Professional Documents
Culture Documents
html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Anak
Pemeriksaan fisik adalah salah satu komponen pengkajian secara menyeluruh tentang
kesehatan pasien yang bersifat objektif yang terdiri dari tiga komponen yaitu : wawancara dan
riwayat kesehatan pasien, pengamatan umum dan tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik
meliputi evaluasi diagnostic, interpretasi klinis, terapi dan tindak-lanjut.
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis
Sedangkan pemeriksaan fisik pada anak yaitu pengkajian yang dilakukan pada anak
yang bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai
dasar dalam menegakkan diagnosis.
Kerugiannya LLA :
1. Hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi atau pertumbuhan yang berat
2. Sukar menentukan pertengahan LLA tanpa menekan jaringan
3. Hanya untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat digunakan untuk
anak mulai umur 6 bulan sampai dengan 5/6 tahun.
Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapula merupakan refleksi tumbuh
kembang jaringan lemak dibawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Dalam keadaan
defisiensi lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan.
2.3 Metode Pemeriksaan Fisik pada Anak
Terdapat empat metode pemeriksaan fisik yang harus dikuasai oleh pemeriksa, yaitu :
1. Inspeksi
Inspeksi yaitu melihat atau mengobservasi pasien secara visual untuk mengkaji atau
menilai pasien. Pemeriksaan dengan menggunakan indera pengelihatan yang berkonsentrasi
terhadap pasien secara seksama. Pemeriksa kemudian mengumpulkan informasi yang telah
diterima yang dapat digunakan untuk membantu dalam menentukan diagnosis pasien. Metode
ini adalah metode yang paling penting yang harus dikuasai oleh pmeriksa.
2. Palpasi
Metode pemeriksaan fisik palpasi yaitu menyentuh atau merasakan dengan sentuhan.
Metode ini tidak kalah pentingnya dengan inspeksi karena saling berkesinambungan dan
mendukung satu sama lain. Teknik palpasi ini memberikan informasi tentang adanya
perbesaran organ tubuh, posisi, bentuk, dan konsistensi komponen anatomi. Kekuatan palpasi
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Palpasi Ringan, bersifat superficial, lembut, berguna untuk menilai lesi pada permukaan. Biasanya
dilakukakan di awal pemeriksaan.
Palpasi Medium, untuk menilai nyeri tekan, meraba denyut nadi. Dilakukan dengan menekan
permukaan telapak tangan sekitar 1-2 cm kedalam tubuh pasien dengan menggunakan gerakan
sirkuler atau memutar.
Palpasi Dalam, digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dapat dilakukan dengan satu
atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan di atas menekan tangan yang di
bawah sekitar 2-4 cm ke bawah.
3. Perkusi
Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh seseorang secara
ringan kadang tajam untuk mengetahui densitas struktur, cairan, atau udara dibawahnya.
Prinsipnya adalah jika suatu struktur tubuh berisi udara maka menghasilkan suara yang
lebih keras, rendah ,dan panjang dibandingkan dengan struktur tubuh yang padat menghasilkan
suara yang lembut, tinggi ,dan pendek. Metode perkusi dibedakan menjadi 2 yaitu :
Tak langsung, yaitu melalui perantara alat untuk menimbulkan perkusi misal : palu karet
(pleksimeter)
Langsung, yaitu tanpa melalui alat dan langsung dengan jari pemeriksa, dan ini dinilai lebih
efektif dan efisien.
4. Auskultasi
Teknik auskultasi ini dilakukan dengan cara mendengarkan suara-suara dari organ
tubuh seseorang misalnya : paru, jantung, dsb. Pada umumnya teknik auskultasi ini adalah
teknik terakhir yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik. Alat ynag digunakan
untuk mendengarkan adalah stetoskop.
2.4 Macam-macam Pemeriksaan Fisik pada Anak
Pemeriksaan fisik pada anak mencakup berbagai macam pemeriksaan. Adapun
pemeriksaannya adalah :
Pemeriksaan Keadaan Umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital,
dan lain-lain.
Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, ada dua macam
penilaian status kesadaran, yaitu :
1. Penillaian secara kualitatif, meliputi:
Composmentis, yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan.
