You are on page 1of 13

TUGAS MATAKULIAH

PERENCANAAN KOTA

PEMAHAMAN KOTA

Oleh:
KELOMPOK 1

I Made Mariawan 1204205010


Tedja Prajogo 1204205099
A.A. Gd. Raka Purwa Adnyana 1204205104
I Wayan Gde Ekyu Siwantara 1304205098

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PEMAHAMAN KOTA

1. Pengertian Kota
Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta pemukiman yang
telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. (Permendagri No. 2 Tahun
1987 tentang Penyusunan Rencana Kota)
Sementara pengertian kota menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut :
a. Max Weber, kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian
besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai
benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
b. Mumford, kota merupakan tempat pertemuan yang berorientasi ke luar.
c. Christaller, kota sebagai pusat pelayanan yang berfungsi menyelenggarakan
penyediaan barang dan jasa bagi daerah lingkungannya.
d. Sjberg, kota merupakan tempat tamplnya golongan spesialis non-agraris dan
golongan berpendidikan dari penduduk.
e. Wirth, kota adalah permukiman yang relative besar, padat,dan permanen dihuni
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
f. Mark and Engels, kota merupakan perserkatan yang dibentuk guna melindungi hak
milik guna memperbanyak alat produksi dan alat lainnya untuk mempertahankan
diri.
g. Harris dan Ulman, kota adalah pusat untuk permukiman dan pemanfaatan bumi oleh
manusia.

Dari sudut tinjauannya, kota dapat diartkan sebagai berikut :


a. Secara demografis, kota merupakan suatu tempat di mana terdapat pemusatan atau
konsentrasi penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya.
b. Secara sosial budaya, kota merupakan suatu lingkungan dengan pola sosial
budaya yang sangat beragam dengan berbagai pergeseran dan perubahan.
c. Secara sosial ekonomis, kota merupakan suatu lingkungan dengan kegiatan
perekonomian dan kegiatan usaha yang beragam dan didominasi oleh kegiatan
usaha bukan pertanian yaitu jasa, perdagangan, perangkutan dan perindustrian.

1
d. Secara fisik, kota merupakan suatu lingkungan di mana terdapat suatu tatanan
lingkungan fisik yang didominasi oleh struktur binaan.
e. Secara geografis, kota merupakan suatu lingkungan yang menempati suatu
lokasi yang strategis secara sosial, ekonomis, dan fisik pada suatu wilayah.
f. Secara politis administratif, kota merupakan suatu wilayah dengan batas
kewenangan pemerintahan yang dibatasi oleh suatu batas wilayah administratif
kota.
Adapun klasifikasi-klasifikasi kota sebagai berikut :
A. Menurut Jumlah Penduduknya
1. Kota Kecil = penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa
2. Kota sedang = penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa
3. Kota besar = penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa
4. Metropolitan = penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa
5. Megapolitan = penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa
B. Menurut tingkat perkembangannya
1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah kehidupan
kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya
sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri.
4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.
5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan
pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi.
6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya.

Ciri-ciri fisik dari sebuah kota antara lain :


- Keadaan areal terbangun : berjejalnya bangunan, area terbangun berkelompok dan
berorientasi terhadap jalur perhubungan.
- Pola penggunaan lahan bercirikan non pertanian dengan proporsi tersebar daerah
perumahan.

2
- Keadaan transportasi : jumlah dan jenisnya terus bertambah banyak, intensitas
penggunaan sarana dan prasarana yang tinggi, pola jaringan jalan melayani hampir
semua wilayah.
- Areal terbangun semakin meningkat.

2. Sejarah Perkembangan Kota


Manusia sebagai pelaku kegiatan pada suatu kota pasti memiliki suatu pemikiran
dalam melakukan kegiatan dalam hidupnya. Pola pemikiran manusia akan berbeda dari
suatu era ke era yang lain. Hal yang membedakan pola pemikiran tersebut antara lain
tingkat intelektualitas, jenjang kebutuhan hidup, teknologi yang berbeda di setiap eranya
dan selalu berkembang. Perkembangan faktor-faktor inilah yang juga menjadi faktor
perkembangan suatu perancangan kota. Dalam tulisan ini akan diulas mengenai sejarah
perkembangan kota yang dibagi menjadi 8 era yaitu Babilonia, Mesir kuno, Yunani,
Romawi, Abad pertengahan, Renaissance, Baroque, dan Era Modern.

