You are on page 1of 4

Bandotan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Untuk arti yang lain, lihat Babadotan (disambiguasi).
Untuk nama-nama tempat dan arti yang lain, lihat Wedusan (disambiguasi).

Bandotan

Bandotan, Ageratum conyzoides

Darmaga, Bogor

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Plantae

(tidak termasuk): Angiospermae

(tidak termasuk): Eudikotil

(tidak termasuk): Asteridae

Ordo: Asterales

Famili: Asteraceae

Bangsa: Eupatorieae

Genus: Ageratum
Spesies: A. conyzoides

Nama binomial

Ageratum conyzoides
L.

Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae.
Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brasil, akan tetapi telah lama masuk
dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga
sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); rumput
balam (Ptk.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa
Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai
bau kambing.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Pemerian botanis
 2Penyebaran dan ekologi
 3Manfaat
 4Catatan kaki
 5Pranala luar

Pemerian botanis[sunting | sunting sumber]


Terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh
tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak
kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daunbertangkai, 0,5–
5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian
daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-
agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi
beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi
bawah.[1][2]
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya
(3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 6–8 mm panjangnya, berisi
60–70 individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2–3 lingkaran daun pembalut
yang lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu.
Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.[1][2]

Penyebaran dan ekologi[sunting | sunting sumber]


Bandotan di India

Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan
ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia.[1] Di Amerika Selatan,
tumbuhan ini malah dibudidayakan; menurut catatan sejarah, bandotan memang didatangkan
dari Meksiko.[3]
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang
mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak
belukar.[2] Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat
menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup
mengganggu di perkebunan.[1]
Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia
Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat[4][5].

Manfaat[sunting | sunting sumber]


Di Bogor, babadotan dikenal luas sebagai obat luka. Caranya, dengan menumbuk bandotan dan
dicampur dengan minyak goreng, dan dipergunakan untuk obat luar saja.[3] Menurut Heyne[6],
daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih
segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya
untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam;
ekstraknya dapat diminum. Daunnya bisa dijadikan obat tetes mata, dengan jalan
menumbuknya; air tumbukan tersebut, bisa diteteskan ke mata untuk cuci mata. Cara ini umum
di Pantai Gading. Di sana pula, bandotan dipergunakan untuk sakit perut, penyembuhan luka,
dan untuk menyembuhkan patah tulang.[3]
Zat yang terkandung dalam babadotan yang dilaporkan pada tahun 1987 adalah sebagai berikut:
minyak esensial, alkaloid, dan kumarin.[3] Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya
racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida.[7] Sementara,
penelitian lain menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan
menumbuhkan tumor[8][9]. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina[10].

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]


1. ^ a b c d SOERJANI, M., AJGH KOSTERMANS DAN G. TJITROSOEPOMO (Eds.). 1987. Weeds of Rice in
Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. p. 60-61 (illust.)
2. ^ a b c STEENIS, CGGJ VAN. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,
Jakarta. Hal. 422-423
3. ^ a b c d DHARMA, A.P. (1987). Indonesian Medicinal Plants [Tumbuhan Obat Indonesia]. hal.28 –
29. Jakarta:Balai Pustaka.
4. ^ Global Compendium of Weeds, Ageratum conyzoides (Asteraceae)
5. ^ Alan S. Weakley (April 2008). "Flora of the Carolinas, Virginia, and Georgia, and Surrounding
Areas".
6. ^ HEYNE, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 3:1825-1826. Terj. Yayasan Sarana Wana
Jaya, Jakarta
7. ^ Ming, L.C. (1999) Ageratum conyzoides: A tropical source of medicinal and agricultural
products. p. 469–473. In: J. Janick (ed.), Perspectives on new crops and new uses. ASHS Press,
Alexandria, VA.
8. ^ Sani, Y., Bahri, S. 1994. "Pathological changes in liver due to the toxicity of Ageratum
conyzoides (babadotan)". Penyakit Hewan (Indonesia), , v. 26(48): 64-70
9. ^ Molyneux, R., "Hepatatoxic alkaloids in Afghan and Ethioipian cereal grains: a need for rapid
screening methods", AOAC Pacific Northwest Section, Annual Meeting, June 2009.[1]
10. ^ Fu, P.P., Yang, Y.C., Xia, Q., Chou, M.C., Cui, Y.Y., Lin G., "Pyrrolizidine alkaloids-tumorigenic
components in Chinese herbal medicines and dietary supplements", Journal of Food and Drug
Analysis, Vol. 10, No. 4, 2002, pp. 198-211

You might also like