Apatis, yaitu anak acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya.
Somnolen, yaitu anak mengalami kesadaran lebih rendah dengan ditandai anak tampak
mengantuk, selalu ingin tidur, tidak responsive terhadap rangsangan ringan, dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat.
Sopor, yaitu anak tidak memberikan respon ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan
respon sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil terhadap cahaya yang
masih positif.
Koma, yaitu anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun, reflek pupil
terhadap cahaya tidak ada.
Delirium, yaitu merupakan tingkat kesadaran yang paling rendah, ditandai dengan disorientasi
sangat irihatif, kacau, dan salah presepsi terhadap rangsangan sensorik.
2. Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat diukur melalui penilaian skala koma (Glasgow)
yang ditanyakan dengan GCS (Glasglow coma scale) dengan nilai dibawah 10 disebut koma.
Adapun penilaiannya sebagai berikut:
Membuka mata:
Spontan :4
Dengan diajak bicara :3
Dengan rangsangan nyeri :2
Tidak membuka :1
Respon verbal
Sadar dan orientasi ada :5
Berbicara melantur :4
Berkata tanpa arti/meracau :3
Hanya mengerang :2
Tidak ada suara :1
Respon motorik
Sesuai perintah :5
Terhadap rangsang nyeri
Timbul gerakan normal :5
Fleksi cepat dan aduksi bahu :4
Ekstensi lengan,aduksi,endorostasi bahu,pronasi lengan bawah : 2
Tidak ada gerakan (digunakan pada usia diatas 2 tahun) :1
Pemeriksaan Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti
pemeriksaan antropometri yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, pemeriksaan klinis, dan laboratorium yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi
anak. Selanjutnya dalam penilaian status gizi anak dapat disimpulkan apakah anak mengalami
gizi baik, cukup, atau gizi yang kurang.
Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat.
Pemeriksaan nadi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan denyut jantung untuk
mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi, sehingga denyut jantung lebih tinggi daripada denyut nadi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kecepatan atau frekuensi nadi, misalnya dapat ditemukan
takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan normal) keadaan ini dapat terlihat pada
keaan hipetermia, aktivitas tinggi, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung, serta
dehidrasi atau rejantan. Pada keadaan hipetermis, meningkatnya suhu 1 derajat celcius akan
meningkatkan denyut nadi sebanyak 15-20 kali per menit.
Usia Frekunsi Nadi Rata-rata
Lahir 140
1 bulan 130
1-6 bulan 130
6-12 bulan 115
1-2 tahun 110
2-4 tahun 105
(Sumber:Engel.1995)
Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, asila, dan oral yang digunakan untuk
menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu menentukan
diagnosis dini suatu penyakit.
Usia Suhu (derajat celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
(Sumber. Engel, 1995 )
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, eczema, pucat, purpura,
eritema, macula, papula, vesikula, pustulula, ulkus, turgor kulit, tekstur kulit, dan edema.
Tabel Warna Kulit
Warna Kulit Deskripsi
Cokelat Menunjukkan adanya penyakit Addision atau
beberapa tumor hipofisis.
Biru kemerahan Menunjukkan polisitema.
Merah Alergi dingin, hipetermia, psikologis, alcohol,
atau inflamasi local.
Biru (sianosis) pada Sianosis perifer karena kecemasan,
kuku kedinginan, atau sentral karena penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen yang
meliputi bibir, mulut, dan badan.
Kuning Ikhterus yang menyertai penyakit hati,
hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu, atau infeksi berat yang dapat dilihat
pada sclera, membrane mukosa, dan abdomen.
Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan
muka serta bukan pada sclera, kemungkinan
akibat memakan wortel dan kentang.
Bila pada area kulit terbuka tidak pada sclera
dan membrane mukosa menunjukkan adannya
ginjal kronis.
Pucat kurang merah Menunjukkan adanya sinkop, demam, syok,
muda pada orang kulit dan anemia.
putih) atau warna abu-
abu pada kulit hitam
Kekurangan warna Albinoisme
secara umum
(sumber. Engel,1995)
Makula:
Massa rata, ukuran kecil, kurang Bentol yang kecil atau besar yang
dari 1 cm, berbeda dari kulit berkelompok dapat menunjukkan
sekitar. adanya urtikaria.