A. Era Babilonia/Mesopotamia (4000-3000 SM)


Era Babilonia juga disebut Mesopotamia dimana merupakan suatu daerah diantara
2 (dua) sungai Eufrat dan Tigris. Daerah ini biasa disebut daerah subur bulan sabit, karena
tanahnya yang subur dan menyerupai ulan sabit. Kota Mesopotamia kuno secara geografis
tidak memiliki benteng/perlindungan alam suatu kota, hal ini menyebabkan kota tersebut
seringkali dikuasai bangsa asing silih berganti. Meskipun dalam perancangan kotanya
sudah menerapkan sistem kota benteng dengan membangun benteng di garis luar kota
Msopotamia dengan dilengkapi parit-parit.
Beberapa ciri kota di era Mesopotamia antara lain:
- Motivasi masyarakat tinggal di kota tersebut adalah untuk jaminan keamanan dan
peribadatan.
- Berbentuk kota benteng (dikelilingi benteng-benteng)
- Pusat kota/benteng berupa zigurat sebagai kuil penyembahan dewa.
- Memiliki karakter kota taman gantung (lihat gambar 1 dan 2).

3
Gambar. 1 Taman Gantung
Sumber: http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=112194

Gambar. 2 Zigurat sebagai pusat kota


Sumber: http://sejarah.kompasiana.com

B. Mesir Kuno (1400 SM)


Berbeda dengan Mesopotamia, kota-kota di Mesir Kuno (Kahun dan Giza) tidak
memiliki benteng-benteng yang mengelilingi kota. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kekuasaan Fir’aun yang menjadi sentral untuk melindungi seluruh kota. Beberapa poin ciri
perancangan kota di era Mesir kuno antara lain:
- Bentuk kota yang grid.
- Perumahan penduduk saling membelakangi
- Perumahan besar berderet di sepanjang jalan besar
- Penduduk bergerak di bidang pertanian dan konstruksi bangunan
4
C. Era Yunani (500 - 146 SM)
Era Yunani termasuk salah satu era yang berpengaruh secara berkelanjutan dalam
perkembangan kota. Pada Era Yunani, tempat tinggi/bukit sangat disakralkan. Tempat
tinggi tersebut berupa benteng puncak bukit yang digunakan sebagai tempat peribadatan
kepada para dewa.
Acropolis merupakan suatu contoh tempat peribadatan orang Yunani pada Dewa
yang dipercaya disana terletak harta karun para dewa dan artefak-artefaknya, terletak di
puncak bukit dan kota Athena berkembang di bawah bukit tersebut. Acropolis merupakan
salah satu contoh karya Yunani kuno dengan “limited entities” karena bisa dilihat tata
bangunan Acropolis yang berujung pada Partenon tidak memiliki kesatuan/unity. Hal ini
dikarenakan dalam perancangan Acropolis, arsitek langsung merancang on site.
Perancangan langsung diatas tapak yang berbukit sehingga faktor kontur sangat
berpengaruh. Namun, perancangan Acropolis bukan tanpa konseo. Arsitek menggunakan
konsep Serial of Vista dalam merancang Acropolis. Konsep disini memainkan emosi
pengunjung disana. Bangunan partenon sebagai tujuan akhir dipermainkan visualnya
dengan tatanan bangunan di sekitarnya seiring berjalannya pengunjung menuju Partenon.
Berikut siteplan dari Acropolis (lihat gambar 3 dan 4):

Gambar. 3 Acropolis Yunani


Sumber: Spreiregen, 1965

5
Gambar. 4 Siteplan Acropolis Yunani
Sumber: Spreiregen, 1965

Beberapa point ciri yang bisa diambil dari urban design Yunani kuno antara lain:
- Arsitek di zaman Yunani Kuno dalam merancang kota memiliki pandangan yang
dominan tentang keterbatasan. Sehingga menyikapi keterbatasan tersebut, segala
ide harus terukur sehingga komprehensif dan bisa dikerjakan.
- Karena faktor tersebut diatas, maka perancangan menggunakan skala manusia.
- Pandangan keterbatasan juga membuat rumah-rumah hanya bangunan-bangunan
kecil di kota yang bercampur-campur.
- Jaringan jalan bukan merupakan pola pembentuk kota, melainkan lahan-lahan sisa
yang digunakan untuk sirkulasi saja, Namun memiliki pola sejajar/grid.
- Kegiatan yang bersifat publik (pertemuan) lebih banyak di rumah, daripada di
ruang yang semestinya menjadi ruang publik seperti jalan.
- Motivasi hidup pada era Yunani adalah untuk berlindung/mencari keamanan.

D. Era Romawi (500 - 324 SM)


Pada era Romawi, penduduk memiliki motivasi hidup selain keamanan juga karena
adanya kekuatan politik dan organisasi. Beberapa point ciri yang bisa diambil dari
perancangan kota Romawi Kuno antara lain (lihat gambar 5):
- Tidak lagi menggunakan skala manusia, karena proporsi disini mengacu pada
hubungan harmonis antar bagian-bagian bangunan.
- Proporsi bangunan biasa menggunakan modular, dan modular tersebut panjang-
panjang dan lebar-lebar. Hal ini menggambarkan bahwa kekuatan politik pada era
Romawi begitu kuat.

