You are on page 1of 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA MENYUSUI“

OLEH:
KELOMPOK 7

AYU KETUT MAHENDRA YANTI 17.901.1814


DEWA GEDE WISNU WARDANA 17.901.1817
I GUSTI NYOMAN WIRATNATA 17.901.1826
I WAYAN ARDI WIRAWAN 17.901.1837
PUTU ARJANA PUTRA 17.901.1881
I MADE ARTANA SAYOGA 17.901.1829
I GUSTI AYU MIKA WIDHYASARI 17.901.1823

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA
MEDIKA PPNI BALI 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Payudara


Sub Topik : Perawatan Payudara pada Masa Menyusui
Sasaran : Ibu-ibu yang bayinya dirawat di Ruang Perinatologi
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD Bangli
Hari / Tanggal :
Waktu : Pukul 11.00-11.40 Wita (1 x 40 menit)

A. Latar Belakang Masalah


Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat
khususnya ibu–ibu yang cenderung menolak menyusui bayinya sendiri terutama
pada ibu–ibu yang bekerja, dengan alasan air susunya hanya sedikit atau tidak
keluar sama sekali. Keadaan ini memberikan dampak negatif terhadap status
kesehatan, gizi, serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu untuk
menanggulangi permasalahan di atas perlu dilakukan upaya preventif dan
promotif dalam meningkatkan penggunaan ASI dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan payudara ibu menyusui, sehingga membantu
pengeluaran ASI secara lancar. Ketidaktahuan ibu nifas tentang perawatan
payudara yang benar bisa menyebabkan kurangnya produksi ASI yang
dihasilkan oleh ibu. Untuk itu perlu diberikan pendidikan kesehatan yang benar
tentang perawatan payudara kepada ibu yang habis melahirkan atau pada saat
nifas, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu menyusui pada masa nifas
tentang perawatan payudara yang benar.
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat
payudara agar air susu keluar dengan lancar. Selain itu, perawatan payudara
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk
memelihara kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk
mempersiapkan laktasi pada waktu post partum. Perawatan payudara sangat
penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal ini karena payudara
merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Dimana tujuan
perawatan payudara setelah melahirkan, salah satunya untuk meningkatkan
produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.
Manfaat dari perawatan payudara antara lain menjaga kebersihan
payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi,
melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu
dengan baik, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI
lancar, mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha
untuk mengatasinya.
Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan
payudara sedini mungkin, antara lain puting susu mendelep, anak susah
menyusu, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, pembengkakan pada
payudara, payudara meradang, payudara kotor, Ibu belum siap menyusui, dan
kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 40 menit,
diharapkan Ibu dapat memahami tentang perawatan payudara pada masa
menyusui.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, Ibu diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian payudara.
b. Menyebutkan kapan kita dapat melakukan perawatan payudara.
c. Menyebutkan alat yang digunakan dalam perawatan payudara.
d. Menjelaskan cara perawatan payudara pada ibu post partum.

C. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi/tanya jawab

D. Media
1. Leaflet
2. Alat-alat untuk perawatan payudara
3. Poster protab

E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian payudara.
2. Waktu melakukan perawatan payudara.
3. Alat yang digunakan dalam perawatan payudara.
4. Cara perawatan payudara pada ibu post partum.
(Materi Terlampir)

F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian payudara?
2. Kapan kita dapat melakukan perawatan payudara?
3. Sebutkan alat yang digunakan dalam perawatan payudara!
4. Jelaskan cara perawatan payudara pada ibu post partum!

G. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


Hari/Tgl/ Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Ibu
Jam Penyuluhan Kesehatan Kesehatan
1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Ibu membalas salam.
(5 menit)
 Menyebutkan nama dan asal.  Ibu menerima
kehadiran mahasiswa
dengan baik.

 Menjelaskan tujuan.  Ibu memahami tujuan


dengan baik.

 Mengkaji tingkat pengetahuan  Ibu berpartisipasi


Ibu tentang perawatan dalam diskusi awal.
payudara.
2. Inti  Menjelaskan tentang  Ibu mendengarkan dan
(30 menit) pengertian payudara, waktu memperhatikan dengan
melakukan perawatan baik.
payudara, alat yang digunakan
dalam perawatan payudara,
dan cara perawatan payudara
pada ibu post partum.

 Mendemonstrasikan cara
perawatan payudara.  Ibu memperhatikan
dengan baik.
 Memberi kesempatan pada
Ibu untuk mempraktikkan  Ibu dapat
sendiri cara perawatan mempraktikkan
payudara. perawatan payudara
sendiri dengan baik.
 Memberi kesempatan pada
Ibu untuk menanyakan hal-hal  Ibu mengajukan
yang kurang jelas. pertanyaan.