Papula: Adanya pembengkakan merah dan
Massa padat menonjol, ukuran gatal menunjukkan adanya
kecil, kurang dari 1 cm dermatitis kontak.
Tumor:
Massa padat dan menonjol, lebih
besar dari nodul, dapat keras atau
lunak.
Bentol:
Area edema kulit sementara dan
berbentuk tidak teratur.
Vesikel:
Massa berisi cairan, ukuran kurang
dari 1 cm, menonjol.
Bula:
Massa yang berisi cairan,
menonjol, lebih besar dari vesikel.
Pustula:
Vesikel berisi eksudat purulen.
Sisik:
Serpih tipis epidermis yang
mengelupas.
Krusta:
Eksudat purulen yang mongering.
Erosi:
Lesi basah akibat epidermis
superficial yang menghilang.
Ulkus:
Kehilangan permukaan kulit yang
dalam dapat meluas sampai ke
dermis dan jaringan subkutan.
Fisura:
Retak lurus dan dalam pada kulit.
Striae;
Garis-garis tipis ungu atau putih
pada abdomen.
Petekia:
Massa rata, bulat, merah tua, atau
keunguan kurang dari 3 mm.
Ekimosis:
Massa dengan ukuran dan bentuk
bervariasi, mula-mula ungu,
memudar menjadi hijau kuning,
kemudian cokelat
(sumber. Engel,1995)
Pemeriksaan Kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna, bentuk, dan keadaan
kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung
serta bentuk kuku yang cekung natau cembung menunjukkan adanya cedera, defisiensi besi,
dan infeksi.
Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainnya dari rambut. Normalnya, rambut menutupi semua permukaan tubuh,
kecuali telapak tangan kaki serta permukaan labia sebelah dalam. Rambut kepala normalnya
berkilauan seperti sutra dan kuat. Rambut yang kering, rapu, dan kurang pigmen dapat
menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala. Apabila didapatkan
lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan makrosefali dan biasanya ditemukan
pada penyakit hidrosefalus. Sebaliknya, apabila lingkar kepala lebih kecil dari normal disebut
mikrosefali. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun besar,
normalnya bertekstur rata atau sedikit cekung, namun apabila ubn-ubun besar menonjol dapat
menunjukkan adanya peningkatan tekanan intracranial, sedangkan apabila cekung
kenungkinan terjadi dehidrasi dan malnutrisi.
Pemeriksaan Wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah. Asimetris
pada wajah dapat disebabkann oleh adanya paralis fasialis. Selain melihat kesimetrisan wajah,
pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada usia
neonates. Pada usia satu bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda dan pada usia
dua bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksan dapat digunakan oftalmoskop.
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebra. Palpebra dilihat apakah
simetris atau itidak, kelainan yang muncul antara lain adanya ptosis, di mana palpebra tidak
dapat terbuka. Lagoftalmos terjadi apabila kelopak mata tidak dapat menutup dengan
sempurna, sehingga sebagian kornea tidak terlindungi oleh kelopak mata dan
pseudolagoftalmos ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna. Pada
pemeriksaan konjungtiva dapat ditandai dengan adanya hyperemia dan edema konjungtiva
palpebra.
Pemeriksaan sclera dilakukan untuk menilai warna sclera. Sklera normalnya berwarna
putih. Apabila ditemukan sclera berwarna lain, kemungkinan terdapat indikasi penyakit lain.
Demikia juga kornea, pada pemeriksaan dilihgat apakah jernih atau tidak, apabila terjadi
peradangan maka tampak adanya keruhan. Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat
kemampuan pupil dalam membesar dan mengecil. Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat
dan simetris. Pupil dikatakan normal apabila diberikan sinar akan mengecil dengan refles
cahaya langsung maupun kontralateral pada yang tidak disinari. Adanya midriasis atau dilatasi
pupil menunjukkan adanya rangsangan simpatis. Pupil yang mengecil disebut miosis. Apabila
ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya penyakit katarak.
Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya lensa. Apabila
ditemukan kekeruhan pada lensa, maka kemungkinan pasien mengalami katarak. Pada
pemeriksaan bola mata, apabila ditemukan bola mata menonjol dinakan eksoftalmos dan
apabila bola mata mengecil dinamakan enoftalmos. Pemeriksaan strabismus atau juling
ditentukan apabila ditemukan sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata.