6
- Dalam perancangan kota, juga menggunakan modul yang abstrak, berupa deretan
rumah-rumah.
- Dalam suatu kota, benteng merupakan bangunan yang utama untuk dibangun
terlebih dahulu, kemudian baru diikuti rumah-rumah penduduk di dalam benteng
tersebut.

Gambar. 5 Proporsi Coloseum Roma


Sumber: Spreiregen, 1965

E. Abad Pertengahan (800-1200 M)


Asal mula munculnya kota-kota di abad pertengahan adalah kemunduran Romawi
yang meninggalkan banyak dampak di penjuru Eropa dimana tumbuh komunitas-
komunitas kecil yang berkembang menjadi komunitas baru karena memiliki lokasi tapak
yang layak dan subur. Komunitas tersebut tumbuh menjadi kota yang hidup dan terus
berkembang, sehingga kota bentengpun terus berkembang. Point yang bisa disimpulkan
dari kota di abad pertengahan antara lain (lihat gambar 6):
- Motivasi hidup juga untuk keamanan dan mengembangkan persaudaraan
(Sosialitas)
- Kota benteng yang ada, sedikit demi sedikit dikuasai oleh biara-biara, sehingga
menjadikan biara tersebut sebagai pusat kota.
- Benteng yang melindungi kota berbentuk melingkar.
- Kota kecil di sekitar biara dan benteng tumbuh secara natural dari pintu gerbangnya
hingga membentuk jaringan jalan dan berpola radiocentric (radial).
- Awalnya kota berupa kota benteng yang biasa dilukiskan dengan ilustrasi suatu
pemandangan kota dengan benteng dari jarak jauh, selanjutnya menjadi suatu kota
yang hidup dengan kasta-kasta biara dan terdapat banyak pedagang dan biarawan.

7
- Memiliki pandangan keterbatasan ruang seperti era Yunani dan mulai
menggunakan penataan abstrak seperti aksis.
- Menggunakan skala manusia.
- Kota di abad pertengahan bersifat tangibel/terlihat atau mudah dikenalidan tidak
disorientasi. Sebagai contohnya, suatu koridor jalan akan memperlihatkan suatu
menara gereja dimana selalu terlihat sepanjang jalan itu, sehingga bisa digunakan
sebagai ancar-ancar sehingga tidak akan tersesat.
- Menghindari long vista.
- Tidak memiliki hierarki jalan.

Gambar. 6 Kota – kota diabad pertengahan


Sumber: Spreiregen, 1965

F. Renaissance (1400-1500 M)
Sebelum era Renaissance, diabad XV dimana merupakan fajar ilmu pengetahuan,
ditemukan bubuk mesiu sehingga di era Renaissance memiliki motivasi hidup yang
berbeda dari era-era sebelumnya, karena kota benteng di era ini sudah tidak berfungsi lagi,
karena senjata perang bisa menggunakan bahan peledak yang bisa meledakkan benteng
sekalipun. Beberapa ciri yang bisa diambil dari kota di Era Renaissance antara lain (lihat
gambar 7):
- Era Renaissance dimulai pada tahun 1440
- Bentuk kota bintang dengan jalan yang bercabang dari titik pusatnya. Titik
pusatnya biasa berupa gereja/biara.

8
- Perancangan on paper (diatas kertas)
- Bentuk bangunan simetris penuh dan bersifat utopian.
- Motivasi hidup terutama untuk bersosialitas dan peribadatan ditandai dengan gereja
sebagai pusat kota,

Gambar. 7 Konsep kota di Renaissance


Sumber: Spreiregen, 1965

G. Baroque (1700-1800 M)
Arsitektur Renaissance yang cenderung menerapkan simetris murni, menimbulkan
kesan monoton, sehingga para seniman di era Baroque (1600-1750) mencoba
bereksperimen dengan memvariasi karya seni dengan melebih-lebihkan komposisi warna
atau efek sehingga menimbulkan kesan tidak realistik dan berlebihan. Era baroque
merupakan suatu era perubahan dari Renaissance yang cenderung simetris menjadi bentuk-
bentuk dinamis, lengkung, dan berlebihan. Pada era Baroque, juga dikenal hedonisme dan
peleburan elemen arsitektural dalam perancangan kota seperti implementasi
patung/sculpture dalam perancangan kota di era Baroque.
Kota-kota di era Baroque menerapkan konsep bangunan peribadatan sebagai pusat
pemerintahan, hal ini bisa diterka bahwa masyarakat era Baroque memiliki motivasi hidup
bersosialitas.Beberapa poin ciri-ciri arsitektur Baroque antara lain:
- Denah di bagian sudut diselesaikan dengan bentuk lengkung
- Pilar-pilar berpilin
- Ornamen membentuk 3 dimensi sehingga muncul keluar
- Banyak menggunakan hiasan pahatan dan menggunakan warna-warna cerah