3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Ibu mampu


(5 menit) penyuluhan kesehatan. menjawab/menjelaskan
kembali.

 Mengucapkan terima kasih  Ibu membalas salam.


atas perhatian yang diberikan
dan memberi salam penutup.

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang
kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara
membesar, mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800
gram.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok
membentuk lobulus, kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15 – 20
lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus Laktiferus). Di bawah areola saluran yang besar melebar,
disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya semua memusat ke dalam puting dan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran saluran, terdapat
otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang normal/umum,
pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini
tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam
mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur, terutama pada bentuk
puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bisa menyusu
dengan baik. Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting
untuk refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan saraf yang
diteruskan ke kelenjar hipofise yang kemudian merangsang produksi dan
pengeluaran ASI (Suradi & Tobing, 2003).

B. Waktu Melakukan Perawatan Payudara


Dalam masa kehamilan payudara ibu perlu diperiksa sebagai persiapan
menyusui. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara
sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan adanya
kelainan payudara di tingkat dini diharapkan dapat dikoreksi agar ketika
menyusui nanti bisa lancar. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan
pertama ibu ketika memeriksa kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
a. Payudara
 Ukuran dan Bentuk
Tak seperti yang diduga masyarakat awam, ukuran dan bentuk payudara
tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada
kelainan: seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi.
 Kontur/Permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka
pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan di
bawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit
membengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
 Warna Kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang
perlu diperhatikan ialah adanya warna kemerahan tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
b. Areola
 Ukuran dan Bentuk
Pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan
serta bersifat simetris. Bila batas bola tidak rata (tidak melingkar) perlu
diperhatikan lebih khusus.
 Permukaan
Dapat licin atau berkerut. Bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya
penyakit kulit, kebersihan yang kurang atau keganasan.
 Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna
kulit pada areola lebih gelap dibanding sebelum hamil.
c. Puting Susu
 Ukuran dan Bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Bentuk puting susu ada beberapa macam. Pada bentuk puting terbenam
disebabkan oleh keganasan.
 Permukaan
Pada umumnya tidak beraturan. Adanya luka dan sisik merupakan suatu
kelainan.
 Warna
Sama dengan areola karena juga mempunyai pigmen yang sama atau
bahkan lebih.

2. Palpasi
a. Konsistensi
Dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormornal.
b. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari massa.
Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri massa yang
teraba harus dievalusi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya diperluas
sampai ke daerah ketiak.
c. Puting Susu
Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam mempersiapkan ibu
untuk menyusui.
Bila pada inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan, maka sebaiknya segera
ditangani atau di konsultasikan kepada dokter ahli bedah atau dokter kebidanan.
Untuk menunjang keberhasilan menyusui maka pada saat kehamilan
puting susu ibu perlu diperiksa kelenturannya dengan cara :
a. Sebelum dipegang periksa dulu bentuk puting susu.
b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk.
c. Dengan perlahan puting susu dan areola ditarik, untuk membuat “dot”, bila
puting susu :
 Mudah ditarik, berarti lentur.
 Tertarik sedikit, berarti kurang lentur.
 Masuk ke dalam, berarti puting susu terbenam.
Apabila pada pemeriksaan didapatkan kelenturan yang kurang baik atau
puting susu terbenam, maka tindakan pertama yang dilakukan adalah jangan
mengatakan bahwa ibu mengalami abnormalitas atau kelainan. Ibu perlu
diyakinkan bahwa ia tetap dapat menyusui bayinya karena bayi menyusu pada
payudara dan bukan pada puting. Pada saat akan menyusui, puting susu dapat
ditonjolkan menggunakan pompa/spuit.
Bila pompa tidak tersedia, dapat dibuat sendiri dengan cara memodifikasi
jarum suntik 25 ml. Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian
pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan pompa
suntik yaitu dengan menempelkan ujung pompa/jarum suntik pada payudara,
sehingga puting berada di dalam pompa. Kemudian tarik perlahan sehingga
terasa ada tahanan dan dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila
terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulangi tiap kali pada saat akan
menyusui.
Setelah persalinan, ibu dengan puting susu terbenam masih tetap dapat
menyusui bayinya. Biarkan bayi menghisap dengan kuat pada posisi menyusui
yang benar karena akan memacu pereganga puting. Bila ASI terlalu penuh, maka
sebaiknya diperas dulu dengan tangan agar payudara tidak terlalu keras.
Kemudian susukan bayi dengan dibantu sedikit penekanan pada bagian areola
dengan jari sehingga membentuk “dot” (Suradi & Tobing, 2003).
Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara
yang dimulai dari kehamilan bulan 7-8 memegang peranan penting dalam
menentukan berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan
memproduksi ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan
perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya
akan cepat berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara
yang baik puting tidak akan lecet sewaktu diisap bayi.
Yang penting dalam cara menyusui ini adalah ibu merasa senang dan enak.
Bayi dapat disusukan sambil duduk atau sambil tidur. Bayi dapat disusukan pada
kedua buah payudara secara bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit.
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan
selama 4-5 menit, untuk merangsangproduksi ASI dan membiasakan puting susu
diisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah
produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20
menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI
lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang
terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah ± 112 ml, 5 menit kedua ± 64 ml, dan
5 menit terakhir ± 16 ml. Penting diketahui, apakah bayi telah cukup
mendapatkan ASI atau tidak (Soetjiningsih, 1997).