Selain strabismus, terdapat nistagmus yang merupakan gerakan bola mata dengan ritmis yang
cepat dan horizontal.
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari pemeriksaan daun telinga dan liang
telinga dengan menentukan bentuk, besar, serta posisinya. Pemeriksaan liang telinga ini dapat
dilakukan dengan banutan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membran timpani,
pemeriksaan ini dikatakan normal bila membran timpani sedikit cekung dan mengilap,
kemudian dilihat juga adanya perforasi atau tidak. Berikutnya dilakukan pemeriksaan mastoid
dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid, setelah itu baru dilaksanakan
pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat
garputala. Pemeriksaan telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan simetrisitas
daun telinga yang khas terjadi pada bayi atau anak yang mengalami down syndrome.
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung juga
untuk menentukan ada tidaknya epistaksis. Alat yang dapat digunakan adalah rhinoskopi
anterior maupun posterior.
Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknya trismus yang merupakan
yang merupakan kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau mulut tidak sedap
karena personal hygiene yang kurang, serta labioskisis di mana keadaan bibir ridak simetris.
Pemeriksaan selanjutnya adalah gusi yang dapat ditentukan dengan melihat adanya edema atau
tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah terjadi
kelainan congenital atau tidak. Kelainan ini dapat berupa adanya makroglosia (lidah yang
terlalu besar), mikroglosia (lidahnya terlalu kecil), dan glosoptosis (lidah tertarik ke belakang).
Selanjutnya juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor lidah dengan cara menjulurkan lidah.
Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khususnya pada anak, di mana kadang-kadang gigi
tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai tumbuh pada usia lima bulan, tetapi
kadang-kadang satu tahun. Pada usia tiga tahun kedua puluh gigi susu akan tumbuh. Kelainan
yang dapat ditemukan pada gigi antara lain adanya karies dentis yang terjadi akibat infeksi
bacteria. Dalam pemeriksaan ini juga dapat diketahui adanya hipersalivasi pada anak, hal ini
terjadi kemungkinan akibat gigi anak akan tumbuh atau karena adanya proses peradangan yang
lain.
Pemeriksaan Faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia, edema, serta adanya abses,
baik retrofaringeal maupun peritonsilar. Adanya edema faring umumnya ditandai dengan
mukosa yang pucat dan sembap. Pada difteri ditemukan adanya bercak putih abu-abu
(pseudomembran).
Pemeriksaan Laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila
ada obstruksi pada laring, maka suara terdengar stridor yang disertai dengan batuk dan suara
serak. Pada pemeriksaan laring dapat digunakan alat laringoskop, baik direk (langsung)
maupun indirek (tidak langsung) dengan menggunakan alat yang dimasukkan ke dalam secara
perlahan-lahan dengan lidah ditarik ke luar.
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena jugularis dengan
cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengandada dan kepala diangkat setinggi 15-
30 derajat, pada pemeriksaan ini dpaat ditemukan ada tidaknya distensi pada vena jugularis.
Pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya massa dalam leher. Pemeriksaan pada bayi
dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan
jari telunjuk dan tengah. Perhatikan adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila apsien
menelan.
Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada perlu diketahui adanya garis atau batas di dada dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Dalam melakukan penelitian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan, dan gherakan dada, adanya
deformitas atau tidak,a danya penonjolan, serta adanya pembengkakan atau kelinan yang lain.
Bentuk-bentuk dada adalah sebagai berikut:
1. Funnel chest, merupakan bentuk dada di mana sternum bagian bawah serta iga masuk ke dalam
terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya hipertrofi adenoid yang berat.
2. Pigeon chest (dada burung), merupakan bentuk dada di mana bagian sternum menonjol kea
rah luar, biasanya disertai dengan depresi ventrikel pada daerah kostokodral.