9
H. Era Modern (abad 20-an)
Era modern merupakan era besar perubahan arsitektur. Diabad 20 terdapat
peristiwa-peristiwa penting seperti perang dunia I 1911-1918 memiliki pengaruh dalam
perubahan arsitektur menjadi arsmo/arsitektur modern. Dalam peperangan tersebut, dunia
arsitektur mengalami kerugian sangat besar, karena karya-karya arsitektur menjadi hancur
dan rusak akibat peperangan. Diakhir tahun 1918 sudah bermunculan ide-ide kreatif para
arsitek untuk menuju arsmo. Arsitektur modern disini juga pastinya berpengaruh pada
perancangan kota modern. Beberapa poin ciri-ciri perancangan kota modern sebagai
pengaruh arsitektur modern antara lain (lihat gambar 8):
- Motivasi masyarakat untuk hidup memenuhi kebutuhannya, bukan lagi faktor
keamanan yang utama.
- Penggunaan material modern seperti baja dan kaca.
- Arsitek kota dimanjakan dengan temuan mesin-mesin modern dalam
pembangunan.
- Kota membentuk pola yang jelas seperti linier, grid, radial.
- Media lahan tidak hanya berupa tanah, terdapat inovasi kota secara ekstrim seperti
underwater city dan floating city.
- Terdapat inovasi seperti garden city, kota ini berpola radial, dengan kota pusat yang
dikelilingi kota-kota kecil berkonsep garden city. Kedua jenis kota tersebut
dipisahkan oleh area hijau juga dan dihubungkan dengan jalan-jalan.

Gambar. 8 Konsep kota apung


Sumber: Spreiregen, 1965

10
Menurut Ilhami, perkembangan kota yang terjadi adalah berawal dari desa yang
mengalami perkembangan yang pasti, yang mana dipengaruhi banyak faktor antara lain
keadaan geografis, tapak (site), fungsi kota, sejarah dan kebudayaan, serta unsur-unsur
umum. Adapun teori-teori dalam perkembangan kota-kota, antara lain:
a. Teori Konsentris, kecenderungan berkembang ke arah luar di semua bagiannya.
(E.W. Burgess (Yunus, 1999))
b. Teori Sektor, berangsur-angsur menghasilkan kembali karakter yang dipunyai oleh
sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. (Homer Hoyt (Yunus, 1991 & 1999)
c. Teori Inti Ganda, pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat yang menjadi
kompkes yang memuncuklan nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub
pertumbuhan. (Harris dan Ullman, 1945)
d. Teori Konsektoral, teori yang menggabungkan konsentris dan sektoral, namun
penekanan konsentril lebih ditonjolkaN. (Peter Mann, 1965)
e. Teori Poros, menekankan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi struktur
keruangan kota. (Babcock, 1932)
f. Teori Historis, mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang berkaitan
dengan perubahan tempat tinggal penduduk di dalam kota. (Alonso, )

11
Daftar Pustaka

Anthony, J.C. & Snyder, J.C. 1986. Pengantar Perencanaan Kota. Surabaya: Erlangga.
Anthony, J.C. & Snyder, J.C. 1989. Perencanaan Kota. Surabaya: Erlangga.
Hermanislamet, B. (1999). Tata Ruang Kota Majapahit, Analisis Keruangan Pusat
Kerajaan Hindu Jawa Abad XIV di Trowulan Jawa Timur. Disertasi. Tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Http://Elib.Unikom.Ac.Id/Download.Php?Id=112194
Http://Jasaukirjepara.Wordpress.Com/2011/10/13/Sejarah-Ukir-Baroque/Http://Rafinda-
Ega.Blogspot.Com/2011/04/Arsitektur-Baroque-Dan-Arsitektur.Html
Http://Saidy-Ianda.Blogspot.Com/2012/02/Sejarah-Arsitekure-Arsitektur.Html
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Nas, d. P. J. M. (1979). Kota di Dunia Ketiga: Pengantar Sosiologi Kota. Jilid 1. Jakarta:
Bhratara Karya Aksara.
Republik Indonesia. (1987). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tentang Pedoman
Penyusunan Pencana Kota. Jakarta: Serikat Negara.
Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang No. 22 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta:
Serikat Negara.
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 26 Tentang Tata Ruang. Jakarta: Serikat
Negara.
Stelter, G.A. (1996). Introduction to the Study of Urban History, Part I General Concept
and Sources. University of Guelph 49 -464 Reading a Community, pp. 1-7.
Spereigen, Paul D. 1965. The Architecture of Towns and Cities. Mc Hraw Hill Book, New
York.

12

You might also like