C. Alat yang Digunakan dalam Perawatan Payudara


1. Handuk bersih 2 buah.
2. Washlap 2 buah.
3. Baskom 2 buah, masing-masing berisi air hangat dan air dingin.
4. Bengkok.
5. Kapas secukupnya.
6. Botol susu.
7. Minyak kelapa/Baby Oil secukupnya.

D. Cara Perawatan Payudara pada Ibu Post Partum


Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu
hal amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari selama
mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat
kolustrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah akumulasi dan
masuknya bakteri baik ke puting maupun ke mulut bayi. Salep atau krim khusus
dapat digunakan untuk mencegah pecah-pecah pada puting.
Bila puting menjadi pecah-pecah, proses menyusui ditangguhkan sampai
puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara manual atau menggunakan
pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan pada bayi. Terus
menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat mengarah pada
mastitis, suatu komplikasi serius yang dibicarakan pada Bab 14. Ibu dari bay
prematurmungkin harus mengeluarkan ASI-nya sampai bayi mereka cukup kuat
untuk menyusui.
Perawatan mempunyai pengaruh yang besar pada pengalaman menyusui
dari ibu-ibu baru. Saran-saran berikut untuk para perawat yang merawat ibu baru
dan bayinya dikutip dari Ocasios dan Strokamer (1982) dan Velasquez (1984).
1. Bentuk hubungan dengan ibu, berikan dukungan dengan cara yang tidak
memberikan suatu penilaian tertentu dan jawab pertanyaan yang diajukan.
2. Kaji keadaan payudara, areola, dan putingnya. Tangani bagian yang keras
dengan lap hangat dan lakukan masase. Paparkan puting yang terasa sakit di
udara terbuka, oleskan krim, dan kurangi waktu menyusui.
3. Berikan dorongan pada ibu untuk mengenakan kutang yang pas dan
menyangga payudara dengan baik.
4. Ajarkan ibu untuk memasase payudara dari dinding dada mengrah ke areola,
hal ini mempermudah gerakan ASI dan/atau kolustrum dari kelenjar
penghasil ASI ke sinus-sinus pengumpul di bawah areola.
5. Jelaskan pentingnya suasana relaks ketika menyusui. Bantu ibu untuk
menentukan posisi yang nyaman, duduk dengan sandaran yang baik, tanpa
gangguan, di tempat yang tenang dan hangat.
6. Bantu ibu untuk memberikan posisi pada bayinya dengan kontak kulit.
Keluarkan sedikit ASI atau kolustrum untuk merangsang bayi untuk
menyusu dan pantu puting memasuki mulut bayi. Untuk mendapat posisi
yang tepat, keseluruhan areola harus berada dalam mulut bayi. Berikan
dorongan pada ibu.
7. Ajarkan ibu untuk memberikan respons terhadap petunjuk dari bayi mereka
dan tukar payudara ketika bayi sudah memperlihatkan agitasi. Akhirnya
menyusui bila bayi tertidur atau melepas puting.
8. Jelaskan bagaimana cara melepaskan mulut bayi dari puting tanpa
menyebabkan kerusakan pada puting. Ibu memasukan jari kelingkingnya ke
dalam mulut bayi untuk menghentikan penghisapan dan dengan lembut
menariknya keluar.
9. Ingatkan ibu untuk menyendawakan bayinya dengan posisi kepala bayi
terangkat setelah menyusu, tepuk-tepuk punggung bayi.
10. Karena payudara harus dirangsang dengan teratur, kedua payudara harus
digunakan bila menyusui sampai ASI keluar dengan jumlah yang
diinginkan. Memberikan ASI hanya sesuai kebutuhan bayi, setiap 2 jam
sampai 3 jam, selama bayi ingin menyusu.
Bukan merupakan hal yang aneh bagi ibu yang pertama kali menyusui
bayinya merasa tidak bersemangat. Payudaranya sangat sakit dan bengkak, dan
bayi belum mengetahui bagaiman cara menghisap. Pada awalnya belum terdapat
ASI, hanya kolustrum. Dan semakin lama terlalu banyak ASI. Tambahan pula
kram uterus yang menyakitkan terjadi setiap kali bayi menyusu.
Perawat dapat melakukan banyak hal untuk membantu ibu. Mereka dapat
membantu ibu memangku bayinya dengan tepat. Mereka dapat menjelaskan
bahwa payudara yang bengkak akan menghilang secara bertahap dan suplai ASI