3. Barrel chest, merupakan bentuk dada di aman dada berbentuk bulat seperti tong dengan
sternum terdorong ke arah depan dengan iga-iga yang horizontal. Dada dengan bentuk ini dapat
ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema, dan lain-lain. Pemeriksaan
pada daerah dada yang lain adalah pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Pada bayi dan
balita akan sulit ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini kan menjadi efektif untuk anak
yang berusia lebih dari lima tahun.
Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan
atau kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk mengetahui ada tidaknya ginekomastia
patologis atau terjadi galaktore sebelum anak mengalami masa pubertas.
Pemeriksaan Paru
Langkah pertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah terdapat
kelinan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat bernapas.
Pemeriksaan paru dengan palpasi dapat dinilai dengan parameter berikut ini :
1. Simetris atau asimetris dada yang dapat disebabkan karena adanya benjolan yang abnormal,
pembesaran kelenjar limfe apada aksila, dan lain-lain.
2. Vocal fremitus, merupakan getaran pada daerah toraks saat anak bicara atau menangis yang
sama dalam kedua sisi toraks. Apabila suara meninggi, maka terjadi konsolidasi seperti pada
pneumonia, namun apabila menurun akan terjadi obstruksi, atelektaksis, pleuritis, efusi pleura,
dan tumor pada paru. Caranya adalah dengan meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada
daerah dada atau punggung.
3. Adanya krepitasi subkutis, merupakan adanya udara pada daerah bawah jaringan kulit. Adanya
krepitasi ini dpaat terjadi spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
4. atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
Selanjutnya pemeriksaan dengan perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung atau
tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan mengetukkan ujung jari telunjuk langsung ke
dinding dada. Sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakkan satu jari pada dinding
dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah serta kanan
atau ke kiri dengan membandingkannya. Hasil penilaian dari pemeriksaan ini adalah sebagai
berikut :
1. Sonor, merupakan suara paru yang normal.
2. Redup atau pekak, terjadi pada suara perkusi yang fungsinya kurang normal pada daerah
scapula, diafragma, hati, dan jantung. Suara redup atau pekak ini biasanya terdapat konsolidasi
jaringan paru seperti atelektaksis, pneumonia lobaris, dan lain-lain. Khusus untuk redup pada
daerah hati ini terdapat pada iga ke-6 pada garis aksilaris media kanan yang menunjukkan
adanya gerakan pernapasan, yaitu menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi. Pada
anak ini akan mengalami kesulitan khususnya di bawah 2 tahun.
3. Hipersonor tau timpani, terjadi apabila udara dalam paru bertambah atau pleura bertambah
aeperti pada emfisema paru atau pneumotoraks.
Pemeriksaan paru selanjutnya adalah pemeriksaan dengan cara auskultasi untuk menilai
suara napas dasar dan suara napas tambahan yang dapat dilakukan di seluruh dada dan
punggung. Caranya adalah dari kanan atau ke kiri dengan membandingkannya kemudian dari
bagian atas ke bawah dengan menekan daerah stetoskop secara kuat. Khusus pada bayi suara
napasnya akan lebih keras karena dinding dada masih tipis. Hasil penilaian dari pemeriksaan
auskultasi meliputi adanya suara napas dasar dan suara napas tambahan, sebagaimana
diuraikan berikut:
Suara Napas Dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang meliputi suara napas biasanya yang
meliputi suara napas vesicular, bronchial, amforik, cog wheel breath sound,
dan metamorphosing breath sound.
Suara napas vesicular, merupakan suara napas normal yang ditandai dengan adanya udara
masuk dan keluar melalui jalan napas serta suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada
suara ekspirasi. Apabila suara veskular ini melemah maka terjadi penyempitan pada daerah
bronkus atau keadaan ventilasi yang kurang, seperti pada pneumonia, atelektaksis, edema paru,
efusi pleura, amfisema, dan pneumotoraks. Vesikular mengeras apabila konsolidasi bertambah,
seperti pneumonia, adanya tumor, dan lain0lain. Khusus pada asma didapatkan suara vesicular
aspirasi yang memanjang.
Suara napas bronchial, merupan suara napas yang ditandai dengan inspirasi
keras kemudian disusul dengan ekspirasi yang keras pula. Suara ini terdengar normal pada
daerah bronkus besar kanan dan kiri, daerah parastenal atas di dada depan, dan daerah
interskapuler di belakang. Akan tetapi, apabila terjadi pada daerah lain maka kemungkinan
terjadi konsolidasi paru.
