformasi maligna menjadi karsinoma bekas adenoma pleomorfik.
Transformasi maligna adalah jarang pada tumor Warthin, adenoma monomorfik
dan tumor kelenjar liur benigna. Hanya sedikit informasi yang diketahui tentang
insidens transformasi maligna tumor pada kelenjar submandibular.
Eksisi total memastikan prognosis yang baik, bagaimanapun rekurensi
dapat terjadi jika terdapat ruang yang positif. Dengan eksisi yang berulang pada
rekurensi, resiko pada nervus fasial meningkat. Tumor yang kambuh biasanya
multinodular. Rekurensi dapat disebabkan oleh margin yang tidak adekuat
ataupun multisentrik pada kasus tumor Warthin.
13. Prognosis
Dengan pembuangan total tumor dan eksisi kelenjar yang terlibat,
prognosisnya adalah sangat baik. Transformasi maligna dan rekurensi adalah
jarang.
TUMOR JINAK KELENJAR SALIVA
ADENOMA PLEOMORFIK
Adenoma pleomorfik atau tumor campuran benigna adalah neoplasma
kelenjar saliva yang paling sering. Ia merupakan 60-70% dari semua tumor
parotid dan 90% dari tumor jinak submandibular. Neoplasma ini terjadi lebih
banyak pada wanita dibandingkan laki-laki dan sering pada dekade ketiga dan
keenam. Apabila lobus dalam parotid dalam terlibat, adenoma pleomorfik dapat
terlihat sebagai tumor ruang parafaringeal dengan pembengkakan palatum mole.
Ia tampak sebagai pembengkakan terisolasi ataupun massa di kelenjar
submandibular dengan disertai sedikit rasa nyeri. Faktor etiologinya belum
diketahui.
TUMOR WARTHIN
Tumor Warthin juga dikenal sebagai limfomatosum kistadenoma papilar
dan sering ditemukan di kelenjar parotid. Secara histologis ia tampak sebagai
struktur papilar yang mengandung dua lapisan sel-sel eosinofilik granular atau
onkosit, perubahan kistik dan inflitrasi lomfositik matur. Ia muncul dari epitelium
duktus ektopik. Tumor Warthin merupakan kira-kira 5% dari semua tumor
kelenjar liur dan kira-kira 12% dari tumor benigna kelenjar parotid. Tumor ini
lebih sering ditemukan pada laki-laki sekitar usia dekade kelima dan resikonya
berhubungan dengan perokok.
Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan
neoplasia ganas (malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat meransang terjadinya
tumor. Faktor ini digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Tumor bisa mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar
saliva. Pada tumor kelenjar saliva bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian
besar tumor kelenjar saliva adalah jinak. Adapun tumor jinak yang sering ditemukan
antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan tumor kelenjar liur yang paling
sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma
papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi
pada orang tua.
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah
(parotis), pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher (submandibula) atau
pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). pembesaran ukuran massa yang cepat
mengarah pada kelainan seperti infeksi, degenerasi kistik, henoragik atau malignansi.
Tumor jinak kelenjar liur biasanya bersifat mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang
berasal dari parotis tidak ada gangguan fungsi nervus fasialis. Lesi malignansi biasanya
menimbulkan gejala seperti gangguan nervus fasialis, pertumbuhan yang cepat,
parastesia, lesi yang terfiksir dan pembesaran elenjar getah bening cervikal.
Operasi eksisi total tanpa melibatkan batas adalah terapi yang direkomendasikan
pada tumor jinak kelenjar saliva. Biasanya parotidektomi superfisial dengan memelihara
nervus fasial sudah adekuat kecuali jika lobus dalam turut terlibat. Tumor ruang
parafaringeal memerlukan reseksi dengan pendekatan transservikal. Dengan pembuangan
total tumor dan eksisi kelenjar yang terlibat, prognosisnya adalah sangat baik.
Transformasi maligna dan rekurensi adalah jarang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies, Lawrence R. et al. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. 1997. Jakarta : EGC.
2. Hermani B, Kartosudiro S, Abdurrahman B. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007
3. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2.
Jakarta: Penerbit FKUI:2007; 304-307
4. Anonymous. Salivary Anatomy Figure. Available at : http://www.aboutcancer.
com/salivary_anatomy_nett.gif. Accesed May 14, 2011.
5. Flint W, Paul. Cumming Otolaryngology Head and Neck Surgery, Ed. 5th, Vol. 1.
Elsevier : Mosby. 2010
6. Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-
Shin Butt, Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck
Surgery, 2nd Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.
7. Fikih, Moh. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Available at:
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/. Accesed June 5,2011
9. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective
treatment of the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69:
615–19