akan sesuai dengan napsu makan bayi. Perawat dapat menolong ibu relaks dan
menikmati saat-saat mengendong bayinya (Hamilton, 1995).
Perawatan payudara pada ibu post partum sangat diperlukan untuk
menjaga kebersihan dan mempertahankan kelancaran aliran ASI. Pemakaian bra
tidak boleh terlalu dekat, karena dapat menekan payudara dan membuat tidak
nyaman. Masase payudara dianjurkan untuk dilakukan secara teratur, minimal 2
kali sehari. Bagi ibu yang memiliki puting susu datar, dianjurkan untuk
melakukan gerakan menarik puting susu secara manual dan dilakukan rutin
sehingga puting susu menonjol. Pembengkakan payudara dapat terjadi jika
produksi ASI banyak, tetapi belum dikonsumsi oleh bayi, atau akibat adanya
sumbatan.
Lakukan perawatan payudara secara rutin untuk menghindari mastitis.
Selalu bersihkan payudara saat mandi. Apabila menggunakan sabun, pastikan
bahwa sabun telah dibilas bersih. Gunakan bra yang cukup menunjang dan tidak
terlalu ketat (lebih baik jika ukuran bra agak lebih besar).
Cara perawatannya yaitu bisa dilakukan sambil Ibu duduk di kursi atau
bisa juga sebelum Ibu mandi sambil berdiri. Sebelum memulai kita harus
mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Adapun langkah-langkah awal dalam
perawatan payudara:
1. Menempatkan handuk di daerah pundak ibu dan satunya lagi di bawah
payudara.
2. Dekatkan botol susu untuk menampung air susu, apabila ada air susu yang
menetes pada saat pengurutan nanti.
3. Kompres puting susu dengan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau
Baby Oil selama kurang lebih 5 menit, setelah itu bersihkan daerah areola
dan puting susu dengan menggunakan kapas tadi, lalu buang kapas kotor ke
tempat sampah/bengkok.
Langkah-langkah dalam pengurutan payudara:
1. Pengurutan I terdiri atas 4 gerakan yang dilakukan pada kedua payudara
selama 5 menit (20-30 kali).
a. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa.
b. Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara.
c. Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan kiri ke arah
sisi kiri, telapak tangan kanan ke sisi kanan.
d. Pengurutan diteruskan ke bawah atau ke samping, selanjutnya
melintang. Telapak tangan mengurut ke depan kemudian kedua tangan
dilepas dari kedua payudara.
2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan sisi
kelingking mengurut payudara ke arah puting susu. Gerakan diulang 20-30
kali untuk tiap payudara.
3. Telapak tangan menopang payudara, tangan lainnya menggenggam dan
mengurut payudara dari pangkal ke arah puting susu. Gerakan diulang 20-30
kali untuk tiap payudara.
4. Payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5
menit (air hangat dahulu).
Setelah pengurutan selesai, bersihkan payudara dengan handuk. Pakailah BH
khusus untuk menyusui (BH yang menyangga payudara). Jangan membersihkan
puting susu dengan sabun atau alkohol karena dapat menyebabkan puting susu
lecet/sakit. Perawatan dilakukan sehari 2 kali sebelum mandi.

DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas (Edisi 6). Jakarta:


EGC.

Soetjiningsih. (1997). ASI: Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC.

Ruradi, R. & Tobing, H. K. P. (2003). Bahan bacaan manajemen laktasi. Jakarta:


Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia.

Wirnata, M. (2010, Februari). Pentingnya edukasi perawatan payudara masa nifas.


Diperoleh tanggal 8 April 2010 dari http://wir-
nursing.blogspot.com/2010/02/pentingnya-edukasi-perawatan-
payudara.html

http://tutorialkuliah.blogcpot.com/200)/06-contoh-sap-perawatan-payudara-pada-
masa.html

DAFTAR HADIR
PENYULUHAN PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA MENYUSUI

1. Moderator :
2. Penyaji :
3. Sekretaris :
4. Observer :
5. Fasilitator :
6. Peraga :
7. Peserta :
No. Nama Ibu Paraf
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Bangli, Januari 2018

Mengetahui,

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

You might also like