Suara napas amforik, merupakan bunyi suara yang ditandai dengan suara yang
menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong sehingga suara tersebut dikatakan suara
napas amforik.
Suara napas cog wheel breath sound, merupakan suara napas yang terdengar secara
terputus-putus, tidak terus-menerus pada saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terjadi
pada kelainan bronkus kecil.
Metamorphosing breath sound, merupakan suara napas ditandai dengan suara awal yang
halus kemudian mengeras, dan dapat dimulai dari suara vesicular kemudian menjadi bronchial.
Suara Napas Tambahan
Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar selain napas dasar
dengan bantuan auskulatasi. Suara napas tambahan meliputi ronki basah (rules) atau ronki
kering, wheezing, suara krepitasi, serta bunyi gesekan pleura (pleural friction rub).
Ronki basah (rales)/ ronki kering mempunyai arti bahwa suara napas, seperti vibrasi
terputus-putus yang tidak terus-menerus. Hal ini terjadi akibat getaran karena keberadaan
cairan dalam jalan napas yang dilalui oleh udara. Suara ronki kering disebut sebagai rhounchi,
merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena udara melalui jalan napas yang menyempit
akibat proses penyempitan jalan napas atau adanya jalan napas yang obstruksi, sehingga lebih
terdengar pada saat ekspirasi daripada inspirasi.
Suara wheezing merupakan suara napas yang termasuk dalam ronki kering, akan tetapi
terdengar secara musical atau sonor apabila dibandingkan dengan ronki kering, suaranya lebih
terdengar pada saat ekspirasi.
Suara krepitasi merupakan suara napas yang terdengar akibat membukanya alveoli. Suara
krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping paru pada saat inspirasi
yang dalam,s edangkan patologis terdapat pada pneumonia lobaris.
Bunyi gesekan pleura (Pleural friction rub) merupakan suara akibat gesekan pleura
yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksa. Suara ini dapat terjadi pada
saat inspirasi maupun saat ekspirasi, namun lebih jelas pada akhir inspirasi.
Bunyi Karakteristik Lokasi
Vesikular Inspirasi>Ekspirasi Normal: seluruh lapangan
paru
Abnormal: Tidak ada
Bronkovesi- Inspirasi=Ekspirasi Normal: ruang interkostal
kular satu atau dua
Abnormal: perifer paru
Bronkotubular Inspirasi<Ekspirasi Normal: di atas trakea
Abnormal: diare paru
Rales
Halus Intermiten, nada tinggi, Pneumonia, gagal jantung
bunyi gemesir halus kongestif.
terdengar di akhir
inspirasi menunjukkan
adanya cairan di alveoli
Inspeksi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk perut (membuncit atau tidak).
Apabila membuncit simetris maka bisa jadi pasien menderita hipokalemi, hipotiroid,
penimbunan lemak, perforasi, asites, dan ileus obstruktif. Sedangkan bila membuncit asimetris
maka kemungkinan terjadi poliomyelitis, pembesaran organ intraabdominal, ileus, dan lain-
lain. Selain itu, juga dilakukan pengamatan pergerakan dinding perut. Gerakan akan menurun
atau berkurang pada apendiksitis, peritonitis, dan ileus.
Palpasi
Pemeriksaan palpasi ini dapat dilakukan dengan cara monomanual (satu tangan) atau bimanual
(dua tangan). Pada palpasi dinding perut akan ditemukan nyeri tekan dan ketegangan dinding
perut. palpasi pada hati (normal pada usia 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam, konsistensi
kenyal, permukaan rata tidak ada nyeri tekan), pemeriksaan pada limfe ( normal masih teraba
1-2 cm di bawah arkus costa), dan palpasi pada ginjal ( normal tidak teraba, kecuali pada
neonatus).
Perkusi
Pemeriksaan secara perkusi pada dinding abdomen dapat dilakukan melalui epigastrium
secara simetris menuju bagian bawah abdomen. Cara penilaiannya adalah normal
bunyi thympani bila terdengar pada seluruh lapang abdomen. Bila bunyi abnormal,
kemungkinan karena obstruksi saluran gastrointestinal, ileus, dll.
Auskultasi
Pemeriksaan ini membutuhkan alat bantu yaitu stetoskop dilakukan untuk mengetahui suara
peristaltic usus, normalnya terdengar 10-30 detik. Keadaan ini meningkat apabila terjadi
obstruksi traktus gastrointestinal dan mengalami penurunan pada peritonitis dan ileus. Apabila
suara bising usus terdengar pada seluruh bagian perut maka kemungkinan terjadi koarktasio
aorta abdominalis. Apabila suara bising usus ini terdengar di daerah ginjal posterior maka
kemungkinan terjadi konstriksi arteri renalis.
Pemeriksaan Genitalia
pemeriksaan genitalia pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. Khusus pada anak
laki-laki pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk penis, dan
testis. Perlu juga diperhatikan adanya kelainan, seperti : hipospadia (orifisium uretra di ventral
penis, biasanya di dekat glan atau sepanjang penis), epispadia ( muara uretra pada dorsal penis),
fimosis (pembukaan prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik ke glan penis), serta
adanya peradangan pada testis dan skrotum. Sedangkan pada anak perempuan, dapat dilihat
adanya epispadia (terbelahnya mons pubis dengan clitoris, serta uretra terbuka di daerah
dorsal), adanya tanda-tanda seks sekunder, seperti pertumbuhan rambut, serta cairan yang
keluar dari lubang genital.
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas dapat dilakukan dengan cara inspeksi
terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis, kelemahan serta
perasaan nyeri pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada posisi terlentang,
tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang otot dan sendi dimulai dengan inpeksi pada jari-jari seperti pada
jari tabuh dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau penyakit paru kronis, adanya
nyeri tekan, gaya berjalan, inkoordinasi hebat, spasme otot, paralisis, atrofi atau hipertrofi otot,
kontraktur, dll.
Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang pertama dapat dilakukan secara inspeksi, seperti
mengamati kejang, tremor, dan kelumpuhan.
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflek, yang diperiksa adalah :
1. Reflek superficial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang
membentuk segi empat dibawah xipoid (di atas simpisis).
2. Reflek tendon dalam, dengan cara mengetuk dengan hammer pada tendon bisep, trisep, patella,
dan Achilles. Jika pada bisep terjadi sendi siku, trisep terjadi ekstensi sendi siku, patella terjadi
ekstensi sendi lutut, Achilles fleksi plantar kaki. Apabila hiperfleksi artinya terdapat kelainan
pada upper motor neuron dan apabila hipofleksi artinya terjadi kelainan pada lower motor
neuron.
3. Reflek patologis, dengan cara menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit
runcing hasilnya positif apabila ibu jari berekstensi.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang menigeal, antara lain : kaku kuduk.
Caranya adalah pasien diatur posisi terlentang kemudin leher ditekuk apabila terdapat tahanan
dagu dan dagu tidak menempel atau mengenai bagian dada maka disebut kaku kuduk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik pada anak bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak
serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan dilakukan
melalui head to toe (dari ujung kepala sampai ujung kaki) dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan dimulai dari keadaan umum, pemeriksaan kulit, kuku,
rambut, dan kelenjar getah bening, pemeriksaan kepala dan leher, pemeriksaan dada,
pemeriksaan payudara,pemeriksaan paru, pemeriksaan jantung, pemeriksaan tulang belakang
dan ekstremitas, dan pemeriksaan neurologis. Apabila hasil pemeriksaan dalam keadaan
normal, maka anak dalam keadaan sehat. Dan apabila hasil pemeriksaan anak terdapat tanda-
tanda ketidaknormalan, maka perlu dilakukan tindakan segera.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasiaonal Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
http://adeputrasuma.blogspot.co.uk/2014/07/anamnesis-dan-pemeriksaan-
fisik-pada.html
A. Anamnesis
1 Pengertian Anamnesis
wawancara
Ø Orangtua
Ø Wali
2 Peran Anamnesis
c. Sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan terdapatnya factor-faktor
yang mungkin menjadi latar belakang penyakit yang berguna dalam menentukan sikap untuk
tatalaksana
d. Anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam
pemeriksaan fisik
wawancara
Ø Harus tergambar status kesehatan dan status tumbuh kembang secara keseluruhan
3 Teknik Anamnesis
a. Ciptakan suasana kondusif agar orangtua atau pasien dapat mengemukakan keadaan
b. Pemeriksa harus bersikap empatik dan menyesuaikan diri dengan keadaan sosial,
pemeriksa.
e. Pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin
4 Langkah-langkah Anamnesis
Sistematika:
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
f. Riwayat kelahiran
5 Identitas Pasien
d. Jenis kelamin:
e. Nama OT:
f. Alamat:
Ø Guna: agar dapat dihubungi untuk kunjungan rumah, mempunyai arti epidemiologis
g. Umur/Pendidikan/Pekerjaan orangtua:
penyakit
6 Riwayat Penyakit
Keluhan Utama:
b. Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh
orangtua
a. Disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas sejak sebelum terdapat keluhan
sampai ia berobat
b. Bila pasien telah berobat sebelumnya tanyakan kapan, kepada siapa, obat yang
e. Pada dugaan penyakit turunan (mis: asma) ditanyakan adakah saudara sedarah ada yang
f. Perlu pula diketahui penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang (mis:
penyebaranya/berpindah
berat/cenderung berkurang
b. Misal: dugaan penyakit campak, bila OT mengatakan anaknya pernah sakit campak
10 Riwayat Kelahiran
b. Cara kelahiran
11 Riwayat Makanan
b. Dinilai apakah kualitas dan kuantitas adekuat (memenuhi AKG yang dianjurkan).
12 Riwayat Imunisasi
b. Guna: mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh dan dapat membantu
Ø Dari kurva ini dapat dideteksi riwayat penyakit kronik, MPE, penyakit endokrin.
b. Riwayat perkembangan
1. Inspeksi
Ø Inspeksi umum
o Kesan: KU pasien
Ø Inspeksi lokal
2. Palpasi
o Besar -> cm
o Palpasi abd: fleksi panggul dan lutut telapak tangan mendatar dengan jari 2,3,4
merapat
3. Perkusi
organ/massa
Ø Cara:
o Tidak langsung:
- Jari 2 atau 3 tangan kiri diletakkan lurus pada bagian tubuh yang diperiksa sedangkan
- Ketuklah jari ini pada falang bagian distal proksimal kuku dengan jari 2 atau 3 tangan
- Ketukan dilakukan dengan engsel pergerakan terletak pada pergelangan tangan bukan
pada siku
Ø Suara perkusi
o Sonor/pekak/timpani
4. Auskultasi
Ø Mempergunakan steteskop
Ø Stetoskop binaural
1. Keadaan umum
Ø Kesadaran
Ø Status gizi
2. Tanda vital
Ø TD
Ø Pernafasan
Ø Suhu
3. Data antropometrik:
Ø kulit
5. Tingkatan:
Ø Somnolens: mengantuk, tidak respon thp stimulus ringan, respon terhadap stimulus
agak keras
Ø Sopor: tidak ada respon thd stimulus ringan/sedang, reflex cahaya masih positif
Ø Koma: tidak ada respon thd semua stimulus, refleks cahaya negatif
Ø Delirium: kesadran menurun serta kacau, biasanya disorientasi, iritatif dan salah
persepsi
D. Pemeriksaan Neurologis
1. Refleks patologis
2. Babinsky
Ø Gores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing
Ø Positip bila terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari kaki disertai dengan menyebarnya
3. Oppenheim
E. Refleks Patologis
1. Refleks Hoffmann
6. Lakukan dorsofleksi kaki pasien dengan cepat dan kuat sementara sendi lutut
7. Positip terjadi gerakan fleksi dan ekstensi kaki secara terus-menerus dan cepat
1. Kaku kuduk.
2. Pasien telentang.
3. Bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan sehingga dagu tdk dapat menempel
pada dada.
4. Brudzinski I: letakkan 1 tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lain diletakkan
didada pasien agar badan tidak terangkat, kemudian kepala pasien difleksi kedada secara
pasif. Bila ada GRM maka kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi
lutut.
5. Brudzinski II: pasien telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan
diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
6. Kernig: pasien telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba